Anda di halaman 1dari 17

Nama : Febriani Puji Lestari

Kelas : TBI.A

NIM : 210916032

Muhibbin Syah, M.Ed.

Psikologi Pendidikan

Dengan Pendekatan Baru

BAB I

A. Definisi Psikologi, Pendidikan dan Psikologi Pendidikan


1. Definisi Psikologi
Karena kontak dengan berbagai disiplin itulah, maka timbul bermacam-macam
definisi psikologi yang satu sama lain berbeda seperti:
1) Psikologi adalah ilmu mengenai mental
2) Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran
3) Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku
2. Definisi Pendidikan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dalam tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan penelitian. Dalam pengertian yang luas pendidikan
dapat diartikan sebagi sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga
orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan.
3. Definisi Psikologi Pendidikan
Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “Psyche”
yang berarti jiwa atau roh, dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Berarti
psikologis pendidikan adalah ilmu yang ingin mempelajari manusia sebagai satu
kesatuan antara jasmani dan rohani. Menurut Crow and Crow, psikologi
pendidikan merupakan suatu ilmu yang berusaha menjelaskan masalah-masalah
belajar yang dialami individu dari sejak lahir sampai usia lanjut terutama yang
menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar. Dari pengertian tersebut
dapat memberikan pengertian bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari
psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada
masalah-masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun
mental yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan, terutama yang
mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.

1
2

B. Sejarah, Cakupan dan Metode Psikologi Pendidikan


1) Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
Karya tulis yang membahas riwayat psikologis yang ada sekarang pada umumnya
tentang berbagai psikologi yang dicampur aduk menjadi satu, sehingga menyulitkan
identifikasi terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
Kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia
pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu meskipun istilah psikologi pendidikan
sendiri pada masa awal pemanfaatannya belum di kenal orang. Namun seiring dengan
perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah secara resmi
(entah tahun berapa ) sebuah cabang khusus yang disebut psikologi pendidikan itu.
Kemudian, menurut David (1997) pada umumnya para ahli memandang bahwa Johan
Friedrich Hebart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian ahli
masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya itu. Hebart adalah seorang filosof
dan engarang kenamaan yang lahir di Oldenburg Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada
usia 29 tahun ia menjadi dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada
tahun 1809 ketika dia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg samapi tahun
1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841. Nama Hebart kemudian
diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Hebartianisme pada tahun
1820-an. Konsep utama pemikiran Hebartainisme ialah apperceptipemass, sebuah istilah
yang khusus diperuntukan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu.Dalam
pandangan Hebart, proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan
individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang
telah dimiliki. Konsep ini sampai sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia
pengajaran Dalam pandangan Hebart, mata pelajaran yang paling jitu untuk
mengembangkan watak anak adalah sejarah. Kemudian untuk pengajaran selanjutnya
adalah ilmu-ilmu alam dan sebagai pelajaran akhir yang perlu diberikan kepada anak
adalah bidang-bidang studi formal seperti membaca, menulis, dan berhitung.Selanjutnya
psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, meskipun tanah
kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari Negara adidaya tersebut psikologi
pendidikan menyebar ke seluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Meskipun
perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa, kenyataannya
psikologi tersebut tidak tergeser oleh perkembangan psikologi pengajaran. Salah satu
bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi tersebut di Eropa, khususnya di
Inggris adalah masih tetap diterbitkannya sebuah internasional yang berjudul British
Journal of Educational Psychology. Sekarang semakin dewasa usia psikologi pendidikan
semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan yang berminat mengembangkannya. Hal
ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di
universitas- universitas terkenal di dunia yang membuka jurusan atau spesialis keahlian
psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Dinegara kita
pun jurusan psikologi pendidikan yang biasanya di gabung dengan bimbingan dan
3

penyuluhan masih diselenggarakan pada banyak fakultas keguruan baik negeri maupun
swasta.
2) Cakupan Psikoloi Pendidikan

Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang


khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang
terlibat dalam proses pendidikan itu yang meliputi tingkah laku belajr(oleh siswa),
tingkah laku mengajar (oleh guru) dan tingkah laku belajar-mengajar (oleh guru dan
siswa yang saling beriteraksi).

Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan


psikologi pendidikan menjadi 3 macam:

1. Pokok bahasan mengenai “belajar” yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip,dan


cirri-ciri khas perilaku belajar siswa dan sebagainya.
2. Pokok bahasan mengenai “ proses belajar“ yakni tahapan perbuatan dan peristiwa
yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3. Pokok bahasan mengenai “situaasi belajar” yakni suasana dan keadaan
lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan
kegiatan belajar siswa.

