Anda di halaman 1dari 11

TOKSIKOLOGI KLINIK

KROMIUM

Disusun Oleh :
Siti Aliyah
Sukma Bakti
Tomi Saputra
Tuty Winarni
Yuli Permata Sari
Yuziwanti Panggabean

POLTEKKES KEMENKES BANTEN TEKNIK LABORATORIUM MEDIS


FEBRUARI 2021

Jl. Dr. Sitanala, Komplek SPK Keperawatan Tangerang, RT.002/RW.003, Karang


Sari, Kec. Neglasari, Kota Tangerang, Banten 11610
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah
toksikologi klinik dengan judul “Kromium” ini dengan tepat waktu.

Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading yang tak
retak. Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Untuk itu, saran dan kritik yang membangun daripada semua pihak
sangatlah kami perlukan agar penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi daripada makalah yang sekarang ini.

Tangerang, 5 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Umum ................................................................................................ 2
1.4 Tujuan Khusus ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis Kromium ................................................................................................ 3


2.2 Sumber Kromium ........................................................................................... 3
2.3 Efek Dari Kromium ........................................................................................ 3
2.4 Toksokinetik Kromium .................................................................................. 4
2.5 Penilaian Biologis Dan Lingkungan Yang Disebabkan Kromium ................. 4
2.6 Pencegahan Kromium .................................................................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 7

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin
menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud
dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru,
yaitu kromium. Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang
berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa berwarna
berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang
kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium
dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga
sekarang.
Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan
bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga
terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida.
Kromium oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin. Kromium
merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan keras.
Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan
dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna
merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak. Semua
senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium berbahaya, tetapi
kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang
biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa. Dalam
bidang kimia, kromium Digunakan sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 merupakan
agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam industri tekstil,
kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa istop.
Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang digunakan
untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume
darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. (Wikipedia)

1
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada
industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri,
khromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi besi-
besi khromium yang disebut ferokromium sedangkan logam khromium murni
tidak pernah ditemukan di alam. Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi
senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi khromium dapat menimbulkan
kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat
menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang
mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan
oleh valensi ionnya. Logam Cr6+ merupakan bentuk yang paling banyak
dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan toxic yang sangat kuat dan
dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. (Soemirat,
2002).
Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras, mempunyai
titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi
deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang terpenting adalah +2, +3 dan +6.
jika dalam keadaan murni melarut dengan lambat sekali dalam asam encer
membentuk garam kromium (II). (Achmad, Hiskia, 1992).

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui jenis kromium
2. Mengetahui sumber kromium
3. Mengetahui efek dari kromium
4. Mengetahui toksokinetik kromium
5. Mengetahui penilaian biologis dan lingkungan yang disebabkan kromium
6. Menetahui pencegahan kromium

1.3 Tujuan Umum


Menjelaskan tentang kromium

1.4 Tujuan Khusus


1. Memahami jenis kromium
2. Memahami sumber kromium
3. Memahami efek darikromium
4. Memahami toksokinetik kromium
5. Memahami penilaian biologis dan lingkungan yang disebabkan kromium
6. Memahami bagaimana pencegahan kromium

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Kromium


1. Kromium (III)
2. Kromium (VI)
3. Kromium (V) dan Kromium (IV)
4. Kromium (II)
5. Kromium (I)
6. Kromium (0)

2.2 Sumber Kromium


Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium
berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya :
 Bidang biologi sebagai metabolisme glukosa
 Bidang kimia sebagai katalis
 Industri tekstil sebagai mordants
 Kromium memiliki beberapa istop yang berguna.

Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan


dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang
merupakan mineral kromium. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di
matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.

2.3 Efek Kromium


Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi,
misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom,
pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji
dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek
toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung,
dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan
kerusakan pada hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium
dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang,
ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.

