Atom
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sifat-sifat
1,67 × 10−27 sampai dengan
Kisaran massa:
4,52 × 10−25 kg
Muatan listrik: nol (netral) ataupun muatan ion
62 pm (He) sampai dengan 520 pm
Kisarandiameter:
(Cs)
Elektron dan inti atom yang terdiri
Komponen:
dari proton dan neutron
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah
2 Komponen-komponen atom
o 2.1 Partikel subatom
o 2.2 Inti atom
o 2.3 Awan elektron
3 Sifat-sifat
o 3.1 Sifat-sifat nuklir
o 3.2 Massa
o 3.3 Ukuran
o 3.4 Peluruhan radioaktif
o 3.5 Momen magnetik
o 3.6 Aras-aras energi
o 3.8 Keadaan
4 Identifikasi
o 5.1 Nukleosintesis
o 5.2 Bumi
6 Lihat pula
7 Catatan
8 Referensi
o 8.1 Referensi buku
9 Pranala luar
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teori atom dan Atomisme
Konsep bahwa materi terdiri dari satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi menjadi
satuan yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut masihlah
bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen.
Secara filosofis, deskripsi sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran filosofi
tersebut, dan seringkali pula mengandung unsur-unsur spiritual di dalamnya. Walaupun
demikian, pemikiran dasar mengenai atom dapat diterima oleh para ilmuwan ribuan tahun
kemudian, karena ia secara elegan dapat menjelaskan penemuan-penemuan baru pada bidang
kimia.[3]
Referensi paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India
kuno pada tahun 800 sebelum masehi,[4] yang dijelaskan dalam naskah
filsafat Jainismesebagai anu dan paramanu.[4][5] Aliran
mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang menjelaskan bagaimana atom-atom
bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks. [6] Satu abad kemudian muncul Referensi
mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang kemudian oleh
muridnya Demokritos pandangan tersebut disistematiskan. Kira-kira pada tahun 450 SM,
Demokritos menciptakan istilah átomos (bahasa Yunani: ἄτομος), yang berarti "tidak dapat
dipotong" ataupun "tidak dapat dibagi-bagi lagi". Teori Demokritos mengenai atom bukanlah
usaha untuk menjabarkan suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan suatu filosofi yang
mencoba untuk memberikan jawaban atas perubahan-perubahan yang terjadi pada alam.
[1]
Filosofi serupa juga terjadi di India, namun demikian ilmu pengetahuan modern memutuskan
untuk menggunakan istilah "atom" yang dicetuskan oleh Demokritos. [3]
Kemajuan lebih jauh pada pemahaman mengenai atom dimulai dengan berkembangnya
ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang
berargumen bahwa materi-materi di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules", yaitu
atom-atom yang berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang berpendapat bahwa
materi terdiri dari unsur-unsur udara, tanah, api, dan air. [7] Pada tahun 1789,
istilah element (unsur) didefinisikan oleh seorang bangsawan dan peneliti Perancis, Antoine
Lavoisier, sebagai bahan dasar yang tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan
menggunakan metode-metode kimia.[8]
Berbagai atom dan molekul yang digambarkan pada buku John Dalton, A New System of Chemical Philosophy(1808).
Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk menjelaskan mengapa unsur-
unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap, serta mengapa gas-gas tertentu
lebih larut dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan pendapat bahwa
setiap unsur mengandung atom-atom tunggal unik, dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat
bergabung untuk membentuk senyawa-senyawa kimia. [9][10]
Teori partikel ini kemudian dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu
ketika botaniwan Robert Brown menggunakanmikroskop untuk mengamati debu-debu yang
mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut bergerak secara acak.
Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada tahun 1877, J. Desaulx
mengajukan pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal molekul air, dan pada
tahun 1905 Albert Einstein membuat analisis matematika terhadap gerak ini.[11][12][13]Fisikawan
Perancis Jean Perrin kemudian menggunakan hasil kerja Einstein untuk menentukan massa dan
dimensi atom secara eksperimen, yang kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas teori atom
Dalton.[14]
Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J.
