Anda di halaman 1dari 10

Laporan praktikum ke-8 Hari/Tanggal : Kamis/ 28 Maret 2019

Biokimia Nutrisi TempatPraktikum : Laboratorium Biokimia


Mikrobiologi Nutrisi.
Nama Asisten : Cita Laksana A N/D24150032

PENENTUAN KADAR SUATU LARUTAN

Rifki Ramadan
D24180060
Kelompok 4/G1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Spektrofotometer adalah alat untuk menukur transmitan atau absorban


suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari alat optic dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana
detector dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak
langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.
Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Alat ini
memiliki prinsip kerja hasil penggabungan dari alat spektrometer dan fotometer.
Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu. Sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsikan. Spektrometer memiliki alat pengurai
seperti prisma yang dapat menyeleksi panjang gelombang dari sinar putih
(Widihati et al 2011).
Jenis-jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam praktikum, yaitu
single beam (berkas sinar tunggal) spektofotometri, double beam (berkas sinar
ganda) spektofotometri dan Gilford spektofotometri. Single beam spektofotometri
banyak digunakan karena harganya yang murah dan hasilnya cukup memuaskan.
Spektofotometri jenis ini hanya terdiri atas satu berkas sinar, sehingga dalam
praktek pengukuran sampel dan larutan blanko atau standar harus dilakukan
bergantian dengan sel yang sama. Untuk double beam spektofotometri biasa
ditemui pada spektrofotometri yang telah memakai automatis absorbansi (A)
sebagai fungsi panjang gelombang, serta mempunyai dua buah berkas sinar
sehingga dalam pengukuran absobansi tidak perlu bergantian antara sampel dan
larutan blanko, tapi dapat dilakukan secara parallel. Sedangkan Gilford
spektofotometri banyak digunakan dilaboratorium biokimia dan mempunyai
beberapa keuntungan dibandingkan dengan spektofotometri biasa, karena mampu
membaca absorbansi sampai tiga satuan. Spektrofotometer biasanya
menggunakan sinar ultra violet, infra merah, atau cahaya tampak. Pengukuran
absorbansi atau transmitansi suatu system di daerah ultra violet (UV) digunakan
lampu deuterium yang menghasilkan sinar dengan oanjang gelombang 190-380
nm. Pengukuran menggunakan sinar tampak menggunakan lampu iodide yang
mampu menghasilkan sinar 380-1000 nm. Warna komplementer atau warna
kontras adalah warna yang berkesan berlawan satu dengan lainnya. Warna kontras
bisa didapatkan dari warna yang bersebrangan dan terdiri atas warna primer dan
sekunder. Warna kontras komplementer yang diserap oleh spektrofotometer dalam
bentuk cahaya monokramatik, yakni dua warna yang saling bersebrangan
(memiliki sudut 180 derajat) dengan kontras yang paling kuat (Triyati 2015).
Spektrofotometer uv-vis merupakan gabungan antara spektrofotometer
UV dan Visible yang menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber
cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih
sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis,
yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.Spektrum
absorpsidalam daerah-daerah ultraviolet dan sinar tampak terdiri dari satu atau
beberapa pita absorpsi. Sistem spektrofotometer, UV-Vis paling banyak
tersedia dan paling popular digunakan. Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sampelberwarnajuga untuk sampeltak berwarna
seperti senyawa organikyang berdasarkan transisiatau dan karena itu memerlukan
kromofor di dalam molekulnya. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum kira –
kira 200-700 nm (Julistiana 2009).
KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapatmengoksidasi etilen yang
dihasilkan oleh produk-produk pertanian. Penggunaan KMnO4 dalamrangka
memperpanjang umur simpan dan vase lifeproduk-produk pertanian telah dipakai
secara luasdan memberikan hasil yang positif. Pemberian KMnO4 tidakboleh
bersinggungan langsung dengan produk-produk pertanian, sehingga
dibutuhkan suatubahan pembawa (carrier). Beberapa carrier yangsering
digunakan yaitu zeolit, silika gel, spons,batu apung, alumina, semen, gamping,
vermicu-lite, atau batu bata. KMnO4 yang merupakan pengoksidasi gas
etilentersebut diharapkan dapat diaplikasikan padamawar potong dalam
rangka mengontrolkeberadaan gas etilen dalam ruang penyimpanan.Penggunaan
KMnO4 dengan konsentrasi tertentudiharapkan mampu mengoksidasi gas
etilensampai level yang aman bagi penyimpanan mawarpotong sehingga dapat
memperpanjang umurperagaan mawar potong (Yanuka et al 2011).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu menentukan kadar suatu


larutan yang belum diketahui.