3
2.4 Toksokinetik kromium

2.5 Penilaian biologis dan lingkungan yang disebabkan kromium


1. Manfaat kromium :
 Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan
untuk membentuk paduan
 Digunakan dalam plating
 Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca.
 Digunakan sebagai katalis
 Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning
 Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme
glukosa
 Digunakan untuk aplikasi medis
 Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak.
 Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna.
 Bahan baku dalam pembuatan kembang api.
 Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants
 Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu
bata.

4
2. Bahaya kromium terhadap kesehatan:
 Kulit ruam
 Sakit perut dan bisul
 Masalah pernapasan
 Sistem kekebalan yang lemah
 Ginjal dan kerusakan hati
 Perubahan materi genetik
 Kanker paru-paru
 Kematian

3. Bahaya kromium terhadap lingkungan :


Kromium memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan kromium (VI)
bentuk melalui proses-proses alam dan aktivitas manusia. Kegiatan utama
manusia yang meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan
manufaktur tekstil, elektro lukisan dan kromium (VI) aplikasi dalam industri.
Ini akan meningkatkan konsentrasi kromium dalam air. Melalui kromium
pembakaran batubara juga akan berakhir di udara dan melalui pembuangan
limbah kromium akan berakhir di tanah. Sehingga dapat mencemarkan
lingkungan.

2.6 Pencegahan kromium


Senyawa kromium(III) dan logam kromium yang tidak larut dianggap tidak
membahayakan kesehatan, sementara toksisitas dan sifat karsinogenik
kromium(VI) telah lama diketahui. Kromium(III) memasuki sel hanya dalam
jumlah terbatas, kerana mekanisme transport spesifik. Beberapa studi in
vitro menandakan bahwa tingginya konsentrasi kromium(III) dalam sel dapat
menyebabkan kerusakan DNA Toksisitas oral akut berkisar antara 1,5 dan
3,3 mg/kg. Tinjauan tahun 2008 menyarankan bahwa asupan moderat
kromium(III) melalui suplemen makanan tidak memicu risiko keracunan
genetik.[68] Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) di AS telah
menetapkan batas paparan yang diizinkan (permissible eposure limit, PEL) di
tempat kerja sebagai rata-rata tertimbang waktu (time-weighted average, TWA)
sebesar 1 mg/m3. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
telah menetapkan batas paparan yang direkomendasikan (recommended exposure
limit, REL) sebesar 0,5 mg/m3, rata-rata tertimbang waktu.
Nilai IDLH (immediately dangerous to life and health) adalah 250 mg/m3.
Senyawa kromium(III) dan logam kromium yang tidak larut dianggap tidak

5
membahayakan kesehatan, sementara toksisitas dan sifat karsinogenik
kromium(VI) telah lama diketahui. Kromium(III) memasuki sel hanya dalam
jumlah terbatas, kerana mekanisme transport spesifik. Beberapa studi in
vitro menandakan bahwa tingginya konsentrasi kromium(III) dalam sel dapat
menyebabkan kerusakan DNA. Toksisitas oral akut berkisar antara 1,5 dan
3,3 mg/kg. Tinjauan tahun 2008 menyarankan bahwa asupan moderat
kromium(III) melalui suplemen makanan tidak memicu risiko keracunan
genetik. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) di AS telah
menetapkan batas paparan yang diizinkan (permissible eposure limit, PEL) di
tempat kerja sebagai rata-rata tertimbang waktu (time-weighted average, TWA)
sebesar 1 mg/m3. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
telah menetapkan batas paparan yang direkomendasikan (recommended exposure
limit, REL) sebesar 0,5 mg/m3, rata-rata tertimbang waktu.
3
Nilai IDLH (immediately dangerous to life and health) adalah 250 mg/m .

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium merupakan unsur yang berwarna
perak atau abu-abu baja, berkilau, rapuh, sangat tahan terhadap reagen korosif
biasa, masif (utuh, tidak berongga) dan keras.
Penggunaan kromium yang tidak tepat pada aturan menyebabkan dampak
pada biologis dan lingkungan, maka dari itu pengunanaan kromium harus
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan agar tidak terjadi dampak negatif
bagi biologis dan lingkungan.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kromium
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Toksikologi-
Klinik_SC.pdf

Anda mungkin juga menyukai