Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkitnya
penyakit DHF karena nyamuk (Aedes aegypti) tersebar luas di seluruh
pelosok tanah air. Kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di
atas permukaan air laut. Sejak berjangkitnya penyakit DHF di Surabaya
dan Jakarta pada tahun 1986, penyakit ini cenderung semakin menyebar
luas ke berbagai wilayah. Pada saat ini penyakit DHF telah tersebar di
semua provinsi, bahkan telah endemis di 650 Kecamatan.
Pada saat ini DHF di banyak negara di kawasan Asia Tenggara
merupakan penyebab utama perawatan anak di rumah sakit. Morbiditas
dan mortalitas DHF yang dilaporkan dan berbagai negara bervariasi dan
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain status umur penduduk,
kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotype
virus dengue dan kondisi meteorologis.
Kematian lebih banyak pada anak perempuan dari pada anak laki-
laki. Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur
memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dan golongan anak berumur
kurang dari 15 tahun (80 -95 %).
Hasil survey jentik yang dilaksanakan di 7 kota tahun 1987 dan
1992, masing-masing menunjukkan bahwa rata-rata nyamuk Aedes
aegypti terdapat di 36 % dan 28 % dari rumah, sekolah, maupun tempat
umum lainnya. Jentik nyamuk ini dijumpai pada genangan air yang tidak
berhubungan langsung dengan tanah seperti bak mandi/WC, tempayan,
drum, pot tanaman air maupun ban bekas, kaleng plastik yang dibuang di
sembarang tempat dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk
Aedes aegypti.
Vaksin dan obat untuk mencegah penyakit DHF belum ada, oleh
karena itu untuk menanggulangi masalah penyakit tersebut, diperlukan
penggerakan masyarakat untuk melaksanakan PSN DBD guna

1
memberantas jentik / nyamuk penularnya di seluruh pelosok tanah air.
Pelaksanaan penggerakan PSN DBD ini dapat dikaitkan dengan berbagai
program kebersihan lingkungan seperti program penyehatan /
pemeliharaan kesehatan lingkungan, gerakan jum’at bersih, program K3,
dan sebagainya. Serta didukung oleh program-program penyuluhan
maupun berbagai motivasi tentang kebersihan lingkungan seperti
“Adipura”, Lomba Desa, dll.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan DHF pada anak dengan
Hipertermi
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Mampu melakukan pengkajian pada kasus DHF
1.2.2.2 Mampu melakukan analisa data pada kasus DHF .
1.2.2.3 Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada kasus DHF .
1.2.2.4 Mampu membuat intervensi pada kasus DHF .
1.2.2.5 Mampu melakukakan implementasi pada kasus DHF
1.2.2.6 Mampu melakukan evaluasi pada kasus DHF

1.3 Sistematika Penulisan


Dalam makalah ini disusun sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Metode
Pembahasan dan Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan teori tentang DHF dan Konsep Dasar Keperawatan
BAB III : Tinjauan kasus / Askep pada Anak dengan kasus DHF
BAB IV : kesimpulan dan penutup
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar DHF


2.1.1 Definisi
1. DHF adalah suatu penyakit yang berat, yang sering mematikan disebabkan
oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemotasis dan
pada kasus berat sindrom syok kehilangan protein (Nelsos,2000).
2. DHF adalah penyakit yang ditandai oleh demam mendadak, tanpa sebab
yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut
(Ngastiah,1997).
3. DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot, sendi yang biasanya memburuk, setelah 2 hari
pertama (Sarwono,1996).
4. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever
(DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
5. DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus disertai demam
akut perdarahan dan tendensi syok (Suryono,1987).

2.1.2 Etiologi
Virus dengue tergolong dari family flaviviridae vektor utama dari virus
dengue adalah nyamuk aedes aegepty dan aedes algoprotus infeksi dengan
salah satu serotipe akan memberikan antibodi seumur hidup pada serotipe
tersebut namun tidak pada serotipe yang lain
 Ciri-ciri nyamuk aedes aegepty
Berbadan kecil, warna hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang
hari, badannya datar saat hinggap, hidup ditempat-tempat yang gelap
(terhindar dari sinar matahari) aedes aegepty betina mempunyai kebiasaan
berulang (multi ditres) yaitu menggigit secara bergantian dalam waktu

3
singkat, nyamuk aedes aegepty jarak terbangnya kurang dari 100 meter
dan senang menggigit manusia.
 Ciri-ciri nyamuk aedes alboprotus
Habitatnya pada air jernih, didekat rumah / pohon dimana biasanya
terlampung air hujan yang bersih yaitu misalnya pohon pisang, kaceng
bekon dll, menggigit pada siang hari dan jarak terbangnya 50 meter.

