Catatan
Catatan
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengertahui apa itu geometri peledakan
2. Dapat mengetahui rancangan menurut R.L. ash
3. Dapat mengetahui rancangan menurut C.J. konya
1
BAB II
DASAR TEORI
2
mengajukan rumusan-rumusan empiric yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam racangan awal suatu peledakan batuan.
Dalam pelakasanaannya nanti hasil perhitungan dengan cara RL.Ash ternyta
selalu harus dicoba dilapangan untuk memperoleh gambaran dan perubahan
kearah geometri yang lebih mendekati kondisi sesungguhnya. Percobaan
dilapangan dilakukan dengan cara trial dan error sampai diperoleh geometri
peledakan yang optimal.
Nomenklatur geometri peledakan jenjang RL. Ash
3
peledak standart memiliki berat jenis 1,2 dan kecepatan detonasi 12000
fps. Apabila batuan yang akan diletakan sama dengan batuan standart dan
bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standart, maka digunakan
burden ratio (Kb) standart yaitu 30. Tetapi apabila batuan yang akan
diledakan tidak sama dengan batuan standart dan bahan peledak yang
dipakai bukan pula bahan peledak standart maka harga Kb-standart itu
harus dikoreksi menggunakan faktor penyesuai (adjustment factor).
Jika :
De = diameter lubang ledak = diameter dodol handak
B = burden
Kb = burden ratio
Kb x De
B= ft atau B =
12
Dengan :
Dstd 1/3
Af1 = ( )
D
SGVe2
Af2 = (
SGstd x Vestd 2
4
Keterangan :
SG = BJ handak yang dipakai
Ve = VOD handak yang dipakai
Jadi :
Kb Terkoreksi x De
B= meter
39,3
2. Spacing (S)
Ks = S/B
Ks = Spacing ratio (1,00-2,00)
S = Ks. B ( meter)
Ukuran spacing dipengaruhi oleh :|
Cara peledakan yang digunakan : serentak atau beruntun
Fragmentasi yang diinginkan
Delay interval
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan
hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari hasil
ketentuan, akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (bolder) dan
tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan.
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing
adalah sebagai berikut :
Peledakan serentak = 2B
Peledakan dengan delay interval lama (second delay) S = B
Peledakan dengan milisecond delay S antara 1 B hingga 2 B
Jika terdapat kekear yang tidak saling tegak lurus. Santara 1,2 B
hingga 1,8 B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak
dalam baris yang sama S =1,15 B
5
Gambar 2.2 Pengaruh spacing pada penyebaran energi ledakan
3. Stemming (T)
Kt = T/B
Kt = Stemming Ratio (0,75 - 1,00)
T = Kt. B
Fungsi stemming :
Meningkatkan Confining pressure dari akumulasi gas hasil ledakan
Menyeimbangkan tekanan didaerah stemming
4. Kedalaman lubang ledak (H)
Kh = H/B
Kh = Hole dept ratio ( 1,5 - 4,0)
H = Kh.B (meter)
Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi
(kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik.
5. Subdrilling (J)
Kj = J/B
Kj = subdrilling ratio ( 2,0 - 0,3)
J = Kj.B (meter)
Panjang subdrilling dipengaruhi oleh struktur geologi, tinggi jenjang dan
kemiringan lubang ledak.
6. Charge Lenght ( PC)
PC =H–T
PC = panjang kolom isian (meter)
H = kedalaman lubang tembak (meter)
6
T = stemming (meter)
7. Loading Density (de)
Loading density ialah jumlah isian handak per meter panjang kolom isian
de = 71,63 De2/SC
de = 0,508 De2(SG)
de = loading density (kg/m)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SG = BJ bahan peledak
Jadi jumlah handak dalam stu lubang ledak (E) = PC.de.Kilogram
8. Powder factor (P)
Pf = W/E
Pf = powder factor (ton/kg)
W =berat batuan yang diledakan (ton)
E = berat bahan yang digunakan(kg)
7
1. Burden (B)
Yaitu jarak tegak lurusterpendek antara muatan bahan peledak dengan
bidang bebas yang terdekat atau kearah dimana batuan akan terlempar.
