OLEH
Kelompok 3
JURUSAN FISIKA
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena
dengan rahmat-Nya sehingga Laporan Mini Riset ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Maksud dari penyusunan Laporan Mini Riset ini adalah sebagai salah satu
point penilaian yang dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses belajar
mengajar mata kuliah Fisika material serta dengan harapan untuk memotivasi penulis
sehingga mampu memahami segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan
pembelajaran tersebut.
Terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Fisika Material yaitu Bapak
Dr. Nurdin Siregar M.S atas bimbingannya, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
tugas Fisika Material ini.
Penulis menyadari bahwa tugas Laporan Mini Riset ini tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan Laporan Mini Riset ini.
Akhir kata, penulis berharap agar Laporan Penelitian Mini Riset ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat luas terutama mahasiswa yang ingin menjadikan tugas ini
sebagai referensi.
Kelompok 3
3
4
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3. Tujuan.................................................................................................................................5
1.4. Batasan Masalah.................................................................................................................5
1.5. Manfaat...............................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................6
2.1. Landasan Teori........................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................10
METODE PENELITIAN..............................................................................................................10
3.1. Jenis Penelitian.................................................................................................................10
3.2. Variabel Penelitian...........................................................................................................10
3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................................................10
3.4. Desain Penelitian..............................................................................................................10
3.5. Teknik Pengumpulan Data................................................................................................11
3.6. Alat Dan Bahan Penelitian................................................................................................11
3.7. Tahap Penelitian...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................13
5
BAB I.
PENDAHULUAN
Pada era saat ini perkembangan teknologi semakin maju, yang tentunya juga
diimbangi dengan teknologi yang tepat guna serta kualitas yang lebih baik. Baja
merupakan salah satu jenis material yang sering dijumpai. Mulai dari kontruksi
kendaraan, jalan, jembatan, kapal, dan masih banyak lagi. Di sekitar kita terdapat
banyak jenis baja mulai dari baja kadar karbon rendah sampai karbon tinggi yang
masing masing baja memiliki sifat material yang berbeda.Salah satu karakteristik
material adalah konduktivitas termal,yaitu sifat bahan yang menunjukkkan jumlah
panas yang mengalir melintasi satu satuan luas ,jika gradien temperaturnya
satu.konduktivitas termal juga dapat menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir
dalam bahan tertentu. Sifat ini berguna antara lain untuk rekayasa Teknik, seperti
dalam perencanaan , perhitungan beban pendinginan pada system refrigerasi dan tata
udara, dan sebagainya .
Heat treatment merupaka proses mengubah struktur logam dengan cara memanaskan
logam di dalamtungku dengan suhu tertentu dan didinginkan dengan media
pendingin. Media pendingin yang sering digunakan seperti air, oli, air garam, solar
dan masih banyak lagi yang bisa digunakan sebagai media pendingin. Dalam proses
heat treamnent terdapan berbagai macam metode pendingingan yaitu anleling,
normalizing, dan quenching. Anealing yaitu proses pendinginanan dengan cara
didiamkan didalam tungku sampai berubah menjadi suhu kamar.
terhadap struktur mikro dan konduktivitas thermal. Pada proses heat treatment kali ini
menggunakan teknik pendinginan quenching dengan media air,oli dan udara
1.3. Tujuan
1.5. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pelakuan panas adalah suatu proses yang terdiri dari proses pemanasan dan
proses pendingin pada logam dan paduannya dengan cara tertentu yang bertujuan untuk
mendapatkan sifat-sifat material yang diinginkan. Proses ini telah digunakan secara luas
dan tidak hanya dilakukan pada logam ferro saja melainkan telah banyak digunakan pada
logam non-ferro beserta paduannya. Namun dikarenakan bahasan dari laporan ini
menggunakan material baja jadi proses perlakuan panasnya dibatasi hanya pada material
baja.
Perubahan dari sifat yang dikarenakan proses perlakuan panas mencakup pada
daerah keseluruhan dari logam dan hanya sebagiannya saja, contoh pada permukaannya
saja.
Baja unsur paduan utamanya adalah besi dan carbon, tetapi selain itu juga terdapat
unsur-unsur penyusun yang lain seperti Mn, V, W, Cr, Ni, Si. Carbon dalam baja larut
secara interstisi dan membentuk senyawa karbida yang disebut sementit (Fe 3C) yang
sifatnya keras dan getas, sehingga pengaruhnya pada baja akan meningkatkan kekuatan
dengan menghambat laju dislokasi.
Secara umum unsur-unsur paduan ditambahkan dalam baja dengan kadar tertentu
bertujuan untuk:
• Meningkatkan kekerasan
• Menaikkan keuletan
• Meningkatkan ketahanan aus
• Meningkatkan ketangguhan
• Memperbaiki ketahanan korosi
• Memperbaiki mampu pemesinan
Perubahan sifat yang terjadi pada proses perlakuan panas disebabkankarena adanya
pertumbuhan fasa pada saat pemanasan dan transformasi fasa pada saat pendinginan. Hal
tersebut tidak akan pernah terlepas dari temperatur. Diagram yang menyajikan tentang
hubungan antara temperatur dimana terjadinya perubahan fasa pada saat proses pemanasan
dan pendinginan lambat dengan kadar karbon disebut diagram fasa.
