Anda di halaman 1dari 53

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Industri/Perusahaan


1. Gambaran Umum Proyek
a. Tentang Proyek
Proyek gedung kuliah UMG (Universitas
Muhammadiyah Gresik) merupakan pembangunan
gedung yang bertujuan untuk menambah gedung
perkuliahan yang dapat memaksimalkan fasilitas belajar
mengajar yang lebih baik dan nyaman. Proyek ini
dibangun di atas lahan seluas 2891 m 2 dengan tinggi 9
lantai. Terdiri dari 2 lantai basemen dan 7 lantai
bangunan. Bentuk proyek ini berupa gedung perkuliahan
dan jenis proyek adalah proyek khusus gedung
perkuliahan.

Gambar 3.1. Desain Gedung Perkuliahan UMG

b. Latar Belakang Proyek


Proyek ini terletak di Jl. Sumatera No 101 GKB,
Randuagung – Gresik. Lokasi proyek tergolong
strategis, dimana dekat dengan kawasan padat
penduduk dan taman kota yang nantinya akan

43
44

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam


melanjutkan studi di Universitas Muhammadiyah
Gresik (UMG). Dengan penambahan gedung
perkuliahan ini, masyarakat Gresik dapat melihat
gedung baru yang didirikan di komplek kampus
Universitas Muhammdiyah Gresik (UMG). Dimana
gedung perkuliahan ini memiliki kelebihan yang tinggi
dalam segi arsitektural dan struktural yang dapat
diperhitungkan.
Lokasi yang sangat strategis inilah yang
memudahkan mahasiswa dalam menemukan dan
melaksanakan PKL di proyek PT. SASMITO. Akses
menuju proyek juga sangat mudah karena bisa diakses
dari Jalan Dr. Wahidin dimana banyak dilalui
angkutan umum, seperti mikrolet/lyn arah Surabaya-
Gresik, Cerme dll.
c. Lokasi dan Kondisi Lingkungan Proyek
1) Lokasi Proyek
Letak lokasi proyek gedung kuliah UMG terletak
di Jl. Sumatera No 101 GKB – Gresik. Lokasi proyek
berada pada wilayah perkotaan Kabupaten Gresik.
Lokasi proyek pembangunan mempunyai batas-
batas area, yakni :
1) Sebelah Utara : Perumahan GKA
2) Sebelah Barat : Perumahan GKA
3) Sebelah Selatan : Perumahan GKA
4) Sebelah Timur : Jl. DR. Wahidin
Sudirohusodo.
45

Gambar 3.2. Lokasi proyek PT. SASMITO

2) Lingkungan Proyek
Proyek ini memiliki lahan yang cukup sempit,
dikarenakan sebagian besar luas tanah yang dimiliki
telah menjadi tempat didirikannya bangunan. Karena
masih memiliki cukup lahan kosong di sekitar
proyek, lahan tersebut dapat digunakan sebagai
tempat parkir, pos jaga, kamar mandi, gudang
logistik dan mes tukang. Sedangkan untuk mes staf
kantor terletak di belakang proyek yakni di
perumahan GKA (Gresik Kota Asri).
Lingkungan proyek sangat dekat dengan
pemukiman warga dan daerah kampus, sehingga
cukup susah dalam mobilitas alat berat dan material,
tetapi untuk membawa material dan alat berat sangat
mudah dikarenakan akses dari jalan perkotaan
sangat dekat. Lingkungan proyek sangat teduh
dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan kampus
dan taman kota.

3) Direksi Keet atau Kantor Sementara


46

Direksi keet atau kantor sementara terletak di


tempat proyek, tepatnya berada di lantai pertama
basemen proyek. Kantor sementara proyek memiliki
luas 24 m2 dengan ukuran panjang 6 meter dan lebar
4 meter. Dinding dari kantor sementara terbuat dari
kayu tripleks dan dilengkapi dengan saluran
ventilasi berupa jendela.

Gambar 3.3. Direksi Keet


4) Iklim dan Cuaca
Proyek PT. SASMITO berada di wilayah
perkotaan, dimana saat proyek yang dilaksanakan
pada 5 Desember 2014 – 31 Desember 2015 sudah
melewati musim penghujan. Pada saat kami
melaksanakan kegiatan PKL, pada tanggal 9
September 2015 sedang mengalami musim kemarau.
Hal ini mempengaruhi pekerjaan di lapangan dan
membutuhkan kerjasama antara semua pihak agar
semua pekerjaan berjalan dengan lancar.

d. Bagan Pengadaan Proyek


47

Berikut ini adalah bagan pengadaan proyek


pembangunan gedung kuliah Universitas
Muhammdiyah Gresik (UMG) sembilan lantai:

Pemilik Proyek (Owner)

Universitas Muhammadiyah
Gresik (UMG)

Tender Tender

Tender

Konsultan Perencana Kontraktor Pelaksana


(Structure, Architecture) Proyek

PT. Handal Natsa Kedhaton PT. SASMITO

PT. SASMITO Manajemen Konstruksi

PT. Handal Natsa Kedhaton

Gambar 3.4. Bagan Pengadaan Proyek

e. Unsur-Unsur Pengelolah Proyek


1) Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek (Owner) adalah sebuah badan
usaha atau perorangan, baik pemerintah ataupun
swasta yang memiliki serta membiayai suatu proyek
bangunan. Owner berwewenang menunjuk dan
mengangkat konsultan perencana, konsultan
pengawas dan kontraktor pelaksana. Owner juga
mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya,
mutu dan waktu pelaksanaan. Dalam proyek ini,
48

