Anda di halaman 1dari 7

E.ISSN. 2623-2316 Vol.2 No.

2 Edisi Desember 2019

PENERAPAN PENDEKATAN SUPERVISI KOLABORATIF UNTUK


MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SD
NEGERI 200118 PADANGSIDIMPUAN T.P 2019/2020
Oleh :
Siti Asa Pasaribu
Guru SD Negeri 200118 Padangsidimpuan

Abstrak
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Profesionalisme seorang guru terlihat dari
kompetensinya sebagai seorang guru yang terdiri dari kompetensi pedagogik, profesional, keperibadian dan
sosial. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
dengan model Kemmis dan Mc. Taggart yang merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 200118 Padangsidimpuan yang memiliki karakteristik bahwa di sekolah
ini kepala sekolah selalu melakukan supervisi akademik secara individual. Penelitian ini yang menjadi subyek
penelitian adalah 22 guru di SD Negeri 200118 Padangsidimpuan yang memiliki karakteristik bahwa
kompetensi profesionalnya rendah khususnya dalam mengembangkan materi pembelajaran. Teknik pengolahan
dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengolahan data secara kuantitatif dilakukan
terhadap variabel kompetensi profesional guru. Hasil menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru
mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini diduga bahwa
pendekatan supervisi kolaboratif telah dilaksanakan secara efektif selamat proses supervisi baik pada tahap pra-,
pelaksanaan, dan pasca-supervisi kolaboratif. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi
kolaboratif secara spesifik terdiri dari tahap pra-supervisi kolaboratif, supervisi kolaboratif dan pasca-supervisi
kolaboratif.

Kata kunci : Supervisi Kolaboratif, kompetensi profesional guru

1. PENDAHULUAN supervisi akademik di sekolah yang dipimpinnya.


Guru merupakan ujung tombak keberhasilan Pelaksanaan supervisi akademik yang baik oleh
pendidikan. Profesionalisme seorang guru terlihat kepala sekolah akan menghasilkan kompetensi
dari kompetensinya sebagai seorang guru yang guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang baik
terdiri dari kompetensi pedagogik, profesional, pula. Selanjutnya, pembelajaran yang dilaksanakan
keperibadian dan sosial. Salah satu dimensi dengan baik akan berdampak pada peningkatan
kompetensi guru sesuai dengan Peraturan Menteri prestasi siswa. Dengan demikian, keberhasilan
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 siswa dalam pembelajaran sangat bergantung pada
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik kemampuan guru dalam memfasilitasi
dan Kompetensi Guru adalah kompetensi pembelajaran dan kompetensi kepala sekolah
profesional. Dengan Permendiknas tersebut berarti dalam melaksanakan supervisi akademik.
seorang guru harus kompeten dalam melakukan Kompetensi supervisi akademik kepala
kinerja profesionalnya. Kompetensi profesional sekolah terdiri dari tiga aspek yaitu kompetensi
guru menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dalam menyusun program, melaksanakan,
terdiri dari kemampuan guru dalam: (1) menguasai mengevaluasi dan menindaklanjuti temuan-temuan
materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan ketika melaksanakan supervisi akademiknya.
yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) Program supervisi akademik yang harus disusun
menguasai standar kompetensi dan kompetensi oleh seorang kepala sekolah merupakan pedoman
dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang atau acuan dalam melaksanakan supervisi
diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran akademik. Selain itu, program supervisi akademik
yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan juga dapat mengembangkan kemampuan guru
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan dalam mengelola pembelajaran secara efektif. Dari
melakukan tindakan reflektif; dan (5) hasil pelaksanaan supervisi akademik, kepala
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sekolah juga harus mampu merefleksi kinerjanya
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. dan melaksanakan tindak lanjut sebagai umpan
Efektivitas pelaksanaaan kinerja profesional balik yang sangat berguna untuk peningkatan
guru sangat bergantung pada kompetensi kepala kualitas baik bagi siswa, guru, maupun dirinya
sekolah dalam melaksanakan tugasnya diantaranya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
dalam melakukan supervisi akademik. Untuk pendidikan di sekolahnya.
melaksanakan supervisi akademik, kepala sekolah Berdasarkan hasil refleksi diri yang telah
sebagai supervisor dan penanggungjawab kegiatan dilakukan oleh peneliti sebagai kepala sekolah,
di sekolah harus mampu menyusun program, selama ini kepala sekolah melaksanakan tugas
melaksanakan, dan melakukan tindak lanjut supervisi akademiknya dengan menerapkan

