Aditya
S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: aditya.15050524088@mhs.unesa.ac.id
ABSTRAK
PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (persero) menerapkan identifikasi bahaya (hazard Identification)
dan penilaian risiko (risk assessement) untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap risiko
kecelakaan yang bertujuan untuk meminimalisasi tingkat kecelakaan dan mengurangi kerugian
akibat biaya yang timbul akibat kecelakaan yang terjadi. perlu dilakukan pencegahan agar segala
potensi bahaya dan risiko kecelakaan dapat dikendalikan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Obyek penelitian adalah pekerjaan yang mengandung bahaya pada bagian bengkel HC (Hull
Construction). Teknik pengumpulan data yaitu observasi lapangan, telaah dokumen, wawancara dan
dokumentasi. Analisis data secara deskriptif menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat potensi bahaya pada setiap jenis pekerjaan melalui kegiatan penerapan Job
Safety Analysis (JSA). Pada pekerjaan Marking & Cutting terdapat 17 risiko yang ditemukan dengan
rincian 4 risiko kategori high risk, 5 risiko kategori medium risk dan 8 risiko dengan kategori rendah.
Pada pekerjaan Pengelasan (Welding) terdapat 21 risiko, 1 risiko kategori high risk , 2 risiko kategori
medium risk dan 18 jenis risiko dengan kategori rendah. Sedangkan pada pekerjaan Bending terdapat 9
kategori risiko, 2 risiko kategori medium risk dan 7 jenis risiko dengan kategori rendah. Jenis
pengendalian di tentukan berdasarkan tingkat risiko yang ada, dimana jenis-jenis pengendalian yang
sesuai adalah Pendekatan administratif, subtitusi, penggunaan APD, pelaksanaan safety talk, serta
penerapan 5R.
Kata Kunci: Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Job Safety Analysis (JSA), Bengkel HC (Hull
Construction)
ABSTRACT
PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) implements hazard identification to determine the
priority of control over the risk of accidents necessary to minimize accident rate and reduction due to
costs arising from accidents. it is necessary to prevent all potential hazards and risks of accidents can be
controlled. This type of research is descriptive quantitative. The object of the study is the work that
contains hazards in the workshop part HC (Hull Construction). Data collection techniques are field
observation, document review, interview and documentation. Descriptive data analysis using Miles and
Huberman model. The results showed that there is a potential hazard to each type of work through the
implementation of Job Safety Analysis (JSA). In Marking & Cutting work, there are 17 risks that are
found with detail of 4 risk of high risk category, 5 risk of medium risk category and 8 low category risk.
At Welding there are 21 risks, 1 risk of high risk category, 2 risk of medium risk category and 18 types of
risk with low category. While in the Bending job there are 9 risk categories, 2 risk of medium risk
category and 7 types of risk with low category. The type of control is determined based on the level of
risk, where appropriate types of controls are the administrative approach, substitution, the use of PPE,
the implementation of safety talk, and the implementation of 5R.
Keywords: Hazard Identification, Risk Assessment, Job Safety Analysis (JSA), HC (Hull Construction)
108
Hazard Identification Dan Risk Assessment Dengan Job Safety Analysis (JSA)
METODE
PENDAHULUAN Rancangan Penelitiaan
Dengan berkembangnya teknologi dan industri,
tanpa disadari telah meningkatkan pula jumlah
kecelakaan kerja yang terjadi, khususnya di dalam
kegiatan industri. Kecelakaan-kecelakaan tersebut telah
menyebabkan kerugian besar, termasuk jiwa, harta benda,
produksi, bahkan berpengaruh dalam ekonomi secara
umum. Sumber bahaya ditempat kerja dapat berupa
factor fisik, kimia, biologis, psikologis, fisiologis, serta
mental psikologis atau tindakan dari manusia sendiri
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja
yang harus ditangani secara dini. PT Dok dan Perkapalan
Surabaya setiap tahunnya masih terjadi kecelakaan kerja.
Pada tahun 2010 hingga 2015 terjadi total 36 angka
kecelakaan kerja dengan rating resiko pekerjaan
meninggal dunia hingga risiko ringan.
Berkaitan dengan uraian tersebut diatas PT. Dok
dan Perkapalan Surabaya (persero) menerapkan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko untuk
menentukan prioritas pengendalian terhadap risiko
kecelakaan yang bertujuan untuk meminimalisasi
tingkat kecelakaan dan mengurangi kerugian akibat
biaya yang timbul akibat kecelakaan yang terjadi. Job
Safety Analysis merupakan salah satu teknik analisa
bahaya yang sangat populer dan banyak digunakan
dilingkungan kerja. Teknik ini bermanfaat untuk
mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu
pekerjaan (job) seperti mengganti bola lampu, memasang
AC dan lain lain (Soehatman, 2010: 152).