Dari seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar sisiwa merupakan kegiatan


yang paling pokok. Hal ini bermakna bahwa berhasill-tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak terpulang kepada proses belajar siswa baik ketika ia berada di
dalam kelas maupun diluar kelas. Walaupun masalah belajar merupakan pokok
bahasan sentral dan vital, tidak berarti masalah-masalah lain tidak perlu dibahas oleh
psikologi pendidikan.Khusus mengenai proses belajar-mengajar, para ahli psikologi
pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokan
pembahasan kedalam tujuh bagian.

 Manajement ruang belajar (kelas)yang sekurang-kurangnya meliputi pengendalian


kelas dan penciptaan iklim kelas
 Metodelogi kelas (metode pengajaran)
 Penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa
 Penanganan siswa yang berperilaku menyimpang
 Pengukuran kinerja akademik siswa
 Pendayagunaan umpan baik dan penindaklanjutan
Dalam hal penanganan manajemen (proses penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan) yakni manajemen ruang belajar atau kelas, tugas utama guru
adalah : 1) Melakukan kontrol terhadap seluruh keadaan dan aktivitas kelas. 2)
4

Menciptakan iklim ruang belajar sedemikian rupa agar proses belajar-mengajar


dapat berjalan wajar dan lancer. Pengendalian atau kontrol yang dilakukan guru,
menurut tinjauan psikologi pendidikan harus senantiasa diorentasikan pada
tercapainya disiplin. Disiplin dalam hal ini berarti segala sikap, penampilan dan
perbuatan siswa yang wajar dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Adapun
dalam hal penciptaan iklim kelas, guru sangat diharapkan mampu menata
lingkungan psikologis ruang belajar sehingga mengandung atmosfer ,iklim yang
memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah.
3) Metode Psikologi Pendidikan

Pada umumnya para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologis di


bidang kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu
seperti : a) eksperimen b) kuesioner c) studi kasus d) penyelidikan klinis dan e)
observasi naturalistik.

Metode Eksperimen

Pada dasarnya Metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan


(peneliti yang bereksperimen) didalam sebuah ruangan tertentu. Teknis pelaksanaannya
menyesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan
siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Metode eksperimen sering digunakan
dalam penelitian psikologi pendidikan dengan tujuan untuk mengujui keabsahan dan kecermatan
kesimpulan-kesimpulan yang ditarik yang ditarikdari hasil temuan penelitian dengan metode
lain. Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikologi pendidikan, dianggap sebagai
metode pilihandalam arti lebih utama untuk digunakan dalam riset-riset. Karena data dan
informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan lebih saintifik
(ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun melalui penggunaan-
penggunaan metode lainnya.Dalam penelitian eksperimental objek yang akan diteliti dibagi ke
dalam 2 kelompok, yakni : 1) kelompok percobaan (eksperimental group) 2) kelompok
pembandingan (control group). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang yang tingkah
lakunya diteliti dengan perlakuan khusus dalam arti sesuai dengan data yang dihimpun.
Kelompok pembanding juga terdiri atas objekyang jumlah dan karakteristiknya sama dengan
kelompok percobaan, tetapi tingkahlakunya tidak di teliti. Setelah eksperimen selesai, data dari
kelompok percobaan dibandingkan dengan data dari kelompok pembanding lalu dianalisis,
ditafsirkan dan disimpulkan dengan teknik statistic tertentu.

Metode Kuesioner

Metode keusioner (metode surat menyurat) karena pelaksanaan penyebaran dan


pengembaliannya sering dikirim ked an dari responden melalui jasa pos. Penggunaan metode
kuesioner dalm riset-riset social termasuk bidang psikologi pendidikan relative lebih menonjol
bila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya. Gejala dominasi penggunaan
5

metode ini muncul karena lebih banyak sampel yang bias dijangkau di samping unit cost (biaya
satuan) per responden lebih murah.Contoh data yang dapat dihimpun dengan cara penyebaran
adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia, dan seterusnya tapi tidak termasuk
nama.
2. Latar belakang keadaan siswa seperti latar belakang keluarga, latar belakang pendidkan
dan sebagainya.
3. Perhatian siswa terhadapmata pelajaran tertentu.
4. Faktor-faktor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu.
5. Aplikasi (penerapan) mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari-hari siswa (seperti
pada saat pelajaran agama)
6. Pengaruh aplikasi mata pelajaran tertentu terhadap perikehidupan siswa.