TINJAUAN PUSTAKA

Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Hal ini
detektor dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak
langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk,
Dengan mengukur transmitan larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan
hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya
melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati
sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persen
(%T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T
(Huda 2011).
Aquades

Aquadest merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan, dapat disebut juga
air murni (H2O). Hal ini karena H2O hampir tidak mengandung mineral.
Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang universal. Air tersebut mudah
menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah
menjadi terkontaminasi. Menurut siklusnya di dalam tanah, air terus bertemu dan
melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan mikroorganisme. Hal ini
jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena mengandung banyak mineral
(Gusnita et al 2010).

Larutan KMnO₄

KMnO4 merupakan suatu oksidator kuat dengan potensial reduksi standar


1,70 V sehingga menjadikan KMnO4 sering digunakan sebagai aseptor elektron
dalam suatu sistem elektrokimia termasuk dalam sistem MFC. KMnO4 adalah
oksidator penting yang banyak digunakan dalam berbagai reaksi organik dan
anorganik karena permanganat mampu mengoksidasi berbagai macam gugus
fungsi. Pengetahuan sifat oksidasi ini akan bermanfaat untuk proses mendapatkan
gugus kuinolin dari alkaloid kina. Nilai permanganat merupakan jumlah miligram
kalium permanganat (KMnO4) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik
dalam 1000 ml air pada kondisi mendidih. Hal ini berdasarkan prinsip dalam
penetapannya zat organik dalam sampel air dioksidasi dengan KMnO4 berlebih,
kemudian direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi
kembali dengan KMnO4 (Bodke et al 2013).

Nilai Absorbansi

Nilai absorbansi merupakan respon medium, dimana saat cahaya yang


merupakan gelombang elektromagnetik melaluinya, maka molekul-molekul di
dalamnya mengalami transisi energi dari keadaan dasar menuju keaadaan
tekeksitasi. Absorbansi tergantung pada jarak yang dijalani oleh radiasi meleati
larutan, panjang gelombang radiasi dan sifat jenis zat molekular dalam larutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai absorbansi yaitu jenis pelarut, pH larutan,
suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan zat pengganggu. Penyimpanannya
jika zat pewarna mengion, berdisosiasi atau berasosiasi dengan larutan serta
membentuk ion kompleks yang posisinya bergantung pada konsentrasi dan cahaya
tidak monokromatis (Ekasari 2013).
Hukum Beer-Lambert

Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban


dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi. Spektrofotometer merupakan suatu teknik
pengukuran serapan cahaya dengan mengaplikasikan hukum Lambert-Beer.
Hukum ini menyatakan bahwa absorbansi cahaya (A) sebanding dengan
konsentrasi (c) dan ketebalan media/cuvet (d), yang dinyatakan dalam persamaan
1. A =−logId/I0=−log(T) = αcd (1) dengan I0 dan Id adalah intensitas cahaya
datang dan diteruskan. Koefisien absorpsi (α) dapat diperoleh dengan persamaan
2. Dimana Qext adalah nilai efisiensi cahaya terhambur, ε adalah refractive index
(ε = 0,04-0,05 untuk logam perak pada λ = 400-450 nm), N adalah rapat partikel
dan λ adalah panjang gelombang pada puncak maksimum. Untuk partikel yang
berbentuk bola, rapat partikel merupakan jumlah partikel yang terdistribusi dalam
ruang sampel (CV) per satuan volume seperti dituliskan dalam Persamaan 3
(Chamberlin, 2009).

MATERI DAN METODE

Materi

Alat
Praktikum ini membahas tentang penentuan kadar suatu larutan yang
dilakukan dengan menggunakan beberapa alat . Alat-alat yang dibutuhkan seperti
spektrofotometer, kuvet, pipet mohr, kertas grafik, dan tabung reaksi.

Bahan
Praktikum ini membahas tentang penentuan kadar suatu larutan yang dilakukan
dengan menggunakan beberapa bahan. Bahan- bahan yang dibutuhkan adalah
kalium permanganat (KMnO₄) , larutan blanko, dan aquades.

Metode

Menentukan penentuan kadar suatu larutan


Dinyalakan terlebih dahulu alat spektrofotometernya, lalu tunggu selama 15
menit agar spektrofotometer nya panas. Setelah panas, atur panjang gelombang
sebesar 520nm. Dimasukkan kuvet yang berisi larutan blanko aquades kurang
lebih 5 ml ke dalam spektrofotometer yang sudah panas tadi, lalu baca serapan
larutan blanko tersebut. Kuvet larutan blanko yang sudah terbaca serapannya tadi
dikeluarkan dari spektrfotometer dan digantikan dengan uji larutan B yang
dimasukkan ke dalam spektrofotometer. Percobaan yang dilakukan menggunakan
konsentrasi larutan sebesar 200ppm, 400ppm, 600ppm, 800ppm, dan 1000pm.
Kuvet larutan uji yang telah dimasukkan larutan B dengan konsentasi yang
berbeda-beda diamati, dicatat, dan dihitung serapan gelombang maksimum yang
diserapnya. Konsentrasi yang telah diamati dan dicatat, kemudian dibuat tabel dan
grafik percobaannya. Dilakukan hal yang sama menggunakan larutan C setelah
melakukan percobaan larutan yang B.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan praktikum percobaan penentuan kadar suatu larutan yang