2.1.3 Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi
system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati
yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.

4
Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan
perdarahan hebat.

2.1.4 Manifestasi Klinis


- Peningkatan suhu tubuh mendadak 2-7 hari. Demam turun pada hari ke 5-
7 disertai dengan gangguan sirkulasi ringan
- Anoreksia
- Nyeri otot, sendi, tulang dan kepala
- Manifestasi perdarahan : uji tourniquet + pleki, purpura, epistaksi,
perdarahan gusi, hematomesis dan melena
- Kadang ditemukan pembesaran hati pada permulaan demam tapi tidak
disertai ikterus biasanya disertai nyeri tekan
- Pemeriksaan labotorium : trombositopeni dan hemokonsetrasi, trombsit
dibawah 100.000 / mm2pada hari 3-7
- Syok : menunjukkan kegagalan peredaran darah dimulai dari kulit lembab
dan dingin pada jari kaki, tangan, serta ujung hidung, cianosis pada
sekitar mulut dan akhirnya syok, syok pada periode demam
prognosis buruk.
- Ciri / tanda-tanda syok : nadi lemah, cepat, kecil sampai tidak teraba, nadi
menurun sampai 80 mmHg / > rendah
DHF menurut derajat beratnya penyakit dibagi menjadi :
1. Derajat I (Ringan) : demam mendadak 2-7 hari, uji tourniquet + ,
pusing badan pegal-pegal, batuk muntah suhu 38-
39 0C.
2. Derajat II (Sedang) : perdarahan gusi, hematomesis/melena, ujung jari
dan hidung dingin, gelisah, muntah, gangguan
aliran darah perifer ringan, gangguan rasa
nyaman.
3. Derajat III (Berat) : syok, epitaksis, perdarahan gusi,
hematomesis/melena, ujung jari kaki dan tangan
teraba dingin, nyeri tekan perut, memar dan
perdarahan pada tempat pengambilan darah vena.

5
4. Derajat IV (Syok) : syok berat, tekanan darah tidak teratur (denyut
jantung ≥ 140x/menit), nadi tidak teraba, ujung
jari kaki dan tangan cyanosis, kesadaran
menurun, nyeri abdomen sendi dan tulang
punggung

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan laboraturium
Darah lengkap : Hematokrit meningkat (20% />) / Hemokonsentrasi
Trombositopeni (100.000/mm3 atau <)
 Pemeriksaan serologi
Uji HI (Hemoaglutination test) : respon antibodi sekunder
 Pemeriksaan rongen thorax
Untuk megetahui efusi pleura

2.1.6 Diagnosis
Menentukan diagnosis DHF menggunakan patokan dari WHO 1975 adalah :
1. Demam tinggi, mendadak, tanpa sebab yang jelas terus menerus selama 2-
7 hari.
2. Uji tourniquet + dan adanya salah satu bentuk perdarahan lain misalnya
ekimosis, epistaksis, ptekie, perdarahan gusi, melena/hematomesis
3. Pembesaran hati (pembesaran bisa diraba, sifat permukan sakit)
4. Syok ditandai dengan nadi lemah, cepat, TD menurun (20 mmHg/<)
tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg/<, kulit teraba dingin dan
lemah pada jari kaki dan ujung hidung, gelisah, cyanosis
Bila kreteria laboratorium terpenuhi ditambah 2 kreteria klinik
ketepatannya 70-90 %.
2.1.7 Diagnosis Banding
 Belum ada rejatan : morbili / campak
 Dengan rejatan : demam typoid, rejatan septic oleh kuman lain
 Dengan perdarahan : leukemia, anemia aplastik
 Demam kejang : meningitis, ensefalitis

