KEPERAWATAN ANAK
LEUKEMIA
Disusun Oleh :
ALDILA BERLIANTIKA NABILA
2017.49.002
A. DEFINISI
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima
(darah). Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan
jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan
jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk
membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel
tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tetapi terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel
baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak
mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum
tulang menghasilkan sel-sel darah putih secara abnormal yang akhirnya
mendesak sel-sel lain.
Pengertian lain menjelaskan, Leukemia adalah neoplasma akut atau
kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa. Leukemia
mempunyai sifat khusus yaitu proliferasi. Proliferasi merupakan tidak teratur
atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Selain terjadi di dalam sumsum tulang, proliferasi juga terjadi di hati,
limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ nonhematologis seperti
meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang
masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer
sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ lain.
Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari
sel tua dan sel muda. Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu
leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
a) Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering
ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini
diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur.
b) Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau
jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai
bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan
metabolic.
B. ETIOLOGI LEUKIMIA
1. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconi’s Anemia, Sindroma Wiskott-Aldrich, Sindroma Ellis van
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy Sindrome, Sindroma von
Reckinghausen, dan Neurofibromatosis.
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misalnya pada kromosom 21 atau C-group Trisomy,
atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
a) Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik
dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran.
Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang
sangat tinggi.
b) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom, misalnya : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut,
khususnya ANLL.
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari
virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada
manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan
adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk.
3. Bahan kimia dan obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misalnya pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan
resiko tinggi dari AML, antara lain : produk – produk minyak, cat, ethylene
oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik.
Sedangkan dari obat-obatan, obat anti neoplastik ( misalnya : alkilator
dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom
yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi
AML.
4. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan
pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan
pada kasus lain : seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang
yang selamat dari ledakan bom atom.
Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat
terapi radiasi, misalnya: pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos
radiasi dan para radiologis.
5. Leikimia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia.
Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker
payudara.
Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk
golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA.
C. Patofisiologi Leukimia
Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian sel
pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi sel
darah merah. Depresi produksi platelet yang menyebabkan purpura dan
kecenderungan terjadinya perdarahan .
Kegagalan mekanisme pertahanan selular karena penggantian sel darah putih
oleh sel leukemik, yang menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi .
Infiltrasi sel-sel leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-
sel leukemik yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut.
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sendiri disebabkan oleh :
1. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya
sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet
terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
2. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan
sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
3. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme.
Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan lekosit,
eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
4. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran
hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian.
PATHWAY
D. Klasifikasi Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel sistem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel mieloid, monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit,
dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel sistem mieloid. Namun
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan
gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, dan limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden
usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu
perkembangan sel normal.
F. Komplikasi
1. Nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
2. Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.
3. Anemia
4. Infeksi bakteri berulang
5. Gagal ginjal
G. Terapi
Pengobatan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit
penyerta, antara lain :
1. Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan ketika sel leukemia sudah terjadi
metastasis. Kemoterapi juga dilakukan pada fase induksi remisi yang
bertujuan mempertahankan remisi selama mungkin.
2. Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia,
anemia, perdarahan, dan infeksi. Pemberian antibiotik dan transfusi darah
dapat diberikan.
3. Pencegahan terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.
4. Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan
alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan
pada pasien dengan limphoma, dan anemia aplastik.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta
merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
1) Demam
2) Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1) Limfadenopati
2) Hepatomegali
3) Splenomegali
f. Kaji adanya :
1) Hematuria
2) Hipertensi
3) Gagal ginjal
4) Inflamasi disekitar rectal
5) Nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas
1) Definisi : ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Penyebab :
a) Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
b) Tirah baring
c) Immobilitas
d) Gaya hidup monoton.
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh lelah Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Tekanan darah berubah
saat/setelah >20% dari kondisi
aktivitas istirahat
2. Merasa tidak 2. Gambaran EKG
nyaman setelah menunjukkan aritmia
beraktivitas saat/setelah aktivitas
3. Merasa lemah 3. Gambaran EKG
menunjukkan Iskemia
4. Sianosis