Anda di halaman 1dari 23

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA


MELALUI BAHAN AJAR MODUL BERBASIS TUTORIAL
PADA MATERI TEKNIK PEMESINAN NC/CNC DAN CAM

Disusun Oleh :
NAMA : Fahruroji, S.Pd.T
NO PESERTA : 19030683210146

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran CNC dan CAM menekankan pada pemberian pengalaman
secara langsung yang berkaitan dengan DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri).
Pengalaman langsung dapat diperoleh melalui pengalaman indrawi yang
memungkinkan siswa memperoleh informasi dari melihat, mendengar,
meraba/menjamah. Beberapa topik mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC
dan CAM memungkinkan disediakan pengalaman nyata.
Hasil wawancara dan survai yang dilakukan oleh peneliti di SMK YPT
Purworejo pada Guru mata pelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM pada
Hari Jum’at, 16 Agustus 2019 dapat diketahui bahwa guru sangat merasa
terbantu dalam memberikan pengalaman langsung dalam kegiatan
pembelajaran di kelas dengan pembelajaran menggunakan system bahan ajar
Modul . Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM merupakan salah satu materi
Teknik Pemesinan yang mempunyai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri) . Siswa akan belajar bermakna apabila
materi tersebut dapat disajikan dengan melibatkan peran aktif siswa . Salah satu
cara untuk melibatkan peran aktif siswa adalah kegiatan percobaan. Materi
Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM merupakan salah satu materi yang tidak
bersifat abstrak (sulit divisualisasikan), obyek dan persoalannya dapat
diketahui melalui pengalaman indrawi langsung sehingga dapat disajikan
dalam kegiatan percobaan. Salah satu fasilitas dalam menyajikan pengalaman
langsung tersebut adalah menggunakan bahan ajar modul sebagai panduan
untuk pengoperasian mesin.
Penyajian materi tersebut dapat disusun secara sistematis dan tepat dalam
bentuk bahan ajar agar siswa dapat berinteraksi dengan obyek dan persoalan
Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM. Pemilihan bahan ajar yang tepat akan
membantu siswa belajar bermakna sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa . Proses pembelajaran pada pendidikan modern tidak lagi berpusat
pada guru (teacher center), melainkan berpusat pada siswa (student center),
sehingga siswa dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri dalam proses
pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran hanya berfungsi sebagai
fasilitator ysng memberi fasilitas kepada subyek belajar untuk kepentingan
belajarnya, motivator, pembimbing, pengarah, pendorong dalam proses
pembelajaran, agar proses pembelajaran berlangsng efektif dan terpadu.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian yang berjudul “upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui
bahan ajar modul berbasis tutorial pada materi Teknik Pemesinan NC/CNC dan
CAM”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Guru terlalu dominan dalam pembelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan
CAM, sehingga kemandirian belajar siswa masih berkurang.
2. Siswa kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran Teknik Pemesinan
NC/CNC dan CAM, karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang
variatif.
3. Di akhir pembelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM, guru tidak
mengecek tingkat pemahaman siswa, karena belum semua siswa paham akan
materi yang diberikan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
di atas, maka penelitian ini dibatasi mengenai masalah sebagai berikut:
1. Guru terlalu dominan dalam pembelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC dan
CAM, sehingga kemandirian belajar siswa masih berkurang.
2. Siswa kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran Teknik Pemesinan
NC/CNC dan CAM, karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang
variatif.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan Modul berbasis Tutorial dalam meningkatkan
kemandirian belajar siswa kelas XII Teknik Pemesinan pada materi Teknik
Pemesinan NC/CNC dan CAM?
2. Bagaimana peningkatan Kemandirian belajar siswa CNC dan CAM melalui
pembelajaran menggunakan Modul berbasis Tutorial pada kelas XII Teknik
Pemesinan SMK YPT Purworejo?
3. Apa Kelemahan dan kelebihan Modul berbasis Tutorial dalam meningkatkan
kemandirian belajar siswa kelas XII Teknik Pemesinan pada materi Teknik
Pemesinan NC/CNC dan CAM?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Mengetahui langkah-langkah dalam meningkatkan Kemandirian belajar
Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM pada kelas XII Teknik Pemesinan
SMK YPT Purworejo?
2. Mengetahui peningkatan Kemandirian belajar siswa materi Teknik
Pemesinan NC/CNC dan CAM melalui pembelajaran menggunakan Modul
berbasis Tutorial pada kelas XII Teknik Pemesinan SMK YPT Purworejo?
3. Mengetahui kelemahan dan kelebihan Modul berbasis Tutorial dalam
meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XII Teknik Pemesinan pada materi
Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ditinjau dari dua segi yaitu:
1. Dari segi teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam
penerapan ilmu, khususnya di bidang pendidikan teknik mesin yaitu
meningkatkan kualitas pembelajaran teknik pemesinan menggunakan modul
pada materi Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM
2. Dari segi aplikatif, diharapkan dari penilitian ini akan digunakan modul
Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM dan diperoleh informasi tentang
proses, kemandirian belajar siswa setelah menggunakan modul tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Kemandirian Belajar
Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas,
dan dapat melakukan sendiri (Rusman, 2011: 353). Belajar dan pembelajaran
di kelas sangat diperlukan kemandirian. Hal ini disebabkan guru tidak
mungkin dapat secara terus-menerus mendampingi siswa dalam belajar
sehingga ketika tidak didampingi oleh guru, siswa dapat belajar dengan
sendirinya.
Menurut Wedemeyer (Rusman, 2011: 354), kemandirian dalam belajar
perlu diberikan kepada siswa supaya mereka mempunyai tanggung jawab
dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan dalam mengembangkan
kemampuan belajar atas kemauan sendiri.
Siswa yang mempunyai kemandirian adalah siswa yang aktif
memberikan pemaknaan, seorang siswa yang aktif bagi proses belajarnya
sendiri. Dia bukanlah sasaran pembelajaran akan tetapi kemauannya
sendirilah yang menyebabkan pembelajaran terjadi. Pembelajaran
sepertinya merupakan akibat dari interaksi yang muncul dari inisiatifnya
sendiri dengan dunia sekitarnya.
Tugas guru dalam proses belajar mandiri adalah sebagai fasilitator
yaitu menjadi orang yang siap memberi bantuan kepada siswa bila
diperlukan. Hal terpenting dalam proses belajar mandiri adalah
peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam proses belajar tanpa
bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa tidak tergantung pada
guru/pendidik, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar.
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan sebelumnya maka
dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian belajar adalah suatu sikap
belajar yang tidak tergantung pada orang lain, termasuk tidak tergantung pada
gurunya secara terus menerus. Siswa yang mandiri dalam belajar adalah
siswa yang mampu mengambil keputusan/inisiatif dalam kegiatan
pembelajaran, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-
tugasnya, dan bertanggung jawab serta displin terhadap apa yang dilakukan.
Pada penelitian ini aspek kemandirian belajar yang diukur meliputi aspek
tidak tergantung pada orang lain, aspek tanggung jawab, aspek disiplin,
aspek berpikir kreatif, aspek inisiatif, dan aspek percaya diri.
Kemandirian belajar dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa baik di
rumah maupun di sekolah. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa
dibuat daftar pertanyaan pada siswa mengenai aktivitas belajar siswa
sehari-hari. Untuk memperoleh keyakinan terhadap jawaban yang
diberikan oleh siswa dilakukan kroscek dengan pengamatan guru di
kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung
2. Bahan Ajar
Seorang guru harus menyiapkan bahan ajar yang diperlukan dalam
proses pembelajaran sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Bahan
ajar ikut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar
merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru dalam
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Menurut Suratsih
(2010: 12), bahan ajar merupakan sumber belajar yang secara sengaja
dikembangkan untuk tujuan pembelajaran.
Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut sehingga
memudahkan siswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga bersifat unik dan
spesifik. Unik berarti bahwa bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran
tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan spesifik berarti bahwa isi
bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi
tertentu dari sasaran tertentu.
Bahan ajar yang lengkap dan disusun secara sistematis dapat
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran yang
efektif dan efisien diharapkan dapat menjadi wahana untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang merupakan penjabaran dari kompetensi.
Berdasarkan definisi-definisi bahan ajar yang telah disampaikan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
disusun secara sistematis yang dapat membantu guru dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Pengembangan
bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun
kesulitan dalam belajar.
3. Fungsi Bahan Ajar
Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa .
b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi
yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Bahan ajar merupakan komponen penting yang harus dipersiapkan
guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, selain
komponen-komponen lain yang dapat menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran. Bahan ajar juga menentukan keberhasilan pada suatu sistem
pendidikan, sehingga guru sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk
membuat bahan ajar yang berkualitas. Selama ini guru hanya
menggunakan buku-buku teks dan lembar kegiatan siswa yang banyak
dijual oleh para penerbit.
4. Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori, yaitu:
a. Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan
ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan
beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Ballstaedt
(Abdul Majid, 2006: 175) yaitu:
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga
memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta
didik bagian mana yang sedang dipelajari.
2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara
mudah.
4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu.
5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa.
7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai
besar.
8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
Beberapa contoh bahan ajar cetak adalah handout, buku, modul,
lembar kerja siswa , poster, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,
model/ maket.
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact
disk, film.
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials).
5. Pengertian Modul
Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak (printed). Modul
adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu
rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai
sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, S.,
2010: 205).
Modul biasanya disajikan dalam bentuk pembelajaran mandiri (self
instructional). Siswa dapat mengatur kecepatan dan intensitas belajarnya
secara mandiri. Waktu belajar untuk menyelesaikan satu modul tidak
harus sama, berbeda beberapa menit sampai beberapa jam.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah
suatu bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang
mencakup kompetensi, isi materi, lembar kegiatan siswa , hingga evaluasi
yang dapat digunakan secara mandiri maupun kelompok guna mencapai
tujuan pembelajaran.
6. Struktur Modul
Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi
yang akan disajikan, ketersediaan sumber daya dan kegiatan belajar yang
akan dilakukan. Secara umum modul harus memuat paling tidak:
a. Judul
b. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa /guru)
c. Kompetensi yang akan dicapai
d. Informasi pendukung
e. Latihan-latihan
f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g. Evaluasi/Penilaian
7. Tujuan Modul
Adapun tujuan penulisan modul adalah :
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, daya indera, baik siswa
maupun Guru
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi seperti:
1) Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa
2) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung
dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.
3) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri
hasil belajarnya.
8. Sifat Modul
Sifat-sifat modul adalah:
a. Merupakan satu unit atau paket pembelajaran terkecil dan terlengkap.
b. Memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis.
c. Memuat tujuan belajar (standar kompetensi dan komptensi dasar) yang
dirumuskan secara eksplisit dan spesifik.
d. Memungkinkan bagi siswa belajar secara mandiri (independent).
e. Merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual.
9. Karakteristik modul ada tujuh yaitu:
a. Self Instructional
Self instructional dapat diartikan bahwa melalui modul tersebut siswa
mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.
Sesuai dengan tujuan modul adalah agar siswa mampu belajar mandiri.
Untuk memenuhi karakter self instructional, maka modul harus:
1) Terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir
maupun tujuan antara.
2) Terdapat materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit/
kegiatan spesifik sehingga memudahkan siswa belajar secara tuntas.
3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran.
4) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya sejenisnya yang
memungkinkan siswa memberikan respon dan mengukur
penguasaannya.
5) Konstektual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan
suasana tugas dan lingkungan siswa .
6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif
7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran
8) Terdapat instrumen penilaian (assessment), yang memungkin siswa
melakukan „self assessment’.
9) Terdapat instrumen yang dapat digunakan memantapkan tingkat
penguasaan materi untuk menetapkan kegiatan belajar selanjutnya
10)Tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.
b. Self Contained
Yang dimaksud dengan self contained yaitu seluruh materi
pembelajaran dari satu kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari
terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari tuntas, karena
materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan
pembagian atau pemisahan materi dari satu kompetensi/subkompetensi
harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasaan
kompetensi/subkompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.
c. Stand alone
Stand alone atau berdiri sendiri yaitu modul yang diterapkan tidak
tergantung pada bahan ajar lain. Dengan menggunakan modul, siswa
tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau
mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika siswa masih bergantung
pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan tersebut, maka bahan
ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.
d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
fleksibel digunakan berbagai tempat. Modul yang adaptif adalah jika
isi materi pembelajaran dan perangkat lunaknya dapat digunakan
sampai dengan kurun waktu tertentu.
e. User Friendly
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah „user friendly‟ atau
bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap intruksi dan paparan
informasi yang tampil bersifat mambantu dan bersahabat dengan
pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses
sesuai dengan keinginan. Pengguanan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan
salah satu bentuk user friendly.
f. Konsistensi
Dalam penggunaan: font, spasi, dan tata letak.
g. Format
Format kolom tunggal atau multi, format kertas vertikal atau
horizontal, icon yang mudah ditangkap.
10. Kelebihan dan kekurangan modul
Beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan modul dalam proses
pembelajaran. Kelebihan penggunaan modul dilihat dari sisi hasil belajarnya,
yaitu:
a. Siswa dapat mencapai tujuan belajar secara baik dalam waktu yang
sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya. Siswa dapat mengulang
materi yang belum dipahaminya atau mengembangkannya secara
mandiri.
b. Siswa lebih aktif berpartisipasi secara mandiri dalam belajar, karena ia
harus belajar sambil menemukan sendiri konsep yang dipelajari.
c. Modul dapat disusun menurut pola-pola yang sesuai dengan
kemampuan siswa . Dengan demikian informasi ilmiah terbaru dapat
diubah sesuai kebutuhan tanpa mengubah tujuan pembelajaran yang
harus dicapai.
d. Butir soal (evaluasi) dalam modul digunakan sebagai alat ukur
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan, untuk memperkirakan
kemampuan siswa dan mengetahui kesulitan belajar siswa .
e. Modul dapat digunakan atau dikerjakan dalam berbagai situasi dan
tempat. Siswa dapat lebih mudah mengulang pelajaran dan membuka
kembali dalam waktu tertentu.
Selain memiliki kelebihan, modul juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
a. Waktu pembelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum membatasi waktu
belajar siswa untuk menyelesaikan suatu paket belajar dimana siswa
seharusnya bebas mengatur waktu belajarnya. Pembatasan waktu yang ada
dalam kurikulum menimbulkan pertentangan terhadap hakikat belajar mandiri
(belajar dengan paket belajar), karena seharusnya tidak ada pembatasan
waktu penyelesaian belajar suatu modul. Namun demikian pembatasan
waktu perlu ditentukan, mengingat penggunaan modul juga bertujuan
mengajak siswa belajar mengatur waktu belajarnya sesuai dengan
kecepatan masing-masing. Jadi, kebebasan pengaturan waktu bukan
kebebasan tanpa batas. Pada penelitian ini pembelajaran menggunakan
modul diberi batasan waktu sesuai dengan kurikulum.
b. Biaya relatif besar untuk penyusunan dan penggandaan modul dalam
proses pembelajaran individual (Vembriarto, 1985: 9). Namun,
penyusunan modul dalam penelitian ini adalah modul yang digunakan
dalam suatu kelompok kecil (setiap kelompok terdiri dari empat siswa )
dalam kegiatan pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Kekurangan adalah suatu resiko yang lazim pada usaha peningkatan
kualitas pembelajaran. Sebuah modul akan bermakna jika siswa dapat dengan
mudah menggunakannya. Dengan demikian maka modul harus
menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa , disajikan
dengan gambar. Kegiatan pembelajaran menggunakan modul diharapkan
dapat membantu meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa .
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Modul Pelaksanaan Observasi


Modul
Pembelajaran Pembelajaran Pertemuan I
Pembelajaran Minggu I Kemandirian
Berbasis
Berbasis Materi CAM Belajar
Tutorial
Tutorial
Observasi Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pertemuan II Pembelajaran
Pembelajaran
Minggu III Kemandirian Minggu II
Materi CNC& Belajar Materi CNC
CAM
Observasi
Pertemuan III PEMBERIAN
Kemandirian KESIMPULAN
Belajar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat Penelitian dilakukan di SMK YPT Purworejo. Jl Brigjend Katamso

No. 83 Purworejo pada kelas XII Teknik Pemesinan yang dilaksanakan selama

kurang lebih 2 bulan dari bulan Agustus sampai dengan September 2019

B. BENTUK PENELITIAN DAN SETRATEGI

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research). Menurut Didik Komaidi dan Wahyu

Wijayati (2011: 3) penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu perencanaan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Penelitian ini menggunakan

penelitian tindakan kelas kolaboratif, yaitu peneliti bekerjasama dengan guru

mata pelajaran. Dalam hal ini guru berperan sebagai pelaksana tindakan

(pengajar) dan peneliti bertindak sebagai pengamat (observer).

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Fokus PTK pada

siswa atau proses belajar mengajar di kelas. Secara umum setrategi penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Setrategi penelitian berhubungan erat dengan sprosedur,

teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan.

Penelitian tentang Upaya meningkatkan kemandirian dan Hasil belajar

siswa menggunakan bahan ajar modul pembelajaran Teknik Pemesinan NC/CNC

dan CAM ini merupakan penelitian tindakan kelas dilihat dari sifatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang mengenai subyek

yang diteliti. Kebayakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis

presentase dan analisis kecenderungan (trend) tanpa mengkaitkan dengan

keadaan populasi dimana data itu diambil. (Dharminto, 2006: 6).

C. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII TP (Teknik Pemesinan) dengan

jumlah siswa 31 orang dengan pertimbangan bahwa siswa di kelas tersebut

memiliki kemandirian belajar Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM yang masih

kurang. Siswa kelas XII berjumlah 31 anak dengan jenis kelamin semua laki-

laki

D. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang

dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin McTaggart. Empat komponen

penelitian yang digunakan dalam setiap langkah yaitu perencanaan

(planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting).

Gambar 2. Siklus Tindakan menurut Kemmis dan McTaggart


1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah

sebagai berikut.

1). Menentukan kriteria keberhasilan penelitian.

2). Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

CNC dan CAM dengan Modul berbasis Tutorial, RPP ini disusun oleh

peneliti kemudian dikonsultasikan dengan dosen dan guru kelas sebagai

pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

3). Membuat/menyediakan media pembelajaran yang diperlukan.

4). Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui

kemandirian dan hasil belajar siswa menggunakan modul berbasis

Tutorial.

2. Tindakan (Action)

Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat

oleh peneliti. Pada tahap ini, guru kelas melaksanakan kegiatan belajar

mengajar menggunakan Modul yang berbasis Tutorial pada mata pelajaran

CNC dan CAM. Tindakan dirancang secara sistematis sebagai langkah untuk

perbaikan proses pembelajaran.

3. Observasi (Observing)

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan

pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil

pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga

pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang

sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat adalah proses


dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang

muncul. Observasi dilakukan peneliti saat guru melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di kelas. Peneliti mengamati proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dan siswa dengan bekal lembar observasi bersama

dengan 2 orang observer.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi meliputi analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian),

menjelaskan dan menyimpulkan. Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi

terhadap kegiatan yang sebelumnya telah dilaksanakan. Jika hasil dari siklus

pertama belum memuaskan, maka perlu diadakannya perbaikan, yang

kemudian diterapkan pada siklus berikutnya. Peneliti menganalisis hasil

observasi yang telah dilakukan, kemudian dapat digunakan untuk evaluasi

terhadap prosedur, proses, serta hasil tindakan.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi dan skala sikap.

1. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur.

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis.

2. Skala

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap. Skala

sikap digunakan untuk mendapatkan data dari subjek penelitian tentang

kecenderungan Kemandirian belajar Teknik Pemesinan NC/CNC danCAM

pada siswa kelas XII Teknik Pemesinan SMK YPT Purworejo.


F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah sebuah format isian yang digunakan

selama observasi dilakukan. Observasi dilakukan dengan mengamati dan

mencatat setiap apa yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung. Dalam penelitian ini digunakan lembar observasi untuk

memperoleh data pada aktivitas guru dan siswa saat pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan Modul berbasis Tutorial.

2. Skala Sikap

Skala ini digunakan untuk mendapat data dari subjek yang diteliti

untuk mengukur tingkat kecenderungan Kemandirian belajar Teknik

Pemesinan NC/CNC.
Tabel 1. Kisi-kisi Skala Kemandirian Belajar Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM
Pada Siswa Kelas XII TP

No Sub Variabel Indikator Jumlah Nomor

1. Ingin mendalami - Memahami penjelasan guru 4 1,2,


CNC dan CAM - Mengulang pelajaran yang telah 3,
diberikan oleh guru secara mandiri 4
- Mempunyai inisiatif sendiri untuk
belajar CNC dan CAM
2. Senang belajar CNC - Siswa bersedia belajar CNC dan 5 5,8,9,
dan CAM CAM secara mandiri 6,7
- Siswa bersedia mengerjakan tugas
CNC dan CAM
3. Tanggung jawab - Tidak berhenti mengerjakan tugas 2 10,11
dalam menghadapi sebelum selesai
tugas
4. Ulet menghadapi - Tidak menunggu perintah dalam 3 12,13,
kesulitan/tugas mengerjakan tugas 14
- Tidak cepat puas dengan prestasi
yang dicapai
5. Cepat bosan pada - Cepat bosan mengerjakan tugas 3 15,16,
tugas-tugas rutin dengan tipe yang sama 17
- Kurang berminat mengerjakan
tugas yang berulang-ulang
6. Senang mencari dan - Aktif mencari soal-soal CNC dan 3 18,
memecahkan soal CAM 19,20
CNC dan CAM - Senang memecahkan soal-soal
CNC dan CAM
Jumlah butir 20
G. VALIDITAS INSTRUMEN

Pengujian validitas instrumen yang digunakan adalah validitas konstrak.

Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (expert

judgment). Instrumen dikatakan valid jika disetujui dan disahkan oleh ahli

yang terkait dalam penelitian ini.

H. ANALISIS DATA

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

deskriptif kuantitatif dan deskripsi kualitatif. Analisis data deskripsi kualitatif

digunakan untuk mengetahui secara kualitatif hasil penelitian tindakan kelas

yang dilakukan berdasarkan observasi selama pembelajaran berlangsung di

kelas. Analisis data dimulai sejak awal observasi sampai akhir pengumpulan

data. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang dicapai,

kemudian analisis observasi disajikan dalam bentuk kalimat.

Analisis data kuantitatif digunakan untuk memperoleh perhitungan

persentase rata-rata hasil tes siswa pada saat tindakan dilakukan. Adapun

rumusnya sebagai berikut:

Data dihitung berdasarkan jenis instrumen, selanjutnya data dijumlahkan

dan dicari rata-rata serta presentasenya. Hasil penghitungan tersebut kemudian

digolongkan ke dalam lima (5) kategori yaitu:


I. KRITERIA KEBERHASILAN

Kriteria keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila

≥70% dari keseluruhan siswa kelas XII Teknik Pemesinan memiliki Kemandirian

belajar Teknik Pemesinan NC/CNC dan CAM yakni pembelajaran berpusat pada

siswa dengan panduan modul berbasis tutorial sehingga mencapai skor ≥ 75, dan

apabila ≥70% dari keseluruhan siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal

yaitu ≥75.
BAB IV

PENUTUP

Dengan mengucapkan Alhamdulillah akhirnya proposal Penetian Tindakan

Kelas ini dapat selesai meskipun mungkin jauh dari sempurna/harapan karena

terbatasnya waktu dan kemampuan. Namun demikian, mudah-mudahan proposal

Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijadikan sebagai salah satu tugas mata kuliah

Penelitian Tindakan Kelas.

Dengan segala kerendahan hati kami memohon dan berharap akan terkabulnya

proposal Penetian Tindakan Kelas, sekian dan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2006). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Komaidi, didik dan Wahyu Wijayanti. 2011. Panduan Lengkap PTK. Yogyakarta:
Sabda Media

Nasution, S. (2010). Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar.


Jakarta: Bumi Akasara.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Suratsih. (2010). Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Potensi Lokal


dalam Kerangka Implementasi KTSP SMA di Yogyakarta. Penelitian
Unggulan UNY (Multitahun). Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY

Vembriarto. 1985. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan


Paramita.

Anda mungkin juga menyukai