Jurnal Pengembangan Edukasional Indonesia Hal. 41


E.ISSN. 2623-2316 Vol.2 No.2 Edisi Desember 2019

pendekatan supervisi langsung secara individual, “Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif


dengan cara mendatangi guru yang sedang untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru
bertugas, mengamati kinerjanya dan melakukan di SD Negeri 200118 Padangsidimpuan”.
penilaian. Pendekatan supervisi individual ini tidak
terlalu efektif untuk meningkatkan kompetensi 2. METODE PENELITIAN
guru dalam melaksanakan tugasnya khususnya Istilah supervisi berasal dari dua kata,
yang berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s New
Hasil kajian empirik yang peneliti lakukan terhadap World Dictionary istilah super berarti “higher in
guru-guru di SD Negeri 200118 Padangsidimpuan rank or position than, superior to (superintendent),
menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru a greater or better than others” (199:1343)
masih rendah terutama pada kompetensi guru sedangkan kata vision berarti “the ability to
dalam mengembangkan materi pembelajaran yang perceive something not actually visible, as through
diampu secara kreatif. Rata-rata kemampuan guru mental acuteness or keen foresight (199:1492).
dalam mengembangkan materi pembelajaran yang Berdasarkan pengertian di atas, supervisi
diampunya berdasarkan penilaian kinerja guru merupakan pemantauan yang dilakukan oleh
terhadap 22 orang guru di SD Negeri 200118 seorang atasan (supervisor) terhadap bawahannya
Padangsidimpuan. dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja
Hasil analisis data pada tabel di atas bawahannya.
menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam Perumusan atau pengertian supervisi dapat
mengembangkan materi pembelajaran yang diampu dijelaskan dari berbagai sudut pandang, baik
masih pada kategori sedang yaitu indeks rata-rata menurut asal usul (etimologi), bentuk
2,09 atau 52,27. Hasil refleksi terhadap temuan perkataannya, maupun isi yang terkandung di
tersebut menunjukkan bahwa faktor yang dalam perkataanya itu (semantic). Secara
menyebabkan masih rendahnya kompetensi guru etimologis, supervisi menurut Wajowasito dan
tersebut diduga disebabkan oleh faktor internal dan Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun
eksternal. Faktor internal yang diduga (1993:1) Supervisi dialihbahasakan dari perkataan
mempengaruhi rendahya kompetensi profesional inggris “Supervision” artinya pengawasan’.
guru antara lain : 1)Guru belum memahami teknik Pengertian supervisi secara etimologis masih
pengembangan materi pembelajaran; 2) Guru tidak menurut Ametembun (1993:2), menyebutkan
melakukan analisis materi pembelajaran sebelum bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi
mengembangkan bahan ajar atau materi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super =
pembelajaran; dan 3) Kurangnya motivasi diri guru atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang
untuk melakukan kinerja profesionalnya dengan terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang
baik. supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih
Faktor eksternal yang diduga dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah
mengakibatkan rendahnya kompetensi profesional melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang
guru adalah pelaksanaan supervisi oleh kepala disupervisi.
sekolah yang lebih bersifat menilai. Idealnya, Saat ini banyak ahli yang memberi definisi
supervisi dilaksanakan secara kolegial, tidak tentang kompetensi. Purwadarminta (2011)
menggurui, bersifat kemitraan dan pendampingan, mengartikan kompetensi adalah kewenangan
serta dilakukan melalui diskusi dan curah pendapat (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan
secara terbuka dan fleksibel untuk membantu guru suatu hal. Menurutnya, kompetensi terkait dengan
merefleksi kinerjanya dalam melaksanakan tugas kemampuan seseorang dalam melaksanakan
profesionalnya. Salah satu pendekatan yang kewenangannya. Guru merupakan masyarakat
mengedepankan kemitraan atau rekan kerja antara sekolah yang merupakan ujung tombak
kepala sekolah sebagai supervisor akademik dan keberhasilan sekolah tersebut. Seorang guru harus
guru sebagai orang yang disupervisi, lebih bersifat kompeten dalam melaksanakan tugasya. Terkait
mendampingi melalui diskusi dan curah pendapat kompetensi guru, Sagala (dalam Hubolo, 2011: 18)
secara terbuka dan fleksibel serta memiliki tujuan medefinisikan bahwa kompetensi adalah
yang jelas untuk membantu guru berkembang seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
menjadi tenaga-tenaga profesional melalui perilaku yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
kegiatan-kegiatan reflektif adalah pendekatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
supervisi kolaboratif. Pernyataan serupa dinyatakan oleh Usman (2010)
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, bahwa kompetensi adalah ” suatu hal yang
untuk mengatasi masalah rendahnya kompetensi menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
profesional guru dalam melaksanakan tugas seseorang, baik kualitatif maupun kuantitatif”.
profesionalnya, maka diterapkan tindakan berupa Dengan demikian, kompetensi guru merupakan
pendekatan supervisi yang belum pernah dilakukan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki
sebelumnya yaitu pendekatan supervisi kolaboratif. seorang guru meliputi pengetahuan, sikap dan
Tindakan tersebut selanjutnya diteliti melalui keterampilan dalam melaksanakan tugas dan
penelitian tindakan sekolah yang berjudul