Thomson menemukan elektron dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom
sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. [15] Thomson percaya bahwa elektron-elektron
terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan muatan-muatannya diseimbangkan oleh
keberadaan lautan muatan positif (model puding prem).
Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford menembakkan ion
helium ke lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut dipantulkan
dengan sudut pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksikan oleh teori Thomson.
Rutherford kemudian mengajukan pendapat bahwa muatan positif suatu atom dan kebanyakan
massanya terkonsentrasi pada inti atom, dengan elektron yang mengitari inti atom seperti planet
mengitari matahari. Muatan positif ion helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan
dengan sudut pantulan yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil
proses peluruhan radioaktif, Frederick Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari satu jenis
atom pada setiap posisi tabel periodik.[16] Istilah isotop kemudian diciptakan oleh Margaret
Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-atom yang berbeda namun merupakan satu unsur
yang sama. J.J. Thomson selanjutnya menemukan teknik untuk memisahkan jenis-jenis atom
tersebut melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi. [17]
Model atom hidrogen Bohr yang menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan memancarkan
energi foton dengan frekuensi tertentu.
Sementara itu, pada tahun 1913 fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom Rutherford
dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada orbit-orbit yang terkuantisasi
serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, meskipun demikian tidak dapat dengan
bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam keadaan transisi. [18] Suatu elektron
haruslah menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk dapat melakukan
transisi antara orbit-orbit yang tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar
melalui prisma, ia menghasilkan suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum
tertentu ini berhasil dijelaskan oleh teori transisi orbital ini. [19]
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton
Lewis sebagai interaksi antara elektron-elektron atom tersebut. [20] Atas adanya keteraturan sifat-
sifat kimiawi dalam tabel periode kimia,[21] kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919
berpendapat bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah atom saling
berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan
menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat
kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas
tersebut terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh karena arah spin
adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu garis. Namun pada kenyataannya
berkas ini terbagi menjadi dua bagian, tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke
atas ataupun ke bawah.[22]
Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku
seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model atom matematis yang
menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel.
Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan elektron ini adalah bahwa
adalah tidak mungkin untuk secara matematis menghitung posisi dan momentum partikel secara
bersamaan. Hal ini kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan
oleh Werner Heisenberg pada 1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi,
seseorang hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula
sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan baik menjelaskan
sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori mana pun.
Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron mengitari inti atom seperti planet
mengitari matahari digugurkan dan digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di mana
elektron paling berkemungkinan berada. [23][24]
Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang terikat bersama pada pusat atom. Secara kolektif,
proton dan neutron tersebut disebut sebagai nukleon (partikel penyusun inti). Diameter inti atom
berkisar antara 10−15 hingga 10−14m.[36]Jari-jari inti diperkirakan sama dengan fm,
dengan A adalah jumlah nukleon.[37] Hal ini sangatlah kecil dibandingkan dengan jari-jari atom.
Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama oleh gaya tarik-menarik potensial yang disebut gaya
kuat residual. Pada jarak lebih kecil daripada 2,5 fm, gaya ini lebih kuat daripada gaya
elektrostatik yang menyebabkan proton saling tolak menolak.[38]
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut nomor atom. Suatu
unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut sebagai isotop. Jumlah
proton dan neutron suatu atom akan menentukan nuklida atom tersebut, sedangkan jumlah
neutron relatif terhadap jumlah proton akan menentukan stabilitas inti atom, dengan isotop unsur
tertentu akan menjalankan peluruhan radioaktif.[39]
Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas pengecualian Pauli melarang
adanya keberadaan fermion yang identik (seperti misalnya proton berganda) menduduki suatu
keadaan fisik kuantum yang sama pada waktu yang sama. Oleh karena itu, setiap proton dalam
inti atom harusnya menduduki keadaan kuantum yang berbeda dengan aras energinya masing-
masing. Asas Pauli ini juga berlaku untuk neutron. Pelarangan ini tidak berlaku bagi proton dan
neutron yang menduduki keadaan kuantum yang sama. [40]
Untuk atom dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki jumlah proton lebih
banyak daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih rendah melalui
peluruhan radioaktif yang menyebabkan jumlah proton dan neutron seimbang. Oleh karena itu,
atom dengan jumlah proton dan neutron yang berimbang lebih stabil dan cenderung tidak
meluruh. Namun, dengan meningkatnya nomor atom, gaya tolak-menolak antar proton membuat
inti atom memerlukan proporsi neutron yang lebih tinggi lagi untuk menjaga stabilitasnya. Pada
inti yang paling berat, rasio neutron per proton yang diperlukan untuk menjaga stabilitasnya akan
meningkat menjadi 1,5.[40]
Gambaran proses fusi nuklir yang menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton dan satu neutron).
