SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa ijin IPB
PENGEMBANGAN STRATEGI PELAYANAN PERIJINAN IMPOR
PRODUK HORTIKULTURA BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI DI KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S. Hut, MM
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Pengembangan Strategi
Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura Berbasis Teknologi Informasi di
Kementerian Perdagangan” ini berhasil diselesaikan.
Karya ilmiah ini merupakan hasil dari kerja kolektif beberapa pihak yang
selalu mendukung penulis. Oleh karena hal tersebut penulis sampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA dan Dr. Ir. Muhammad
Syamsun, MSc selaku pembimbing yang telah memberikan arahan selama
penyusunan tugas akhir.
2. Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S. Hut, MM dan Dr. Ir. Jono M Munandar selaku
dosen penguji luar komisi pada ujian akhir tesisi penulis pada tanggal 7
Agusuas 2015 atas saran-saran yang diberikan.
3. Bapak Partogi Pangaribuan, Bapak Albert Yususf Tobogu dan Bapak Didi
Sumedi sebagai pimpinan Kementerian Perdagangan yang telah memberikan
dukungan kepada penlis untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga selesai.
4. Penghargaan saya sampaikan kepada seluruh responden, Bapak Banindro, Ibu
Ani Mulyati, Bapak Rachmad Huda, Bapak Farid Amir, Bapak Mohamad
Haykal, Bapak Yogo Dwiantoro dan PT. Laris Manis atas bantuan dan
kerjasama yang baik dalam pengumpulan data sehingga tesis ini dapat
disusun.
5. Rekan Muhammad Azwar Massijaya, Amir Tengku Ramli serta rekan-rekan
Pasca Ilmu Manajemen 2011 untuk diskusi dan bantuan teknis dalam
pelaksanaan penelitian.
6. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, Mamah dan Apa,
serta seluruh keluarga, Istri, Elfa Thufeil Rahmi dan anakku tercinta, Namira
Syafa Khairunnisa, atas segala doa dan kasih sayangnya.
7. Kang Hermawan, Kang Ujang dan Kang Haer yang selalu mendukung dalam
pelaksanaan kuliah hingga tugas akhir.
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaatbagi semua pihak yang
memerlukan dan dapat berkontribusi terhadap perbaikan pelayanan publik di
Kementerian Perdagangan.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 4
Kerangka Pemikiran 4
Lokasi dan Waktu Penelitian 4
Pengumpulan Data 5
Pengolahan dan Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Gambaran Umum Impor Produk Hortikultura 9
Gambaran Umum Kebijakan Impor Produk Hortikultura 10
Profil Pelayanan Perijinan Impor Singkat Inatrade 15
Analisis Matriks IFE Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura 17
Analisis Matriks EFE Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura 18
Analisis Matriks IE Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura 19
Matriks SWOT Pelayanan Perijinan Impor Produk Hortikultura 20
Analisis Pengambilan Keputusan Menggunakan AHP 22
SIMPULAN DAN SARAN 30
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 34
RIWAYAT HIDUP 41
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Kegiatan ekspor dan impor merupakan salah satu bentuk transaksi ekonomi
yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain, baik secara perorangan,
kelompok, maupun pemerintah. Aktivitas tersebut dikenal dengan istilah
perdagangan internasional. World Trade Organization (WTO) merupakan
lembaga internasional yang mengatur sistem perdagangan secara multilateral bagi
setiap negara anggotanya, termasuk Indonesia untuk menghilangkan atau
mengurangi setiap hambatan (barrier), baik dalam bentuk proteksi tarif maupun
non tarif, sehingga dapat memperlancar arus perdagangan internasional.
Dalam rangka memperlancar arus perdagangan, salah satu langkah yang
diambil pemerintah adalah dengan melakukan penyederhanaan prosedur di bidang
kepabeanan berbasis sistem informasi yang dikenal dengan Indonesia National
Single Window (INSW), sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik dalam Kerangka
Indonesia Nasional Single Window.
Penyederhanaan prosedur dan penggunaan teknologi informasi (TI) dalam
penerbitan perijinan merupakan bentuk fasilitas perdagangan sebagaimana
dimandatkan dalam Artikel VIII General Agreement on Tariffs and Trade
(GATT) yang menyatakan bahwa setiap anggota mengakui perlunya adanya
pengurangan ketentuan ekspor dan impor dalam rangka penyederhanaan
persyaratan dokumen ekspor dan impor. Dalam hal ini, penerapan Single
Window yang berpedoman pada penyederhanaan prosedur ekspor impor,
kesesuaian dengan standard dan praktek perdagangan internasional, dan juga
penerapan teknologi informasi untuk otomasi bertujuan untuk mengurangi biaya
yang timbul dalam proses perdagangan internasional terutama antara pelaku bisnis
dengan instansi pemerintah yang terkait (Grainger, 2007). Inisiatif dan konsep
mengenai Single Window sendiri telah dianjurkan oleh Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) sejak tahun 2005 karena melihat banyaknya keuntungan yang dapat
diperoleh suatu negara dengan mendirikan Single Window (McMaster, 2006).