Metode Studi Kasus

Studi kasus ialah sebuah metode penelitian yang digunakanuntuk memperoleh gambaran
yangrinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa
teetentu.Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metodeini lazimnya terus-menerus
diikuti perkembangannya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti psikologi
pendidikan kadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun bahan-bahan berupa
data dan informasi yang akurat, tepat dan cermat mengenai seorang individu atau sekelompok
kecil individu. Studikasus akan memerlukan kasus yang lebih lama lagi apabila dipakai untuk
menyelidiki fenomena genetika yang dihubungan dengan aktivitas pendidikan. Dalam hal ini
studi biasanya dimulai sejak seorang anak berusia muda hingga berusia tertentu untuk
mendapatkan pengertian yang tepat mengenai aspek-aspek perkembangan yang perlu
diperhatikan demi kepentingkan praktik kependidikan untuk anak tersebut.

Metode Penyelidikan Klinis

Jean piaget adalah yang mula-mula memanfaatkann metode penyelidikan klinis tersebut
untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini untuk
mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu alamiah, (quasi-natural) antara
penelitian dengan anakyang diteliti (Reber, 1988). Metode penyelidikan klinis pada umumnya
hanya diperlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan
psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku. Sama halnya dengan metode eksperimen yang
dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang
sungguh-sungguh. Dengan penggunaan metode klinis ini terutama untuk memastikan sebab-
sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa.
Kemudian berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan
menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
6

Metode Observasi Naturalistik

Observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ilmu hewan untuk mempelajari
perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan jantan terhadap ikan betina.
Kemudian metode observasi naturalistik digunakan oleh psikologi sosial untuk meneliti peranan
kepemimpinan dalam sebuah masyarakat atau untuk meneliti sekelompok orang yang
memerlukan terapi yang bersifat kemasyarakatan. Dalam hal penggunaannya bagi kepentingan
penelitian psikologi pendidikan, seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat
mengaplikasikan metode observaasi ilmiah itu lewat kegiatan pengajaran atau belajar-mengajar
dalam kelas-kelas regular, yakni kelas tetap dan biasa, dan kelas yang diadakan secara khusus.
Selama proses belajar-mengajar langsung, jenis perilaku siswa yang diteliti dicatat dalam lembar
format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun.
7

BAB II

PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR

A. Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


1. Definisi Perkembangan
Secara singkat, perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan kea rah
yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam
hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
a) Aliran/golongan Nativisme
Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh
pembawaan sejak lahir. Mereka mengemukakan bahwa setiap manusia yang
dilahirkan dibekali bakat-bakat yang berasal dari generasi sebelumnya, apabila
pembawaan itu baik maka akan baik pulaanak itu kelak, demikian juga
sebaliknya.
b) Aliran/golongan Empirisme
Pendapat empirisme merupakan kebalikan dari nativisme yakni bahwa
perkembangan manusia itu lebih banyak dipengaruhi atau ditentukan oleh
lingkungannya. Asumsi psikolgis yang mendasari aliran ini adalah bahwa
manusia lahir dalam kondisi netral,tidak membawa potensi apapun, ia bagaikan
kertas putih yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki oleh lingkungannya.
c) Aliran/golongan konvergensi
Aliranini menganggap bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh
pembawaan dan lingkungan. Keduanya mempengaruhi perkembangan manusia.
Kalau dilihat dari sudut pandang islam, yang diasumsikan dari stuktur nafsani
tidak lantas menerima ketiga aliran diatas. Di samping terdapat kelemahan-
kelemahan, ketiga aliran tersebut hanya berorientasi teorinya pada pola pikir
antroposentris, artinya perkembangan kepribadian manusia seakan-akan hanya
dipengaruhi oleh faktor manusiawi. Manusia dalam pandangan islam telah
memiliki seperangkat potensi, disposisi, dan karakteristik unik. Kesimpulan akhir
bawasannya jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh
pembawaan yang turun temurun yang oleh aktivitas dan pemilihan atau penentuan
manusia itu sendiri yang dilakukan dengan bebas dibawah pengaruh faktor
lingkungan yang tertentu berkembang menjadi sifat. Dan ternyata tiap-tiap sifat
8

dan cirri-ciri manusia dalam perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh
lingkungannya dan ada pula yang lebih ditentukan oleh pembawaannya.
B. Proses , Tugas dan Fase Perkembang
1. Proses Perkembangan
Secara Global seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi person
berlangsung dalam tiga tahapan.
1. Tahapan proses konsepsi ( Pembuahan selovum ibu oleh sperma ayah)
2. Tahapan proses kelahiran ( Saat keluarnya bayi dari rahim ibu kea lam dunia
bebas)
3. Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi
yang khas
2. Tugas dan Fase Perkembangan