6
2.1.8 Penatalaksanaan
 Pengobatan
- Pemberian cairan peroral untuk DHF tanpa syok
- Pemberian cairan melalui infuse pada pasien yang muntah terus
menerus dan hematrokrit meninggi
- Bila terjadi perdarahandiberikan tranfusi darah
- Jika terjadi hiperpireksia dapat diberikan antipereksia dan kompres
dingin
- Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan
- Antibiotika diberikan jika terjadi komplikasi bakteri, biasanya
diberikan bersama dengan pemberian vitamin
 Tindakan keperawatan pada derajat I
- Observasi tanda vital dan tanda perdarahan
- Memberikan banyak minum (1-2 liter dalam 24 jam) dapat berupa
sirup, susu, sari buah-buahan, oralit, atau ralutan gula
- Observasi intake dan output
- Periksa HB, HT, Trombo setiap 4-6 jam sekali
- Lindungi terhadap bahaya fisik yang dapat menimbulkan perdarahan
 Tindakan keperawatan pada derajat II
- Berikan cairan intra vena dan jika keadaan memungkinkan beri
makanan dan cairan peroral
- Kompres hangat pada dahi dan lipatan ketiak untuk menurunkan suhu
tubuh
- Melakukan kebersihan perorangan meliputi : membersikan rambut,
mulut, kulit, kuku, telinga, hidung, tenggorokan dan dimandikan 2X
sehari
- Observasi tanda vital, suhu tubuh setiap 3-4 jam
- Awasi tanda-tanda perdarahan
 Tindakan keperawatan pada derajat III dan IV
- Pemberian O2 intranasal 3-5 liter/menit

7
- Infus bila terjadi syok, jika syok sudah teratasi infuse dikurangi 10
kg/BB/jam, bila terjadi perdarahan tranfusi darah
- Beri kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
2.1.9 Upaya Pencegahan
 Nyamuk aedes aegepty dan aedes Albopictus suka bertelur pada tempat air
jernih disekitar rumah oleh sebab itu lakukan
- Menguras bak mandi sesering mungkin
- Tempat-tempat air bersih / air minum hendaknya ditutup
- Bersihkan kain bersih yang brisi air
- Hindari adanya air tergenang
- Hindari menggantun g baju yang tidak terawat
- Pasang kelambu
 Berikan ceramah dan penyuluhan tentang masalah yang ada hubungannya
dengan DHF
 Lakukan pembatasan nyamuk pada lingkungan yang dicurigai banyak
sarang nyamuk penyebab DHF
2.1.10 Prognosa
 Derajad I dan II prognosa baik dalam waktu 24-36 jam
 Derajad III dan IV : prognosa tergantung dari
a. Lama dan beratnya renjatan, waktu metode dan adekuat / tidak
penanganan
b. Ada tidak keluhan syok terutama 6 jam pemberian infuse
c. Panas selama rejatan
d. Tanda-tanda cerebral

8
9
2.2 Patwhay

10
11
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien secara
akurat, lengkap sesuai kenyataan agar dapat mengidentifikasi, mengenai
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan.
Pengkajian meliputi :
Kaji riwayat keperawatan
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual-
muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda
renjatan ( nadi cepet dan lemah hipotensi, kulit dingin dan lembab
terutama pada ekstremitas, cianosis, gelisah, penurunan kesadaran ).
Tahapan dalam pengkajian :
 Biodata ( data anak dan orang tua, tempat tinggal, status ekonomi ).
 Keluhan utama pada DHF ( panas, mual muntah anoreksia ).
 Riwayat penyakit ( sekarang : berhubungan dengan penyakit ini dan
masa lalu ).
 Riwayat tumbuh kembang
 ( BB, TB, fungsi organ, fungsi motorik, mental ).
 Perkembangan interpersonal (Sulivan’s dari Wong dan
Whaley, 1996)
a) Anak berada pada tahap juvenil (usia 5-6 tahun)
b) Anak – Anak menjadi sosial bersaing, bekerja
sama, dan belajar untuk mengawasi tingkah laku
dan kontrol lingkungan
 Riwayat Imunisai
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan
 Pola kebiasaan pemeliharaan kesehatan
Nutrisi :berhubungan dengan
tercukupinya kebutuhan pasien.

12
Istirahat :dapat berhubungan dengan
keluhan utama yang tejadi.
Aktifitas : dapat terganggu dengan keadaannya sekarang.
Eliminasi :dapat terjadi diare atau konstipasi.
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : suhu tubuh tinggi, menggigil, hipotensi, nadi cepat.
 Kulit : tampak petekie, hematoma, ekimosis.
 Kepala : mukosa bibir kering, perdarahan gusi, lidah kotor ( kadang
tremor ), epistaksis
 Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal, wheezing
 Abdomen : teraba pembesaran hati dan limfe ( 4-5 % pasien ),
dehidrasi, turgor kulit turun.
 Anus dan genetalia dapat terjadi diare/konstipasi.
 Ekstermitas atas dan bawah : dingin, sianosis.
 Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap : trombositopeni, hemokonsentrasi, leukopeni.
Serlogi : uji HT ( hemoglobin inhibiting test ).
c. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi virus.
2. Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
4. Hipovolemia berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidak mampuan mengabsorbsi bnutrien
d. Perencanaan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 6 jam suhu
tubuh membaik

