“PRODUKSI BIODIESEL”
GRUP B
FAKULTAS TEKNIK
SURABAYA
2020
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK Nama : Dimas Ilham A
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR NPM/Semester : 18031010135/V
Romb./Grup : I/B
Praktikum : OPERASI TEKNIK KIMIA II NPM/Teman Praktek : 18031010149/Putri Tiara
Percobaan : PRODUKSI BIODIESEL
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui % FFA pada biodiesel
2. Untuk menentukan nilai konversi dan yield dari produksi biodiesel
3. Untuk membandingkan biodiesel hasil praktikum dengan biodiesel SNI.
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengaplikasikan konsep biodiesel dalam bidang
industri khususnya industri kimia
2. Agar praktikan dapat memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
produksi biodiesel
3. Agar praktikan dapat memahami prinsip dasar kinetika reaksi kimia dalam
reaktor batch melalui reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi
biodiesel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
FFA = Asam lemak bebas
M NaOH = molaritas NaOH
BM NaOH = berat molekul NaOH (g/mol). (Budiono, 2013)
II.2.4 Kinetika Reaksi
Ada dua metode dalam menentukan kinetika reaksi (konstanta laju reaksi
dan orde reaksi) yakni metode integral dan differensial.Metode integral berguna
terutama untuk fitting reaksi sederhana. Ini adalah bentuk dari kinetika
1. Reaksi irreversible orde pertama
𝐴 → 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Pada persamaan laju reaksi orde pertama
𝑑𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = − = kCA.............................................................................(1)
𝑑𝑡
atau
𝐶
−𝑙𝑛 𝐶 𝐴 = 𝑘𝑡.....................................................................................(3)
𝐴𝑜
− ln(1 − 𝑋𝐴 ) = 𝑘𝑡...........................................................................(6)
Apabila diplot ln (1-XA) atau ln (𝐶𝐴 ⁄𝐶𝐴𝑜 ) vs t memberikan garis regresi linier
sehingga parameter kinetika reaksi menjadi
Berdasarkan jumlah A dan B yang direaksikan pada setiap waktu t yang sama dan
diberikan oleh 𝐶𝐴𝑜 𝑋𝐴 , kita bisa menuliskan menjadi
𝑑𝑋𝐴
−𝑟𝐴 = 𝐶𝐴𝑜 = 𝑘 (𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴𝑜 𝑋𝐴) (𝐶𝐵𝑜 − 𝐶𝐴𝑜 𝑋𝐴 )............................................(8)
𝑑𝑡
Setelah dipisah menjadi fraksi parsial, penggabungan, dan disusun kembali menjadi
bentuk
1−𝑋 𝑀−𝑋 𝐶 𝐶𝐴𝑜 𝐶
Ln 1−𝑋𝐵 = 𝑙𝑛 𝑀(1−𝑋𝐴 ) = ln 𝐶𝐵 = ln 𝑀𝐶𝐵 … … … … … … … … . . … … … … … … . (11)
𝐴 𝐴 𝐵𝑜 𝐶𝐴 𝐴
Sejak konsentrasi yang sebenarnya tidak bisa menjadi nol kita perlu mengintegrasi
pada waktu n< 1.(Levenspiel, 1999)
II.2.5 Biodiesel yang sesuai SNI
Tabel 1. Standar Biodiesel menurut SNI 04-7182-2006
No Parameter Nilai
1 Massa Jenis 850-890 𝑘𝑔⁄𝑚3
2 Viskositas Kinematik 2,3 − 6 𝑚𝑚2⁄𝑠
3 Bilangan Setana Minimal 51
4 Titik nyala Minimal 100°C
5 Bilangan Asam Maksimal 0,8 mg
𝐾𝑂𝐻⁄𝑔
6 Kadar Ester Alkil Minimal 96,5%
7 Bilangan iodium Maksimal 115
(Kurniawan, 2006)
II.2.6 Aplikasi Produk Samping Biodiesel
1. Produksi Pangan
Padatan yang tersisa setelah ekstraksi minyak dari biji minyak sebagian
besar terdiri dari protein, serat, dan mineral. Tergantung pada metode ekstraksi
minyak, dua dasar jenis produk samping padat dihasilkan. Residu padat tertinggal
setelah sederhana pengepres mekanis, disebut kue minyak dan jika bungkil ini
selanjutnya diekstraksi dengan pelarut,jenis lain, yang dikenal sebagai tepung
minyak diproduksi
2. Aplikasi Air Bio Diesel
Setelah reaksi transesterifikasi, biodiesel mentah dipisahkan dari gliserol
tahap. Fase biodiesel mengandung beberapa pengotor termasuk asilgliserol, bebas
asam lemak, sabun, sisa alkohol, katalis, gliserol bebas, dan garam
3. Aplikasi Gliserol
Gliserol adalah triol yang hadir dalam bentuk esternya (trigliserida) dalam
bahan baku minyak. Itu dihasilkan sekitar 10% berat sebagai produk sampingan
utama selama produksi biodiesel proses.Produksi terus meningkat biodiesel,
menghasilkan gliserol dalam jumlah berlebihan
4. Aplikasi Methanol
Salah satu hambatan utama dalam pengembangan proses produksi biodiesel
adalah kebalikan dari reaksi transesterifikasi ketika konversi penuh diinginkan.