Jurnal Pengembangan Edukasional Indonesia Hal. 42


E.ISSN. 2623-2316 Vol.2 No.2 Edisi Desember 2019

kewajibannya yang diwujudkan dalam bentuk selalu melakukan supervisi akademik secara
kebiasaan berpikir dan bertindak sepanjang hayat. individual, tidak secara kolaboratif padahal
Kompetensi guru terdiri dari kompetensi karakteristik guru di sekolah ini adalah dapat
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. bekerja secara kolaboratif dan memiliki motivasi
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional untuk selalu merefleksi kinerjanya dan berbagi
Nomor 16 Tahun 2007 tentang tentang Standar pengalaman dengan rekan sejawatnya. Subyek
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Dalam penelitian ini yang menjadi subyek
dinyatakan bahwa guru harus memiliki empat penelitian adalah 22 guru di SD Negeri 200118
kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, Padangsidimpuan yang memiliki karakteristik
kepribadian, sosial, dan profesional. Guru yang bahwa kompetensi profesionalnya rendah
kompeten adalah guru yang memiliki empat khususnya dalam mengembangkan materi
kompetensi tersebut. Salah satu kompetensi guru pembelajaran. Namun, guru di sekolah ini dapat
terkait dengan mata pelajaran yang diampunya bekerja secara kolaboratif dan memiliki motivasi
adalah kompetensi profesional. Kompetensi untuk selalu merefleksi kinerjanya serta berbagi
profesional guru menurut Permendiknas Nomor 16 pengalaman dengan rekan sejawatnya. Jadwal
Tahun 2007 terdiri dari kemampuan guru dalam: pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dengan
(1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif untuk
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran meningkatkan kompetensi profesional guru telah
yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dikoordinasikan dan disepakati bersama 22 guru
dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang yaitu pada bulan September s.d. Nopember 2018.
pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan Faktor-faktor yang diteliti dalam PTS ini
materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; adalah proses supervisi kolaboratif yang terkait
(4) mengembangkan keprofesionalan secara dengan keterlaksanaan prinsip-prinsip supervisi
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial,
dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan kemitraan, terbuka dan fleksibel pada ketiga
komunikasi untuk berkomunikasi dan tahapan supervisi kolaboratif yang terdiri dari tahap
mengembangkan diri. pra-supervisi kolaboratif, supervisi kolaboratif dan
Metode penelitian yang digunakan pada pasca-supervisi kolaboratif. Selain hal tersebut,
penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan faktor lain yang diteliti adalah kompetensi
Sekolah (PTS) dengan model Kemmis dan Mc. profesional guru dalam mengembangkan materi
Taggart yang merupakan model pengembangan pembelajaran. Alat pengumpul data yang
dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, digunakan untuk mengumpulkan data yang
karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat berkaitan dengan variabel yang diteliti adalah
komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan
(1) perencanaan, (2) aksi/ tindakan, (3) observasi, pedoman wawancara.
dan (4) refleksi. Setelah suatu siklus selesai Teknik pengolahan dan analisis data
diimplementasikan, khususnya sesudah adanya dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik
refleksi, kemudian diikuti dengan adanya pengolahan data secara kuantitatif dilakukan
perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam terhadap variabel kompetensi profesional guru.
bentuk siklus tersendiri. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau
Menurut Kemmis dan Mc. Taggart, observasi kinerja profesional guru dalam
penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu mengembangkan materi pembelajaran yang terdiri
siklus spiral dari penyusunan perencanaan, dari empat aspek yaitu keterurutan, keberjenjangan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan kedalaman, dan keluasan diolah dengan
refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan menentukan nilai rata-ratanya. Analisis data
siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya, kompetensi profesional guru dilakukan
ada kemungkinan peneliti telah mempunyai menggunakan prosentase (%), yakni perhitungan
seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
pada pengalaman) sehingga dapat langsung prosentase skor penilaian dari masing-masing
memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang indikator kompetensi profesional guru dalam
telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka mengembangkan materi pembelajaran.
memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan Prosedur penelitian tindakan sekolah pada
refleksi. penelitian ini mengikuti model Kemmis dan Mc.
Akan tetapi, pada umumnya para peneliti Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi observasi dan refleksi tindakan yang telah
pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan diterapkan yaitu penerapan pendekatan supervisi
masalah penelitian. Selanjutnya diikuti kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. profesional guru. PTS yang telah dilakukan ini
Lokasi penelitian ini dilakukan di SD terdiri dari dua siklus yang masing-masing terdiri
Negeri 200118 Padangsidimpuan yang memiliki dari satu kali supervisi kolaboratif untuk masing-
karakteristik bahwa di sekolah ini kepala sekolah masing guru. Berikut prosedur penelitian yang