13
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5⁰C)
Intervensi :
1) Monitoring suhu tubuh
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila
6) Edukasi termoregulasi
7) Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24
jam tingkatan nyeri menurun
Kreteria hasil : mobilias meningkat, perfurasi perifer meningkat
Intervensi :
1) Identifikasi skala nyeri
2) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5) Jelaskan strategi meredakan nyeri
6) Kolaborasi pemberian analgesik
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2x24
jam bersihan jalan nafas meningkat
Kreteria hasil : produksi sputum menurun, wheezing tidak ada.
Intervensi :
1) Monitoring frekuensi , irama, kedalaman dan upaya napas
2) Monitoring kemampuan batuk efektif
3) Auskultasi bunyi nafas
4) Ajarkan teknik batuk efektif
5) Anjurkan asupan cairan
6) Lakukan fisioterapi dada (jika perlu)

14
7) Berikan minum hangat
8) Berikan oksigen (jika perlu)
9) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
(jika perlu)
4. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24
jam status cairan membaik
Kriteria hasil : turgor kulit meningkat, output urine meningkat,
kekuatan nadi membaik, tekanan darah membaik, hepatomegali
membaik.
Intervensi :
1) Monitoring intake dan output
2) Berikan posisi modified trendelenburg
3) Berikan asupan cairan
4) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi
nutrien
Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2x24
jam status nutrisi membaik.
Kriteria hasil : porsi makanan yang dihabiskan meningkat, nafsu
makan membaik, nyeri abdomen menurun.
Intervensi :
1) Monitoring asupan makanan
2) Monitoring berat badan
3) Monitoring mual dan muntah
4) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
5) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
6) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
7) Ajarkan diet yang diprogramkan
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan (jika perlu)

15
e. Evaluasi
 Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai
tingkat perkembangan dan kondisi anak.
 Jelaskan terapi yang diberikan, efek samping dan dosis.
 Menjelaskan gejala penyakit dan hal yang dilakukan untuk mengatsi
gejala.
 Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal :12 Desember 2019 Pukul : 09.00 WIB

3.1.1 Identitas
Nama : An “G”
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir: 4 Desember 2013
Umur : 6 Tahun
Nama Ayah/Ibu : Tn “W” / Ny “K”
Pendidikan Ayah/Ibu : SMA/SMA
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta/IRT
Alamat : Gedongombo gg Dondong Semanding
Tanggal MRS : 11 Desember 2019
Jam MRS : 19.35 WIB
No. Register : 0079952
Diagnosa Medis : DHF
Sumber Informasi : Dari Keluarga

3.1.2 Keluhan utama


Panas
3.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Panas selama 4 hari, batuk, pilek, muntah setiap makan, 1x muntah
darah segar, BAB warna hitam, epistaksis, pusing sudah berobat di bidan
belum sembuh kemudian dibawa ke RS
3.1.4 Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak pernah dirawat karena penyakit apapun
3.1.5 Riwayat penyakit keluarga

17
Menurut keluarga (ibu) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat
ini menderita sakit DBD
3.1.6 Riwayat kesehatan lingkungan
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, bak mandi
dikuras setiap 7-10 hari sekali. Menurut ibu beberapa bulan yang lalu ada
tetangga gang yang menderita DBD, tetapi sekarang sudah sembuh, dan
lingkungan wilayah belum pernah disemprot
3.1.7 Riwayat tumbuh kembang
- TB : 105 cm
- BB : 20 kg
- Anak sudah sekolah TK (B), sudah bisa menangkap bola dengan
jarak satu meter, membuat gambar segi empat, dan sudah
mengenal angka dan huruf
3.1.8 Riwayat imunisasi
Lengkap
3.1.9 Pengkajian persistem
a. System pencernaan
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan,
minum tidak suka, harus dipaksa baru mau minum. Mual ada, muntah
1x . Terdapat nyeri tekan daerah hepar, skala nyeri 2, bising usus (+)
normal
b. System muskuloskeletal
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat
ekstrimitas simetris, kekuatan otot baik
c. System perkemihan
BAK lancer, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu
untuk diukur, BAB dari malam belum ada
d. System pernafasan
Pergerakan nafas simetris, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, pada saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada,
frekuensi nafas 22x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar
e. System kadiovaskuler

18
TD: 100/60, nadi 110x/menit,CRT < 2 detik, akral dingin, tidak
terdapat cyanosis, .
f. System saraf
Kesadaran composmentis, GCS : E = 4, V= 5 M 6.
Tidak ada kelainan
g. System endokrin
Tidak ada kelainan
h. System integument
S: 39,5ºC, turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed,
tidak terdapat perdarahan spontan pada kulit.

