Anda di halaman 1dari 13

SABTU, FEBRUARI 20, 2021

  
Beranda  Artikel  Model Flipped Blended Learning Solusi Pembelajaran pada Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan

Model Flipped Blended Learning


Solusi Pembelajaran pada
Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan
Editor
 edo
 -
9 Februari 2021
292

Dr. (c) Unung Verawardina, M. Pd

Oleh : Dr.(c) Unung Verawardina, M.Pd – Padang

Artikel ini memaparkan model flipped blended learning sebagai solusi


pembelajaran pada pendidikan teknologi dan kejuruan yang terbukti valid,
praktis dan efektif untuk di terapkan dalam pembelajaran.
Pendidikan vokasi secara umum bertujuan mempersiapkan dan mencetak
lulusan yang memiliki keterampilan untuk mampu memasuki dunia kerja
maupun untuk melanjutkan jenjang Pendidikan yang lebih tinggi, namun lebih
memprioritaskan untuk siap bekerja, dengan dibekali berbagai pengetahuan
dan keterampilan. Pendidikan vokasi harus mampu menghadapi transisi
transformasi revolusi industri 4.0, oleh karena itu pembelajarannya juga
memuat kompetensi pembelajaran Abad XXI yang sesuai peranan pendidikan
vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja sesuai kebutuhan dunia kerja.

Disamping itu, pendidikan vokasi harus mempersiapkan dan mengimplementasi


pembelajaran dengan pembentukan keterampilan 4C memuat  Critical
thinking (berpikir
kritis), Communication (komunikasi), Colaboration (kolaborasi),
dan Creativity (kreativitas) merupakan keterampilan yang harus dikuasai
kompetensi SDM untuk menjadi kompetitif dalam kecakapan hidup abad XXI.
Pencapaian dapat dilakukan dengan mempelajari inovasi yang disesuaikan
dengan masalah atau pembelajaran berbasis projek, mendorong kerja sama,
pelatihan komunikasi, memberdayakan metakognisi, merancang relevan belajar
dengan dunia nyata, dan berpusat pada peserta didik (Zubaidah,2016;
Susilawati, Ristanto, dan Khoiri, 2015). Selain itu menurut sudira (2018) salah
satu skill yang dibutuhkan Abad XXI di Pendidikan Vokasi dengan mampu
berpikir tingkat tinggi (high orde skill thinking).

Permenristekdikti No.62 Tahun 2017 mengenai tata kelola teknologi informasi


(TI), melalui peraturan tersebut memungkinkan untuk terjadinya perguruan
tinggi beradaptasi memasuki revolusi industri 4.0, dimana lebih dominan dalam
menggunakan teknologi. Hibridisasi proses pembelajaran saat ini lebih
menekankan pembelajaran berpusat pada mahasiswa untuk menciptakan
belajar mandiri yang tidak bergantung dengan pengajar, ketersediaan sumber
belajar yang luas melalui big data, penggunaan teknologi untuk memudahkan
pembelajaran, tempat belajar tidak hanya terjadi secara konvensional di kelas
saja yang terbatas dengan waktu belajar yang telah telah terjadwal, namun
belajar saat ini dapat belajar diberbagai tempat yang mampu melewati jarak,
ruang dan waktu yang dilakukan secara online. Lahirnya berbagai profesi pada
bidang teknologi yang muncul maka mahasiswa harus mampu bersaing secara
global, tentu dalam, maka perlunya perubahan transformasi Pendidikan vokai
digital sehingga membutuhkan kemampuan dalam teknologi.

Pada era revolusi Industri 4.0 ini perlu bersinergi dengan pembelajaran abad
XXI  menghadapi tantangan pembelajaran masa depan, perkembangan teknlogi
yang dinamis dan komplek dimasa depan, oleh karena itu diperlukanya
kompetensi-kompetensi yang memuat pada era tersebut yang mampu
menciptakan lulusan menghadapi masa depan yang profesional, mampu
menghadapi tantangan.

Pada pendidikan vokasi memiliki sasaran agar peserta didik memiliki


keterampilan hardskill  dan softskill. Sedangkan permasalahan yang ada pada
pembelajaran terjadinya transformasi pembelajaran di era revolusi industri 4.0,
diperlukanya tenaga IT dibidang program di era ini, sehingga diperlukan lulusan
yang berkompeten. Berbagai masalah lainya seperti kurang optimalnya
pembelajaran khususnya pada bidang pemrograman yang memerlukan alokasi
waktu yang banyak, keterbatasan waktu pembelajaran di kelas, sehingga
memerlukan pembelajaran yang terjadi di luar kelas, sehingga lebih fleksibel
terjadi dimana dan kapan saja.