yang bertindak sebagai owner adalah Universitas


Muhammadiyah Gresik (UMG).
2) Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah sebuah badan usaha
jasa kontruksi yang merencanakan suatu proyek
bangunan yang meliputi perencanaan struktur,
arsitektur dan mekanikal/elektrikal. Konsultan
perencana ditunjuk langsung oleh owner untuk
membuat sketsa dan memberikan gambaran
pekerjan, meliputi pembagian ruang dan lainnya.
Konsultan perencana juga membuat gambar detail
sekaligus perhitungan kontruksinya dan membuat
Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB).
3) Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah suatu organisasi
atau perorangan yang bersifat multi disiplin yang
bekerja untuk dan atas nama owner. Pengawas harus
bekerja sama dengan konsultan perencana dalam
suatu proyek. Dalam proyek ini, yang bertindak
sebagai konsultan pengawas dan konsultan
perencana adalah PT. Natsa Handal Kedhaton
melalui penunjukan langsung oleh pihak owner.
4) Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah perusahaan
berbadan hukum atau perorangan yang ditunjuk
untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan
keahliannya. Kontraktor bertanggung jawab secara
langsung pada owner dan dalam melaksanakan
pekerjaanya diawasi oleh konsultan pengawas.
Dalam proyek ini, yang bertindak sebagai kontraktor
pelaksana adalah PT. Sasmito. Jadi dalam proyek ini,
PT. Sasmito bertindak sebagai kontraktor pelaksana.
49

Berikut unsur-unsur kontraktor pelaksana PT.


Sasmito di proyek ini beserta tugasnya:
1) Project Manager, bertugas untuk memimpin
jalannya proyek dari awal hingga proyek
berakhir.
2) Site Manager, bertugas memimpin proyek di
lapangan dan mampu mengkoordinasikan
seluruh kegiatan bawahannya.
3) Site Engineer, bertugas untuk memberikan
laporan pekerjaan secara berkala.
4) Surveyor, bertugas melaksanakan pengukuran di
lapangan berdasarkan perintah Site Engineer.
5) Ass Surveyor, bertugas sebagai wakil surveyor
dalam melaksanakan pengukuran di lapangan.
6) Drafter, bertugas melaksanakan penggambaran
berupa shop drawing yang akan dilaksanakan di
lapangan.
7) Pelaksana, bertugas mengawasi metode
pelaksanaan di lapangan dan mengkoordinasi
pekerja di lapangan. Pada proyek ini, pelaksana
terbagi menjadi dua yaitu pelaksana struktur dan
arsitektur.
8) Pelaksana struktur, bertugas melaksanakan
semua pekerjaan struktur bangunan dan
mengkoordinasikan seluruh pekerja yang terlibat
dalam pekerjaan struktur melalui mandor
struktur.
9) Pelaksana arsitektur, bertugas melaksanakan
semua pekerjaan arsitektur bangunan dan
mengkordinasi seluruh pekerja yang terlibat
dalam pekerjaan melalui mandor arsitektur
50

10) Pelaksana Mekanikal dan Elektrikal, bertugas


melaksanakan pekerjaan mekanik dan instalasi
listrik.
11) Cost Control, bertugas mengatur dan
melaksanakan proses inventory setiap bulan.
12) Pelaksana K-3, bertugas untuk mengevaluasi dan
menyiapkan keselamatan dan kesehatan baik
pekerja ataupun staff.
51

f. Struktur Organisasi Proyek

Project Manager
PT. SASMITO
Proyek : Gedung Perkuliahan Ir. Maarif
Universitas Muhammadiyah
Gresik (UMG).
Alamat : Jl. Sumatera, No: 101, GKB,
Randuagung – Gresik.

Team Mekanik

Sub Cont STR & ARS Employ

Pelaksana K-3
Katidjan

Savety Man
Suwito

Team Task Force


Employ
52

2. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan ± 2 bulan,


terhitung pada tanggal 21 September 2015 sampai dengan 21
November 2015. Nama proyek yang ditempati adalah
Pembangunan Gedung Perkuliahan Universitas
Muhammadiyah Gresik (UMG), Jalan Sumatera No. 101,
Gresik Kota Baru, Randuagung - Kabupaten Gresik. Proyek
ini dilaksanakan oleh PT. SASMITO sebagai kontraktor
pelaksana selama 1 tahun, yaitu terhitung dari tanggal 5
Desember 2014 sampai dengan 31 Desember 2015 sesuai
dengan jadwal proyek.

Selama Praktek Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa


melakukan kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan
pekerjaan balok gedung perkuliahan Universitas
Muhammadiyah Gresik (UMG). Kegiatan pengamatan
pelaksanaan pekerjaan balok meliputi pekerjaan pembesian,
pekerjaan tulangan kolom, pekerjaan bekisting, pekerjaan
pengecoran balok hingga pembongkaran bekisting balok.
Selain itu, mahasiswa juga melaksanakan kegiatan
pembimbingan oleh pembimbing lapangan sekaligus
melakukan dokumentasi terhadap pekerjaan yang sedang
dilaksanakan di lapangan.

Pengarahan awal yaitu pada tanggal 9 September 2015


oleh pembimbing lapangan sekaligus Site Manager (SM) di
proyek tersebut. Hal yang disampaikan berupa pengenalan
awal proyek dan sistem pelaksanaan proyek, pengarahan
pembimbingan dan pembagian pekerjaan yang akan
dilakukan selama PKL. Tugas pertama yang dilakukan di
proyek adalah menghitung kebutuhan tulangan besi kolom
lantai 5. Kegiatan pertama yang dilakukan di proyek adalah
53

melakukan pengawasan terhadap pengecoran pelat dan


balok beton lantai 5.