3.1.10 Pemeriksaan Penunjang


Jenis Hasil Normal
Hb 12,9 13,4 – 17,1 G/dl
Lekosit 6500 4000 – 11.000 / cmm
Trombosit 95.000 140.000 – 350.000 / cmm
PCV 37,9 40 – 54%

3.1.9 Terapi
- D5 ½ NS : 1300 cc/24jam
- Inj Ampicilin : 4 x 500 mg
- Inj Santagesik : 3 x 200 mg
- Inj Ranitidine : 2 x 20 mg
- Inj Methyl : 3 x 6 mg
- Inj As. Tranexamat : 3 x 175 mg
- PO : Sucralfat : 3 x 5 cc

19
3.2 ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 S : Klien mengatakan Proses infeksi virus Hipertermi
badanya terasa
panas, pusing
O : Akral dingin
Panas hari ke 4.
TTV : S : 39,5ºC,
Nadi 110x/mnt, TD :
100/60, RR 22x/mnt.
2. S : Klien menyatakan Ketidakmampuan Defisite Nutrisi
tidak mau makan, mual, mengabsorbsi nutrient
muntah 1 x
O : KU cukup
- Makan mau 3
sendok
- BB : 16 kg

3. S. Nyeri pada perut Inflamasi Nyeri Akut


O:
- nyeri tekan pada
daerah hepar
- Skala Nyeri 2

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
2 Defisite Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi

20
3.4 INTERVENSI
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 6 jam suhu tubuh
membaik
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5⁰C)
Intervensi :
1) Monitoring suhu tubuh
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Berikan cairan oral 1000 – 2500 ml
4) Kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila, lipatan paha
5) Edukasi termoregulasi
6) Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi
nutrien
Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2x24 jam
status nutrisi membaik.
Kriteria hasil : porsi makanan yang dihabiskan meningkat, nafsu makan
membaik, nyeri abdomen menurun.
Intervensi :
1) Monitoring asupan makanan
2) Monitoring berat badan
3) Monitoring mual dan muntah
4) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
5) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
6) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
7) Ajarkan diet yang diprogramkan
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan (jika perlu)
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24 jam
tingkatan nyeri menurun
Kreteria hasil : mobilias meningkat, perfurasi perifer meningkat

21
Intervensi :
1) Identifikasi skala nyeri
2) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5) Jelaskan strategi meredakan nyeri
6) Kolaborasi pemberian analgesik

3.5 IMPLEMENTASI
DX Tgl / Jam Implementasi Respon
1 12 Des’19 - Memantau suhu tubuh setiap 4 - N : 100x/mnt, S : 38,6, RR:
09.05 jam 22x/mnt
- Melonggarkan dan lepaskan - Anak hanya memakai kaos
pakaian dalam dan celana
- Menganjurkan untuk memberi - Anak hanya mau minum ½
cairan oral 1000 – 2500 ml gelas ( ± 100 cc)
- Memberikan kompres dingin - Kompres dilakukan di dahi,
pada dahi, leher, dada, aksila, lipat paha , S :
abdomen, aksila, lipatan paha. 37’8⁰C
- Memberikan edukasi tentang - Keluarga pasien sudah
termoregulasi mengetahui tentang
remoregulasi
- Kolaborasi untuk pemberian - Memberikan injeksi
antipiretik santagesik 200 mg
2 12 Des’19 - Melakukan monitoring asupan - Anak hanya memakan ¼
09.30 makanan porsi makanan yang
disediakan
- Melakukan monitoring berat - BB = 20 kg (tetap)
badan
- Melakukan monitoring mual - Anak masih mual tetapi
dan muntah sudah tidak muntah
- Menyajikan makanan secara - Diet yang disajikan berupa