Dukungan Kementerian Perdagangan sebagai instansi pemerintah yang
tugas dan fungsinya menangani ekspor dan impor terhadap pengembangan INSW,
telah meluncurkan sistem perijinan perdagangan berbasis TI yang dikenal dengan
Inatrade. Dengan adanya Inatrade, diharapkan pelayanan perijinan ekspor
dan/atau impor di Kementerian Perdagangan menjadi lebih cepat dan transparan,
tanpa harus ada lagi pertemuan tatap muka. Kementerian Perdagangan telah
menerbitkan beberapa pengaturan di bidang impor, diantaranya kebijakan impor
beras, gula, hewan dan produk hewan serta produk hortikultura. Studi ini
memfokuskan pada aturan mengenai impor produk hortikultura meliputi aspek
perijinan impor, rekomendasi impor dan proses kepabeanan (custom clearance) di
Bea dan Cukai. Alasan dipilihnya aturan mengenai produk hortikultura tersebut
dikarenakan aturan tersebut baru dikeluarkan tahun 2012 (Peraturan Menteri
Perdagangan No. 30/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Impor Produk
Hortikultura sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Kerangka Pemikiran
Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, in depth interview, dan
kuesoner kepada pakar dan ahli di pemerintah dan pihak importer. Data sekunder
diperoleh melalui berbagai studi literatur dan informasi yang dihasilkan oleh
instansi yang terkait dengan topik kajian. Data primer diperoleh dari hasil
wawancara dari pakar.
Para pakar adalah orang-orang yang memiliki kapabilitas dan pengalaman
dan atau orang-orang terlibat langsung dan atau berpengaruh dalam proses
perijinan impor produk hortikultura. Para pakar dipilih sebanyak tujuh orang
secara sengaja dari kalangan pejabat/mantan pejabat yang memiliki kapasitas
dalam pengelolaan sistem perijinan impor produk hortikultura yang dipilih dari
Direktorat Impor, Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Unit Pelayanan
Perdagangan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Permasaran Hasil Pertanian
Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta importer utama
produk hortikultura.
6
.
Sumber. Rangkuti (2006)
8
Dilihat dari total nilai, impor terbesar Indonesia untuk produk hortikultura
kategori sayuran (pos tariff/HS 07) adalah produk bawang merah dan bawang
putih (pos tariff/HS 0703) USD 414 juta dengan pertumbuhan impor (2004-2014)
18,94% kemudian disusul produk sayuran kering (pos tariff/HS 0713) USD
111,66 juta dengan tren 28,18% dan wortel (pos tariff/HS 0706) USD 41,41 juta
dengan tren 31,88%. Jika dilihat tren/laju pertumbuhan tahunan, produk kentang
(pos tariff/HS 0701), produk wortel (pos tariff/HS 0706) dan sayuran kering (pos
tariff/HS 0713) merupakan produk dengan laju pertumbuhan impor tahunan
(2004-2014) terbesar, yakni masing-masing 38,76 %; 31,88% dan 28,18%.
10
Total nilai impor produk hortikulturan kelompok buah buahan (pos tariff/HS
08) pada tahun 2014 adalah USD 789,24 juta atau naik 489,49% dibandingkan
tahun 2004 yang tercatat USD 216,36 juta. Laju pertumbuhan impor tahunan
untuk total impor pos tariff/HS 07 adalah 15,1%. Dilihat dari total nilai, impor
terbesar Indonesia untuk produk hortikultura kategori pos tariff/HS 08 adalah
produk apel dan pir (pos tariff/HS 0808) USD 278,87 juta dengan pertumbuhan
impor (2004-2014) 12,53% kemudian disusul produk jeruk (pos tariff/HS 0805)
USD 175,48 juta dengan tren 11,81% dan anggur (pos tariff/HS 0806) USD
154,77 juta dengan tren 18,76%. Jika dilihat tren/laju pertumbuhan tahunan,
produk kurma, nanas (pos tariff/HS 0803), kacang Brazil dan kacang mete (pos
tariff/HS 0801) dan buah kering lainnya (pos tariff/HS 0813) merupakan produk
dengan laju pertumbuhan impor tahunan (2004-2014) terbesar yakni masing-
masing 23,26%; 23,15% dan 23,03%.