Satu positron (e+) dipancarkan bersamaan denganneutrino elektron.
Jumlah proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal ini memerlukan energi
yang sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi nuklir terjadi ketika banyak
partikel atom bergabung membentuk inti yang lebih berat. Sebagai contoh, pada inti Matahari,
proton memerlukan energi sekitar 3–10 keV untuk mengatasi gaya tolak-menolak antar
sesamanya dan bergabung menjadi satu inti. [41] Fisi nuklir merupakan kebalikan dari proses fusi.
Pada fisi nuklir, inti dipecah menjadi dua inti yang lebih kecil. Hal ini biasanya terjadi melalui
peluruhan radioaktif. Inti atom juga dapat diubah melalui penembakan partikel subatom
berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah jumlah proton dalam inti, atom tersebut akan berubah
unsurnya.[42][43]
Jika massa inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa partikel awal
penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran energi (misalnya sinar
gamma), sebagaimana yang ditemukan pada rumus kesetaraan massa-energi Einstein,E = mc2,
dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan cahaya. Defisit ini merupakan
bagian dari energi pengikatan inti yang baru.[44]
Fusi dua inti yang menghasilkan inti yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah
daripada besi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya bersifat eksotermik,
yang berarti bahwa proses ini melepaskan energi. [45] Adalah proses pelepasan energi inilah yang
membuat fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan. Untuk inti yang lebih berat, energi
pengikatan per nukleon dalam inti mulai menurun. Ini berarti bahwa proses fusi akan
bersifat endotermik.[40]
Awan elektron[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Orbital atom dan Konfigurasi elektron
Sumur potensial yang menunjukkan energi minimum V(x) yang diperlukan untuk mencapai tiap-tiap posisi x. Suatu
partikel dengan energi E dibatasi pada kisaran posisi antara x1 dan x2.
Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton dalam inti atom melalui gaya elektromagnetik.
Gaya ini mengikat elektron dalam sumur potensi elektrostatik di sekitar inti. Hal ini berarti bahwa
energi luar diperlukan agar elektron dapat lolos dari atom. Semakin dekat suatu elektron dalam
inti, semakin besar gaya atraksinya, sehingga elektron yang berada dekat dengan pusat sumur
potensi memerlukan energi yang lebih besar untuk lolos.
Elektron, sama seperti partikel lainnya, memiliki sifat seperti partikel maupun seperti gelombang
(dualisme gelombang-partikel). Awan elektron adalah suatu daerah dalam sumur potensi di
mana tiap-tiap elektron menghasilkan sejenis gelombang diam (yaitu gelombang yang tidak
bergerak relatif terhadap inti) tiga dimensi. Perilaku ini ditentukan oleh orbital atom, yakni suatu
fungsi matematika yang menghitung probabilitas suatu elektron akan muncul pada suatu lokasi
tertentu ketika posisinya diukur.[46] Hanya akan ada satu himpunan orbital tertentu yang berada
disekitar inti, karena pola-pola gelombang lainnya akan dengan cepat meluruh menjadi bentuk
yang lebih stabil.[47]
Fungsi gelombang dari lima orbital atom pertama. Tiga orbital 2p memperlihatkan satu biidang simpul.