Jurnal Pengembangan Edukasional Indonesia Hal. 43


E.ISSN. 2623-2316 Vol.2 No.2 Edisi Desember 2019

telah dilaksanakan Siklus I : Perencanaan, kepala sekolah dalam supervisi kolaboratif adalah
Pelaksanaan Tindakan, Observasi, Tahap Analisis mendengarkan dan memperhatikan secara cermat
dan Refleksi. Siklus II : Perencanaan, Pelaksanaan keluhan guru terhadap masalah perbaikan,
Tindakan, Observasi, Tahap Analisis dan Refleksi. peningkatan, dan pengembangan kinerjanya.
Dalam pendekatan supervisi kolaboratif, kepala
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sekolah dapat meminta penjelasan guru terhadap
Proses Supervisi Kolaboratif pada Siklus 1 hal-hal yang kurang dipahaminya. Selanjutnya,
Supervisi kolaboratif pada siklus 1 ini kepala sekolah mendorong guru untuk
dilaksanakan pada tanggal 3 September s.d. 3 mengaktualisasikan pemikiran bersama dalam
November 2018. Pendekatan supervisi kolaboratif praktik nyata pemecahan masalah yang berkaitan
pada siklus 1 dilaksanakan dengan menerapkan dengan tugas profesional guru. Dikarenakan pada
kesepuluh prinsip pendekatan supervisi kolaboratif tahapan ini guru tidak melakukan identifikasi
yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, masalah-masalah ketika melaksanakan kinerja
terbuka dan fleksibel melalui tahapan-tahapan profesionalnya dalam mengembangkan materi
spesifik sebagai berikut: 1) Tahap pra-supervisi pembelajaran dan bahan ajar, tidak mencatat dan
kolaboratif, kepala sekolah bersama 22 guru membawanya pada kegiatan pra-supervisi
melaksanakan curah pendapat dan diskusi di kolaboratif, sehingga bahan untuk diskusi dan
sekolah difasilitasi oleh kepala sekolah tentang curah pendapat sangat kurang dan tidak terfokus.
masalah-masalah krusial guru dalam Hal ini menyebabkan curah pendapat dan diskusi
mengembangkan materi pembelajaran dan bahan tidak dapat berjalan dengan baik, sehingga tahap
ajar. 2) Tahap supervisi kolaboratif, kepala sekolah Pra-Supervisi Kolaboratif tidak dapat dilaksanakan
melaksanakan supervisi kolaboratif bersama guru secara efektif. Adapun guru yang berkode G05
pada saat guru sedang melaksanakan kinerja aktif mencurahkan pendapatnya tetapi masalah
profesionalnya dengan menerapkan kelima prinsip yang disampaikannya tidak terfokus pada
pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kompetensi profesional terkait pengembangan
kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan materi pembelajaran dan bahan ajar. Berdasarkan
fleksibel. 3) Tahap pasca-supervisi kolaboratif, hasil analisis data di atas, sebelum melakukan
kepala sekolah bersama 22 guru melaksanakan kegiatan supervisi kolaboratif khususnya pada
refleksi pelaksanaan kinerja profesionalnya tahap Pra-Supervisi Kolaboratif, kepala sekolah
difasilitasi oleh kepala sekolah. terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan
Temuan-temuan selama proses supervisi semua guru dan menjelaskan teknis supervisi
kolaboratif berlangsung dikumpulkan kolaboratif yang akan dilaksanakan diantaranya
menggunakan lembar observasi proses supervisi mengindentifikasi masalah-masalah krusial ketika
kolaboratif dan catatan lapangan. Peneliti sebagai melaksanakan kinerja profesionalnya, mencatat dan
observer mengamati keterlaksanaan supervisi membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi
dengan menerapkan pendekatan supervisi bersama kepala sekolah dan guru lainnya. 2)
kolaboratif yang selanjutnya memberikan deskripsi Terdapat dua orang guru dengan kode G03 dan
pada kolom yang telah disediakan pada lembar G07 yang tidak menyiapkan hasil analisis materi
observasi proses supervisi kolaboratif pembelajaran ketika supervisi kolaboratif
Pada siklus 1 ditemukan beberapa temuan dilakukan di sekolah sehingga pelaksanaan
pada tahap spesifik kegiatan supervisi kepala supervisi kolaboratif menjadi terganggu.
sekolah dengan menerapkan pendekatan supervisi Segiovanni (1987) menyatakan bahwa penilaian
kolaboratif. Hasil refleksi pada siklus 1 yang telah kinerja guru dalam mengembangkan materi
dilakukan menunjukkan beberapa hal sebagai pembelajaran dan bahan ajar tidak terlepas dari
berikut : 1) Seluruh guru tidak membawa daftar hasil analisis materi pembelajaran yang telah
masalah terkait kompetensi profesionalnya dalam disusunnya. Menurutnya, menilai unjuk kerja guru
mengembangkan materi pembelajaran dan bahan dalam mengembangkan materi pembelajaran dan
ajar sehingga curah pendapat dan diskusi pada bahan ajar merupakan salah satu kegiatan yang
tahap Pra-Supervisi Kolaboratif tidak berjalan tidak bisa dihindarkan dari prosesnya. Kegiatan
dengan baik dibuktikan dengan hanya satu orang penilaian kinerja guru dalam mengembangkan
guru berkode G05 yang aktif mencurahkan materi pembelajaran dan bahan ajar dilakukan
pendapatnya. Temuan ini diduga disebabkan oleh terhadap hasil analisis materi pembelajaran yang
kepala sekolah yang tidak melakukan koordinasi sebelumnya harus disiapkan oleh guru sebelum
dengan guru untuk mengidentifikasi masalah- melaksanakan kinerja profesionalnya dalam
masalah krusial pada saat melakukan kinerja mengembangkan materi pembelajaran dan bahan
profesionalnya dalam mengembangkan materi ajar. Nolan (2011) menyatakan bahwa supervisi
pembelajaran dan bahan ajar, mencatat dan akademik dapat berjalan dengan baik jika guru
membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi menyiapkan perlengkapan dan instrumen yang
dilakukan (tahap Pra-Supervisi Kolaboratif). Hal dibutuhkan. Instrumen supervisi akademik yang
ini bertentangan dengan pendapat Glickman (1984) tidak disiapkan oleh guru dikarenakan pada tahap
yang menyatakan bahwa tugas supervisi oleh pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah tidak