Adapun mengenai fase-fase perkembangan dan tugas-tugas yang mengiringi fase-fase


tersebut sebagai berikut:
a. Tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kanak (mas usia pra sekolah)
Fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk
mempersiapkan anak terjun kedalam lingkungan yang lebih luas terutama
lingkungan sekolah.
b. Tugas perkembangan fase anak (usia jenjang pendidikan dasar)
Pada masa ini anak mempersiapkan dirinya untuk menjadi manusia matang dan
satu anggota dari masyarakat.Pada fase ini anak mulai menghilangkan
kebiasaanya meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa dan mulai
memperhatikan alam dan lingkungan sekitar.
c. Tugas perkembangan fase remaja
Masa ini dikenal dengan masa transisi dari satu keadaan kedalam kondisi lainnya
yaitu dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang sering muncul gejolak,
goncangan, atau berbagai permasalahan yang tidak hanya berakibat pada remaja
itu sendiri tapi juga orang tua bahkan masyarakat di sekitar. Adapun tugas-tugas
perkembangan sebagai berikut:
a) Mencapai pola hubungan baru yang matang.
b) Mencapai peranan sosial sebagai seorang pria/wanita selaras dengan
tuntutan sosial dan cultural masyarakatnya.
9

c) Menerima kesatuan organ-organ tubuh dan menggunakannya secara


efektif sesuai dengan kodratnya.
d) Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu dengan
bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakat.
e) Mempersiapkan diriuntuk mencapai karir.
f) Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan.
d. Tugas perkembangan dewasa
a) Mulai bekerja mencari nafkah.
b) Memilih teman atau pasangan hidup rumah tangga.
c) Mulai memasuki kehidupan rumah tanggayakni menjadi seorang
suami/istri
d) Belajar hidup bersama pasangandalam suasana rumah tangga
e) Mengelola tempat tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarga.
f) Membesarkan anak-anak dengan menyediakan pangan, sandang, dan
papan yang cukup dan memberikan pendidikan.
g) Menerima tanggung jawab kewarganegaraan dan tuntunan sosial yang
berlaku di masyarakat.
h) Menemukan kelompok sosialyang cocok dan menyenangkan.
e. Tugas perkembangan setengah baya
a) Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih
dewasa.
b) Membantu anak-anak usia belasan tahun agar berkembang menjadi orang
dewasa.
c) Memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya.
d) Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya sebagai
pribadi yang utuh.
e) Menyesuaikan diri dengan perubahan psikologi yang lazim terjadi.
f) Menyesuaikan diri dengan perikehidupan.
f. Tugas perkembangan fase usia tua
a) Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan
jasmaniahnya.
10

b) Menyesuaikan diri dengan keadaan pensiun dan berkurangnya income


(penghasilan)
c) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya.
Membina hubungan yang tegas dengan para anggota kelompok seusia
C. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
1. Perkembangan Motor Siswa
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade
sejak ia lahir. Semburan perkembangan teradi pada masa anak menginjak usia remaja
antara 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun. Pada saat perkembangan
berlangsung, beberapa bagian jasmani, seperti kepala dan otak yangpadawaktu dalam
rahim berkembang tidak seimbang , mulai menunjukkan perkembangan yang cukup
berarti hingga bagian-bagian lainnya menjadi matang.
2. Perkembangan Kognitif Siswa
Istilah kognitif berasal dari kata cognition ialah perolehan, penataan dan
penggunaan pengetahuan (Neisser,1976). Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah kognitif menjadi popular menjadi salahsatu domain atau wilayah/ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi dan afeksi (perasaan) yang bertahan dengan ranah
rasa (Chaplin,1972).
 Teori perkembangan kognitif piaget
Jean piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahapan
1. Tahap sensory-motor yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 0-2 tahun.
2. Tahap pre-operational yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 2-7 tahun.
3. Tahap concrete-operational yang terjaddi pada usia 7-11 tahun.
4. Tahap forma-operational yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 11-15 tahun.
Proses perkembangan kognitif anak versi piaget sebagai berikut:
11