Sifat-sifat[sunting | sunting sumber]
Sifat-sifat nuklir[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Isotop dan Isotop stabil
Berdasarkan definisi, dua atom dengan jumlah proton yang identik dalam intinya termasuk ke
dalam unsur kimia yang sama. Atom dengan jumlah proton sama namun dengan
jumlah neutron berbeda adalah dua isotop berbeda dari satu unsur yang sama. Sebagai
contohnya, semua hidrogen memiliki satu proton, namun terdapat satu isotop hidrogen yang
tidak memiliki neutron (hidrogen-1), satu isotop yang memiliki satu neutron (deuterium), dua
neutron (tritium), dll. Hidrogen-1 adalah bentuk isotop hidrogen yang paling umum. Kadang-
kadang ia disebut sebagai protium.[51] Semua isotop unsur yang bernomor atom lebih besar
daripada 82 bersifat radioaktif.[52][53]
Dari sekitar 339 nuklida yang terbentuk secara alami di Bumi, 269 di antaranya belum pernah
terpantau meluruh.[54] Pada unsur kimia, 80 dari unsur yang diketahui memiliki satu atau
lebih isotop stabil. Unsur 43, 63, dan semua unsur lebih tinggi dari 83 tidak memiliki isotop stabil.
Dua puluh tujuh unsur hanya memiliki satu isotop stabil, manakala jumlah isotop stabil yang
paling banyak terpantau pada unsur timah dengan 10 jenis isotop stabil. [55]
Massa[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Massa atom dan Bobot atom
Karena mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan partikel ini
dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam sering
diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut dalton (Da). Satuan ini
didefinisikan sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral, yang kira-kira sebesar
1,66 × 10−27 kg.[56] Hidrogen-1 yang merupakan isotop teringan hidrogen memiliki bobot atom
1,007825 u.[57] Atom memiliki massa yang kira-kira sama dengan nomor massanya dikalikan
satuan massa atom.[58] Atom stabil yang paling berat adalah timbal-208, [52] dengan massa
sebesar 207,9766521 u.[59]
Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk menyatakan jumlah atom. Satu mol
didefinisikan sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12. Jumlah ini
adalah sekitar 6,022 × 1023, yang dikenal pula dengan nama tetapan Avogadro. Dengan
demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol atom yang bermassa
0,001 kg. Sebagai contohnya, Karbon memiliki massa atom 12 u, sehingga satu mol karbon
atom memiliki massa 0,012 kg.[56]
Ukuran[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Jari-jari atom
Atom tidak memiliki batasan luar yang jelas, sehingga dimensi atom biasanya dideskripsikan
sebagai jarak antara dua inti atom ketika dua atom bergabung bersama dalamikatan kimia. Jari-
jari ini bervariasi tergantung pada jenis atom, jenis ikatan yang terlibat, jumlah atom di
sekitarnya, dan spin atom.[60] Pada tabel periodik unsur-unsur, jari-jari atom akan cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya periode (atas ke bawah). Sebaliknya jari-jari atom akan
cenderung meningkat seiring dengan menurunnya nomor golongan (kanan ke kiri). [61] Oleh
karena itu, atom yang terkecil adalah helium dengan jari-jari 32 pm, manakala yang terbesar
adalah sesium dengan jari-jari 225 pm.[62] Dimensi ini ribuan kali lebih kecil daripada
gelombang cahaya (400–700 nm), sehingga atom tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop
optik biasa. Namun, atom dapat dipantau menggunakan mikroskop gaya atom.
Ukuran atom sangatlah kecil, sedemikian kecilnya lebar satu helai rambut dapat menampung
sekitar 1 juta atom karbon.[63] Satu tetes air pula mengandung sekitar 2 × 1021atom oksigen.
