Anda di halaman 1dari 13

Keperawatan Komplementer

I. Pengertian

Terapi komplementer dan alternative atau Complementary and alternative

medicine (CAM) merupakan salah satu terapi yang saat ini banyak diminati oleh

masyarakat. Terapi komplementer dan alternative (CAM) menurut The National

Center for Complementary and alternative Medicine (NCCAM) di AS adalah suat

u pengobatan secara integrative sebagai sebagai upaya menggabungan teapi medis

utama dan terapi komplementer serta alternative (CAM) (Stuart G.W, 2016).

Terapi komplementer dan alternatif sebagai upaya pengembangan terapi tr

adisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang dapat mempeng

aruhi keseimbangan diri individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual (Wi

dyatuti W, 2008). Terapi komplementer dan alternative ini mengaplikasikan dari b

erbagai teori keperawatan seperti teori transcultural nursing dan teori caring.

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan

sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai

pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

Terapi Komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan

untuk terapi konvesional yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan

kesehatan induvidu.

Pengobatan Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan

berasal dari Negara yang bersangkutan (WHO).

II.   TUJUAN

- Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.


- Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama system

kekebalan dan pertahanan tubuh.

- Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan

III.MACAM MACAN TERAPI KOMPLEMENTER

a. Akupuntur

Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau

perubahan fungsi system tubuh dengan cara memasukan jarum tipis sepanjang

rangkaian garis atau jalur yang disebut meredian. Manipulasi jarum langsung pada

meridian energi akan mempengaruhi organ internal dalam dengan pengalihan qi

b. Ayurveda

System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat herbal,

obat pencahar dan minyak gosok.

c.   Pengobatan Homeopatic

System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit

tertentu dapat diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang ada pada

individu sehat akan menghasilkan gejala seperti penyakit.

d. Pengobatan Naturopatik

System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan,

pijatan air segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan, mengenali

kemampuan mnyembuhkan tubuh alami.

e. Pengobatan Tradisional Cina


Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk akupuntur, pengobatan

herbal, pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan panas dari herbal yang

dibakar), qigong (menyeimbangkan aliran energi melalui gerakan tubuh).

IV. EFEK SAMPING TERAPI KOMPLEMENTER

Pada terapi akupuntur dapat terjadi komplikasi seperti infeksi karena

sterilesasi jarum yang tidak adekuat atau jarum yang ditinggalkan dalam tempat

untuk waktu yang lama, jarum yang patah, perasaan mengantuk pasca pengobatan.

Kontraindikasi pengobatan pada individu yang memiliki kelainan perdarahan

trombositopeni, infeksi kulit atau yang memiliki ketakutan terhadap jarum.

Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain termasuk pestisida dan

logam berat juga terjadi, tidak semua perusahaan menjalankan pengawasan

kualitas yang ketat dan garis pedoman pabrik yang menentukan standar untuk

kadar pestisida yang dapat diterima, bahan pelarut sisa tingkat bacterial dan logam

berat untuk alasan ini pembelian obat herbal hanya dari pabrik yang mempunyai

reputasi. Label pada produk herbal harus mengandung nama ilmiah tanaman nama

dan alat pabrik yang sebenarnya, tanggal kemasan dan tanggal kadaluarsa.

Di Indonesia ada 3 jenis tehnik pengobatan komplementer yang telah di

terapkan oleh Derpartemen Kesehatan untuk di Integrasikan ke dalam pelayanan

konvensional yaitu:

1. Akupuntur Hiperbarik

Dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya.

2. Terapi Hiperbarik
Yaitu suatu metode terapi dimana pasien di masukan ke dalam sebuah

ruangan yang memiliki tekanan udara atmosfir normal, lalu di beri pernafasan

oksigen murni (100%)

3. Terapi herbal medic

Yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alami baik berupa herbal

terstandar dalam kegiatan pelanyanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.

V. DASAR HUKUM

1. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 1109 tahun 2007 tentang

penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif pelayanan kesehatan.

2. Permenkes RI no 1186 / Menkes / per / XI / 1996 tentang pemanfaatan

akupuntur di sarana pelayanan kesehatan.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1076 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang

penyelenggaraan pengobatan tradisional.

4.Keputusan Menteri Kesehatan RI no 121 tahun 2008 tentang standar pelayanan

Medik Herbal.

VI. PENERAPAN DALAM PRATIK KEPERAWATAN

Keperawatan holistic menghormati serta mengobati jiwa, tubuh dan pikiran

klien, perawatan menggunakan Intervensi Keperawatan holistic seperti terapi

relaxasi, terapi music, sentuhan ringan dan usaha pemulihan (doa). Intervensi

seperti ini mempengaruhi Individu secara keseluruhan (jiwa, tubuh, pikiran) dan

merupakan pelengkap yang bersifat efektif ekonomis, non, invasive serta non

farmakologis untuk pelayanan medis terapi tersebut di susun dalam 2 tipe:

1. Terapi yang dapat diakses keperawatan.


Di mana seorang perawat dapat mulai mempelajari dan mempergunakanya

dalam pelayanan klien.