3. Identitas Proyek
a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung
Perkuliahan Universitas
Muhammadiyah Gresik (UMG)
di Gresik.
b. Lokasi Proyek : Jalan Sumatera No. 101, GKB,
Randuagung Kab. Gresik.
c. Pemilik Proyek : Universitas Muhammadiyah
Gresik (UMG).
d. Manajemen Konstruksi : PT. Handal Natsa Kedhaton
e. Kontraktor : PT. SASMITO
f. Konsultan Perencana
(Architecture) : PT. Handal Natsa Kedhaton
g. Konsultan Perencana
(Structure : PT. Handal Natsa Kedhaton
h. Proses Pengadaan : Lelang atau Tender
i. Luas Tanah : 2891 m2
j. Luas Bangunan : 2171,5 m2
k. Jenis Proyek : Proyek khusus untuk perkuliahan
l. Durasi Proyek : 5 Desember 2014 – 31 Desember
2015
m. Jumlah Tingkat
Bangunan : 7 Tingkat bangunan dan 2
basemen
n. Jenis dan Bentuk
Bangunan : Gedung Perkuliahan
o. Material Utama
Bangunan : Beton Bertulang

4. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat


54

Adapun faktor pendukung dan penghambat selama


Praktek Kerja Lapangan (PKL), antara lain :

a. Faktor Pendukung :
1) Mahasiswa selama Praktek Kerja Industri dibimbing
langsung oleh Site Manager (SM), sehingga
memudahkan mahasiswa dalam mengelola laporan
dan mengumpulkan data.
2) Lokasi Proyek berada di lokasi strategis, sehingga
mudah diakses oleh angkutan umum. Selain itu,
lokasi proyek berada dekat dengan rumah tinggal di
wilayah Gresik.
3) Mahasiswa diperbolehkan langsung mengambil
gambar atau dokumentasi di lokasi proyek dan
didampingi oleh pelaksana lapangan selama
melakukan dokumentasi dan mengumpulkan data.
4) Sarana dan prasarana yang berada di lokasi proyek
yang mendukung mahasiswa dalam mengola data,
berupa mess atau tempat tinggal sementara selama
proyek berlangsung dan berupa jaringan internet di
lokasi proyek.
b. Faktor Penghambat :
1) Lokasi proyek jauh dari kampus, sehingga
menghambat proses asistensi mahasiswa.
2) Karena lokasi proyek jauh dari rumah, sehingga
mahasiswa harus mencari tempat tinggal sementara.
55

B. Pembahasan
1. Tinjauan Umum dan Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Balok
Bahasan pokok pada laporan PKL adalah
mengenai pengamatan dan pekerjaan Balok. Mahasiswa
diharapkan dapat memahami hal yang berkaitan dengan
pekerjaan Balok. Beberapa masalah yang akan dibahas
adalah mengenai fungsi utama Balok, peralatan dan
bahan yang digunakan serta hal-hal lain yang dapat
mendukung dalam pengerjaan balok sehingga dapat
berjalan dengan baik.
Balok merupakan elemen struktur yang
menyalurkan beban-beban dari pelat lantai ke kolom
penyangga vertikal. Balok ialah batang struktural yang
menahan gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal
terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya
lenturan
a. Peralatan
Peralatan yang diperlukan adalah:
1) Bar Cutter
Bar cutter berfungsi untuk memotong besi
berdiameter besar, Bar Cutter yang digunakan
bermerk Tatung. Bar Cutter minimal dioperasikan
oleh dua orang tukang besi. Tukang pertama
bekerja sebagai orang yang mengoperasikan
mesin Bar Cutter dan Tukang Kedua sebagai
orang yang memegang besi yang akan dipotong.
56

Gambar 3.6. Bar Cutter

2) Bar Bender
Bar Bender berfungsi untuk membengkokkan
besi berdiameter besar yang digunakan dalam
proyek. Bar Bender yang digunakan berjenis
Hanyoungnux BE215.

Gambar 3.5. Bar Bender


57

3) Scaffolding
Scaffolding (Perancah), adalah suatu peralatan
penyangga sementara yang digunakan untuk
pijakan pekerja dan menopang material.
Scaffolding terbuat dari besi, pada pelaksanaan
struktur kolom, scaffolding digunakan untuk
pijakan pekerja pada saat pengecoran kolom.
Scaffolding terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a) Mainframe : pembentuk penyangga utama
dari bentuk konstruksi
scaffolding.

Gambar 3.8. Mainframe

b) Cross Brace : palang yang berfungsi untuk


mempersatukan sepasang main
frame sehingga mendapatkan
konstruksi perancah yang kuat.
58

Gambar 3.9. Cross Brace

c) Ledder Frame: bingkai yang digunakan pada


susunan puncak dari scaffolding.

Gambar 3.10. Ledder Frame

d) Jack-Base : bagian bawah scaffolding yang


berfungsi sebagai alas kaki dari
perancah yang digunkan untuk
mengatur
ketinggian/penyesuaian level.
59

Gambar 3.11. Jack Base

e) U-head : bagian atas scaffolding yang


berfungsi untuk menyanggah
konstruksi diatasnya.
Berbentuk huruf U sehingga
dapat menopang/menjepit
kayu/konstruksi diatasnya.

Gambar 3.12. Uhead Jack


60

f) Join Pin : alat yang digunakan untuk


menyambung perancah yang
satu dengan perancah yang
lain.

Gambar 3.13. Join Pin

g) Cat Walk : sebagai tempat berjalan saat


perancah di rangkai sebagai
tangga.

Gambar 3.14. Cat Walk


61

4) Tower Crane (TC)


Tower Crane adalah alat yang digunakan
untuk alat bantu mengankut material. Tower
Crane digunakan untuk mempermudah dalam
mengangkat dan mengangkut barang dari
tempat yang untuk dijangkau dan
mempermudah pekerjaan yang tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan kekuatan
manusia. Tower Crane mempermudah dalam
pekerjaan pembesian, bekisting dan pengecoran
pelat. Operator TC dibutuhkan Sertifikat yang
dikeluarkan oleh Depnaker dan dibutuhkan
keahlian khusus, dikarenakan tanggung jawab
operator begitu besar.