[64]
Intan satu karat dengan massa 2 × 10-4 kg mengandung sekitar 1022 atom karbon.[catatan 2] Jika
sebuah apel diperbesar sampai seukuran besarnya Bumi, maka atom dalam apel tersebut akan
terlihat sebesar ukuran apel awal tersebut.[65]
Peluruhan radioaktif[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Peluruhan radioaktif
Diagram ini menunjukkan waktu paruh (T½) beberapa isotop dengan jumlah proton Z dan jumlah proton N (dalam
satuan detik).
Setiap unsur mempunyai satu atau lebih isotop berinti tak stabil yang akan mengalami peluruhan
radioaktif, menyebabkan inti melepaskan partikel ataupun radiasi elektromagnetik. Radioaktivitas
dapat terjadi ketika jari-jari inti sangat besar dibandingkan dengan jari-jari gaya kuat (hanya
bekerja pada jarak sekitar 1 fm).[66]
Bentuk-bentuk peluruhan radioaktif yang paling umum adalah: [67][68]
Peluruhan alfa, terjadi ketika suatu inti memancarkan partikel alfa (inti helium yang terdiri
dari dua proton dan dua neutron). Hasil peluruhan ini adalah unsur baru dengan nomor
atom yang lebih kecil.
Peluruhan beta, diatur oleh gaya lemah, dan dihasilkan oleh transformasi neutron
menjadi proton, ataupun proton menjadi neutron. Transformasi neutron menjadi proton akan
diikuti oleh emisi satu elektron dan satu antineutrino, manakala transformasi proton menjadi
neutron diikuti oleh emisi satu positron dan satu neutrino. Emisi elektron ataupun emisi
positron disebut sebagai partikel beta. Peluruhan beta dapat meningkatkan maupun
menurunkan nomor atom inti sebesar satu.
Peluruhan gama, dihasilkan oleh perubahan pada aras energi inti ke keadaan yang lebih
rendah, menyebabkan emisi radiasi elektromagnetik. Hal ini dapat terjadi setelah emisi
partikel alfa ataupun beta dari peluruhan radioaktif.
Jenis-jenis peluruhan radioaktif lainnya yang lebih jarang meliputi pelepasan neutron dan proton
dari inti, emisi lebih dari satupartikel beta, ataupun peluruhan yang mengakibatkan produksi
elektron berkecepatan tinggi yang bukan sinar beta, dan produksi foton berenergi tinggi yang
bukan sinar gama
Tiap-tiap isotop radioaktif mempunyai karakteristik periode waktu peluruhan (waktu paruh) yang
merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh setengah jumlah sampel untuk meluruh habis.
Proses peluruhan bersifat eksponensial, sehingga setelah dua waktu paruh, hanya akan tersisa
25% isotop.[66]
Momen magnetik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Momen dipol magnetik elektron dan Momen magnetik
nuklir
Setiap partikel elementer mempunyai sifat mekanika kuantum intrinsik yang dikenal dengan
nama spin. Spin beranalogi dengan momentum sudut suatu objek yang berputar pada pusat
massanya, walaupun secara kaku partikel tidaklah berperilaku seperti ini. Spin diukur dalam
satuan tetapan Planck tereduksi (ħ), dengan elektron, proton, dan neutron semuanya memiliki
spin ½ ħ, atau "spin-½". Dalam atom, elektron yang bergerak di sekitar inti atom selain
memiliki spin juga memiliki momentum sudut orbital, manakala inti atom memiliki momentum
sudut pula oleh karena spin nuklirnya sendiri.[69]
Medan magnet yang dihasilkan oleh suatu atom (disebut momen magnetik) ditentukan oleh
kombinasi berbagai macam momentum sudut ini. Namun, kontribusi yang terbesar tetap berasal
dari spin. Oleh karena elektron mematuhi asas pengecualian Pauli, yakni tiada dua elektron yang
dapat ditemukan pada keadaan kuantum yang sama, pasangan elektron yang terikat satu sama
lainnya memiliki spin yang berlawanan, dengan satu berspin naik, dan yang satunya lagi berspin
turun. Kedua spin yang berlawanan ini akan saling menetralkan, sehingga momen dipol
magnetik totalnya menjadi nol pada beberapa atom berjumlah elektron genap. [70]
Pada atom berelektron ganjil seperti besi, adanya keberadaan elektron yang tak berpasangan
menyebabkan atom tersebut bersifat feromagnetik. Orbital-orbital atom di sekeliling atom
tersebut saling bertumpang tindih dan penurunan keadaan energi dicapai ketika spin elektron
yang tak berpasangan tersusun saling berjajar. Proses ini disebut sebagai interaksi pertukaran.