1. Sensory-motor scheme ialah sebuah atau serangkaian perilaku terbuka


yang tersusun secara sistematika untuk merespon lingkungan (barang,
orang, keadaan dan kejadian).
2. Cognitive scheme ialah perilaku tertutup berupa tatanan langkah-langkah
kognitif yang berfungsi memahami apa yang tersirat atau menyimpulkan
lingkungan yang direspons.
3. Object permanance yakni anggapan bahwa sebuah benda akan tetap ada
walaupun sudah ditinggal atau tidak dilihat lagi.
4. Assimilation yakni proses aktif dalam menggunakan skema untuk
merespons lingkungan.
5. Accomodation yakni penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan
lingkungan yang direspons.
6. Equilibrium yakni keseimbangan antara skema yang digunakan dengan
lingkungan yang direspons sebagai hasil ketetapan akomodasi
3. Perkembagan Sosial dan Moral Siswa
 Perkembangan sosial
Proses perkembangan sosial selalu berkaitan dengan proses belajar.
Konsekuensinya kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada
kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa tersebut, baik
dilingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas. Ini
bermakna bahwa proses belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam
bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral
tradisi, moral hukum, dan norma moral lainnya yang beralaku dalam masyarakat
siswa yang bersangkutan.
 Perkembangan emosional
Perkembangan emosional merupakan perkembangan yang paling sukar
diklasifikasi dari semua aspek perkembangan. Reaksi terhadap emosi pada
dasarnya sangat dipengaruri oleh lingkungan, pengalaman, kebudayaan dan
sebaginya sehingga mengukur emosi itu agaknya hamper tidak mungkin. Respon-
respon emosional berkembang melalui 4 jalan. Hal ini sesuai dengan 4 aspek
emosi, yaitu :
12

1. Stimulus
2. Perasaan
3. Respon-respon internal
4. Pola-pola tingkah laku
Dengan membandingkan antara respon-respon emosional anak dan respon-respon
emosional orang dewasa, bisa diketahui bahwa perkembangan-perkembangan itu
bergerak dari tingkkat sederhana ke tinggkatyang rumit.
 Perkembangan Moral Siswa
 Definisi moral
Proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan cara
anak dalam berkomunikasi dengan objek/orang lain.
 Proses pembentukan moral
Piaget dan Kohlberg menekankan bahwa pemikiran moral seoarang anak,
terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya. Sedangkan di sisi lain,
lingkungan sosial merupakan pemasok materi mentah yang akan diolah oleh ranah
kognitif anak tersebut secara aktif. Dalam interaksi sosial dengan teman-teman
sepermainan sebagai contoh, terdapat dorongan sosial yang menantang anak tersebut
untuk mengubah orientasi moralnya.
13

BAB III
BELAJAR

A. Definisidan Contoh Belajar


1. Definisi Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah
laku yang relatif permanen dan menetap disebabkan adanya interaksi individu dengan
lingkungan belajarnya.
2. Aktifitas yang disbut belajar
 Mendengarkan

Mendengarkan merupakan aktivitas belajar karena melalui aktivitas mendengar terjadi


interaksi individu dengan lingkungannya.

 Memandang, Memerhatikan, atau Mengamati

Belajar memiliki tujuan, sehingga apabila kegiatan memandang, memerhatikan dan


mengamati dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, dikatakan melakukan aktivitas
belajar.

 Meraba, Mencium, dan Mencecap

Sama dengan aktivitas lainnya, meraba, mencium, mencecap baru dapat dikatakan
sebagai aktivitas belajar bila didorong oleh kebutuhan untuk mengetahui, mencapai
tujuan-tujuan tertentu.

 Menulis dan Mencatat

Mencatat akan dikategorikan dalam aktivitas belajar apabila individu menyadari akan
tujuannya mencatat serta ada manfaatnya dari apa yang dicatatnya untuk mencapai
tujuan-tujuan belajar tertentu.

 Membaca
 Membuat ringkasan atau ikhtisar dan Menggarisbawahi
 Menyusun paper atau kertas kerja

Kegiatan membuat paper atau kertas kerja dimasukkan pada aktivitas belajar apabila
prosesnya dikerjakan sendiri oleh siswa.