Jurnal Pengembangan Edukasional Indonesia Hal. 44


E.ISSN. 2623-2316 Vol.2 No.2 Edisi Desember 2019

menegaskan atau menguatkan bahwa pada tahap diamati dan diukur menggunakan lembar observasi
supervisi kolaboratif, guru harus menyiapkan kinerja profesional guru dalam mengembangkan
perlengkapan dan instrumen supervisi akademik. materi pembelajaran dan bahan ajar. Berikut
Berdasarkan hasil analisis data di atas, sebelum merupakan rata-rata kompetensi profesional guru di
melakukan kegiatan supervisi kolaboratif, kepala SD Negeri 200118 Padangsidimpuan yang diukur
sekolah seharusnya menguatkan dan menegaskan dan diamati terhadap 22 guru.
kepada guru untuk menyiapkan kelengkapan Pada Grafik 4.1. di atas terlihat skor rata-
diantaranya instrumen supervisi akademik pada rata kompetensi profesional guru dalam
tahap pra-supervisi kolaboratif. mengembangkan materi pembelajaran dan bahan
Proses Supervisi Kolaboratif pada Siklus 2 ajar sebesar 70,45 dengan kriteria cukup. Hal ini
Supervisi kolaboratif pada siklus 2 ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam
dilaksanakan pada tanggal 10 s.d. 24 November mengembangkan materi pembelajaran dan bahan
2018. Pendekatan supervisi kolaboratif pada siklus ajar setelah diterapkan pendekatan supervisi
2 dilaksanakan berdasarkan rekomendasi- kolaboratif sudah cukup baik. Berbeda dengan
rekomendasi pada siklus 1 dengan menerapkan sebelum diterapkan pendekatan supervisi
kesepuluh prinsip pendekatan supervisi kolaboratif kolaboratif, rata-rata kompetensi guru dalam
yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, mengembangkan materi pembelajaran dan bahan
terbuka dan fleksibel melalui tahapan-tahapan ajar sebesar 52,27 dengan kriteria kurang. Hal ini
spesifik sebagai berikut: 1) Tahap pra-supervisi menunjukkan bahwa pendekatan supervisi
kolaboratif, kepala sekolah terlebih dahulu kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi
melakukan koordinasi dengan semua guru dan profesional guru dalam mengembangkan materi
menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan pembelajaran dan bahan ajar.
dilaksanakan diantaranya mengindentifikasi Kompetensi Profesional Guru pada Siklus 2
masalah-masalah krusial ketika melaksanakan Seperti halnya pada siklus 1, Kompetensi
kinerja profesionalnya dalam mengembangkan profesional guru yang diukur adalah kemampuan
materi pembelajaran dan bahan ajar, mencatat dan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran
membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi dan bahan ajar. Kompetensi profesional guru ini
bersama kepala sekolah dan guru lainnya. diamati dan diukur menggunakan lembar observasi
Selanjutnya, kepala sekolah bersama 22 guru kinerja profesional guru dalam mengembangkan
melaksanakan curah pendapat dan diskusi materi pembelajaran dan bahan ajar. Berikut
difasilitasi oleh kepala sekolah tentang masalah- merupakan rata-rata kompetensi profesional guru di
masalah krusial yang teridentifikasi oleh guru SD Negeri 200118 Padangsidimpuan yang diukur
dalam melaksanakan kinerja profesionalnya. Pada dan diamati terhadap 22 guru.
akhir tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala Pada Grafik 4.2. di atas terlihat bahwa
sekolah menguatkan dan menegaskan kepada guru skor rata-rata kompetensi profesional guru dalam
untuk menyiapkan kelengkapan diantaranya hasil mengembangkan materi pembelajaran dan bahan
analisis materi pembelajaran. 2) Tahap supervisi ajar sebesar 88,64 dengan kriteria baik. Hal ini
kolaboratif, kepala sekolah melaksanakan supervisi menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam
kolaboratif bersama guru pada saat guru lain mengembangkan materi pembelajaran dan bahan
sedang melaksanakan kinerja profesionalnya ajar pada siklus 2 setelah diterapkan pendekatan
dengan menerapkan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif sudah baik. Berbeda dengan
supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, siklus 1, rata-rata kompetensi profesional guru
kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel. 3) Tahap dalam mengembangkan materi pembelajaran dan
pasca-supervisi, kepala sekolah bersama 22 guru bahan ajar sebesar 70,45 dengan kriteria cukup
melaksanakan refleksi pelaksanaan kinerja baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan
profesional dan supervisi kolaboratif difasilitasi supervisi kolaboratif dapat meningkatkan
oleh kepala sekolah. kompetensi profesional guru dalam
Temuan-temuan selama proses supervisi mengembangkan materi pembelajaran dan bahan
kolaboratif berlangsung dikumpulkan ajar.
menggunakan lembar observasi proses supervisi
kolaboratif dan catatan lapangan. Peneliti sebagai 4. KESIMPULAN
observer mengamati keterlaksanaan supervisi Kesimpulan
dengan menerapkan pendekatan supervisi Berdasarkan pembahasan dalam penelitian
kolaboratif yang selanjutnya memberikan deskripsi mengenai penerapan pendekatan supervisi
pada kolom yang telah disediakan pada lembar kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi
observasi proses supervisi kolaboratif. profesional guru di SD Negeri 200118
Kompetensi Profesional Guru pada Siklus 1 Padangsidimpuan dapat ditarik beberapa simpulan
Kompetensi profesional guru ini terdiri sebagai berikut : 1) Proses supervisi dengan
dari kemampuannya dalam mengembangkan materi menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif
pembelajaran dan bahan ajar. Kompetensi guru secara spesifik terdiri dari tahap pra-supervisi
dalam melaksanakan kinerja profesionalnya kolaboratif, supervisi kolaboratif dan pasca-