Jika dilihat dari negara terbesar pemasok utama produk hortikultura ke
Indonesia kategori sayuran (HS 07) pada tahun 2014 berasal dari RRC (66%),
Burma (9%), India (4%) dan Australia (4%). Sedangkan negara utama pemasok
untuk kategori buah (HS 08) pada tahun 2014 adalah RRC (44%), Amerika
Serikat (17%), Thailand (13%) dan Australia (6%).
Internal Factor Evaluation Matrix (IFE) berasal dari hasil pembobotan dan
peratingan faktor internal dengan melihat aspek kekuatan dan kelemahan. Nilai
rating berasal dari nilai rataan pakar yang bernilai 3 dan 4 untuk aspek kekuatan;
nilai 1 dan 2 untuk aspek kelemahan. Sedangkan untuk nilai bobot tiap faktor,
masing-masing pakar diminta melakukan perbandingan berpasangan antar faktor-
faktor internal yang ada untuk menentukan tingkat kepentingan faktor tersebut
dalam bentuk persen apabila dibandingan antara satu dan faktor lainnya.
Berdasarkan dari Tabel 2 dapat dilihat faktor-faktor internal yang terdiri dari
kekuatan dan kelemahan dari sistem perijinan menggunakan inatrade. Faktor
kekuatan terdiri dari kepemimpinan transformasional, sistem yang mudah, cepat,
akurat, transparan dan sistem yang selalu update serta penurunan biaya. Faktor-
faktor kelemahan data kami data meliputi sumber daya penunjang yang kurang
memadai, terdapat data/dokumen impor yang beragam, resistensi internal terhadap
perubahan pola perijinan, kurangnya, sosialisasi sistem perijinan online,
remunerasi yang masih rendah dan alokasi anggaran yang kaku. Dari Tabel 2 di
atas terpilih faktor-faktor internal yang paling berpengaruh terhadap penentuan
strategi, yaitu faktor kekuatan kepemimpinan transformasional, sistem yang
mudah, cepat, akurat dan transparan, selalu update dan penurunan biaya; dan
faktor kelemahan meliputi sumber daya penunjang yang kurang memadai,
keanekaragaman data/dokumen impor, resistensi internal terhadap perubahan pola
perijinan, kurangnya, sosialisasi sistem perijinan online, remunerasi dan kekakuan
alokasi anggaran.
Berdasarkan Tabel 2, matriks IFE menghasilkan skor bobot total 2,856.
Skor bobot total lebih dari 2,5 dalam skala 1-4 (bobot total 2,856)
mengindikasikan posisi internal yang cukup kuat, sudah mempunyai strategi yang
baik dalam mengantisipasi kelemahan eksternal yang ada (David, 2009)
18
Tabel 3. Internal Factor Evaluation Matrix
Dari tabel IFE dan EFE selanjutnya dibuat rumusan menggunakan analisis
matriks SWOT seperti pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel SWOT, dapat
dirumuskan beberapa strategi untuk diverifikasi oleh pakar. Strategi yang
dihasilkan adalah:
1. Perbaikan sistem informasi terpadu.
Pengembangan sistem pelayanan perijinan berbasis teknologi informasi
secara terpadu. Pengembangan diarahkan agar sistem pelayanan lebih
terintegrasi dan saling terkoneksi mulai kementerian teknis yang
mengeluarkan rekomendasi, Kementerian Perdagangan yang mengeluarkan
perijinan hingga Bea dan Cukai serta surveyor yang melakukan verifikasi
barang di pelabuhan muat barang termasuk sistem pemotongan pelaporan dan
pemotingan alikasi impor yang tersisa.
21
Pengolahan Horizontal
Pengolahan horizontal terdiri dari atas tiga tingkatan unsur, yaitu (1) tingkat
kepentingan aktor terhadap faktor; (2) tingkat kepetingan tujuan terhadap aktor;
(3) tingkat kepentingan strategi terhadap tujuan.
Tabel 5 menjelaskan tingkat kepentingan aktor terhadap faktor-faktor yang
berperan dalam pengembangan sistem inatrade. Berdasarkan tabel di atas,
Menteri adalah aktor yang paling berperan dalam pembenahan organisasi dan
SDM serta alokasi anggaran. Dirjen merupakan aktor penting dalam hal
pembenahan system infrastruktur inatrade sedangkan Tim Peaksana merupakan
aktor yang yang penting dalam hal menurunkan biaya serta.
kelancaran sistem perdagangan nasional dan internasional. Tim teknis lebih fokus
pada tataran teknis yaitu hal yang lebih praktis yaitu terkait kecepatan dan akurasi
proses perijinan.