2. Terapi latihan spesifik

Di mana seorang perawat tidak dapat melakukan tanpa pelatihan tambahan

dan atau sertifikat.

1. REMATIK
1. Pengobatan Medis

a. NSAID dapat beresiko mengalami toksisitas pada sistem

gastrointestinal dan kardio-renal.

a. DMARD

b. Kortikosteroid

c. Obat anti depresan

2. Terapi Komplementer

a. Akupuntur

b. Senam Rematik

c. Terapi Bekam

d. Fisioterapi

e. Hipnoterapi

3. Pengobatan Tradisional

a. Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif

untuk mengurangi nyeri arthritis rhematoid. Jahe memiliki kandungan enzim

siklo oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita arthritis

rhematoid selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas

dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan

spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang

maksimal akan dicapai dalam waktu 15 menit sesudah aflikasi panas

(Dalimarta, 2008)

2. HIPERTENSI
Penelitian ini dilakukan oleh Elly Trisnawati (2019),

1. Pengobatan Medis

a. Diuretik

b. ARB ( Angiotensin II Receptor )

c. Central Alpha Algonist

d. Beta Blocker

e. ACE-I

f. ARBSs

g. CCB ( Calcium Channel Blockers )

h. Vasodilator

2. Terapi Komplementer

a. Rose Aromateraphy sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada lansia

hipertensi.

b. Akupresure

Rata-rata tekanan darah sistoloik dan diastolik menurun pada 0, 15, 30 menit

setelah dilakukan akupresure.

c. Akupuntur

Akupuntur dapat menurunkan tekanan darah pada prehyper tension dan

hipertensi stadium I.

d. Bekam basah (wet-cupping)

Bekam basah memberikan pengurangan langsung tekanan darah sistolik dan

bekam basah tidak memiliki efek samping yang serius.

e. Dance Therapy
Terapi tarian secara significant dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan

diastolik bila dibandingkan dengan subyek kontrol.

f. Music Therapy

Musik menghasilkan peningkatan pada tekanan darah sistolik.

g. Yoga

Yoga dapat mengurangi TD sistolik dan diastolik, yang berada dalam kisaran

baseline yang sama, dan pengurangannya signifikan secara statistik;

namun,beberapa hasil menunjukkan sedikit perbedaan.Setelah analisis mendalam

dari hasil tersebut, kisaran TD dan usia pasien sebagai faktor yang mempengaruhi

hasil yang berbeda dalam beberapa laporan. Secara khusus, meditasi memainkan

peran nyata dalam mengurangi TD pada subjek yang berusia > 60 tahun,

sedangkan yoga mengurangi TD pada subjek yang berusia < 60 tahun.

3. Pengobatan Tradisional

Hasil penelitian menemukan adanya 9 tumbuhan obat yang digunakan

sebagai terapi komplementer hipertensi. Seluruh tumbuhan obat tersebut memang

memiliki dasar teori yang kuat untuk efek antihipertensi. Daun sirsak merupakan

obat bahan alam yang paling sering digunakan, disusul oleh rosella, seledri,

alfalfa, kulit manggis, daun salam, mentimun, buah mengkudu dan jintan hitam.

Tumbuhan obat yang diminum antara lain adalah sirih, mahkota dewa, salam,

kecapi, mustajab, kumis kucing, keji beling, ceplukan, belimbing dan mentimun.

Penelitian oleh Gusmira (2012) menemukan bahwa mentimun adalah obat

bahan alam yang paling sering digunakan untuk hipertensi, disusul oleh bawang

putih dan rosella. Sementara itu penelitian oleh Widowati et al (2014)


menunjukkan bahwa dokter yang melakukan praktik komplementeralternatif,

jamu yang terbanyak diberikan untuk pasien hipertensi adalah seledri. Urutan

persentase terbanyak penggunaan jamu untuk hipertensi adalah yang mengandung

seledri, kumis kucing, pegagan, bawang putih, dan mengkudu.

a. Seledri (Apium graveolens L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan air

perasan jus seledri untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan FJA

(Formula Jamu Antihipertensi) yang disusun oleh Komisi Nasional Saintifikasi

Jamu, mengandung komposisi diantaranya herba seledri. Tumbuhan ini

mengandung flavonoid (apiin dan apigenin) serta kumarin (Hussaana et al, 2016).

