Anda di halaman 1dari 4

Kesadaran Kolektif Memutus Rantai Penularan Pandemi

Oleh: Apt.Liseh,S.Farm

Per tanggal 09 April 2020, BNPB melalui situs covid19.go.id, mencatat 3.293
kasus positif, 252 sembuh dan 280 meninggal. Sehingga dapat dikalkulasi Case Fatality
Rate (CFR) atau angka kematian mencapai 8,5%. Sementara kasus global, dikutip dari
data John Hopkins University melalui situs coronavirus.jhu.edu, terpantau 1.429.437
positif, dan 82.074 meninggal, yang meliputi 184 negara. Sehingga global CFR 5,7 %.
Artinya, angka kematian di Indonesia masih di atas rerata dunia.

Ironisnya, pemberitaan media yang diperparah dengan penyebaran hoax


membuat masyarakat panik sehingga memicu panic buying terutama pada masker,
vitamin, handsanitiser (HS) yang mengakibatkan kelangkaan hingga kenaikan harga
sampai 400 persen. Padahal BUMN sendiri telah menguraikan bahwa ketersediaan
masker terjamin, masker yang telah didistribusikan pada bulan Februari ada sampai 8,7
juta lembar dan pada Maret ada 4,7 juta lembar.

Salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi kelangkaan ini, pada akhir Maret
lalu pemerintah menerima 12 Ton bantuan Alkes dari Cina berupa APD, masker,
ventilator, dll. Presiden Jokowi juga memesan 2 juta Avigan dan 3 juta Chloroquin (obat
untuk Corona, namun masih belum ada penelitian valid terkait) serta 500 ribu set Rapid
Test. Dari segi kebijkan, Presiden menggelontorkan anggaran 405,1 T, dimana 75 T
digunakan untuk pengadaan Alkes dan obat sementara 110 T akan dialokasikan untuk
masyarakat kurang mampu yang mengalami dampak paling riskan selama masa darurat
COVID-19 ini. Kita sama-sama berharap, semoga anggaran ini benar-benar terserap
maksimal untuk percepatan penanggulangan pandemi, semoga tidak terjadi moral
hazard atau penumpang gelap yang mengambil keuntungan saat pandemi. Mari kita
kawal bersama.

Sebagai warga pergerakan yang berbasis mahasiswa, sudah sepatutnya PMII


turut berpartisipasi mengambil langkah cerdas dalam upaya preventif, kuratif dan
rehabilitatif untuk memutus mata rantai pandemi COVID-19 ini. Banyak aksi solidaritas
dapat dilakukan, mulai dari membagikan masker gratis, atau karena masker sudah
mulai langka, kita dapat mengumpulkan kain perca untuk lalu dijahit dan dibagikan.
Penyemprotan desinfektan masal terutama di tempat publik, menjadi relawan
membantu tenaga medis, atau yang paling sederhana adalah melakukan edukasi pada
masyarakat terutama pada srata menengah ke bawah sebab mereka adalah potential
carrier terbesar, dengan alasan mata pencaharian. Kesadaran merupakan kunci
keberhasilan menumpas pandemi ini.

Hal ini yang mendasari PK PMII Sunan Giri Ponorogo menggelar Dialog Interaktif
dalam ruang maya aplikasi Zoom yang diikuti oleh kader PMII Jatim maupun luar Jatim, pada
09 April 2020. Narasumber yang turut bergabung adalah dr. Imelda Datau, MM., selaku
Wakil Bendahara Umum PB IDI; Abdul Ghoni, S.Kep., Ketua Umum PKC PMII Jatim; dan
Apt.Liseh, S.Farm., Ketua Lembaga Antinarkoba PKC PMII Jatim, yang dimoderatori oleh
Inggi Prasetia, Ketua Rayon Akafarma Komisariat Sunan Giri Ponorogo. Dialog berlangsung
mulai dari pukul 09.00 dan selesai hingga hampir jam 12 siang.

Tes masal mulai dilakukan, namun beberapa pihak mengeluhkan bahwa akurasi
dari Rapid Test dipertanyakan sebab banyak kejadian negatif palsu. Sebenarnya, ada
dua macam cara tes COVID-19 ini, Rapid Test bukanlah metode utama. Rapid Test
menggunakan konsep reaksi antibodi, sampel yang diambil melalui darah dan hasil
dapat dilihat setelah 15 menit, paling lama 3 jam. Sedangkan metode tes yang utama
adalah dengan cara swab tenggorokan atau pangkal hidung, sampel kemudian dianalisis
dengan PCR.