Jurnal Pengembangan Edukasional Indonesia Hal. 45


E.ISSN. 2623-2316 Vol.2 No.2 Edisi Desember 2019

supervisi kolaboratif. Proses supervisi dengan sekolah dan guru lainnya. 2) Pada tahap supervisi
menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif kolaboratif, kepala sekolah harus menerapkan
mengalami perkembangan dari siklus 1 ke siklus 2. prinsip-prinsip pendekatan supervisi kolaboratif
Pada tahap pra-supervisi kolaboratif siklus 1, curah yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan,
pendapat tidak berjalan dengan efektif karena terbuka dan fleksibel. 3) Pada tahap pasca-supervisi
kepala sekolah tidak melakukan koordinasi dengan kolaboratif, kepala sekolah harus koordinatif
semua guru dan tidak menjelaskan teknis supervisi dengan guru dan memotivasi guru untuk saling
kolaboratif yang akan dilaksanakan diantaranya belajar.
mengindentifikasi masalah-masalah krusial ketika
guru melaksanakan kinerja profesionalnya, 5. REFERENSI
mencatat dan membawanya pada saat curah Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F.1981.
pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan Instructional Supervision, A Behavior
guru lainnya. Kemudian pada siklus 2, kepala System, Boston: Allyn and Bacon, Inc.
sekolah melakukan koordinasi dengan semua guru Ali Mohamad, 1987, Pengantar Statistik, Bandung.
dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen
akan dilaksanakan serta menguatkan dan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
menegaskan kepada guru untuk menyiapkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1982.
kelengkapan terkait kinerja profesionalnya Alat Penilaian Kemampuan Guru: Buku I.
sehingga curah pendapat dan diskusi berjalan Jakarta: Proyek Pengembangan
dengan tertib dan efektif. Pada tahap supervisi Pendidikan Guru.
kolaboratif siklus 1, proses supervisi kolaboratif ----------------. 1982. Panduan Umum Alat
terhambat karena guru tidak membawa Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta:
kelengkapan terkait kinerja profesionalnya, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
sedangkan pada siklus 2 mereka membawa semua --------------. 1996. Pedoman Kerja Pelaksanaan
kelengkapan sehingga pelaksanaan supervisi Supervisi, Jakarta: Depdikbud
kolaboratif berjalan dengan tertib. Pada tahap -------------- .1996. Jabatan Fungsional Kepala
pasca-supervisi kolaboratif, kepala sekolah tidak Sekolah dan Angka Kreditnya, Jakarta:
koordinatif dengan semua guru dan tidak berhasil Depdikbud.
memotivasi guru untuk saling belajar. Sedangkan --------------.1997. Pedoman Pembinaan
pada siklus 2, kepala sekolah mulai koordinatif Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta:
dengan semua dan berhasil memotivasi guru untuk Direktorat Pendidikan Dasar
saling belajar. 2) Peningkatan kompetensi --------------. 1997. Pedoman Pengelolaan Gugus
profesional guru di SD Negeri 200118 Sekolah: Jakarta: Proyek Peningkatan
Padangsidimpuan dari pra-siklus ke siklus 1 Mutu Sekolah Dasar, TK dan SLB
sebesar 18,18 poin. Rata-rata kompetensi --------------.1998. Petunjuk Teknis Pelaksanaan
profesional guru pada pra-siklus sebesar 52,27 Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dengan kriteria kurang dan pada siklus 1 sebesar dan Angka Kreditnya, Jakarta: Depdikbud.
70,45 dengan kriteria cukup. Kompetensi ---------------. 2003. Pedoman Supervisi
profesional guru juga mengalami peningkatan dari Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18,19 poin. Rata-rata Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK –
kompetensi profesional guru pada siklus 2 sebesar Depdiknas RI, 2007, Supervisi Akademik
88,64 dengan kriteria baik. Jadi, dapat disimpulkan dalam Peningkatan Profesionalisme Guru,
bahwa kompetensi profesional guru di SD Negeri Jakarta.
200118 Padangsidimpuan dapat ditingkatkan Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK –
melalui penerapan pendekatan supervisi Depdiknas RI, 2008, Metode dan Teknik
kolaboratif. Supervisi, Jakarta.
Saran Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini Kependidikan Pendidikan Dasar –
dikemukakan rekomendasi yang diharapkan dapat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014,
meningkatkan kualitas supervisi oleh kepala Supervisi Pembelajaran - Bahan Materi
sekolah, khususnya dalam menerapkan dan Bimbingan Teknis Penguatan Kepala
mengembangkan pendekatan supervisi kolaboratif. Sekolah , Jakarta.
1) Pada tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala Glickman, C.D 1995. Supervision of Instruction.
sekolah harus terlebih dahulu melakukan Boston: Allyn And Bacon Inc.
koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of
teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan Supervision. New York: Dodd, Mead &
diantaranya mengindentifikasi masalah-masalah Company.
krusial ketika guru melaksanakan kinerja McPherson, R.B., Crowson, R.L., & Pitner, N.J.
profesionalnya, mencatat dan membawanya pada 1986. Managing Uncertainty:
saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala Administrative Theory and Practice in