Terjadinya wabah Covid-19 yang mengharuskan belajar dilakukan


secara online. Disisi lain kemampuan mahasiswa berkaitan dengan High order
thinking skill  (HOTS), kemampuan 4C, literasi data, literasi teknologi dan
literasi manusia, masih tergolong kurang. Belum adanya model blended
learning pada pendidikan teknologi dan kejuruan yang relevan dengan
kebutuhan pembelajaran Abad XXI dan era revolusi industri 4.0. Masih terdapat
berbagai gap dari hasil temuan penelitian sebelumnya mengenai pembelajaran
secara online  khususnya pada model blended learning sehingga perlu
dilakukanya perbaikan dan menambahkan novelty.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan adanya perbaikan dalam
pelaksanaan pembelajaran, salah satunya dengan pengembangan model
pembelajaran yang dikemes secara selaras dan berisnergi, sehingga mampu
tercapainya kompetensi yang diharapkan dunia kerja sehingga mampu bersaing
secara global, oleh karenanya dosen harus mampu membuat inovasi
pembelajaran yang dapat mengatasi pembelajaran menjadi mudah khususnya
pada pendidikan teknik dan kejuruan.

Tentu dalam pengembangan model pembelajaran harus dirancang dengan baik,


dan sistematis sesuai tahapan model ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation and Evaluation) agar mencapai hasil terbaik (Branch, 2009).
Beberapa teknik analisis data dilakukan seperti penilaian kualitatif, analisis
validitas oleh exspert, analisis praktikalitas, analisis efektivitas, analisis data
secara deskriptif, dan uji persyaratan analisis.

Pada model yang dikembangkan terdiri dari rasional model, yang memuat teori
pendukung, penelitian yang relevan untuk dijadikan landasan dalam
penyusunan dan pengembangan model flipped blended learning memiliki
rasionalitas pemikiran yang merujuk kepada kebutuhan kompetensi
pembelajaran di era revolusi industri 4.0 dan pembelajaran Abad XXI, memiliki
alasan dan argumen mengatasi masalah terhadap model pembelajaran
sebelumnya. Selain itu adanya rasionalisasi pengembangan model
pembelajaran berdasarkan karakteristik dan kondisi mahasiswa, disamping itu
juga pengembangan merujuk kepada learning outcome  mata kuliah
pemrograman visual, teori belajar, dampak dan sistem sosial pembelajaran.

Penelitian ini telah menghasilkan model flipped blended learning yang


memuat syntax yang telah memiliki validitas dari penilaian unsur sebuah model
pembelajaran yang baik.
Gambar 1. Posisi model flipped blended learning yang dikembangkan.
Pada model flipped blended learning, pembelajaran dilakukan secara face to
face    dan online, belajar dapat secara fleksibel yang dapat belajar dimana dan
kapan saja, dengan fasilitas komunikasi secara tatap muka, maupun
interaksi online menggunakan chat dan forum, evaluasi berupa soal-soal sesuai
HOTS, aktivitas penugasan untuk mengumpulkan tugas mahasiswa
menciptakan sesuatu program dan link-link situs pembelajaran sebagai sumber
informasi, serta bahan ajar daring. Dengan model tersebut adanya projek,
melalui projek mahasiswa dapat menghasilkan suatu produk yang kreatif,
mampu memecahkan masalah melalui studi kasus-studi kasus di lapangan di
luar kelas, mampu belajar secara relevan dengan kebutuhan produk di
lapangan.

Pada projek 1 dengan diterapkan keseluruhan sintak pada model, projek 2


dengan pengulangan diterapkan kesuluruhan sintak pada model, projek 3
dengan pengulangan diterapkan keseluruhan sintak pada model, dan tiap topik
projek saling keterkaitan dengan materi projek sebelumnya. Pada projek
tersebut juga adanya peningkatan materi yang harus dipahami mahasiswa,
kemudian adanya pengayaan tiap projek. Alasan adanya projek karena sesuai
dengan karakteristik mata kuliah, dan mengkombinasikan blended ke dalam
projek, yang tidak sekedar belajar online dan face to face nya saja. Selain itu
mahasiswa juga dapat belajar untuk saling berkolaborasi untuk saling diskusi.
Mampu mengasah untuk berkomunikasi misalnya melalui kerja tim dan ketika
melakukan persentasi.