Jika masyarakat sadar akan pencegahan yang baik dan benar, tidak akan terjadi
kepanikan dan kelangkaan APD atau obat. Yang dimaksud dengan sadar yang baik dan
benar adalah, lebih mengutamakan sering-sering cuci tangan pakai sabun dalam air
bersih yang mengalir minimal 20 detik, ketimbang berburu HS yang kian langka.

Mengapa mencuci tangan lebih efektif? Sebab struktur virus berupa envelope
lipid, atau menyerupai lemak. Saat kita memakai sabun, struktur lipid tersebut akan
terlarut dalam busa sabun dan terbawa oleh alir yang mengalir.

Seberapa efektifkah HS? Berdasarkan standar WHO, setidaknya harus


mengandung Alcohol 60%. Ironisnya, beberapa public figure yang mengisi waktu
#DirumahAja dengan membuat siaran pembuatan HS banyak tidak mengindahkan
aturan dasar dari WHO tadi. Seperti contoh, membuat HS dengan Aloe Vera dan Alkohol
70% dengan perbandingan 1:3, 1 bagian Aloe vera, 3 bagian Alkohol. Artinya, ¾ x 70%
= 52,5%. Tentu saja dengan kadar sekian HS tidak akan efektif membunuh virus atau
bakteri.

Apakah bisa membuat HS dengan bahan alami? Tentu saja bisa. Berdasarkan
penelitian, efektifitas desinfektan 15% ekstrak daun sirih setara dengan alcohol 70%.
Bagaimana cara membuatnya? Kalian bisa buka akun Youtube Universitas Airlangga, di
sana dipaparkan lengkap caranya. Tapi sekali lagi kita harus menjadi warga pergerakan
yang cerdas, cuci tagan pakai sabun jauh lebih efektif ketimbang HS. Gunakan HS saat
dalam keadaan darurat saja, semisal sedang di luar rumah. Namun, dianjurkan keluar
rumah seperlunya saja. Sebab misi utama kita hari ini adalah, jangan sampai tertular
dan jangan menularkan pada orang lain.

Sebab hari ini sudah banyak kasus positif yang tanpa gejala. Kita tidak pernah
tahu meskipun tubuh kita merasa sehat, ternyata ada virus dalam tubuh kita. Saat virus
masuk ke tubuh, organ pertama yang diserang adalah Paru. Itulah kenapa banyak
pasien Covid mengalami sesak, jika tidak tertangani dengan baik akan memicu
terjadinya Pneumonia hingga meninggal. Namun, jika tubuh kita dalam keadaan sehat,
meski ada virus, sistem imun akan melawannya sehingga perlahan pulih kembali. Itulah
sebabnya angka kematian tertinggi tersebar pada rentang usia diatas 60 tahun, sebab
usia renta sudah tidak lagi optimal imunitasnya. Seperti contoh terburuk kasus di Italia,
saat ini sudah mencapai 139.422 positif dan 17.669 meninggal, merupakan Negara
dengan kasus kematian tertiggi sebab mayoritas peduduknya adalah usia lanjut.

Anggaplah masing-masing dari kita adalah ODP. Selain harus waspada pada diri
sendiri, juga harus waspada pada orang di sekitar kita. Lakukan etika batuk yang benar
dengan ujung siku dalam, jangan menutup mulut dengan telapak tangan. Sebab
kecenderungan kita menyentuh banyak benda. Hindari menyentuh muka, mulut dan
hidung secara langsung, jika gatal guakan tissue sebagai alas. Perbanyaklah minum air
untuk detoksifikasi, terutama air hangat. Meski sedang #DirumahAja, usahakan tetap
terpapar sinar matahari, begitu pula jendela rumah atau kamar dibuka pada pagi hari.
Saat berwudhu, melakukan sunah menghirup air ke hidung sangat dianjurkan untuk
membersihkan segala jenis kotoran di dalamnya. Sekali lagi, kita tidak pernah tahu
apakah udara yang kita hirup bersih dari Covid atau tidak. Yang paling penting,
berbahagialah. Sebab stress dan bosan akan memicu menurunnya imunitas. Menjadi
optimis, bahagia dan produktif adalah factor utama memenangkan perang melawan
musuh tak terlihat ini. Tetap jaga diri, jaga kesehatan, kurangi keluyuran ya, Sahabat.
Salam pergerakan!

Anda mungkin juga menyukai