Menurut Pearce and Robinson (2000) dan David (2003) pemimpin
menentukan strategi perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Corporate Strategy atau Business Startegy merupakan strategi perusahaan untuk
mencapai tujuan jangka panjang, untuk itu yang menentukan strategi ini adalah
pimpinan puncak, dan pemilik perusahaan. Sedangkan strategi fungsi yaitu
strategi yang setiap tahunnya dirubah oleh Departemen dikatakan strategi jangka
pendek yang ditentukan oleh pimpinan menengah.
Tujuan
Mendukung Mempercepat
kelancaran Mendukung proses dan
Stategi
sistem upaya Menurunkan meningkatkan
perdagangan e- biaya akurasi data
nasional/ Government perizinan
internasional impor
Perbaikan sistem informasi 0,216 0,174 0,215 0,244
terpadu.
Perbaikan sistem monitoring 0,216 0,249 0,120 0,111
dan evaluasi
Perbaikan sistem layanan (user 0,172 0,198 0,215 0,238
friendly)
Perbaikan sistem standardisasi 0,177 0,181 0,144 0,197
data/dokumen
Perbaikan sistem sosialisasi 0,116 0,105 0,211 0,112
kebijakan
Perbaikan sistem remunerasi 0,103 0,092 0,095 0,099
Pengolahan Vertikal
Pengolahan vertikal bertujuan untuk mengkaji pengaruh setiap unsur pada hirarki
terhadap sasaran utama. Skema hirarki pengolahan vertikal terhadap strategi
pelayanan perijinan impor produk hortikultura berbasis teknologi informasi di
Kementerian Perdagangan ditunjukan pada Gambar 9.
diajukan online dan janji layanan proses perijinan harus selesai dalam dua hari
kerja sejak dokumen diterima lengkap dan benar. Sejak dikeluarkannya peratraun
tersebut, seluruh SOP dan budaya kerja organisasi juga berubah. Dari komitmen
pimpinan kementerian tersebut diharapkan dapat merubah budaya organisasi
pelayanan perijinan dan meningkatkan kinerja karyawan dan pada gilirannya
dapat berhasil untuk mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan hasil telaah teori dan studi empirik yang dikutip oleh Toyib
(2005) dikemukakan bahwa kepemimpinan dan budaya organisasi kedauanya
berhubungan dan bisa saling berpengaruh (Schein, 1991; Pearce and Robinson, 2000:
399-400). Kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin berpengaruh terhadap
penentuan stategi dan kinerja karyawan. Begitu pula buaya orhganisasi yang
diciptakan oleh pemimpin akan berpengaruh terhadap penerapan stategi dan
keberhasilannya serta terhadap kinerja karyawan (Hickman and Silva,1986; Kotter
& Heskett, 1992; Nurfarhati, 1999; Yaqin,2003; Moelyono, 2003).
Tujuan untuk mendukung kelancaran sistem perdagangan
nasional/internasional merupakan prioritas utama dalam peningkatan pelayanan
perijinan impor produk hortikultura di Kementerian Perdagangan. Tujuan utama
tersebut menjadi motifasi bagi Menteri Perdagangan, Direktur Jenderal dan
Direktur untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya sesuai
amanat Peratura Presiden Nomor 48 tahun 2015 tentang Kementerian
Perdagagangan serta nawacita pemerintah untuk meningkatkan ekspor 300%.
Mengingat pentingnya menjaga sistem perdagangan baik nasional dan
internasional serta guna mendukung target pemerintah untuk meningkatkan
ekspor 300% maka pengembangan aplikasi e-Government dalam fasilitas
perdagangan berupa pengembangan pengembangan pelayanan perijinan berbasis
TI menjadi salah satu kuncinya yang perlu di kembangkan. Berdasarkan hal
tersebut maka stategi pengembangan perijinan terpadu berbasis TI untuk impor
produk hortikultura yang memperingkas birokrasi perijinan diharapkan dapat
mempercepat proses dan dapat meningkatkan kelancaran arus barang.
Berdasarkan McMaster (2006), TIK merupakan kunci dalam fasilitasi
perdagangan. Fasilitas perdagangan bebasis teknologi elektronik menjadi hal yang
sangat penting dalam menghadapi peningkatan volume perdagangan internasional
yang terus berkembang, karena sistem tradisional yang masih berbasis kertas tidak
akan mampu mengatasi peningkatan jumlah transakis perdagangan internasional.