22
menarik dan suhu yang sesuai tinggi kalori dan tinggi
- Memberikan makanan tinggi protein.
serat untuk mencegah
konstipasi
- Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan
- Melakukan kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan - Konsultasi dengan gizi
jumlah kalori dan jenis nutrient untuk memberikan diet.
yang dibutuhkan (jika perlu)

3 12 Des’19 - Mengidentifikasi skala nyeri - Skala Nyeri 2


09.45 - Mengidentifikasi pengetahuan - Keluarga belum mengetahui
dan keyakinan tentang nyeri tentang penyeban dan cara
mengurangi nyeri.
- Mengajarkan tehnik - Keluarga melakukan
nonfarmakologis untuk kompres hangat untuk
mengurangi rasa nyeri mengurangi rasa nyeri pada
pasien
- Melakukan kolaborasi - Memberikan injeksi
pemberian analgesik santagesik 200 mg

3.5 EVALUASI

23
TGL/JAM DX Kep EVALUASI

12 Des’19 1 S : keluarga klien mengatakan panasnya sudah menurun


13.00 O : badan teraba hangat
suhu : 38,1ºC
A : Hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,6

12 Des’19 2 S : keluarga klien mengatakan sudah makan, tapi sedikit


13.00 O : makanan hanya dihabiskan ¼ porsi
A : Defisit Nutrisi belum teratasi
P : lajutkan intervensi 2,3,4,5,6

12 Des’19 3 S : keluarga klien mengatakan masih nyeri perut


13.00 O : ada nyeri tekan abdomen, skala nyeri 2
A : Nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1 dan 2

3.7 CATATAN PERKEMBANGAN


TGL/JAM DX kep EVALUASI

13 Des’19 1 S : keluarga Klien mengatakan badannya sudah tidak panas


08.00 lagi
O : badan teraba tidak panas
Suhu : 36,8ºc
A : Hipertermi masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6 jika demam lagi

2 S : keluarga klien mengatakan sudah mau makan tetapi


tidak dihabiskan
O : makanan yang diberikan habis ½ porsi makan
A : defisit nutrisi teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6

3 S : klien mengatakan nyeri perut berkurang

24
O : ada nyeri tekan abdomen, skala nyeri 1
A: Nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3
14 Des’19 1 S : Klien mengatakan sudah tidak panas
08.00 O : S: 36,6⁰C N : 110 x/menit
A : Hipertermi teratasi
P : Intervensi dihentikan

2 S : keluarga klien mengatakan sudah mau makan lebih


banyak dari kemarin
O : makanan yang diberikan habis ½ porsi lebih
A : defisit nutrisi teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6

3 S : keluarga klien mengatakan perut anaknya sdh tidak


sakit
O : tidak ada nyeri tekan, skala myeri 0
A : Nyeri teratasi
P : Intervensi dihentikan
15 Des’19 2 S : keluarga klien mengatakan sudah mau makan lebih
08.00 banyak dari kemarin
O : masih ada sedikit sisa makanan
A : defisit nutrisi teratasi sebagian
P : hentikan intervensi dan klien di ijinkan keluar rumah
sakit

25
BAB IV
PENUTUP

DHF merupakan masalah yang sering terjadi di seluruh wilayah indonesia.


Penyakit yang sering mematikan sebagian besar disebabkan oleh virus, dan
ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat
sindrom syok kehilangan protein.. Prognosa DHF terhitung dari lama dan
beratnya renjatan, waktu, metode, dan adekuat/ tidak penanganannya. Dengan
melakukan 3M merupakan pencegahan untuk penularan DHF.
Diagnosa keperawatan yang sama dengan antara teori dan kasus yaitu
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus, Nyeri akut berhubungan
dengan inflamasi , Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan
mengabsorbsi nutrient.

26
DAFTAR PUSTAKA

Doeuges, Marillyn E. 2000. ”rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien ”, Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI. 1993. ”Asuhan Keperawatan Anak Dalam Kontes
Keluarga”, Jakarta : EGC
PPNI.2016. ” Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”, Jakarta:DPP PPNI
PPNI.2018. ” Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil
keperawatan”, Jakarta:DPP PPNI
PPNI.2018. ” Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”, Jakarta:DPP PPNI
Nelson. 2000. ”ilmu kesehatan anak bagian II”, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 1997. “Kapita Selekta Kedokteran”, Jakarta : FKUI
Ngustiyah. 1997. “Perawatan Anak Sakit “, Jakarta : EGC
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. “Asuhan Keperawatan Pada Anak”, Jakarta : CV
Sagung Seto

27

Anda mungkin juga menyukai