Oleh karena itu, sebagian besar proses komersial dilakukan dengan menggunakan
metanol berlebih. Untuk menurunkan konsumsi metanol keseluruhan dalam proses
daur ulang metanol akan diperlukan. Oleh karena itu, metanol berlebih umumnya
dipisahkan dari fase polar (gliserol mentah) melalui distilasi. Ini kemudian dapat
digunakan kembali di berikutnya siklus proses biodiesel. (Tabatabaei,2019).
II.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
1. Kandungan Asam Lemak Bebas dan Kelembapan
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan
asam lemak bebas lebih kecil dari 0,5%. Selain itu, semua bahan yang akan
digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis,
sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak
dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbondioksida.
2. Perbandingan Molar Alkohol dengan Bahan Mentah
Perbandingan metanol dalam minyak juga sangat berpengaruh.
Perbandingan molar biasanya antara 5:1 sampai 10:1 walaupun menggunakan
metanol berlebih juga dapat mengakibatkan pemisahan gliserin.Secara
stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 mol alkil
ester dan 1 mol gliserol. Semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan,
maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah.
3. Suhu Reaksi
Temperatur mempunyai peranan yang penting pada kualitas produk.
Umumnya batasan temperatur yang digunakan dalam proses adalah 50℃-65℃.
Jika temperatur lebih besar dari titik didih metanol akan lebih cepat menguap
sedangkan temperatur dibawah 50℃ menyebabkan viskositas biodiesel yang
tinggi..
4. Waktu Reaksi
Waktu reaksi mempengaruhi konsentrasi dari methyl ester, konsentrasi
biasanya meningkat setelah 5-60 menit sedangkan konsentrasi dari minyak
nabati dan gliserol sedikit menurun.Katalis digunakan untuk menyempurnakan
reaksi dalam waktu yang singkat misalnya 30 menit pada suhu rendah 50℃.
Jika konsentrasi katalis tinggi maka akan kehilangan minyak secara berlebih
sebagai pembentuk sabun dan methyl ester. (Risnoyatiningsih, 2010)
II. 4. Sifat Bahan
II.4.1. Natrium Hidroksida
A. Sifat Fisika
1. Warna : Putih
2. Densitas : 2,13 gr/cm3
3. Titik didih : 1390 ℃
4. Titik leleh : 318, 4℃
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : NaOH
2. Berat molekul : 40 gr/mol
(Perry, 1999, “Natrium Hydroxide”)
C. Fungsi : sebagai katalis basa
II.4.2. Metanol
A. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Densitas : 0,792 gr/cm3
3. Titik leleh : -97℃
4. Titik didih : 64,7℃
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : CH3OH
2. Berat molekul : 32,04 gr/mol
(Perry, 1999, “Methanol”)
C. Fungsi : sebagai bahan pembuatan biodiesel
II.4.3. Asam Sulfat
A. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Densitas : 1,842 gr/cm3
3. Titik leleh : 8,62℃
4. Titik didih : 290℃
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : H2SO4
2. Berat molekul : 116,09 gr/mol
(Perry, 1999, “Sulphuric Acid”)
C. Fungsi : sebagai katalis asam
II.4.4. Aquadest
A. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Densitas : 1 gr/cm3
3. Titik leleh : 0℃
4. Titik didih : 100℃
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : H2O
2. Rumus molekul : 18,016 gr/mol
(Perry, 1999, “Water”)
C. Fungsi : sebagai pelarut
II.4.5. Phenolphtalein
A. Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Densitas : 1,299 gr/cm3
3. Titik leleh : 261℃
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : C20H16N4
2. Rumus molekul : 312,36 gr/mol
(Perry, 1999, “Phenolphtalein”)
C. Fungsi : sebagai bahan untuk titrasi asam basa
II.4.6. Minyak Jelantah
1. Warna minyak gelap
2. Kental dan berbuih
3. Asam lemak bebas (FFA) tinggi
4. Mudah mengalami oksidasi
(Zuliani, 2015)
Fungsi : sebagai bahan pembuatan biodiesel
II.5 Hipotesa
Semakin besar volume minyak jelantah yang digunakan maka viskositas
biodiesel yang dihasilkan akan semakin besar. Dan semakin kecil perbandingan
antara methanol dan minyak jelantah maka viskositas biodiesel yang dihasilkan
akan semakin kecil.