Gambar 3.15. Tower Crane

5) Air Compressor
Air Compressor adalah alat penghasil atau
penghembus udara bertekanan tinggi yang
62

digunakan untuk membersihkan kotoran-


kotoran yang dapat mengurangi mutu dan daya
lekatan tulangan pada beton seperti: debu-debu,
potongan-potongan kawat bendrat, dan serbuk-
serbuk kayu. Alat ini digunakan setelah proses
pekerjaan pembesian selesai.

Gambar 3.16. Air Compressor

6) Vibrator
Vibrator berfungsi untuk memadatkan beton
yang telah dicor, sehingga tidak ada pori dan
memenuhi semua sisi tempat yang dicor.
Vibrator yang dipakai bermerk Robin 6.0 EX17.
63

Gambar 3.17. Vibrator

7) Cutting Wheel
Cutting wheel merupakan alat untuk
memotong besi tulangan yang berada di
lapangan yang tidak memungkinkan dipotong
dengan bar cutter. Cutting wheel yang digunakan
bermerk maktec dengan diameter 14”.

Gambar 3.18. Cutting Wheel

8) Truck Mixer
Truck Mixer adalah truck molen yang
berfungsi sebagai pengangkut beton segar dan
batching plant ke tempat pengecoran. Truck yang
digunakan adalah pabrikan Howo Sino Truk.
64

Gambar 3.19. Truck Mixer

9) Concrete Pump
Concrete Pump adalah truck mengangkut
beton segar dari truck mixer ke lokasi pengecoran.
Umumnya pengecoran menggunakan Concrete
Pump pada are horizontal ,isalnya plat dan balok.
Truck yang digunakan pabrikan adalah truck
NIGATA dari PT. Kretindo Agape.

Gambar 3.20. Concrete Pump

10) Peralatan Survey


65

Peralatan survey digunakan untuk mengukur


elevasi pelat dan digunakan untuk mengukur
kerataan pelat. Peralatan survey yang digunakan
antara lain :
a) Theodolite
b) Waterpass
c) Tripot
d) Bak ukur
e) Roll meter
11) Peralatan Pertukangan
Merupakan berbagai alat yang digunakan
oleh tukang untuk mempermudah pekerjaan
pelat, antara lain: gergaji, palu, meteran, tang dan
lain-lain.

b. Material
1) Beton Ready Mix

Beton Ready mix adalah beton siap pakai


yang disediakan oleh supplier. Penggunaan ready
mix memudahkan pelaksanaan pengecoran di
lapangan karena kontraktor tidak perlu membuat
campuran beton di lapangan. Pada proyek ini
digunakan supplier Varia Usaha Beton dan beton
yang digunakan adalah mutu beton K-300.
66

Gambar 3.21. Pengecoran Balok dan Plat dengan


Material Beton Ready Mix

2) Besi Tulangan
Besi Tulangan merupakan besi hasil
pabrikasi berbentuk lonjoran sepanjang 12 m
yang digunakan sebagai tulangan atau penahan
terhadap kekuatan tarik pada struktur beton
bertulang. Jenis besi yang digunakan adalah besi
deform/ulir diameter 16 mm (D-16), 19 mm (D-19),
dan besi polos berdiameter Ø10 mm dan Ø12 mm.
67

Gambar 3.22. Besi Tulangan

3) Kawat Bendrat
Kawat Bendrat merupakan material untuk
mengikat besi tulangan dengan besi yang
lainnya, agar terbentuk struktur tulangan kolom
yang diinginkan.

Gambar 3.23. Kawat Bendrat

4) Multipleks
Multipleks adalah papan yang terdiri dari
beberapa lapisan papan-papan kayu atau
tripleks. Multipleks digunakan sebagai bahan
untuk pembuatan bekisting kolom, balok dan
Plat. Multipleks yang digunakan harus awet
dalam penggunaanya atau bisa didaur ulang.
Sehingga dapat menghemat biaya
pembekistingan kolom.
68

Gambar 3.24. Multipleks


5) Kayu
Kayu digunakan untuk bekisting balok.
Kayu yang digunakan adalah kayu kelapa atau
kaso dengan panjang 4 m setiap batangnya. Kayu
yang digunakan harus tahan lama dalam
pemakaiannya.

Gambar 3.25. Kayu


6) Paku
69

Paku merupakan material yang dibutuhkan


dalam membuat bekisting balok. Paku berfungsi
untuk menyambung sambungan kayu bekisting
dan menyambung sambungan multipleks. Paku
yang digunakan bermacam jenisnya, yaitu paku
berukuran 7 cm, 12 cm dan lain-lain.

Gambar 3.26. Paku


70

c. Pelaksanaan Pekerjaan Balok


Sebelum pekerjaan plat dimulai, arsip berupa
gambar pelaksanaan harus sudah ada. Berikut
gambar rencana pekerjaan pelat lantai 6 :
Gambar 3.27. Gambar Denah Balok Lantai 6
71