Secara sistematis besarnya burden dan hubungan dengan faktor-faktor
tersebut dinyatakan sebagai berikut :
SGe
B = 3,15 De ( ) o,33
SGr
SGe
B = [(2 + 1,5 )] De
SGr
SGe
B = 0,67 De ( ) 0,33
SGr
Dimana :
B = burden (ft)
De = Diameter bahan peledak (inchi)
SGe = SG bahan peledak
Stv = Relative bulk strength (ANFO = 100)
Setelah diketahui nilai burden dasarnya, maka menurut konya (1990) harus
dikoreksi terhadap beberapa faktor penentu, yaitu faktor jumlah garis lubang ledak
(Kr), faktor bentuk lapisan batuan (Kd), dan faktor kondisi dari struktur
geologinya (Ks). Dengan adanya faktor koreksi tersebut maka hasil nilai burden
dapat dikoreksi dengan banyaknya baris yang akan diledakan serta kondisi
geologi setempat dalam pelaksanan peledekan. Adapun besarnya faktor-faktor
tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1, 5.2, 5.3.
Tabel 2.1
Faktor koreksi terhadap jumlah baris dalam satu lubang ledak
CORRECTION FOR NUMBER OF ROW Kr
One or two rows of holes 1,00
Trird and subsequent rows or buffer blast 0,9
8
Tabel 2.2
Posisi lapisan batuan
CORRECTION FOR ROCK DEPOSITION Kd
Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
Other cases of deposition 1,00
Tabel 2.3
Faktor koreksi terhadap struktur geologi
CORRECTION FOR GEOLOGY STRUCTURE Ks
Heavy cracked, frequent with joint, weakly cemented 1,30
Layers 1,10
Thin well cemented layers with tight joint 0,95
Massive intact rock
(L+ 7 B)
s=
8
Keterangan :
S = spacing (m) B = burden (m)
L = tinggi jenjang (m)
Tabel 2.4
Persamaan untuk menentukan jarak spacing
9
Tipe Detonator L/B < 4 L/B > 4
(L+2 B)
Instantaneous S= S = 2.B
3
(L+2 B)
Delay S= S = 1,4.B
8
3. Stemming
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom
isian bahan peledak. Persamaan yang digunakan untuk menghitung jarak
stemming adalah :
Stv 0,33
T = 0,45 x De x [ ]
SGr
Keterangan :
De = Diameter lubang ledak, (inchi)
Stv = Relative Bulk Strength (ANFO =100)
4. Subdrilling
Subdrilling merupakan panjang lubang ledak yang berada dibawah
garis lantai jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relative
rata setelah peledakan. Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling
menurut Konya adalah sebagai berikut :
J = 0,3 . B
Keterangan :
J = subdrilling (m)
B = burden (m)
5. Waktu Tunda
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan
perbedaan waktu peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh
peledakan secara beruntun. Pengaturan waktu ini dapat diterapkan pada
peledakan beruntun dalam tiap-tiap baris. Detonator tunda digunakan
untuk peledakan beruntun antar baris lubang ledak, maka persamaan yang
digunakan untuk menentukan waktu tundanya adalah sebagai berikut :
Tr = Tr x B
10
Keterangan :
tr = waktu tunda antara baris lubang ledak (ms)
Tr = konstanta waktu tunda
B = burden (ft)
Tabel 2.5
Konstanta waktu tunda antar baris
Akibat yang dihasilkan Konstanta Tr
Keras, Airblast berlebihan, back break, dll 2
Runtuhan tinggi dekat jenjang, airblast moderat 2-3
Tinggi runtuhan cukup, airblast dan back break cukup 3-4
Runtuhan berpencar dengan back break minimum 4-6
Casting peledakan 7-14
Keterangan :
de = loading density, lb handak/ft kolom isisan
SGe = berat jenis bahan peledak
De = diameter bahan peledak (inchi)
E = Pc x de x N
Keterangan :
11
E = jumlah bahan peledak
Pc = tinggi kolom isisan
de = loading density (kg/m)
N = jumlah lubang ledak
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil diskusi kelompok kami, maka dapat disimpulkan:
1. Tujuan peledakan untuk memecah, membongkar atau melepaskan batuan
(bahan galian) dari batuan induknya. adalah untuk menghemat atau
mengurangi dampak kerusakan dan kerugian pada alat bongkar muat dan
lain-lain.
2. Mengetahui cara dan teknik yang dipakai sebagai solusi dan
permasalahan terhadap batuan (Bahan Galian) yang sangat keras, dimana
batuan tidak dapat dibongkar oleh manual ataupun mekanis.
3. Inti dari perhitungan geometri adalah untuk mencari Powder Factor (PF).
3.2. Saran
13