Jurnal Pengembangan Edukasional Indonesia Hal. 46


E.ISSN. 2623-2316 Vol.2 No.2 Edisi Desember 2019

Education. Columbus, Ohio: Charles E. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,


Merrill Pub. Co. 2012, Supervisi Akademik – Bahan
Nolan, J.F. 2011. Teacher Supervision and Pembelajaran Utama – Pengembangan
Evaluation. Wiley: United State of Keprofesian Berkelanjutan Tingkat I
America. Kepala Sekolah Dasar/Madrasah
Oliva, Peter F. 1984. Supervision For Today’s Ibtidaiyah. Jakarta
School. New York: Longman. Sagala dalam Zakir Hubolo (Jumat, 18 Maret 2011:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 18:III)
tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Sergiovanni, T.J. 1982. Editor. Supervision of
Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta. Teaching. Alexandria: Association for
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Supervision and Curriculum Development.
tahun 2007 tentang Standar Proses Sergiovanni, T.J. 1987. The Principalship, A
Jakarta. Reflective Practice Perspective. Boston:
Pidarta, Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Allyn and Bacon.
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sergiovanni, T.J. dan R.J. Starrat. 1979.
Purwadarminta, 2003, Kamus Umum Bahasa Supervision: Human Perspective. New
Indonesia, Balai Pustaka Jakata. York: McGraw-Hill Book Company.
Purwanto, Ngalim.2003. Administrasi dan Setya AP, 12 Februari 2012, Supervisi Pendidikan,
Supervisi Pendidikan. Bandung: FIP – UNY
Rosdakarya
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan –
Badan PSDMP & K dan PMP

Jurnal Pengembangan Edukasional Indonesia Hal. 47

Anda mungkin juga menyukai