Efek antihipertensi seledri melalui mekanisme penghambatan kanal ion kalsium

(Tashakori-Sabzevara et al, 2016), dan penghambatan pada ACE

(Simaratanamongkol et al, 2014).

b. Alfalfa (Medicago sativa L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan sari

klorofil dari daun alfalfa untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang menunjukkan bahwa alfalfa memiliki efek untuk mengurangi

tekanan darah pada tikus percobaan yang dibuat hipertensi (Martinez et al, 2016).

c. Manggis (Garcinia x mangostana L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan ekstrak

kulit manggis untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian

tentang mekanisme kerja manggis sebagai antihipertensi melalui antagonis ion

kalsium (Hemshekhar et al, 2011). Komponen fenolik dari manggis dapat


mencegah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah melalui mekanisme

vasodilatasi langsung dan pembangkitan nitrit oksida (Abdallah et al, 2016).

d. Sirsak (Annona muricata L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan

rajangan daun sirsak untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak air daun sirsak dapat menurunkan

secara signifikan tekanan darah tanpa mempengaruhi denyut jantung (Patel dan

Patel, 2016). Efek hipotensif dari ekstrak air daun sirsak melalui mekanisme

perifer yang melibatkan antagonis ion kalsium dengan blokade kanal ion kalsium

(Nwokocha et al, 2012). Efek hipotensif daun sirsak disebabkan oleh kandungan

alkaloid seperti coreximine, anomurine, dan reticulin, serta beberapa komponen

minyak esensial seperti b-caryophyllene (Coria-Tellez et al, 2016).

e. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan

rajangan bunga rosella kering untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak air bunga rosella memiliki

efek antihipertensi (Mojiminiyi et al, 2007). Efek antihipertensi rosella melalui

berbagai mekanisme, yaitu peningkatan produksi nitrit oksida, penghambatan

kanal ion kalsium dan pembukaan kanal ATP kalium (Al Disi et al, 2016). Rosella

juga memiliki efek diuretik, yang mekanisme kerjanya serupa dengan obat

penurun tekanan kelompok diuretik (DaCosta-Rocha et al, 2014), dan efek

penghambatan pada Angiotensin Converting Enzyme (ACE), yang mekanisme


kerjanya serupa dengan obat penurun tekanan kelompok ACE inhibitor (Ojeda et

al, 2010).

f. Seledri (Apium graveolens L.)

Hasil penelitiani menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan air

perasan jus seledri untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan FJA

(Formula Jamu Antihipertensi) yang disusun oleh Komisi Nasional Saintifikasi

Jamu, mengandung komposisi diantaranya herba seledri. Tumbuhan ini

mengandung flavonoid (apiin dan apigenin) serta kumarin (Hussaana et al, 2016).

Efek antihipertensi seledri melalui mekanisme penghambatan kanal ion kalsium

(Tashakori-Sabzevara et al, 2016), dan penghambatan pada ACE

(Simaratanamongkol et al, 2014).

g. Alfalfa (Medicago sativa L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan sari

klorofil dari daun alfalfa untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang menunjukkan bahwa alfalfa memiliki efek untuk mengurangi

tekanan darah pada tikus percobaan yang dibuat hipertensi (Martinez et al, 2016).

h. Manggis (Garcinia x mangostana L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan ekstrak

kulit manggis untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian

tentang mekanisme kerja manggis sebagai antihipertensi melalui antagonis ion

kalsium (Hemshekhar et al, 2011). Komponen fenolik dari manggis dapat

mencegah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah melalui mekanisme

vasodilatasi langsung dan pembangkitan nitrit oksida (Abdallah et al, 2016).


i. Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan

rajangan daun salam untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan

penelitian di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang menunjukkan bahwa

masyarakat disana menggunakan daun salam sebagai tumbuhan obat untuk diare,

kencing manis dan asam urat (Widyawati dan Rizal, 2015). Mekanisme kerja daun

salam sebagai antihipertensi melalui pelibatan reseptor beta adrenergik dan

kolinergik dengan produksi nitrit oksida (Ismail et al, 2013), dan melalui

penghambatan ACE (Puspitasari et al, 2015).

j. Mentimun (Cucumis sativus L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan jus

mentimun untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang menunjukkan bahwa pemberian jus mentimun dapat menurunkan secara

signifikan tekanan darah diastolik antara kelompok perlakuan dibandingkan

dengan kelompok kontrol (Muniroh et al, 2007).

k. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan

rajangan buah mengkudu untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan

penelitian di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang menunjukkan bahwa

masyarakat disana menggunakan buah mengkudu sebagai tumbuhan obat untuk

menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol, melancarkan peredaran darah dan


membersihkan kandung kemih (Widyawati dan Rizal, 2015). Pemberian jus

mengkudu menurunkan tekanan darah tinggi secara signifikan, terutama pada

tekanan darah sistolik (Ali et al, 2016).

l. Jintan Hitam (Nigella sativa L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi menggunakan minyak

jintan hitam untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian

bahwa pemberian minyak jintan hitam selama 8 minggu dapat menurunkan

tekanan darah (Huseini et al, 2013). Mekanisme kerja ekstrak jintan hitam sebagai

antihipertensi melalui mekanismenya sebagai diuretik (Tembhurne et al, 2014),

dan melalui penghambatan kanal ion kalsium (Al Disi et al, 2016).

Anda mungkin juga menyukai