Mampu berpikir kritis melalui menganalisis permasalahan, melalui diskusi yang


membangun ide-ide pemikiran yang kritis, mampu membuat kesimpulan. Disisi
lain mahasiswa juga dapat saling berinteraksi melalui tatap muka di dikelas
dan online. Dengan ini mahasiswa mengimplementasikan pembelajaran di era
revolusi industri 4.0. dengan pembelajaran digital, adanya literasi data melalui
sumber-sumber belajar, literasi teknologi menggunakan teknologi misalnya
menggunakan website e-learning, mempublikasi produk yang dibuat ke youtube
untuk di share ke khalayak luar.

Selain itu juga sebagai bekal untuk mampu bersaing di era masa mendatang
termaksud di revolusi industri 4.0. Menghasilkan capaian yang mampu berpikir
HOTS yang meliputi mampu menganalisis, mampu mengevaluasi menyelesaikan
soal dan evaluasi pada mata kuliah pemrograman visual, mampu membuat
kesimpulan dengan mengambil keputusan seperti memeriksa dan pemikiran
kritis. mampu menciptakan suatu program yang di dalamya ada unsur
kreativitas dan berpikir kreatif, seperti merumuskan, merencanakan, dan
memproduksi.

Untuk menggambarkan lebih jelas bentuk syntax model flipped blended


learning dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Sintak  model yang dikembangkan dapat dilihat pada gambar 2 :


Gambar 2 Model Flipped Blended Learning yang Dikembangkan.
Adapun penjelasan tiap sintak pada model flipped blended learning yang
dikembangkan diangap memiliki sebuah novelty  (keterbaharuan) yang
membedakan dari model penelitian lainnya, yakni sebagai berikut:

1. Learning orientation  yakni dijelaskan persiapan pembelajaran untuk


melihat kesiapan mahasiswa dalam belajar untuk memperoleh
pengetahuan dan peningkatan pemahaman, adanya instruksi jadwal
belajar secara face to face  dan online  yang memiliki proporsi belajar  face
to face 50% dan online 50%. Setting pembelajaran dilakukan secara
singkro dan asingkron.
2. Acess content material and activities  dimana mahasiswa dapat
mengakses konten material daring secara bebas di kelas dalam bentuk
buku ajar, powerpoint, adanya tutorial video, e-book, dan sebagai
pelengkap di luar kelas seperti mempelajari materi yang mahasiswa
belum terselesaikan ketika di kelas, pelengkap topik materi melalui
sumber-sumber belajar digital dan berupa contoh-contoh praktik,
ditunjang juga aktivitas belajar yang ada seperti komunikasi interaktif
melalui penggunaan chat, forum dan video conferance   untuk berinteraksi
dimana dan kapan saja secara online.
3. Group assignment project adanya group penugasan untuk membuat
penugasan projek yang dimana akan di bentuk group secara face to
face  di kelas kemudian dilakukanya pemberian topik diksusi dan tugas
projek, mahasiswa mendiskusi projek tersebut kemudian membuat projek
tersebut di luar kelas secara  online.
4. Discuss to monitoring project dimana hasil projek dapat dimonitoring 
saat tatap muka dikelas dan dapat juga ketika pembelajaran
secara online melalui histori rekaman pada sistem e-learning,
portofolio, video conferance untuk melaporkan hasil perkembangan
projek, serta melakukan diskusi. Kemudian untuk melakukan diksusi
dapat menambahkan unsur diskusi secara virtual melalui video
conference, dan Pada diskusi ini memuat unsur berpikir kritis untuk
mempelajari topik materi projek seseuai dengan kompetensi 4C.
5. Test the results of the project  untuk mempresentasikan hasil projek yang
telah dibuat, ketika dikelas mempresentasikan hasil projeknya dan
menyampaikan kendala-kendalanya, membuat kesimpulan akhir tentang
projek yang dibuat.
6. Evaluasi yang dilaksanakan tes kognitif secara online dan tes psikomotor,
serta penilaian sikap yang memuat 4C selama proses pembelajaran
berlangsung.
Hasil temuan menunjukkan bahwa model flipped blended learning  yang
dikembangkan terbukti tingkat validitasnya tinggi. Produk model yang
dihasilkan meliputi : (1) buku model, (2) buku ajar, (3) panduan dosen, dan (4)
panduan mahasiswa dinyatakan valid. Penilaian praktikalitas dosen dan
mahasiswa dinyatakan bahwa keseluruhan produk yang dihasilkan memiliki nilai
praktis. Begitupula pada hasil efektivitas yang memuat kognitif, afektif dan
psikomotor. Hasil dari pengujian efektivitas model flipped blended leaning
tersebut adalah model pembelajaran ini dapat diimplementasikan kepada
peserta didik di pendidikan tenik kejuruan, yag dapat diterapkan pada mata
kuliah maupun pada mata kuliah yang karakterisik nya pemrograman seperti
pemrogramn visual, karena sudah teruji efektivitasnya, namun dapat juga
diterapkan pada mata kuliah lainnya.

Dampak yang terdapat dari model flipped blended learning ini pada pencapaian


sistem sosial berupa kedisiplinan, memiliki sikap positif, aktif berdiskusi dan
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas projek baik secara online dan face to
face, memiliki sopan-santun dalam kelas maupun di luar kelas. Pada dampak
reaksi mengkonstruksi informasi, adanya proses pembelajaran melalui interkasi,
adanya evaluasi secara online dengan menyampaikan hasilnya berupa umpan
balik. Peran pengajar disini untuk memfasilitasi mahasiswa untuk membimbing,
mengarahkan dan memotivasi mahasiswa serta memberikan penilaian. Sistem
pendukung menerapkan model flipped blended learning ini agar berjalan
maksimal membutuhkan dukungan buku ajar, buku panduan, bahan ajar daring
dalam bentuk presentasi powerpoint dan video, website  e-learning, soal, dan
lembar penilaian. Kemudian juga membutuhkan perangkat komputer, laptop
maupun handphone, LCD Infocus, Wireless Luocal Area Network (WLAN).

Dampak instruksional sebagai hasil yang akan dicapai setelah diterapkan


model flipped blended learning mampu menganalisis konsep, memecahkan
masalah, mengidentifikasi, sehingga dapat membedakan, mengorganisasikan,
mengatribuasikan, b).mampu mengevaluasi menyelesaikan mampu
berargumen, membuat asumsi, mampu membuat kesimpulan dengan
mengambil keputusan seperti memeriksa dan pemikiran kritis, c). mampu
menciptakan suatu projek yang di dalamnya ada unsur kreativitas dan berpikir
kreatif, seperti merencanakan, membangun dan memproduksi produk. Untuk
dampak pengiring dimana mahasiswa dapat belajar secara online dan  face to
face,  terjadi fleksibelitas dalam belajar dimana dan kapan saja secara bebas.
Terjalinnya interkasi melalui diskusi secara online dan face to face, diskusi
kelompok, kolaborasi, tangung jawab, kemampuan menyelesaikan masalah,
berfikir kritis, disiplin, dan kreatif. Mahasiswa juga menghasilkan produk yang
dibuatnya dari studikasus dilapangan, produk dibuat dengan kreasi-kreasi
mahasiswa yang inovatif, sehingga produk yang dihasilkan dibuat hak ciptanyaa
dalambentuk Hak atas kekayaan intelektual dari kemenkumham.

Dapat disimpulkan bahwa model flipped blended learning yang dikembangkan


dinyatakan valid, praktis, efektif dan memiliki kebaruan sehingga layak untuk
diterapkan pada pendidikan teknik dan kejuruan.

Kebaharuan dari temuan ini memuat novelty dengan  mengambil irisan


model blended learning yang ada yakni flipeed classroom  dan sefl blend dengan
adanya orientasi pembelajaran yang mempersiapakan penjadwalan
pembelajaran face to face dan online melalui instruksi pembelajaran yang jelas,
seperti materi yang dipelajari di  tiap minggunya, terdapat arahan instruksi
kegiatan pembelajaran saat online dan face to face. Memuat pembuatan projek
dimana tiap topik projek saling keterkaitan dengan materi projek sebelumnya.
Pada projek tersebut juga adanya peningkatan materi yang harus dipahami
mahasiswa sehingga memacu mahasiswa berpikir tingkat tinggi, kemudian
adanya pengayaan tiap projek yang memadukan belajar online dan face to
face.  Adanya diskusi kelompok secara online dan face to face  dengan adanya
unsur berpikir kritis (membuat asumsi, pengambilan keputusan,dll), kemudian
menambahkan unsur diskusi secara virtual melalui video conference, forum
diskusi. Berkolaborasi melalui kelompok pada projek yang memuat unsur-unsur
kolaborasi Abad XXI pada komptensi 4.C. Menumbuhkan komunikasi di dalam
kelas maupun di luar kelas. Mengerjakan tugas projek, sehingga mahasiswa
dapat berinovasi dan berkreativitas dalam membuat projek. Adanya unsur
literasi teknologi dalam menghasilkan produk melalui projek dan literasi data
terkait mengakases materi sebagai pelengkap untuk diakses
secara online,  maka dari itu dapat ditunjang dengan adaya sumber ajar
maupun  materi ajar secara daring dan terhubung ke link-link pembelajaran
(youtube, situs, dll).

Implikasi temuan ini menghasilkan model pembelajaran yang


mengkombinasikan online dan face to face dan sistem pendukung berupa buku
model, buku panduan dosen, buku panduan mahasiswa, dan buku ajar yang
valid, praktis dan efektif. Secara umum model flipped blended learning ini
memungkan mahasiswa dapat belajar secara fleksibel, dimana saja, dan kapan
saja, adanya interakasi, umpan balik, projek yang menghasilkan produk yang
kreatif. Konstribusi pada pendidikan teknologi dan kejuruan, dimana model
tersebut relevan untuk menjalankan pembelajaran abad XXI yang memuat
softskill seperti keterampilan berfikir kritis, kreatif, komunikasi dan kolaborasi
dan era revolusi industri 4.0 seperti literasi data, literasi teknologi dan literasi
manusia. Memuat pembuatan projek berdasarkan kebutuhan industri/dunia
kerja. Perlu dilakukan kerjasama antara dosen yang menampuh mata kuliah
pemrograman visual dangan mata kuliah lainnya, agar semua mata kuliah yang
ada di pendidikan vokasi dapat menggunakan model blended learning dalam
kegiatan pembelajaran. Perlu adanya sosialisasi di program studi, jurusan,
fakultas maupuun di pendidikan vokasi secara menyeluruh dan bereklanjutan.

Artikel ini ditulis oleh Dr.(c) Unung Verawardina, M.Pd berdasarkan disertasi
untuk penyelesaian Program Doktor (S-3) pada Prodi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Lahir 1 Juli 1991 di
Pontianak. Saat ini telah berhasil meraih doktor di usia 29 tahun di Universitas
Negeri Padang.

Tim Promotor Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed. dan Co-Promotor Krismadinata,
P.hD yang telah lulus diseminarkan pada ujian tertutup tanggal 18 September
2020 pukul 09:00 dengan Tim Penguji yaitu Prof. Ganefri, Ph.D.; Dr. Fahmi
Rizal, M.Pd., M.T.; Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd.; Dr. Sukardi; Prof. Jalius Jama,
Ph.D; dan Prof. Dr. Putu Sudira,M.P. (Penguji Eksternal dari Universitas Negeri
Yogyakarta).

Dari hasil temuan penelitian disertasi ini, berkenaan dengan model flipped
blended learning ini, Dr.(c) Unung Verawardina, M.Pd telah berhasil
mempublikasi artikel di jurnal international bereputasi (Q3) dengan judul Needs
Assessment of E-Learning Vocational Education di  jurnal International Journal
of Innovation, Creativity and Change. Kemudian juga telah diterima di  jurnal
international bereputasi (Q3), dengan judul Developing Blended Learning Model
in Vocational Education Based On 21 st Century Integrated Learning and
Industrial Revolution 4.0 di jurnal Cypriot Journal of Educational Sciences.
Selanjutnya diterima juga pada  jurnal international bereputasi (Q4) dengan
judul Blended learning as Instructional Model in vocational education: Literature
Review di jurnal Horizon Research Publishing (HRPUB). Diterima Jurnal nasional
terakreditasi sinta 2 di Jurna Pendidikan Indonesia. Kemudian buku model yang
telah dalam proses penerbitan di penerbit Depublish Yogyakarta.Menghasilkan
buku terbit dengan judul pendidikan vokasi di era revolusi industri 4.0, dan
buku ajar elearning secara teori dan praktik yang diterbitkan oleh PGRI Provinsi
KALBAR. Serta publikasi lainnya, dengan h-indeks scopus 3. (*)

*Dr.(c) Unung Verawardina, M.Pd, meraih gelar Doktor di usia 29 Tahun,


lulusan tercepat, dengan predikat cumlaude, IPK 3,98. di S3 Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Padang.

Bagikan ini:

Anda mungkin juga menyukai