Gambar 3.28. Gambar Detail Pembesian Balok

Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan


kolom telah selesai dikerjakan. Pada proyek gedung
72

kuliah UMG ini sistem balok yang dipakai adalah


konvensional dengan menggunakan beton mutu K-
300. Balok yang digunakan memiliki tipe yang
berbeda-beda. Balok terdiri dari 2 macam, yaitu balok
utama (balok induk) dan balok anak
Semua perkerjaan balok dilakukan langsung di
lokasi yang direncanakan, mulai dari pembesian,
pemasangan bekisting, pengecoran sampai
perawatan. Berikut tahap-tahap pekerjaan balok.
1) Pekerjaan persiapan
a) Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini bertujuan untuk
mengatur/memastikan kerataan ketinggian
balok dan pelat. Pada pekerjaan ini
digunakan pesawat ukur waterpass.
b) Pembuatan Bekisting
Pembuatan panel bekisting balok harus
sesuai dengan gambar kerja. Dalam
pemotongan multipleks harus cermat dan
teliti sehingga hasil akhirnya sesuai dengan
luasan balok yang akan dibuat. Pekerjaan
balok dilakukan langsung di lokasi dengan
mempersiapkan material utama antara lain:
kaso 5/7, balok kayu 6/12, dan multipleks.
c) Pabrikasi Besi
Untuk balok, pemotongan dan
pembengkokan besi dilakukan sesuai
kebutuhan dengan bar cutter dan bar
bending. Pebrikasi besi dilakukan di samping
gedung yang akan dibangun kemudian besi-
besi yang sudah dipotong dan dibengkokkan
di angkat dengan tower crane yang dirakit
diatas bekisting yang sudah jadi.
73

Gambar 3.29. Pabrikasi Besi

Tabel 3.1. Perbandingan Teori Pabrikasi Besi dan Penerapan di


Lapangan

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


1. SNI 2847-2013 Pembengkokan Maka panjang
Kait tandart sengkang bengkokan
untuk sengkang menggunakan sudah melebihi
yaitu sudut 900, dan batas minimum
Bengkokan 90 setelah dilakukan sengkang yang
derajat pengukuran di syaratkan
ditambah panjang bengkokan dalam SNI 2847-
perpanjangan tulangan sengkang 2012 yaitu 75
12db pada adalah 80 mm. mm, sehingga
ujung bebas sesuai dengan
batang teori
tulangan.

2) Tahap Pekerjaan Balok


a) Pekerjaan Perakitan Scaffolding
Pekerjaan perakitan scaffolding
bertujuan untuk mempermudah tukang atau
pekerja dalam melakukan kegiatan
pembesian, bekisting dan pengecoran pelat.
74

Fungsi scaffolding sangat penting,


dikarenakan scaffolding mampu menahan
beban hidup dan beban mati berupa material
bangunan. Perakitan scaffolding harus benar
dan aman, agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
Perakitan scaffolding harus disetujui oleh staff
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di
proyek.
Jenis scaffolding yang digunakan di
proyek ini adalah scaffolding (perancah)
frame. Jenis ini dapat disusun sampai tinggi
dan cocok untuk bangunan yang sangat
tinggi. Berikut langkah-langkah dalam
merakit scaffolding :
 Menentukan letak scaffolding atau
mengatur jarak scaffolding.
 Memasang base plat atau jack base di atas
landasan yang stabil atau rata.
 Menyetel kerangka (frame).
 Memasang cross brace pada dua sisi agar
elemen perancah berdiri dengan baik.
 Menyusun frame vertikal kembali
 Pemasangan shoring head jika ketinggian
perancah dianggap cukup. Ketinggian
dapat diatur dengan menyetel jack base
dan u-head.
 Ketinggian perancah diatur sesuai
dengan ketinggian bekisting yang telah
ditentukan.
75

Gambar 3.30. Pemasangan Scaffolding

Tabel 3.2. Perbandingan Teori Scaffolding dan Peneapan di


Lapangan

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


1. Scaffolding harus Pemasangan Pemasangan
berdiri tegak lurus. Scaffolding berdiri Scaffolding di
Tempat dari tegak lurus dan lapangan
perancah harus tempat Scaffolding sudah sesuai
dipilih sedemikian dipilih di dengan teori
rupa sehingga permukaan rata
beban-beban dapat dan kuat untuk
terbagi secara menahan beban.
merata.

b) Pembekistingan Balok
Tahap pembekistingan balok adalah
sebagai berikut:
76

 Scaffolding dengan masing – masing jarak


100 cm disusun berjajar sesuai dengan
kebutuhan di lapangan.
 Memperhitungkan ketinggian scaffolding
balok dengan mengatur base jack atau U-
head jack nya.
 Pada U-head dipasang balok kayu (girder)
6/12 sejajar dengan arah cross brace dan
diatas girder dipasang balok suri tiap
jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah
melintangnya, kemudian dipasang
pasangan multipleks sebagai alas balok.
 Setelah itu, dipasang dinding bekisting
balok dan dikunci dengan siku yang
dipasang di atas suri-suri.

Gambar 3.31. Pembekistingan Balok


77

Tabel 3.3. Perbandingan Teori Bekisting dan Penerapan di


Lapangan

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


1. SNI 2847-2013 Bentuk bekesting Pembuatan
balok sesuai bekisting di
Cetakan harus
dengan balok yang lapangan sedah
menghasilkan
akan di cor. sesuai dengan
struktur akhir
SNI 2847-2014
yang memenuhi
bentuk, garis
dan dimensi
komponen
struktur seperti
yang
disyaratkan
oleh dokumen
kontrak.

2. Cetakan harus Bekisting kokoh


kokoh dan dan rapat sehingga
cukup rapat mortar tidak bocor
untuk
mencegah
kebocoran
mortar.
3. Cetakan harus Bekisting
diperkaku atau diperkaku dengan
diikat dengan kayu sehingga
baik untuk posisi dan
mempertahanka bentuknya tidak
n posisi dan berubah atau
bentuknya. bergeser.
78

c) Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan
pelat dianggap selesai selanjutnya
pengecekan tinggi level pada bekisting balok
dan pelat dengan waterpass, jika sudah
selesai maka bekisting untuk balok sudah
siap
d) Pembesian Balok
Tahap pembesian balok adalah sebagai
berikut :
 Pembesian balok dilakukan langsung di
atas bekisting balok. Besi tulangan
diangkat menggunakan tower crane dan
dipasang di atas bekisting balok.
 Pasang beton decking untuk jarak selimut
beton pada alas.

