Koordinator Desk KBB Komnas HAM Jayadi Damanik menyebutkan naiknya jumlah
laporan mengenai KBB merupakan sebuah keprihatinan. Hal itu ia sampaikan dalam
jumpa pers di Ruang Asmara Nababan Komnas HAM, Jl Latuharhari, Menteng,
Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2017).
"Ini laporan tahunan ke-3, sebelumnya pada 2014 dan 2015. Pada 2014, ada 76
aduan. Pada 2015 ada 87. Sedangkan pada 2016 kemarin ada 97 laporan KBB. Ini
suatu keprihatinan meski tidak mencerminkan jumlah pelanggaran sesungguhnya,"
ujarnya.
Jayadi menambahkan, jumlah berdasarkan data yang diterima Komnas HAM pada
rentang Januari-Desember 2016, Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah aduan
tertinggi, DKI Jakarta ada di urutan kedua. Sedangkan Sulawesi Utara, yang pada
2015 hanya terdapat 1 aduan, pada 2016 mengalami kenaikan menjadi 11 aduan.
"Jawa Barat ada 21 pengaduan. DKI Jakarta ada 19 pengaduan. Dan Sulawesi
Utara ini trennya naik, dari 1 pengaduan pada 2015 malah menjadi 11 pengaduan
pada 2016," imbuhnya.
Menurut Jayadi, masalah pembatasan, pelarangan, dan perusakan tempat ibadah
menjadi kasus yang paling banyak diadukan pada 2016, yaitu 44 aduan. Kemudian,
19 aduan terjadi pada masalah pembatasan dan pelarangan kegiatan keagamaan.
"Ancaman dan intimidasi terhadap kelompok keagamaan juga banyak diadukan, ada
12 pengaduan. Pada 2015 ada 7 pengaduan. Ini menandakan adanya peningkatan
intimidasi yang mengatasnamakan agama pada kelompok keagamaan tertentu,"
Jayadi menjabarkan.
Komnas HAM mencatat jumlah tindak pelanggaran hak atas KBB pada 2016 yang
terbanyak adalah tempat ibadah umat muslim, yakni masjid dan musala, dengan 24
aduan. Menurut Jayadi, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) menempati urutan
kedua sebagai korban pelanggaran hak atas KBB, yaitu sebanyak 22 aduan.
Sedangkan di urutan ketiga, 17 aduan datang dari permasalahan pembatasan
pendirian gereja.
"Pembatasan pendirian gereja lebih banyak terjadi di Indonesia bagian barat, yakni
Aceh, Jawa Barat, dan Jakarta. Pengaduan ini merupakan fenomena yang terus
berulang setiap tahunnya," sambung Jayadi.
Dalam catatan Komnas HAM, pemerintah daerah (Pemda) menjadi pelaku yang
paling banyak diadukan dalam kasus pelanggaran kebebasan beragama dan
berkeyakinan (KBB).
"Pemda, entah provinsi, kabupaten, maupun kota, adalah yang paling banyak
melanggar hak atas KBB," ucap Jayadi.
Menurut Jayadi, sebanyak 52 aduan telah diterima oleh Komnas HAM terkait
dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Pemda. Total aduan tersebut meningkat
drastis dari 2015, yakni 36 aduan.
Dalam data Komnas HAM, pelaku lain yang melakukan pelanggaran hak atas KBB
adalah organisasi berbadan hukum ataupun tidak (13 aduan) dan kelompok
masyarakat yang tidak memiliki atribut (12 aduan). Dua kategori tersebut adalah
aktor masyarakat sipil yang diduga melakukan pelanggaran hak atas KBB.
(asp/asp)
Komentar :
Kelas : XI MIPA 2
No. Absen : 27