Kelas : TBI.A
NIM : 210916032
Psikologi Pendidikan
BAB I
1
2
penyuluhan masih diselenggarakan pada banyak fakultas keguruan baik negeri maupun
swasta.
2) Cakupan Psikoloi Pendidikan
Metode Eksperimen
Metode Kuesioner
metode ini muncul karena lebih banyak sampel yang bias dijangkau di samping unit cost (biaya
satuan) per responden lebih murah.Contoh data yang dapat dihimpun dengan cara penyebaran
adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia, dan seterusnya tapi tidak termasuk
nama.
2. Latar belakang keadaan siswa seperti latar belakang keluarga, latar belakang pendidkan
dan sebagainya.
3. Perhatian siswa terhadapmata pelajaran tertentu.
4. Faktor-faktor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu.
5. Aplikasi (penerapan) mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari-hari siswa (seperti
pada saat pelajaran agama)
6. Pengaruh aplikasi mata pelajaran tertentu terhadap perikehidupan siswa.
Studi kasus ialah sebuah metode penelitian yang digunakanuntuk memperoleh gambaran
yangrinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa
teetentu.Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metodeini lazimnya terus-menerus
diikuti perkembangannya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti psikologi
pendidikan kadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun bahan-bahan berupa
data dan informasi yang akurat, tepat dan cermat mengenai seorang individu atau sekelompok
kecil individu. Studikasus akan memerlukan kasus yang lebih lama lagi apabila dipakai untuk
menyelidiki fenomena genetika yang dihubungan dengan aktivitas pendidikan. Dalam hal ini
studi biasanya dimulai sejak seorang anak berusia muda hingga berusia tertentu untuk
mendapatkan pengertian yang tepat mengenai aspek-aspek perkembangan yang perlu
diperhatikan demi kepentingkan praktik kependidikan untuk anak tersebut.
Jean piaget adalah yang mula-mula memanfaatkann metode penyelidikan klinis tersebut
untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini untuk
mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu alamiah, (quasi-natural) antara
penelitian dengan anakyang diteliti (Reber, 1988). Metode penyelidikan klinis pada umumnya
hanya diperlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan
psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku. Sama halnya dengan metode eksperimen yang
dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang
sungguh-sungguh. Dengan penggunaan metode klinis ini terutama untuk memastikan sebab-
sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa.
Kemudian berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan
menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
6
Observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ilmu hewan untuk mempelajari
perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan jantan terhadap ikan betina.
Kemudian metode observasi naturalistik digunakan oleh psikologi sosial untuk meneliti peranan
kepemimpinan dalam sebuah masyarakat atau untuk meneliti sekelompok orang yang
memerlukan terapi yang bersifat kemasyarakatan. Dalam hal penggunaannya bagi kepentingan
penelitian psikologi pendidikan, seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat
mengaplikasikan metode observaasi ilmiah itu lewat kegiatan pengajaran atau belajar-mengajar
dalam kelas-kelas regular, yakni kelas tetap dan biasa, dan kelas yang diadakan secara khusus.
Selama proses belajar-mengajar langsung, jenis perilaku siswa yang diteliti dicatat dalam lembar
format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun.
7
BAB II
dan cirri-ciri manusia dalam perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh
lingkungannya dan ada pula yang lebih ditentukan oleh pembawaannya.
B. Proses , Tugas dan Fase Perkembang
1. Proses Perkembangan
Secara Global seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi person
berlangsung dalam tiga tahapan.
1. Tahapan proses konsepsi ( Pembuahan selovum ibu oleh sperma ayah)
2. Tahapan proses kelahiran ( Saat keluarnya bayi dari rahim ibu kea lam dunia
bebas)
3. Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi
yang khas
2. Tugas dan Fase Perkembangan
1. Stimulus
2. Perasaan
3. Respon-respon internal
4. Pola-pola tingkah laku
Dengan membandingkan antara respon-respon emosional anak dan respon-respon
emosional orang dewasa, bisa diketahui bahwa perkembangan-perkembangan itu
bergerak dari tingkkat sederhana ke tinggkatyang rumit.