telah dilakukan di Laboratorium Biokimia Mikrobiologi Nutrisi Fakultas
Peternakan Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan. Konsentrasi larutan
KMnO₄ yang digunakan sebesar 200ppm – 1000ppm didapatkan data tabel sebagai
berikut :

Tabel 1 Nilai absorbansi berbagai konsentrasi KMnO₄

Konsentrasi KMnO₄ (ppm) Absorban


200 0,0221A
400 0.0632A
600 0,0904A
800 0.1101A
1000 0.1453A
Y (Absorban)
0.16
0.14 f(x) = 0 x − 0
R² = 0.99
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100

Kurva 1 Nilai absorbansi berbagai konsentrasi KMnO₄

Berdasarkan praktikum percobaan penentuan kadar suatu larutan yang


telah dilakukan di Laboratorium Biokimia Mikrobiologi Nutrisi Fakultas
Peternakan Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan. Kadar larutan B dan larutan
C didapatkan data tabel sebagai berikut :

Tabel 2 Hasil penentuan kadar larutan KMnO₄


Larutan Serapan Kadar
B 0, 0251 1,582
C 0,0333 2,065

Pembahasan

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


panjang gelombang absorpsi suatu larutan atau suatu molekul dalam larutan
yaitu spektrofotometer. Macam-macam spektrofotometer diantaranya
spektrofotometer ultraungu (UV), sinar tampak, dan inframerah yang dibuat atas
dasar yang sama. Pelarut spektrofotometri yang dapat digunakan adalah semua
cairan tertentu yang dapat diperoleh dalam bentuk murni dalam daerah ukur 220
nm-800 nm serta yang tidak atau hanya sedikit meμnunjkkan absorbsi sendiri
dan dapat melarutkan degan mudah senyawa yang hendak dianalisis. Letak
maksimum absorbsi tergantung pada pelarut yang digunakan dan akan bergeser
ke arah panjang gelombang yang lebih panjang dengan bertambahnya polaritas
pelarut (Goffman 2012).
Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan Hukum Lambert-Beer
menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Untuk mengetahui apakah
suatu unsur memenuhi Hukum Beer atau tidak maka perlu ditentukan grafik
kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika
dalam range (cakupan) konsentrasi hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita
hanya bekerja pada linear range. Seringkali sampel yang dianalisa akan memiliki
absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan standar. Cara kerja spektrum uv-
vis sama dengan spektronik 20 pertama-tama nyalakan alat spektronik 20
dengan menekan on. Biarkan kurang lebih 15 menit untuk memanaskan alat.
Pilih panjang gelombang yang akan digunakan dengan cara memutar tombol
pengatur panjang gelombang. Mengatur meter ke pembacaan 0% T dengan
memutar tombol pengaturannya. Masukan larutan belangko biasanya aquades
dalam tabung khusus ke tempat cuplikan yaitu untuk mengkalibrasikan. Atur
meter ke pembaca 100% T dengan memutar tombolnya. Ganti larutan
belangkonya dengan larutan cuplikan dan baca absorbansi atau persen
transmitansi yang ditunjukkan oleh jarum pada pembaca A/T (Handayani 2010).
Aspek Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometer UV-Vis. Aspek
Kualitatif yaitu Data spektra UV-Vis bila digunakan secara tersendiri, tidak
dapat digunakan unutk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi,
bila digabung dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi
magnet inti, dan spektroskoppi massa, maka dapat digunakan untuk maksud
analisis kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang diperoleh dari spektroskopi
UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek, pH, dan
pelarut yang kesemuanya dapat dibandingkan dengan data yang sudah
dipublikasikan. Aspek kuantitatif yaitu Suatu berkas radiasi dikenakan pada
larutan sampel (cuplikan) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur
besarnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton
yang melalui satu satuan luas penampang per detik. Serapan dapat terjadi jika
foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi
yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Jika sinar
monokromatik dilewatkan melalui suatu lapisan larutan dengan ketebalan db,
maka penurunan intesitas sinar (dl) karena melewati lapisan larutan tersebut
berbanding langsung dengan intensitas radiasi (I), konsentrasi spesies yang
menyerap (c), dan dengan ketebalan lapisan larutan (db) (Aisyah dan Mjahidin
2014).
Hasil praktikum diketahui bahwa pada tabel dan kurva konsentrasi
larutan KMnO₄ pada konsentrasi 200ppm – 1000ppm mengalami kenaikkan
absorban yang stabil sehingga membentuk kurva nilai absorbansi yang linear.
Tabel dan Kurva konsentrasi yang mengalami kenaikkan sesuai dengan hukum
Beer-Lambert yang menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. intensitas
sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorpsi. Digunakan hubungan serapan pada panjang gelombang
maksimumnya adalah 520 nm. Hal ini dilihat dari nilai absorbansi terbesar yang
didapat setelah mencari nilai absorbansi dari range panjang gelombang 500 –
580nm, absrobansi panjang gelombang yang paling maksimum dalam percobaan
sebulumnya yaitu 520 nm.