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui langkah-
langkah identifikasi bahaya melalui penerapan Job
Safety Analysis (JSA), dan untuk mengetahui jenis
pengendalian (control) dari hasil identifikasi bahaya dan Gambar 1. Flow chart
penilaian risiko yang dilakukan pada bagian bengkel HC Tempat dan Waktu Penelitian
(Hull Construction) di PT Dok dan Perkapalan Surabaya Penelitian ini bertempat di bagian Bengkel HC
(Persero) (Hull Contruction) PT Dok dan Perkapalan Surabaya
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah hasil (Persero) jalan Tanjung Perak Barat 433-435 Surabaya.
penyusunan JSA diharapkan dapat menjadi bahan Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei
evaluasi tentang pentingnya mengidentifikasi bahaya- 2017 sampai Juli 2017.
bahaya yang mungkin terjadi untuk pencegahan
kecelakaan kerja.
Jenis Penelitian
Maka pada pembahasan kali adalah mentukan saran Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang
pengendalian dari kegiatan identifikasi bahaya dan berbentuk deskriptif kuantitatif.
penilaian risiko tanpa mempertimbangkan kerugian/loss
finansial dalam menentukan rating risiko dan berfokus Teknik Pengumpulan Data
pada bahaya-bahaya yg disebabkan oleh manusia,
x Observasi
peralatan dan lingkungan kerja.
Penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar.
x Wawancara
Studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang hatus diteliti
x Dokumentasi
Referensi berupa undang-undang, peraturan
pemerintah. Serta pendokumentasian hasil JSA
berupa foto, tabel JSA serta video sosialisasi
penerapan hasil JSA
109
JPTM Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017, Halaman 108-115
Tutup saluran Kebocoran pada Ledakan /kebakaran 4 4 16 jenis pengendalian risiko yang disarankan berupa
oxygen dan saluran
LPG jenis pengendalian administratif berupa
ƒ Penilaian Risko Pada Tahap Persiapan kelengkapan ijin kerja (Work Permit) dan juga
Pada langkah pekerjaan Buka valve (klep) pemberian pelatihan bagi operator mesin cutting.
oxygen + LPG , terdapat potensi bahaya Hal ini dapat mengurangi kemungkinan
Kebakaran, Peledakan akibat kebocoran pada terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh
selang dan klep. Meskipun setiap akan memulai ledakan karena terjadinya overheating pada mesin
megoperasikan mesin cutting tahap ini selalu cutting.
dilakukan akan tetapi nilai kekerapan Selain itu untuk mencegah kecelakaan
(likelyhood) pada tahap pekerjaan tersebut yang disebabkan oleh tindakan yang tidak aman
bernilai 3 artinya pada tahap ini kemungkinan (unsafe action) yang dapat berisiko terjdinya
terjadinya potensi bahaya dapat terjadi sekali- kebakaran maupun ledakan seperti akibat dari
kali (Possible). Setiap potensi bahaya pasti gas balik dari nozzle saat pengoperasian maka
menimbulkan konsekuensi. perlu adanya kualifikasi bagi operator mesin
Pada tahap pekerjaan membuka valve cutting berdasarkan Permenaker No: 04/1985
(klep) oxygen + LPG pada tabel 1 keparahan Pasal 29 tentang operator Pesawat Tenaga dan
yang diakibatkan dari bahaya tersebut adalah Produksi harus memenuhi syarat keselamatan dan
Luka bakar, meninggal dunia, kerugian materil kesehatan kerja, yang akan menjamin bahwa
besar. Berdasarkan Tabel Ukuran Kualitatif dari operator tersebut paham dan mengerti tentang
³FRQVHTXHQF\ VHYHULW\´ PHQXUXW VWDQGDU pekerjaan dan cara kerja serta proses kerja alat
AS/NZS 4360 (dalam Ramli ,2010) keparahan tersebut. Mengacu pada Permenaker No:
tersebut masuk dalam kategori bencana artinya 04/1985 Pasal 20 bahwa setiap mesin harus
konsekuensi yang ditimbulkan dapat dilengkapi dengan alat penghenti yang memenuhi
menghilangkan nyawa serta membawa kerugian syarat, hal ini dirasa penting ketika risiko
sangat besar dan juga berdampak pada kebakaran kemungkinan terjadi akibat gas balik
terhentinya seluruh kegiatan produksi jadi level dari nozzle maka fungsi shutdown button sangat
consequency/severitynya adalah 4. dibutuhkan untuk menghentikan mesin dengan
ƒ Penilaian Risko Pada Tahap Pelaksanaan cepat ketika kecelakaan terjadi. Dari kategori
Pada tahap pelaksanaan di tabel 1 terdapat risiko diatas juga perlu dilakukan pengendalian
potensi bahaya terjadinya gas balik dari nozzle energi seperti menjauhkan sumber api saat
saat proses pemotongan plat terjadi. Nilai rating pembukaan valve LPG.