Gambar 3.32. Pembesian Balok

e) Pengecekan
Setelah pembesian balok dianggap
selesai, lalu diadakan checklist/pemeriksaan
untuk tulangan. Adapun yang diperiksa
untuk pembesian balok adalah diameter dan
jumlah tulangan utama, diameter, jarak, dan
79

jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton


decking.
3) Tahap Pengecoran Balok
Setelah pekerjaan pembesian balok dan pelat
selesai, maka dapat dilakukan pengecoran.
Pengecoran balok dan pelat dilakukan
bersamaan. Nilai slump pada balok 12 ±2cm (10
cm s/d 14 cm). Pengecoran balok menggunakan
concrete pump dengan menggunakan beton
readymix.
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan,
maka perlu dilakukan pemeriksaan bekisting
meliputi: Posisi bekisting harus dicek lagi apakah
sudah sesuai dengan yang direncanakan.
Bekisting harus lurus, tegak, tidak bocor, dan
kuat. Selain mengenai hal tersebut, sebelum
dilaksanakan pengecoran, bekisting dibersihkan
dulu dengan menggunakan compressor.
Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat
adalah sebagai berikut:
a) Untuk pelaksanaan pengecoran balok,
digunakan concrete pump yang menyalurkan
beton readymix dari truck mixer ke lokasi
pengecoran, dengan menggunakan pipa
pengecoran yang di sambung-sambung.
b) Mengalirkan beton readymix sampai ke
lokasi pengecoran, lalu dipadatkan dengan
menggunakan vibrator. Vibrator dimasukan
kedalam adukan kurang lebih 5-10 detik di
setiap bagian yang dicor. Pemadatan
tersebut bertujuan untuk mencegah
terjadinya rongga udara pada beton yang
akan mengurangi kualitas beton.
80

c) Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan


perataan permukaan coran dengan
menggunakan alat-alat manual dengan
memperhatikan batas ketebalan balok dan
pelat yang telah ditentukan sebelumnya.

Gambar 3.33. Pengecoran Balok

Tabel 3.4. Perbandingan Teori Pengecoran


Beton dan Penerapan di Lapangan

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


1. SNI 2847-2013 1. Proses Proses
1. Beton harus dicor pengecorannya Pengecoran
sedekat mungkin dilaksanakan di beton di
pada posisi dekat posisi lapangan
akhirnya untuk akhir sehingga sudah sesuai
menghindari tidak terjadi dengan SNI
terjadinya segregasi. 2847-2013
segregasi akibat 2. Proses
penanganan pengecoran
kembali atau beton
segregasi akibat dilaksanakan
pengaliran. dengan cepat
2. Pengecoran beton sehingga
harus dilakukan kondisi beton
81

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


dengan kecepatan segar masih
sedemikian hingga dalam keadaan
beton selama plastis
pengecoran 3. Pengecoran
tersebut, tetap dilakukan
dalam keadaan secara terus
plastis dan dengan menerus hingga
mudah dapat mengisi sampai
mengisi ruang di penuh
antara tulangan. penampang
3. Setelah sampai
dimulainya batasnya.
pengecoran, maka 4. Beton
pengecoran dipadatkan dan
tersebut harus sudah mengisi
dilakukan secara sekeliling
menerus hingga tulangan dan
mengisi secara seluruh celah
penuh panel atau dan masuk ke
penampang semua sudut
sampai batasnya, cetakan.
atau sambungan
yang ditetapkan
sebagaimana yang
diizinkan atau
dilarang.
4. Semua beton harus
dipadatkan secara
menyeluruh
dengan
menggunakan
peralatan yang
82

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


sesuai selama
pengecoran dan
harus diupayakan
mengisi sekeliling
tulangan dan
seluruh celah dan
masuk ke semua
sudut cetakan.

4) Tahap Pembongkaran Bekisting


Untuk balok pembongkaran bekisting
dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Sebagai
penunjang sampai pelat benar – benar mengeras.
Pembongkaran bekesting dilakukan dengan hati-
hati agar tidak membuat kerusakan pada
struktur balok tersebut maupun bekistingnya
agar bisa dipakai untuk bekisting balok
selanjutnya.

Gambar 3.34. Pembongkaran Bekisting Balok

Tabel 3.5. Perbandingan Teori Pembongkaran Bekisting dan


Penerapan di Lapangan
83

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


1. Pembongkaran Proses pengecoran Preses
bekisting balok menggunakan pembongkaran
dan pelat bahan aditif Sika dan waktu
dilakukan yang berfungsi pembongkaran
sesuai dengan untuk bekesting di
umur beton, 7, mempercepat lapangan belum
14, atau 28 hari pengerasan beton, sesuai dengan
setelah sehingga proses teori karena
pengecoran dan pembongkaran pembongkaran
berdasarkan uji bekesting dapat bekisting
tekan kubus dilaksanakan lebih dilaksanakan 4
contoh beton cepat dari umur hari setelah
(adukan beton) beton normal. pengecoran
yang dibuat Pembokaran sedangkan
bersamaan Bekesting balok menurut teori
dengan saat dilaksanakan 4 hari pembongkaran
pengecoran setelah pengecoran paling cepat
namun hanya dilaksanakan 7
bekesting bagian hari setelah
samping, untuk pengecoran.
bekesting bagian
bawah atau alas
bekesting di
bongkar 7 hari
setelah pengocaran.
 Pembahasan
Proses pengecoran menggunakan
bahan aditif sika yang berfungsi untuk
mempercepat pengerasan beton, sehingga
proses pembongkaran bekesting dapat
dilaksanakan lebih cepat dari umur beton
normal. Hal ini dilakukan karena ada
84

percepatan dalam proses pengerjaan dan


penghematan dalam menggunakan
perancah dan bekisting. Jadi perancah dan
bekisting yang sudah dibongkar dan masih
layak digunakan langsung di angkat ke
lantai di atasnya dengan menggunakan
tower chrane sehingga pada proses menyusun
perancah dan membuat bekisting menjadi
lebih cepat dan hemat karena sebagian
perancah di dapatkan dari lantai di
bawahnya.