Dalam perdagangan internasional, manfaat lain yang akan didapat ketika
pemerintah memberikan fiasilitas perdagangan terhadap produk impornya, di satu
sisi juga dapat mengurangi resiko terhadap tindakan balasan dari negara tujuan
ekspor/Trade Remedies.
Stategi lain yang akan mendukung stategi utama adalah monitoring dan
evaluasi sistem secara berkala baik dari aspek sistem, SDM dan landasan hukum.
Penerapan stategi ini dipandang penting untuk diterapkan mengingat stategi ini
akan memotret kebutuhan dan kondisi lapangan sehingga diketahui posisi terkini.
Informaisi-informasi tersebut merupakan input yang sangat penting dalam
melakukan perencanaan strategik guna melakukan perbaikan-perbaikan lebih
lanjut.
30
IMPLIKASI MANAJERIAL
Simpulan
1. Pelayanan di pelayanan ijin impor di Kementerian Perdagangan, khususnya
perijinan produk hortikultura memiliki beberapa kelemahan, yaitu sumber
daya penunjang yang kurang memadai, adanya keanekaragaman
data/dokumen impor, terjadi resistensi internal terhadap perubahan pola
perijinan, kurangnya sosialisasi sistem perijinan online, masalah remunerasi,
dan adanya kekakuan alokasi anggaran.
2. Faktor paling berpengaruh dalam penerapan sistem adalah Organisasi dan
SDM dan aktor yang paling dominan adalah Menteri.
3. Strategi peningkatan mutu pelayanan perijinan yang dapat diambil adalah
mekanisme perijinan terpadu berbasis TI serta monitoring dan evaluasi sistem
secara berkala baik dari aspek sistem, SDM dan landasan hukum.
31
Saran
Guna mendukung peningkatan pelayanan perijinan di Kementerian
Perdagangan, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan diusulkan hal sebagai
berikut:
1. Penggunaan TI dalam pelayanan perijinan sudah menjadi tuntutan saat ini
dan harus terus dikembangkan sesuai tuntutan kebutuhan ke depan,
melalui pembangunan koneksi dengan kementerian teknis, agar dapat
mengirimkan rekomendasi impor secara online ke Inatrade.
2. Konsep pelayanan perijinan satu atap menjadi pilihan Kementerian
Perdagangan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna layanan, maka
adanya penguatan kelembagaan UPP dapat memberikan pelayanan yang
lebih profesional.
3. Dukungan dari pimpinan sangat penting dalam upaya melakukan
perbaikan terus menerus melalui komitmen kebijakan dan keputusan
konsisten terkait pengalokasian dan pendayagunaan sumber daya dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan publik.
4. Perubahan mindset merupakan awal dari seluruh usaha perbaikan dan
mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk keseluruhan proses
peningkatan pelayanan publik, maka pegawai Kementerian Perdagangan
yang menangani pelayanan perijinan perlu ditanamkan jiwa service of
excellent dalam setiap menjalankan tugasnya masing-masing, membentuk
budaya ‘pelayanan prima’
32
DAFTAR PUSTAKA
Prioritas Faktor
Prioritas Aktor
Prioritas Aktor
Prioritas Tujuan
Prioritas Stategi
39
FAKTOR F1 F2 F3 F4 BOBOT
VP Faktor 0,399 0,105 0,235 0,261 AKTOR PRIORITAS
A1 0,425 0,22 0,292 0,457 0,380572 1
A2 0,301 0,227 0,302 0,263 0,283547 2
A3 0,165 0,231 0,2 0,185 0,26389 3
A4 0,106 0,322 0,206 0,095 0,192197 4
AKTOR A1 A2 A3 A4 BOBOT
VP
AKTOR 0,425 0,301 0,168 0,106 TUJUAN PRIORITAS
T1 0,423 0,412 0,368 0,256 0,392747 1
T2 0,311 0,257 0,25 0,173 0,269870 2
T3 0,111 0,111 0,12 0,152 0,116858 4
T4 0,155 0,22 0,263 0,419 0,220693 3
TUJUAN T1 T2 T3 T4 BOBOT
VP
TUJUAN 0,423 0,311 0,111 0,155 STRATEGI PRIORITAS
S1 0,216 0,174 0,215 0,244 0,20717 1
S2 0,216 0,249 0,12 0,111 0,14287 2
S3 0,172 0,198 0,215 0,238 0,13867 4
S4 0,177 0,161 0,144 0,197 0,14017 3
S5 0,116 0,105 0,211 0,112 0,08989 5
S6 0,103 0,092 0,095 0,099 0,05274 6
40