risiko pada tahap ini berada dalam area merah
(high risk) yaitu bernilai 16 yang terdiri dari nilai x Medium Risk (Risiko Sedang) pada pekerjaan
kekerapan (likelyhood) yaitu 4 (unlikely). Marking & Cutting
ƒ Penilaian Risko Pada Tahap Penyelsaian Menurut Ramli (2010:98) Risiko dengan
Tahap penyelsaian merupakan tahap dimana kategori sedang ialah dimana risiko tersebut
mesin cutting akan selsai untuk digunakan. dapat ditolerir dengan syarat semua aspek
Akan tetapi dalam tahap ini jika terjadi pengaman telah dijalankan dengan baik. Dalam
kesalahan dalam prosesnya bisa saja kegiatan marking dan cutting terdapat 5 risiko
mengakibatkan kecelakaan. Seperti pada dengan kategori sedang (medium risk) yang
langkah Menutup saluran oxygen dan LPG yang terdapat pada langkah kerja proses.
dapat berpotensi terjadinya kebocoran pada
saluran. Hal ini mungkin jarang terjadi (4 Tabel 2 Medium Risk Pada Pekerjaan
unlikely) karena pada tahap persiapan Marking & Cutting
pemeriksaan terhadap alat cutting beserta TAHAP POTENSI KONSEKUENSI L S RATING
PEKERJAAN BAHAYA RISIKO
saluran oxy+LPG dilakukan. Ledakan dan TAHAP PERSIAPAN
kebarakan bisa saja terjadi akibat dari bahaya Masukkan aliran Tersengat Pingsan, Kejang- 3 2 6
listrik pada Aliran Kejang
tersebut. Maka nilai severitynya berada pada VZLWFKERDUG ³21´ Listrik
level 4 artinya keparahan yang diakibatkan bisa
TAHAP PELAKSANAAN
menimbulkan korban jiwa dan terhentinya Selanjutnya untuk Percikan Api Luka bakar ringan 3 2 6
produksi. mengoperasikan
setelah semuanya
dari Nozzle
mesin
siap tekan tombol cutting
Cutting oxygen start
Pengendalian Risiko High Risk Pada untuk proses
Pekerjaan Marking & Cutting pemotongan
Untuk mengatur jarak Percikan api Luka Bakar ringan
Setelah melakukan penilaian risiko ketinggian nozzle akibat jarak 3 2 6
dengan benda kerja nozzle yang
maka dapat diketahui bahwa tingkat tekan tombol cutting tidak sesuai
kecelakaan yang ada pada kegiatan marking oxygen
TAHAP PENYELSAIAN
dan cutting terdapat 4 risiko yang memiliki Tekan tombol Tersengat Pingsan, Kejang- 3 2 6
kategori tinggi. Dari uraian jenis risiko yang DXWRPDWLF ³2))´ Aliran Kejang
untuk mematikan Listrik
terdapat pada tabel 1 (lihat lampiran II), maka fungsi panel display
111
JPTM Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017, Halaman 108-115
Penilaian Risiko.
Dari tabel diatas dapat diketahui pada Penilaian Risiko
pekerjaan pengelasan (Welding) risiko dengan Dari tabel penilaian risiko diatas, nilai
kategori tinggi (high risk) hanya ada satu risiko. rating risiko yang dihasilkan adalah rata-rata 6
Nilai dari rating risikonya adalah 12 artinya nilai (medium risk). pada risiko terjadinya luka bakar
tersebut berada pada area merah dan rating ringan-berat pada pekerja, kekerapan terjadinya
risiko tersebut termasuk ke dalam risiko yang kejadian tersebut adalah sering (2), dengan
tidak dapat diterima. Dilihat dari tingkat konsekuensi cidera berat hingga mengganggu
kekerapannya meskipun kemungkinan terjadi aktivitas produksi (3). Sedangkan risiko lainnya
jarang (4) akan tetapi konsekuensinya dapat merupakan terkenanya sengatan listrik terhadap
mengakibatkan cidera berat, serta gangguan operator, yang terdiri dari nilai likelyhoodnya 3
produksi (3) sehingga dapat dikatakan risiko dan nilai severitynya 2 dimana pada langkah
tersebut merupakan termasuk ke area merah kerja tersebut tingkat kekerapan terjadinya
atau risiko yang perlu mendapat perhatian potensi bahaya tersebut dapat terjadi sekali-
utama. Kemungkinan terjadinya risiko tersebut sekali, dengan konsekuensinya dapat
terdapat pada langkah pelaksanaan proses mengakibatkan cidera sedang.
