Anda di halaman 1dari 5

New Normal Indonesia

Syarat New normal

1. Kasus terkendali
2. Sudah bisa melakukan survelaince dan penanganan
3. Menekan kasus dari luar daerah
4. Memiliki protokol kesehatan (official pemerintah)
5. Semua sektor yang dibuka kembali harus siap menjalankan protokl Kesehatan
6. Sikap supportif dari masyarakat dan kepastian hukum
Sumber: repbulika, solopos

Belum siap?

-Masyarakat informasi belum update, Protokol Kesehatan yang ada belum tersosialisasikan dan
teraplikasikan dengan baik,

Ya, sesuai syarat yg ada

Resiko :

-Ledakan kasus

-Fasilitas Kesehatan tidak mencukupi

-Masyarakat tidak disiplin

Aspek yang terkait :

1. Ekonomi
Pro newnormal: Pendapatan perhari terdampak, Pemerintah tidak bisa menanggung kebutuhan
masyarakat setiap harinya, lapangan pekerjaan semakin menyempit (ok)
Kontra new normal: Tidak strict nya undang-undang ketenaga kerjaan, seharusnya PSBB saja
tapi aturannya ditegakkan
2. Pendidikan
P : Praktikum harus dilakukan secara offline, ujian,
O : Masih bisa dilakukan secara daring, mahasiswa beresiko tertular ketika pergi menuju kampus
masing2. (ok)

Solusi :

-Aturan ketenagakerjaan harus ditegakkan secara adil

-APBN dialihkan untuk menopang perekonomian Indonesia

-Sosialisasi dan kontroling skala kecamatan, RT, RW

-Penegakan hukum kepada penyebaran berita-berita hoax, dan tidak berdasarkan bukti ilmiah.

-Subsidi dan menjamin ketersediaan alat-alat protokol Kesehatan


-Masyarakat harus disiplin melakukan anjuran dan peraturan dalam new normal.

*tambahan

1. Kebijakan new normal dari segi kesehatan, meninjau kembali laporan WHO per 10 Juni 2020
thd perkembangan Covid Indonesia
- dari segi kriteria epidemiologi apa sudah sesuai rekomendasi?
- Dari semua new normal “non – negotiable” measures, apa sudah memenuhi?

Perbedaan penilaian dan kekurangan data epidemiologi di indonesia?

Kurva epidemi yang disampaikan pemerintah setiap harinya dinilai belum bisa
menggambarkan kondisi yang sesungguhnya terjadi. Dalam data jumlah korban
yang meninggal, pemerintah dinilai hanya menyampaikan berdasarkan pasien yang
dinyatakan positif Covid-19. jika mengacu pada arahan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), orang yang meninggal dengan gejala klinis Covid-19 meski belum dites
seharusnya dimasukkan ke dalam data meninggal akibat Covid-19.

The number of cases reported daily by the MoH is not the number of persons
who contracted COVID-19 on that day; reporting of laboratory-confirmed results
may take up
to one week from the time of testing. Therefore, caution must be taken in
interpreting this figure and the epidemiological curve for further analysis.

2. Negara yg berhasil memenangkan coronavirus


https://www.endcoronavirus.org/countries

*cari data perbedaan kebijakan antar masing2 negara.


Contoh: Korea Selatan
1. Fast Testing
In late January, just one week after the country’s first case was diagnosed, government
officials urged medical companies to develop coronavirus test kits and told
manufacturers to prepare for mass production   By March 5, South Korea had
tested 145,000 people—more than the U.S., the U.K., France, Italy, and Japan combined
2. Expansive High-Tech Tracing
3. Zero-Tolerance Isolation
4.  new travel policies.

3. Lemahnya new normal di Indonesia dibandingkan negara lain:


1. the numbers of COVID-19 cases and deaths continue to rise across many provinces
outside Jakarta. 
*cari data perbedaan kasus kematian sebelum penerapan new normal antar negara

2. the easing of restrictions, which allow people to travel for work purposes, came only
about two weeks after a full ban was announced for all passenger travel and less than
a month since provinces, cities and regencies formally enforced large-scale social
restrictions (PSBB).

In other countries, including the United States, at least seven weeks of lockdown with
strict measures were in place before they started to reopen.

3. the number of tests conducted remains very low compared to other countries.

*cari data perbandingan jumlah tes antar negara

In the first months of the outbreak, the government argued about the lack of test kits
and laboratory capacity. But today, with about 80 percent of the Rp 405 trillion
(US$27.27 billion) in COVID-19 aid proposed by the government allocated to the
economy instead of for the health response, it is reasonable to question the
government’s commitment to battling the virus.

Anda mungkin juga menyukai