 Mengingat
14

BAB IV

LUPA DAN KESULITAN BELAJAR

1. Lupa dan Penyebab Lupa

Lupa merupakan ketidakmampuan seseorang individu untuk memunculkan atau


memanggil kembali informasi atau pengetahuan yang pernah dimilikinya pada saat
yang dibutuhkan dengan tepat.
Penyebab lupa ialah:
1. Lupa terjadi karena bekas-bekas ingatan yang tidak digunakan, lama-
kelamaan terhapus dan dengan berlangsungnya waktu terjadi proses
penghapusan yang mengakibatkan suatu bekas ingatan menjadi kabur dan
lama-kelamaan hilang sendiri.
2. Lupa terjadi karena gangguan dari informasi yang baru masuk kedalam
ingatan terhadap informasi lama yang telah tersimpan disitu, seolah-olah
informasi yang lama digeser dan kemudian menjadi lebih sukar diingat.
3. Lupa terjadi karena adanya motif tertentu sehingga orang-orang sedikit
banyak berusaha melupakan sesuatu.
 Usaha-usaha mengurangi lupa
 Menggunakan strategi-strategi mengingat dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan jembatan keledai dan sebagainya.
 Tidak membebani individu untuk mengingat materi yang panjang dalam
waktu yang singkat dan segera.
 Melakukan proses pengulangan-pengulangan materi pelajaran, terutama poin-
poin penting sebuah materi pelajaran.
 Menghubung-hubungkan materi dan aktivitas belajar dengan kondisi
keseharian yang nyata-nyata ada dan sering dijumpai siswa disekitar
lingkungannya.
 Memberikan korelasi materi pelajaran dengan pengalaman siswandalam
memori jangka panjang pendek maupun jangka panjang.
Mengikutkan dan memunculkan emosi siswa (senang, ceria, semangat, dsb) selama
proses pembelajaran terutama untuk memori jangka panjang
15

2. Kesulitan Belajar
Menurut Blassic & Jones dalam Sugihartono dkk. (2007: 149-150), kesulitan
belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi
akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh siswa pada
kenyataannya (prestasi aktual). Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah
permasalahan yang menyebabkan seorang siswa tidakdapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai tujuan belajar
dengan baik sesuai yang diharapkan.
 Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
a. Faktor intern (faktor dalam diri siswa itu sendiri)
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar
pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya
kelemahan atau cacat tubuh dan sebagainya.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar
meliputi tingakat intelegensia pada umumnya yang rendah, bakat terhadap
mata pelajaran yang rendah, minat belajar yang kurang, motivasi yang
rendah, kondisi kesehatan mental yang kurang baik, serta tipe khusus
siswa dalam belajar.
b. Faktor ekstern (faktor dari luar siswa itu sendiri)
1. Faktor-faktor nonsosial
Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa
dapat berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baikatau
bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang
layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh
siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kuarang disiplin
dansebagainya.
2. Faktor-faktor sosial
Faktor-faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya
permasalahan belajar pada siswa seperti faktor keluarga, faktor sekolah
dan teman bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
16

BAB V
MENGAJAR

1. Definisi Mengajar
Dalam pengertian institusional mengajat berarti “ the efficient orchestration of
teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam
pengertian ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik
mengajaruntuk bermacam-macam siswa yang berbeda-beda bakat, kemampuan dan
kebutuhannya.
Contoh mengajar : Jika para siswa sedang diajari menulis, maka para siswa itulah yang
seharusnya lebih banyak mendapat peluang menulis bukan guru. Tugas anda yang
penting dalam hal ini adalah memberi contoh dan dorongan persuasif kepada para siswa
serta menata lingkungan sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan mereka belajar dengan
mudah. Lingkungan dalam hal ini meliputi guru, papan tulis, pensil dan buku tulis
parasiswa serta perlengkapan lainnya yang terdapat diruang kelas.
2. Tahapan-tahapan Mengajar
1. Tahap prainstruksional
Langkah persiapan yang di tempuh guru pada saat mulai memasuki kelas hendak
mengajar. Pada tahap ini guru dianjurkan memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas,
dan kondisi peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu yang singkat.
2. Tahap instruksional
Tahap inti dalam proses pengajaran. Pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran
yang disusun lengkap dengan persiapan model , metode dan strategi mengajar yang
dianggap cocok.
3. Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung
pada tahap instruksional. Caranya, ialah dengan mengadakan post test.1

1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 1-256.
17

Daftar Pustaka

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.2008.

Anda mungkin juga menyukai