Perkembangan Moral Siswa
Definisi moral
Proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan cara
anak dalam berkomunikasi dengan objek/orang lain.
Proses pembentukan moral
Piaget dan Kohlberg menekankan bahwa pemikiran moral seoarang anak,
terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya. Sedangkan di sisi lain,
lingkungan sosial merupakan pemasok materi mentah yang akan diolah oleh ranah
kognitif anak tersebut secara aktif. Dalam interaksi sosial dengan teman-teman
sepermainan sebagai contoh, terdapat dorongan sosial yang menantang anak tersebut
untuk mengubah orientasi moralnya.
13
BAB III
BELAJAR
Sama dengan aktivitas lainnya, meraba, mencium, mencecap baru dapat dikatakan
sebagai aktivitas belajar bila didorong oleh kebutuhan untuk mengetahui, mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
Mencatat akan dikategorikan dalam aktivitas belajar apabila individu menyadari akan
tujuannya mencatat serta ada manfaatnya dari apa yang dicatatnya untuk mencapai
tujuan-tujuan belajar tertentu.
Membaca
Membuat ringkasan atau ikhtisar dan Menggarisbawahi
Menyusun paper atau kertas kerja
Kegiatan membuat paper atau kertas kerja dimasukkan pada aktivitas belajar apabila
prosesnya dikerjakan sendiri oleh siswa.
Mengingat
14
BAB IV
2. Kesulitan Belajar
Menurut Blassic & Jones dalam Sugihartono dkk. (2007: 149-150), kesulitan
belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi
akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh siswa pada
kenyataannya (prestasi aktual). Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah
permasalahan yang menyebabkan seorang siswa tidakdapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai tujuan belajar
dengan baik sesuai yang diharapkan.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
a. Faktor intern (faktor dalam diri siswa itu sendiri)
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar
pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya
kelemahan atau cacat tubuh dan sebagainya.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar
meliputi tingakat intelegensia pada umumnya yang rendah, bakat terhadap
mata pelajaran yang rendah, minat belajar yang kurang, motivasi yang
rendah, kondisi kesehatan mental yang kurang baik, serta tipe khusus
siswa dalam belajar.
b. Faktor ekstern (faktor dari luar siswa itu sendiri)
1. Faktor-faktor nonsosial
Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa
dapat berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baikatau
bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang
layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh
siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kuarang disiplin
dansebagainya.
2. Faktor-faktor sosial
Faktor-faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya
permasalahan belajar pada siswa seperti faktor keluarga, faktor sekolah
dan teman bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
16
BAB V
MENGAJAR
1. Definisi Mengajar
Dalam pengertian institusional mengajat berarti “ the efficient orchestration of
teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam
pengertian ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik
mengajaruntuk bermacam-macam siswa yang berbeda-beda bakat, kemampuan dan
kebutuhannya.
Contoh mengajar : Jika para siswa sedang diajari menulis, maka para siswa itulah yang
seharusnya lebih banyak mendapat peluang menulis bukan guru. Tugas anda yang
penting dalam hal ini adalah memberi contoh dan dorongan persuasif kepada para siswa
serta menata lingkungan sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan mereka belajar dengan
mudah. Lingkungan dalam hal ini meliputi guru, papan tulis, pensil dan buku tulis
parasiswa serta perlengkapan lainnya yang terdapat diruang kelas.
2. Tahapan-tahapan Mengajar
1. Tahap prainstruksional
Langkah persiapan yang di tempuh guru pada saat mulai memasuki kelas hendak
mengajar. Pada tahap ini guru dianjurkan memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas,
dan kondisi peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu yang singkat.
2. Tahap instruksional
Tahap inti dalam proses pengajaran. Pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran
yang disusun lengkap dengan persiapan model , metode dan strategi mengajar yang
dianggap cocok.
3. Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung
pada tahap instruksional. Caranya, ialah dengan mengadakan post test.1
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 1-256.
17
Daftar Pustaka