Pembentukan sifat-sifat dalam baja tergantung pada kandungan karbon, temperatur
pemanasan, sistem pendinginan, serta bentuk dan ketebalan bahan.
1. Pengaruh Unsur Karbon
Kekerasan baja ini tergantung dari pada jumlah karbon yang terkandung di dalam
baja, dimana makin tinggi presentase karbonnya makin keras baja. Berdasarkan kandungan
karbonnya, baja dapat dikelompokkan menjadi :
a) Baja karbon rendah (low carbon steel) yang mengandung karbon kurang dari
0.3%
b) Baja karbon sedang (medium carbon steel) yang mengandung karbon 0.3%-
0.7%
c) Baja karbon tinggi (high carbon steel) kandungan karbon sekitar 0.7%-1.3%.
2. Pengaruh Suhu Pemanasan
Baja karbon rendah dipanaskan diatas titik kritis atas (tertinggi). Seluruh unsur
karbon masuk ke dalam larutan padat dan selanjutnya didinginkan. Baja karbon tinggi
biasanya dipanaskan hanya sedikit diatas titik kritis terendah (bawah). Dalam hal ini, terjadi
perubahan perlit menjadi austenit. Pendinginan yang dilakukan pada suhu itu akan
membentuk martensit. Juga sewaktu kandungan karbon diatas 0,38% tidak terjadi
perubahan sementit bebas menjadi austenit, karena larutannya telah menjadi keras.
Sehingga perlu dilakukan pemanasan pada suhu tinggi untuk mengubahnya dalam bentuk
austenit. Lamanya pemanasan bergantung atas ketebalan bahan tetapi bahan harus tidak
berukuran panjang karena akan menghasilkan struktur yang kasar.
3. Pengaruh Pendinginan
Jika baja didinginkan dengan kecepatan minimum yang disebut dengan kecepatan
pendinginan kritis maka seluruh austenit akan berubah ke dalam bentuk martensit.
Sehingga akan dihasilkan kekerasan baja yang maksimum. Adapun kecepatan pendinginan
kritis adalah bergantung pada komposisi kimia baja. Kecepatan pendinginan tergantung
pada pendinginan yang digunakan. Untuk pendinginan yang cepat digunakan larutan garam
atau soda api yang dimasukkan ke dalam air. Sementara itu, untuk pendinginan yang sangat
lambat digunakan embusan udara secara cepat melalui batas lapisannya.
4. Pengaruh Bentuk
Baja cair bila didinginkan melai membeku pada titik-titk inti yang cukup banyak.
Atom-atom yang tergabung dalam kelompok di sekitar suatu inti cenderung memiliki letak
yang serupa. Ukuran butir tergantung pada beberapa factor anatara lain laju pendinginan
sewaktu pembekuan. Baja dengan butiran yang kasar kurang tangguh dan kecenderungan
untuk distorsi. Besar butir dapat dikendalikan melalui komposisi pada waktu proses
pembuatan , akan setelah baja jadi dapat dikendalikan melalui perlakuan panas.
5. Pengaruh Ketebalan Bahan
Pengaruh ketebalan bahan terhadap lama pemanasan atau penahanan pada suhu
tertentu adalah semakin tebal bahan yang akan di heat treatment maka semakin lama waktu
penahanan yang diperlukan.
Heat treatment untuk baja terdiri dari dua proses utama, yaitu:
1. Hardening
Hardening adalah proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau di atas daerah
kritis disusul dengan pendinginan yang cepat. Untuk proses ini dilakukan dengan input
panas dan transfer panas dalam waktu pendek. Tujuan hardening untuk merubah struktur
baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit yang keras. Prosesnya adalah
baja dipanaskan sampai suhu tertentu antara 770-830º C (tergantung dari kadar karbon)
kemudian ditahan pada suhu tersebut, beberapa saat kemudian didinginkan secara
mendadak dengan mencelupkan dalam air, oli atau media pendingin yang lain. Dengan
pendinginan yang mendadak, tidak ada waktu yang cukup bagi austenit untuk berubah
menjadi perlit dan ferit atau perlit dan sementit. Pendinginan yang cepat menyebabkan
austenit berubah menjadi martensit. Hasilnya keuletan tinggi. Di dalam hardening baja
hipoeutectoid dipanaskan 30-50oC diatas upper critical temperatur, sementara baja
hypereutectoid dipanaskan 30-50oC diatas lower critical temperatur. Tergantung pada
ketebalan dari komponen, baja ditahan pada temperatur ini untuk waktu yang diperlukan
dan kemudian didinginkan pada media pendinginan yang sesuai seperti udara, brine, oil dan
udara.