pengelasan dimana sumber bahayanya berasal
dari percikap api pengelasan yang dapat Pengendalian
terkontak dengan benda lain yang mudah Berpedoman pada konsep energi yang
terbakar yang dapat mengakibatkan terjadinya dijabarkan oleh Ramli (2010:62) yang
percikan ke operator mesin las dengan nenyatakan bahwa jika pembatas rusak atau
konsekuenssi luka bakar ringan, berat, bahkan hilang, maka energi akan mengenai penerima
meninggal akibat kemungkinan terjadinya (receipent), baik itu manusia, benda dan
ledakan. lingkungan. Maka dalam hal ini rekomendasi
terbaik selain penggunaan Alat pelindung diri
Pengendalian adalah melalui pendekatan subtitusi, dimana perlu
Jenis pengendalian yang disarankan dilakukan penggantian terhadap hal yang
berupa pengendalian bersifat administratif yaitu berpotensi bahaya dengan sesuatu yang baru
mencegah penyebaran energi sehingga tidak yang nantinya risiko tersebut dapat diterima
dapat terkontak dengan benda yang mudah seperti penggantian kabel las yang terkelupas
terbakar yang dapat mengakibatkan terjadinya dengan yang baru.
kebakaran dan ledakan. Seperti contoh Saran pengendalian berupa penggunaan
menggunakan pelindung asbes ataupun rompi las (appron) terhadap risiko luka bakar
menggunakan safety line agar orang lain tidak akibat dari percikan bunga api las juga diperlukan
mendekati sumber bahaya. agar operator las terlindungi dari sumber bahaya.
Selain itu pengendalian juga di dari sisi Dalam risiko ini juga disarankan agar memilih
operator yang sifatnya masih administratif juru las sesuai dengan Kualifikasi juru las
dimana dalam kegiatan pengelasan perusahaan berdasarkan PERMENAKERTRANS N0.
seharusnya memilih juru las sesuia dengan 02/Men/1982. Lampiran 1. Hal ini untuk
kualifikasi dan pekerjaan yang akan di las. Hal mereduksi atau mengurangi terjadinya unsafe
tersebut tertuang dalam action yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
PERMENAKERTRANS N0. 02,/Men/1982 Selain itu pengendalian berupa pendekatan
tentang Memilih juru Las berdasarkan kepada pekerjapun perlu dilakukan melalui
Kualifikasi sesuai dengan lampiran I. penigkatan pengontrolan oleh pihak K3LH
melalui kegiatan safety patrol rutin terhadap
x Medium Risk (Risiko Sedang) pada pekerjaan mesin, alat dan pekerja sehingga menjadi lebih
Pengelasan (Welding) aman.
Dalam kegiatan pengelasan terdapat 2
risiko dengan kategori sedang (medium risk)
yang terdapat pada langkah kerja proses
pengelasan.
113
JPTM Volume 05 Nomor 03 Tahun 2017, Halaman 108-115
Analisis Penilaian Risiko dan Jenis Pengendalian (receipent), baik itu manusia, benda dan
Job Safety Analysis (JSA) Bending lingkungan. Dalam hal ini untuk menjaga
Dari hasil identifikasi bahaya dan penilaian operator dari sumber bahaya yaitu
risiko pada tabel lampiran II (Tabel Hasil Job Safety terpelentangnya benda kerja ke arah operator,
Analysis Bending) dapat diketahui bahwa pada maka perlu adanya alat perlindungan pada mesin
pengerjaan Penekukan plat di bengkel HC (Hull untuk mencegah benda kerja tersebut tidak
Construction) hanya terdapat 9 kategori risiko yang mengenai operator, hal ini sesuai dengan
ditemukan melalui analisis potensi bahaya. Dengan Permenaker No 04/1985 pasal 4 yang tertuang
rincian 2 risiko kategori medium risk (22%) dan 7 dalam BAB III pasal 36 tentang alat
jenis risiko dengan konsekuensi rendah (78%). perlindungan. Hal ini sangat pentig mengingat
Tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya risiko yang terjadi dapat mengakibatkan cacat
pada pengerjaan bending adalah sebagai berikut: sementara.
x Medium Risk (Risiko Sedang) Dalam kategori risiko medium terdapat
Dalam kegiatan penekukan terdapat 2 risiko pula potensi bahaya tersengat arus listrik dengan
dengan kategori sedang (medium risk) yang risiko yang dapat mengakibatkan pingsan pada
terdapat pada langkah kerja proses bending plat. tahap penekanan tombol tepat pada tempat yang
sudah diberi tanda. Dari analisa tersebut
Tabel 5 Medium Risk Pada Tahap Pelaksanaan Pekerjaan kemudian ditentukan pengendalian untuk
Bending mencegah ataupun mereduksi kemungkinan
TAHAP
PEKERJAAN
POTENSI
BAHAYA
KONSEKUENSI L S RATING
RISIKO
terjadi atau menekan risikonya melalui
Pastikan Tersengat Kejang-kejang, pendekatan administratif dimana berhubungan
penekanan tombol Arus Listrik Pingsan 3 2 6 dengan ijin kerja yang dikeluarkan oleh pihak
tepat pada tempat , terhentinya
yang sudah diberi kegiatan K3LH yang menyatakan bahwa pekerjaan
tanda operasi
tersebut telah aman untuk dilakukan. Saran
Pastikan Benda kerja Memar, Patah, caacat 3 2 6
penekanan tidak jatuh dan sementara bersifat pengaman untuk mencegah penyebaran
sekaligus/dilaksan terpelentang
akan berulang-
energi seperti alat penghenti jika terjadinya
ulang dan cek kecelakaan sangat diperlukan untuk mencegah
hasil tekanan
dengan teliti tiap- terjadinya risiko yang lebih parah, hal ini
tiap frame
tertuang dalam Alat penghenti sesuai dengan
Permenaker No 04/1985 pasal 20 yang
Penilaian Risiko menyatakan bahwa setiap mesin harus
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa dilengkapi dengan alat penghenti yang
terdapat 2 jenis risiko. Diantaranya merupakan memenuhi syarat.
risiko yang dapat mengakibatkan risiko pingsan
yang disebabkan oleh tersengat arus listrik KESIMPULAN DAN SARAN
sebagai akibat dari langkah kerja saat menekan Kesimpulan
tombol waktu mengoperasikan mesin bending. Dari serangkaian kegiatan identifikasi bahaya,
Sedangkan risiko memar, patah, cacat sementara penilaian risiko, dan penentuan pengendalian yang telah
diakibatkan oleh benda kerja yang jatuh dilakukan, maka dapat disimpulkan:
mengenai operator. Semua risiko dengan
kategori sedang yang ada pada pengerjaan plat x Melalui penerapan job safety analysis (JSA)
mengguunakan mesin bending nilai rating ditemukan langkah-langkah dalam mengidentifikasi
risikonya adalah 6, dengan nilai likelyhoodnya 3 bahaya yaitu memilih pekerjaan yang akan
yang berarti kejadian tersebuut dapat terjadi dianalisa, memecah pekerjaan tersebut menjadi
sekali-sekali, akan tetapi konsekuensinya dapat
langkah-langkah aktifitas, identifikasi potensi
mengakibatkan cidera berat serta kerugian
financial sedang. bahaya yang ada disetiap langkah-langkah yang
telah dipecah, menentukan jenis pengendalian
Pengendalian setelah melakukan penilaian risiko melalui analisa
Saran pengendalian terbaik selain konsekuensi dari potensi bahaya,
penggunaan APD sepatu safety ialah dengan mengkomunikasikan kepada semua pihak yang
pengendalian bersifat administratif yaitu dengan
terkait mengenai hasil dari job safety analysis
kerja bergantian (shift) untuk selalu menjaga
konsentrasi dan kelelahan. Kualifikasi operator (JSA).
untuk menjaga bahwa operator tersebut paham x Penetuan jenis pengendalian dihasilkan melalui
mengenai proses kerja mesin tersebut juga kegiatan menentukan potensi bahaya, menganalisis
dibutuhkan sesuai dengan Permenaker No potensi bahaya, menentukan konsekuensi/risiko,
04/1985 pasal 29. Berpedoman pada konsep serta melakukan penilaian risiko. Penilaian
energi yang dijabarkan oleh Ramli (2010:62) risikonya ditentukan memalui nilai kekerapan
yang nenyatakan bahwa jika pembatas rusak atau
hilang, maka energi akan mengenai penerima (likelyhood) dikalikan dengan nilai keparahan
Hazard Identification Dan Risk Assessment Dengan Job Safety Analysis (JSA)
DAFTAR PUSTAKA
115