SIMPULAN

Serapan pada konsentrasi larutan KMnO₄ yang berbeda-beda harusnya


memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan serapan pada pada panjang
gelombang maksimum. Semakin besar suatu konsentrasi maka akan semakin
besar serapan panjang gelombang maksimun yang didapatnya sesuai dengan
hukum Beer-Lambert, tetapi pada percobaan ini tidak sesuai dengan hokum
Beer-Lambert disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelelahan pada alat
yang telah dipakai berulang kali sehingga tidak mendapatkan hasil serapan yang
optimal dan stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah dan Mujahidin. 2014. Sintesis kinin N-oksida dan tutorial NMR pada
penentuan strukturnya. J. Penelitian Teh dan Kina 17(2): 11-20.
Bodke Y, Shankerrao H, Harishkumar. 2013. Synthesis of 2(1-Benzofuran-2-yl)-
4-(1,3-benzoxazol-2-yl/1,3-benzothiazol-2-yl) quinolines as blue
green fluorescent probes. J. Chem. 7(3):56-63.
Chamberlin D. 2008. Physics of Particle Size Spectrophotometry. New
York(USA): Agilent Technologies.
Ekasari, Vitriani Y, Gatot. 2013. Fabrikasi dengan dye ekstrak jahe merah
(Zingiber Officianale Linn Var. Rubrum) variasi larutan TiO2
nanopartikel berfase anatase dengan teknik pelapisan spin coating. J.
Sains dan Seni POMITS. 5(2) : 15-20.
Goffman D. 2012. Genetic diversity for lipid content and fatty acid profile in rice
bran. J. Am. Oil Chem. 8(2): :85-90.
Goh LP, Loh SP, Fatimah MY, Perumal K. 2009. Bioaccessibility of carotenoids
and tocopherols in marine microalgae, Nannochloropsis sp. and
Chaetoceros sp. Malaysian Journal of Nutrition. 15(1):77-86.
Gusnita Dessy, Tutu Budiwati, Iis Sufiati, Wiwiek Setyawati. 2010. Penentuan
komposisi kimia air hujan di tepi cekungan Bandung. J. Bionatura 5
(1):56–66.
Handayani R. 2010. Transesterifikasi ester asam lemak melalui pemanfaatan
tenologi lipase. J.Boidiversitas. 6(1):164-167.
Huda N. 2011. Pemeriksaan kinerja spektrofotometer UV-Vis GBC 911A
menggunakan pewarna tartrazine CL 19140. J.SigEps. 1(20): 15-20.
Julistiana E. 2009. Pengembangan dan Validasi Metode Pengujian Kadar Sianida
Dalam Limbah Cair Secara Spektroskopi UV-Vis. [Skripsi]. Kimia
FMIPA IPB, Bogor.
Muhaemin M. 2010. Biomass nutrient profiles of marine microalgae Dunaliella
salina. J. Penelitian Sains. 13(3):64-67.
Trisna R. 2013. Spektrofotometer serta aplikasinya dalam dunia kimia. J.
Chem.Scie. 8(1): 32-38.
Triyati E. 2015. Spektrofotometer ultraviolet dan sinar tampak serta aplikasinya
dalam oseanologi. J.Oseana. 10(1): 39-47.
Widihati G, Diantariani NP, Nikmah YF. 2011. Fotodegradasi metilen biru
dengan sinar UV dan katalis Al2O3. J. Kimia. 5(1): 31-42.
Yanuaris LM, Kusdarwati R, Kismiyati. 2012. Pengaruh fermentasi
Actinobacillus sp. pada kotoran sapi sebagai pupuk terhadap
pertumbuhan Nannochloropsis sp. J. IPK. 4(1):21-26.
Yanuka Y, Superstine A, Geryes E, Superstine. 2011. Assignment of
conformational and configuration to potassium permanganate
oxidation products of quinidine. J. Pharm. Sci., 70(6): 675-679.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai