Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Bagi perusahaan yang menggunakan PP No.23 Tahun 2018 dan telah melakukan
penyetoran PPh Final PP 23 Tahun 2018 pada setiap bulannya, maka pada saat
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tidak ada lagi pajak yang harus dibayar. Jadi
cukup melaporkan saja.
2. Bagi perusahaan yang tidak menggunakan PP No.23/2018 akan dikenakan tariff
PPh Badan sesuai dengan ketentuan UU PPh yaitu sebesar 25%. Namun
pemerintah memberikan fasilitas pengurangan tarif PPh Badan sebesar 50% bai
wajib pajak badan dengan Rp50 miliar dengan beberapa ketentuan.
Untuk dapat menghitung PPh Badan suatu perusahaan , yang harus dilakukan
pertama kali adalah membuat Laporan Keuangan Komersial untuk menetukan laba
bersih perusahaan. Dari laporan keuangan komersial tersebut dilakukan Penyesuaian
Fiskal yaitu menyesuaikan biaya-biaya usaha perusahaan dengan ketentuan mengenai
biaya usaha yang boleh menjadi pengurangan biaya usaha (Pasal 6 UU PPh) dan tidak
boleh menjadi pengurangan biaya usaha (Pasal 9 UU PPh) dalam mementukan
Penghasilan Kena Pajak.
Besaran PPh Pasal 25 setiap bulan yang dibayar oleh perusahan didapat dari
PPh Badan dikurangi kredit pajak dan dibagi 12. Untuk dapat melakukan penyetoran
pajak perusahaan terutang, perusahaan harus terlebih dahulu membuat Kode
Pembayaran atau Kode Biling yang dapat dilakukan melalui beberapa website
contohnya; sse3.pajak.go.id, djponline,pajak.go.id dan Kantor Pelayanan Pajak. Batas
waktu penyetoran pajak terutang berbeda tergantung jenisnya. Adapun waktu yang
diminta oleh pemerintah untuk jenis SPT Tahunan bagi perusahaan adalah paling
lambat tanggal 30 April setelah akhir tahun pajak. Apabila tanggal jatuh tempo
penyetoran pajak dapat hari libur, maka penyetoran pajak dapat dilakukan paling
lambat hari kerja berikutnya. Pelaksanaan kewajiban perpajakan secara tepat waktu
akan menghindarkan perusahaan dari sanksi-sanksi yang akan membebankan
perusahaan secara material dan juga waktu.
Penyetoran pajak terutang setelah tanggal jatuh tempo akan dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo penyetoran pajak sampai dengan tanggal penyetoran pajak dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 bulan. Keterlambatan pelaporan SPT Tahunan setelah tanggal
jatuh tempo akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebanyak Rp1.000.000
untuk SPT Tahunan PPh Badan untuk setiap tahun pajak.
SPT Tahunan wajib disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik oleh Wajib Pajak
yang :
1. Dalam hal wajib pajak orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan dan
dari pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan,
penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya;
2. Dalam hal wajib pajak orang pribadi hanya menyelenggarakan pencatatan
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau
menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuanya tidak dapat dihitung
besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atas peredaran atau
penerimaan bruto.
3. Dalam hal wajib pajak badan, penghasilan neto fiskal dihitung dari hasil
perhitungan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menangih, dan memelihara penghasilan.
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 harus dihitung sesuai dengan ketentuan. Pada
umumnya, cara menghitung PPh Pasal 25 didasarkan kepada data SPT Tahunan tahun
sebelumnya. Asumsinya jika penghasilan tahun ini sama dengan penghasilan tahun
sebelumnya maka selisih tersebutlah yang kita bayar sebagai kekurangan pajak akhir
tahun. Kekurangan bayar akhir tahun ini dinamakan PPh Pasal 29. Apabila selisihnya
menunjukan lebih bayar, maka kondisi ini dinamakan restitusi atau Wajib Pajak
meminta kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukan. Besarnya angsuran pajak
dalam tahunan berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap
bulan (PPh Pasal 25 ayat 1) adalah sebesar PPh yang terutang menurut SPT Tahunan
PPh Tahun Pajak yang lalu dikurangi dengan :
a. PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta
b. PPh yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 22; dan
c. PPh yang dibayar/terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana
dimaksud.
Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25
dan telah mendapat validasi dengan nomor transaksi penerimaan Negara dianggap
telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 sesuai dengan tanggal validasi.
WP Badan tetap harus membuat laporan SPT Tahunan Pajak. Namun sejak
diterbitkannya PMK No. 9/PMK.03/2014 tentang Surat Pemberitahuan (SPT),
kewajiban tersebut tidak lagi berlaku. WP Badan mendapatkan keringanan dalam
pelaporan SPT Masa Nihil untuk jenis SPT PPh berikut:
a. WP Badan yang tidak melakukan pemotongan PPh 21/26.
b. Melakukan angsuran PPh 25, yaitu:
Wajib Pajak Badan tetap memiliki kewajiban untuk melaporkan SPT Masa 21/26
untuk masa pajak Desember. Besaran angsuran PPh Pasal 25 untuk wajib pajak orang
pribadi yang baru terdaftar, dan wajib pajak badan yang baru terdaftar yang bukan
merupakan hasil merger/likuidas/perusahaan bentuk badan usaha dari wajib pajak
badan yang sebelumnya sudah ada, adalah nihil.
Tarif Pajak
SUMBER :
DDTCNews, R. (2019, Agustus 13). Pajak Penghasilan Badan (9). Retrieved Februari 25, 2021, from
NEWS.DDTC.CO.ID: https://news.ddtc.co.id/perhitungan-angsuran-pph-untuk-wajib-pajak-
baru-16731?page_y=825
https://pajak.go.id/id/penghitungan-angsuran-pph-pasal-25
https://news.ddtc.co.id/angsuran-pph-pasal-25-nihil-perusahaan-konstruksi-wajib-
lapor-spt-24564
nusatax.com/tarif-pph-badan-terbaru/