.
II.6 K3 Alat Heat Exchanger pada Skala Industri
Keselamatan keja dalam suatu pabrik merupakan hal yang pokok dan sangat
penting untuk diperhatikan dalam menjalankan sebuah proses produksi. Karena
keamanan dan keselamatan yang terjamin serta minimnya kecelakaan yang terjadi
akan memperlancar proses produksi tersebut sendiri, demikian juga sebaliknya.
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam penerapannya secara langsung di lapangan
berhubungan erat dengan adanya kebijakan khusus sistem manajemen K3 yang
berkenaan dengan proses produksi yang digunakan, khususnya yang berhubungan
dengan identifikasi dan pengontrolan terhadap kemungkinan bahaya yang timbul
dan keselamatan para pekerja. Berikut beberapa pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja untuk reaktor meliputi reaktor esterifikasi dan transesterifikasi :
Pada daerah di sekitar reaktor dipasang rambu peringatan tentang
daerah bahaya.
Pekerja pada bagian reaktor diharuskan menggunakan sarung tangan
dan safety helmet.
Setelah diadakan pembersihan reaktor harus ditest tekanan dan
temperatur untuk mencegah over stressing.
Pemasangan tangga dan ada pegangannya untuk mempermudah
dalam pengontrolan. (Indriyani, 2015)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A
B
Keterangan=
A=Beaker Glass
B=Magnetic Stringer
III.4 Prosedur
Mulai
Aziz, I, Nurbyati, S & Ulum, B 2011, ‘Pembuatan produk biodiesel dari Minyak
Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi’, Jurnal
Valensi, vol. 2, no. 3, hh. 443-448.
Budiono, A 2013, ‘Pengaruh Waktu Perendaman Ampas Tebu sebagai Biomaterial
Adsorbent pada Proses Pretreatment terhadap Karakteristik Biodiesel’,
Jurnal Teknik POMITS, no. 2, hh. 264.
Gebremariam, S. N 2018, ‘Economics of biodiesel production’. Journal
Conversion and Management Elsevier, vol 168, no. 2, hh. 74-84.
Indriyani, L & Suryani, D 2015, ‘Pabrik Biodiesel Dari PFAD (Palm Fatty Acid
Distillate) dengan Proses Transesterifikasi Metode Foolproof’, Jurnal
Teknik Kimia, no. 1, hh. 71-78
Kurniawan, Y 2006, ‘Pembuatan Biiodiesel dari Minyak Nyamplung dengan
menggunakan Katalis Berbasis Kalsium’, Jurnal Ilmiah Widya Teknik, Vol.
1, No. 3, hh. 34
Kusmiyati 2008, ‘Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat Dan Metanol Menjadi
Biodiesel Dengan Metode Distilasi Reaktif’, Jurnal Teknik Kimia Fakultas
Teknik, vol. 12, no. 2, hh. 78-82.
Levenspiel, O 1999,Chemical Reaction Engineering, USA, John Wiley
Manurung, R 2006, ‘Transesterifikasi Minyak Nabati’. Jurnal Teknologi Proses,
no. 5, hh. 48
Perry, R, H 1999, Perry’s Chemical Engineers Handbook, New York, Mc Graw
Hill
Risnoyatiningsih, S 2010, ‘Biodiesel From Avocado Seeds by Transesterification
Process’, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 5, No.1, hh. 348-349.
Samik, R, E 2010, ‘Pengaruh Kebasaan dan Luas Permukaan Katalis terhadap
Aktivitas Katalis Basa Heterogen untuk Produksi Biodiesel’, Jurnal ITS
Master, no. 1, hh. 2
Syamsidar 2010, ‘Pembuatan dan Uji Kualitas Biodiesel dari Minyak Jelantah’,
Jurnal Teknosains, Vol. 7, No. 1, hh. 216-217.
Tabatabaei, M. & Mortaza, A 2019, Biodiesel, London, Springer.
Wahyudin 2018, ‘Tinjauan Perkembangan Proses Katalitik Heterogen dan Non
Katalitik untuk Produksi Biodiesel’, Jurnal Keteknikan Pertanian, no. 6, hh.
25
Zuliani, Hartini, dan Yustinah 2015, ‘Pengaruh Konsentrasi Aktivator NaOH pada
Proses Pembuatan Arang Aktif terhadap Kualitas Minyak Bekas setelah
Proses Pemurnian’, Jurnal Teknik Kimia Muhammadiyah Jakarta,Vol. 2,
No.25, hh. 2-3.