Pemberian obat
terjadi pada
pemberian kedua Mediator yang
dan selanjutnya dilepaskan ini akan
Yang berperan obat yang sama, menimbulkan
ialah Ig E yang obat tersebut akan bermacam-macam
dianggap sebagai
mempunyai afinitas antigen yang akan efek, misalnya
yang tinggi merangsang urtikaria. Reaksi
terhadap mastosit pelepasan anafilaksis yang
dan basofil. paling ditakutkan
bermacam-macam adalah timbulnya
mediator seperti syok.
histamin, serotonin,
bradikinin, heparin.
SEL-SEL YANG MERUPAKAN RESEPTOR IgE
MEKANISME KERUSAKAN
komplemen (CLQ) melalui jalur klasik mengakibatkan
1. LISIS DARI MEMBRAN SEL YANG SUDAH DISENSITISASI Ab
2. AKTIVASI C3 MELALUI SEL EFEKTOR, PEMBENTUKAN KOMPLEKS C5b6789 YANG
MENYERANG JARINGAN
FRUSTRATED PHAGOCYTIC
KELAINAN KLINIS HIPERSENSITIVITAS TIPE II
1. REAKSI TRANSFUSI
2. HAEMOLITIC DISEASE OF THE NEWBORN (hdnb)
3. RX INDUKSI OBAT THD KOMPONEN DARAH
4. RX TERHADAP LEUKOSIT
5. PENOLAKAN PENCENGKOKAN HIPERAKUT
6. MYASTENIA GRAVIS
REAKSI TRANSFUSI
Terjadi karena ketidak cocokan transfusi gol.Darah abo
Resepien membentuk antibodi terhadap eritrosit donor segera setelah transfusi
Igm mengaktifkan komplemen, aktivasi c5,6,7,8,9 menghancurkan (lisis) eritrosit
intravaskuler
GEJALA KLINIS
DEMAM
HIPOTENSI
LBP
RASA TERTEKAN DIDADA
MUAL, MUNTAH
ANEMIA DAN JAUNDICE
Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)
Aktivasi sistem
Kompleks komplemen
Antibodi yang antigen antibodi merangsang
berikatan yang terbentuk pelepasan
dengan antigen akan berbagai
akan mengendap mediator oleh
membentuk pada jaringan mastosit.
kompleks Sebagai
tubuh dan akan akibatnya, akan
antigen antibodi mengakibatkan terjadi
reaksi radang kerusakan
jaringan
HIPERSENSITIVITAS TIPE III
RX KOMPLEKS IMUN
terjadi bila kompleks AG-AB tidak dieliminasi oleh sistem res sehingga berada di
jaringan/ dinding p.darah
KOMPLEKS IMUN BERADA DI JARINGAN :
Ukuran <
menetap dalam sirkulasi
Proses hemodinamik
Peningkatan permeabilitas kapiler
Menembus dinding pembuluh darah
Aktivasi komplemen
ANTIBODI YANG TERBENTUK: IgM ATAU IgG
KELAINAN/PENYAKIT TERJADI KARENA:
adanya infeksi persisten (streptokokus, stafilokokus,
plasmodium vivax, virus hepatitis)
adanya penyakit autoimun
kompleks imun pada permukaan (paru2), karena inhalasi
antigen berulang (debu, tumbuhan, bulu binatang),
memicu igg
reaksi arthus
reaksi serum sickness
Tipe IV (Reaksi Alergi Seluler Tipe Lambat)
JONES-MOTE 24 JAM
A. Skin test
Uji kulit sampai saat ini masih dilakukan secara luas untuk
menunjang diagnosis alergi terhadap alergen-alergen
tertentu
1. Skin prick test
2. Skin patch test
Kontak alergen langsung pd kulit ige berikatan dg sel mast pada kulit (ctmc)
pelepasan mediator
respon skin test klasik pada atopik: wheal&flare
B. Provocative test
Scracth : Epicutaneus Tes
Ini merupakan tehnik yang paling awal ditemukan oleh Charles Blackley pada tahun
1873. Pemeriksaan ini didasari dengan membuat laserasi superficial kecil dari 2 mm
pada kulit pasien dan diikuti dengan menjatuhkan antigen konsentrat.
Keuntungan :
Aman, jarang menyebabkan reaksi sistemik
Terdapat kekurangan pada reaksi kulit tipe lambat
Konstrate yang digunakan nilai ekonominya lebih baik dan mempunyai daya hidup
yang lama.
Kerugian :
Terjadi false positif (akibat iritasi pada kulit dibandingkan dengan reaksi alergi)
Lebih menyakitkan
Tidak reproducible sebagai intradermal skin test
Karena kurang reproducibility dan berbagai gambaran dibelakang, bentuk tes ini tidak
direkomendasikan lagi sebagai prosedur diagnostik pada Alergi panel dari AMA
Council Of Scientific Affairs.
Prick : Epicutaneus
Tehnik ini pertama kali dijelaskan oleh Lewis dan Grant pada tahun 1926. Hal ini digambarkan dimana
satu tetesan konsentrat antigen ke dalam kulit . kemudian jarum steril 26 G melalui tetesan tadi
ditusukkan ke dalam kulit bagian superficial sehingga tidak berdarah. Variasi dari tes ini adalah
dengan menggunakan applikator sekali pakai dengan delapan mata jarum yang bisa digunakan.
Digunakan secara simultan dengan 6 antigen dan control positif (histmin) dan kontrol negative (glyserin).
Keuntungan :
Cepat
Mempunyai korelasi yang baik dengan tes intradermal
Relative lebih aman
Kerugian :
Hanya memberikan penilaian kualitatif pada alergi
Bisa terjadi kesalahan pada keadaan alergi yang lemah (false – negatif)
Grade pada kulit bersifat subjektif
Kontraindikasi Skin Prick Test
Penderita dengan riwayat yang meyakinkan adanya reaksi anafilaksis terhadap allergen.
Penderita dengan gejala alergi terhadap makanan sampai dengan gejala yang timbul stabil.
Penderita dengan penyakit kulit misalnya urtikaria, SLE dan lesi yang luas pada kulit.
Interpretasi test
Kerugian :
Lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif
Tingkat dalam respon lebih bersifat subjektif
Tidak ada standarisasi dalam banyaknya dosis atau
konsentrasinya
Mungkin dapat muncul reaksi positif palsu pada
sensitivitas tinggi
Skin patch test