5) Tahap Perawatan (Curing)


Setelah dilaksanakan pengecoran, maka
untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga
dilakukan perawatan beton. Perawatan
dilakukan dengan memberikan air/membasahi
dengan cara disemprot. Perawatan dimaksudkan
untuk mencegah penguapan yang terlalu cepat
dan mengakibatkan beton berpori ataupun retak.
Penyiraman dilakukan sehari sekali, tetapi pada
perawatan lantai 3 dan seterusnya tidak
dilakukan perawatan.
Tabel 3.6. Perbandingan Teori Perawatan
(Curing) beton dan Penerapan di Lapangan

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


1. SNI 2847-2013 Proses perawatan Proses dan lama
Beton (selain beton dengan cara perawatan beton
beton disemprot air yaitu dengan
kekuatan awal hanya dilakukan disemprot air
tinggi) harus dari lantai sudah sesuai
dirawat pada Basement hingga dengan SNI 2847-
85

No Teori Praktek/Lapangan Pembahasan


suhu di atas lantai 3, untuk 2012 namun hanya
100C dan lantai 4 sampai dilaksanakan dari
dalam kondisi lantai 7 tidak lantai basement
lembab untuk dilakukan hingga lantai 3,
sekurang- perawatan untuk lantai 4
kurangnya sampai lantai 7
selama 7 hari tidak dilakukan
setelah perawatan,
pengecoran. sehingga proses
perawatan di
lapangan tidak
sesuai dengan teori.
 Pembahasan
Proses perawatan beton yang
disyaratkan dalam SNI 2847-2013 yaitu
sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah
pengecoran. Pelaksanaan dilapangan sudah
sesuai dengan teori yaitu di lakukan
perawatan dengan cara membasahi beton
dengan air selama 6-7 hari, namun hanya
dilakukan sampai dengan lantai 3, untuk
lantai 4 dan seterusnya tidak dilakukan
perawatan, hal ini disebabkan karena
pengawasan kepada pekerja masih kurang
sehingga para pekerja tidak melakukan
instruksi yang telah diberikan. Apabila
beton tidak dilakukan perawatan maka akan
berpengaruh pada penurunan mutu beton
dan akan mengakibatkan keretakan beton.
d. Kontrol Kulaitas
a. Hasil Tes Slump
86

Tes Slump adalah sebuah tes yang dilakukan


di lapangan untuk menentukan derajat workability
(kemudahan pengerjaan) dan kontrol keseragaman
pemakaian air pada setiap pengecoran.

Gambar 3.35. Proses Slump Test di Lapangan

Tabel 3.7. Nilai-nilai Slump Pada Berbagai Pekerjaan


Beton
Slump
Uraian
Maks Min
Dinding pelat pondasi, pondasi
12,5 5,0
telapak bertulang
Pondasi telapak tidak
bertulang, kaison, dan 9,0 2,5
konstruksi di bawah tanah
Pelat, balok, kolom, dan
15,0 7,5
dinding
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan masal 7,5 2,5
Sumber : PBI 1971
Hasil tes slump di lapangan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
87

Tabel 3.8. Nilai Slump Test Pengecoran Balok Dan


Pelat
No. Mixer Tinggi Slump
Mutu Beton
Trucks Test
1 K300 11
2 K300 10
3 K300 12
4 K300 12
5 K300 12
6 K300 11
7 K300 12

Pada hasil tes slump di lapangan sudah


sesuai dengan PBI 1971, dapat dilihat di tabel 3.7
bahwa nilai slump maksimal pada balok adalah 15
cm dan nilai minimumnya adalah 7,5 cm, dan di
lapangan nilai slump untuk balok adalah 10-12 cm.

b. Hasil Tes Kuat Tekan


Test kuat tekan beton dilakukan untuk
mengontrol mutu campuran beton, untuk
mendapatkan homogenitas campuran yang sesuai
dengan perhitungan yang telah dilakukan dengan
pelaksanaan dibawah pengawasan instruktur untuk
mendapatkan syarat pencampuran semen, pasir,
kerikil dan air sesuai dengan kekuatan yang
direncanakan.
88

Gambar 3.36. Silinder Beton


Hasil tes kuat tekan beton dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.9. Hasil Tes Kuat Tekan Beton
Umur Berat Konversi teg Mutu
No Hari Kg Hancur (Kg/cm2) Benda Uji

1 8 12,81 335,01 K300

2 8 12,86 402,92 K300

3 29 12,78 502,52 K300

4 29 12,87 474,22 K300

5 29 12,84 402,92 K300

Pada tabel di atas, apabila nilai tegangan


hancur dirata-rata (f’cr) adalah 444,57 kg/cm2. Benda
uji yang ada hanya terdapat 5 buah silinder sehingga
untuk melihat apakah nilai f’cr sudah memenuhi
standar maka f’cr harus diambil tidak kurang dari
(f’c + 8,3) Mpa (SNI 2847-2013 Pasal 5.3.2.2). Nilai f’c
(kekuatan beton karakteristik) pada mutu beton
yang digunakan adalah K-300.
89

Masukkan ke dalam ketentuan bahwa tidak


boleh kurang dari (f’c + 8,3) :
30 + 8,3 = 38,3 Mpa
Sehingga f’cr tidak boleh kurang dari 38,3 Mpa yang
apabila di konversikan ke kg/cm2 adalah 38,3 Mpa =
383 kg.cm2.
Nilai f’cr = 444,57 kg/cm2 > 383 kg.cm2.
Berdasarkan perhitungan di atas
menunjukkan bahwa mutu beton yang ada di
lapangan memenuhi standar kekuatan beton yang
telah dicantumkan di dalam RKS yaitu K-300.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pekerja merupakan salah satu elemen penting
untuk melaksanakan proyek pembangunan gedung
hingga selesai. Karena itu diperlukannya sebuah sistem
yang mengatur kesehatan dan keselamatan para
pekerja. Pada proyek pembangunan gedung kuliah
Universitas Muhammadiyah Gresik 9 (sembilan) lantai,
terdapat safety officer agar keselamatan dan kesehatan
para pekerja dapat terjamin.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
untuk proyek pembangunan gedung kuliah 9 lantai
UMG adalah sebagai berikut:
a. Wajib memakai APD (Alat Pelindung Diri) pada
saat bekerja atau memasuki area proyek.
 Dilapangan, masih ada beberapa pekerja yang
tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) pada
saat dilapangan.
90

Gambar 3.37. Beberapa Pekerja Tidak Memakai


APD

 Pembahasan
Pemberian helm oleh pelaksan K3
kepada para pekerja sebenarnya sudah
dilakukan, namun kesadaran yg di miliki
oleh beberapa pekerja masih kurang
sehingga helm yang sudah diberi yang
seharusnya dipakai di kepala malah di
pakai untuk wadah air dan untuk wadah
semen. Hal ini terjadi karena pihak K3
yang kurang tegas dalam memberikan
peringatan kepada para pekerja.
Pemberian sepatu juga sudah di
lakukan oleh pihak K3 namun biaya
pembelian sepatu dibagi dua, jadi 50%
biaya ditanggung pihak kontraktor dan
50% ditanggung oleh pihak mandor.
Namun para mandor tidak mau menerima
tawaran tersebut dikarenakan mandor
takut rugi sehingga para pekerja di biarkan
tidak mengunakan sepatu safety.
91

b. Wajib menjaga kebersihan lingkungan dan tidak


boleh membuang sampah di sembarang tempat
 Berdasarkan pengamatan di lapangan, para
pekerja sudah menjaga kebersihan dan
membuang sampah pada tempatnya, namun
masih ada beberapa pekerja yang membuang
sampah di sembarang tempat.

Gambar 3.38. Tempat Sampah dan Rambu Menjaga


Kebersihan

Gambar 3.39. Tempat Kerja dalam kondisi


bersih
92

c. Dilarang membawa senjata api maupun senjata


tajam selain peralatan kerja di proyek.
 Dari hasil pengamatan dilapangan, peraturan
ini sudah dilaksanakan
d. Hindari tindakan ceroboh yang bisa
membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang
lain
 Dari hasil pengamatan di lapangan, para
pekerja bekerja dengan baik, namun masih ada
pekerja yang masih bergurau atau bercanda.
e. Dilarang berkelahi maupun adu fisik di area
proyek.
 Dari hasil pengamatan di lapangan, peraturan
ini sudah dilaksanakan.

Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja


dan Transmigrasi No.PER.01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi
bangunan menetapkan pasal-pasal yang mengatur
keselamatan dan kesehatan kerja, adalah sebagai
berikut :
a. Pasal 3
1) Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan
harus diusahakan pencegahan atau dikurangi
terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja
terhadap tenaga kerjanya.
2) Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera
disusun suatu unit keselamatan dan kesehatan
kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada
setiap tenaga kerja.
3) Unit keselamatan dan kesehatan kerja tersebut
ayat (2) pasal ini meliputi usaha-usaha
pencegahan terhadap: kecelakaan, kebakaran,
93

peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan


pertama pada kecelakaan dan usaha-usaha
penyelamatan.
 Dari hasil pengamatan di lapangan,
pencegahan terjadinya kecelakaan sudah
dilakukan oleh safety man yaitu Pak
Suwito, seperti memberi rambu-rambu
apabila ada galian, pembongkaran
bekisting, harus memakai APD dll. agar
para pekerja tidak mengalami kecelakaan
kerja.
b. Pasal 4
Setiap terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang
berbahaya harus dilaporkan kepada Direktur atau
Pejabat yang ditunjuknya.
 Dari hasil pengamatan di lapangan,
apabila terjadi kecelakaan kerja maka para
pekerja melaporkan kejadian tersebut ke
bagian safety man yaitu Pak Suwito.
c. Pasal 5
Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong
dan gang-gang tempat orang bekerja atau sering
dilalui, harus dilengkapi dengan penerangan yang
cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Dari hasil pengamatan di lapangan,
penerangan pada lokasi proyek sudah
sesuai.
94

Gambar 3.40. Penerangan pada Lokasi Proyek


d. Pasal 6
Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus
dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan,
bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-alat
kerja tidak merintangi atau menimbulkan
kecelakaan.
 Dari hasil pengamatan di lapangan, para
pekerja sudah menjaga kebersihan dan
membuang sampah pada tempatnya,
namun masih ada beberapa pekerja yang
membuang sampah di sembarang tempat.
e. Pasal 7
Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk
menjamin bahwa peralatan perancah, alat-alat
kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak
dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan ke
bawah dari tempat yang tinggi sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan.
 Dari hasil pengamatan di lapangan, sudah
dipasang safety net yaitu semacam jaring
95

yang berfungsi untuk menahan benda


jatuh.

Gambar 3.41. Pemasangan Safety Net


f. Pasal 8
Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka,
lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap
atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi
tangga yang terbuka, semua galian-galian dan
lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus
diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat.
 Dari hasil pengamatan di lapangan,
lubang-lubang yang berbahaya sudah di
beri gari Stop Line agar tidak
membahasayan para pekerja.

Anda mungkin juga menyukai