Baja hypoeutectoid terdiri dari ferrite dan pearlite sementara baja hypereutectoid
terdiri dari pearlite dan cementite. Saat memanaskan diatas temperatur kritis, strukturnya
terdiri dari unsur pokok tunggal dinamakan austenit. Saat pendinginan cepat, austenit
berubah menjadi unsur pokok mikro dinamakan martensit. Martensit mungkin disebut
solusi titik jenuh dari karbon pada α-iron dimana sangat kuat dan rapuh. Kekerasan pada
baja akibat dari martensit. Quenching adalah salah satu metoda untuk pengerasan juga.
Menurut media pendinginnya, quenching dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a) Quenching dengan media air
Air adalah media yang paling banyak digunakan untuk quenching, karena biayanya
yang murah, dan mudah digunakan serta pendinginannya yang cepat. Air khususnya
digunakan pada baja karbon rendah yang memerlukan penurunan temperatur dengan cepat
dengan tujuan untuk memperoleh kekerasan dan kekuatan yang baik. Air memberikan
pendinginan yang sangat cepat, yang menyebabkan tegangan dalam, distorsi, dan retakan.
b) Quenching dengan media oli
Oli sebagai media pendingin lebih lunak jika dibandingkan dengan air. Digunakan
pada material yang kritis, antara lain material yang mempunyai bagian tipis atau ujung yang
tajam. Karena oli lebih lunak, maka kemungkinan adanya tegangan dalam, distorsi, dan
retakan kecil. Oleh karena itu medium oli tidak menghasilkan baja sekeras yang dihasilkan
pada medium air. Quenching dengan media air akan efektif jika dipanaskan pada suhu 30-
60 oC
c) Quenching dengan media udara
Quenching dengan media udara lebih lambat jika dibandingkan dengan media oli
maupun air. Material yang panas ditempatkan pada screen.
Kemudian udara didinginkan dengan kecepatan tinggi dialirkan dari bawah melalui
screen dan material panas. Udara mendinginkan material panas lebih lambat dari daripada
medium air dan oli. Pendinginan yang lambat kemungkinan adanya tegangan dalam dan
distorsi. Pendinginan udara pada umumnya digunakan pada baja yang mempunyai
kandungan paduan yang tinggi.
Dari proses quenching juga dapat dihasilkan diagram TTT (time, temperature,
transformation). Diagram tersebut menjelaskan tentang kaitan produk transformasi yang
berhubungan dengan waktu dan temperatur. Dari diagram ini jelas bahwa dari dekomposisi
austenit dapat diperoleh berbagai variasi struktur pada baja, struktur mungkin terdiri dari
100% pearlite kasar, baja bersifat lunak dan ulet, atau martensit penuh, ketika baja bersifat
keras dan getas. Karena transformasi baja dapat menghasilkan berbagai sifat maka baja
tetap merupakan material konstruksi utama untuk keperluan rekayasa. Adakalanya baja
yang akan diproses tidak mempunyai kekerasan yang cukup. Oleh karena itu perlu
dilakukan proses hardening. Dengan melakukan hardening maka akan didapatkan sifat
kekerasan yang lebih tinggi. Semakin tinggi angka kekerasan maka sifat keuletan akan
menjadi rendah dan baja akan menjadi getas. Baja yang demikian tidak cukup baik untuk
berbagai pemakaian. Oleh karena itu biasanya atau hampir selalu setelah dilakukan proses
pengerasan kemudian segera diikuti dengan tempering.
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat
Bahan
Tahap penelitian ini dilakukan dalam pengerjaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur Pencarian data yang berhubungan dengan penelitian dari jurnal
atau buku yang sesuai
2. Persiapan alat dan bahan Mempersipkan alat dan bahan yan digunakan untuk
penelitian. Bahan yang digunakan adalah baja AISI 4140
3. Pembuatan spesimen Besi yang akan digunakan dalam penelitian dipotong dan
dibentuk sesuai yang dibutuhkan kemudian besi di treatment dengan suhu 850
kemudian didinginkan secara cepat dengan menggunakan media pendingin oli
air dan udara
Sucipto, Priangkoso T, Darmanto. 2013. Analisa Konduktivitas Termal Baja ST-37 Dan
Kuningan. Teknik Mesin. Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
Sun Yafei, Tu Yongjun, Sun Jing, Niu Dongjie. 2009. Effect Of Temperature and
Composition on Thermal Properties of Carbon Steel. China : Guangdong Institte of
scence and Technology.
Sutowo C, Susilo BA.2016. Pengaruh Proses Hardening Pada Baja Hq 7 Aisi 4140 Dengan
Media Oli Dan Air Terhadap Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro. Fakultas Teknik.
Universitas Muhammadiyah Jakarta: Jakarta
Trinofrandesta ET. 2015. Analisa Pengaruh Media Quenching Terhadap Kekerasan Dan
Struktur Mikro ST 70 (perbandingan media pendingin: air laut,air dan oli sae
40) .teknik Mesin . UNiversitas Negri Padang: pada