Ketika momen magnetik atom feromagnetik tersusun berjajaran, bahan yang tersusun oleh atom
ini dapat menghasilkan medan makroskopis yang dapat dideteksi. Bahan-bahan yang
bersifat paramagnetik memiliki atom dengan momen magnetik yang tersusun acak, sehingga
tiada medan magnet yang dihasilkan. Namun, momen magnetik tiap-tiap atom individu tersebut
akan tersusun berjajar ketika diberikan medan magnet. [70][71]
Inti atom juga dapat memiliki spin. Biasanya spin inti tersusun secara acak oleh
karena kesetimbangan termal. Namun, untuk unsur-unsur tertentu (seperti xenon-129), adalah
mungkin untuk memolarisasi keadaan spin nuklir secara signifikan sehingga spin-spin tersebut
tersusun berjajar dengan arah yang sama. Kondisi ini disebut sebagai hiperpolarisasi.
Fenomena ini memiliki aplikasi yang penting dalam pencitraan resonansi magnetik.[72][73]
Aras-aras energi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Aras energi dan Garis spektrum atom
Ketika suatu elektron terikat pada sebuah atom, ia memiliki energi potensial yang berbanding
terbalik terhadap jarak elektron terhadap inti. Hal ini diukur oleh besarnya energi yang diperlukan
untuk melepaskan elektron dari atom dan biasanya diekspresikan dengan
satuan elektronvolt (eV). Dalam model mekanika kuantum, elektron-elektron yang terikat hanya
dapat menduduki satu set keadaan yang berpusat pada inti, dan tiap-tiap keadaan
berkorespondensi terhadap aras energi tertentu. Keadaan energi terendah suatu elektron yang
terikat disebut sebagai keadaan dasar, manakala keadaan energi yang lebih tinggi disebut
sebagai keadaan tereksitasi.[74]
Agar suatu elektron dapat meloncat dari satu keadaan ke keadaan lainnya, ia haruslah
menyerap ataupun memancarkan foton pada energi yang sesuai dengan perbedaan energi
potensial antar dua aras tersebut. Energi foton yang dipancarkan adalah sebanding
dengan frekuensinya.[75] Tiap-tiap unsur memiliki spektrum karakteristiknya masing-masing. Hal
ini bergantung pada muatan inti, subkelopak yang terisi dengan elektron, interaksi
elektromagnetik antar elektron, dan faktor-faktor lainnya. [76]
Contoh garis absorpsi spektrum.
Ketika suatu spektrum energi yang berkelanjutan dipancarkan melalui suatu gas ataupun
plasma, beberapa foton diserap oleh atom, menyebabkan elektron berpindah aras energi.
Elektron yang tereksitasi akan secara spontan memancarkan energi ini sebagai foton dan jatuh
kembali ke aras energi yang lebih rendah. Oleh karena itu, atom berperilaku seperti bahan
penyaring yang akan membentuk sederetan pita absorpsi. Pengukuran spektroskopi terhadap
kekuatan dan lebar pita spektrum mengijinkan penentuan komposisi dan sifat-sifat fisika suatu
zat.[77]
Pemantauan cermat pada garis-garis spektrum menunjukkan bahwa beberapa memperlihatkan
adanya pemisahan halus. Hal ini terjadi karena kopling spin-orbit yang merupakan interaksi
antara spin dengan gerak elektron terluar.[78] Ketika suatu atom berada dalam medan magnet
eksternal, garis-garis spektrum terpisah menjadi tiga atau lebih komponen. Hal ini disebut
sebagai efek Zeeman. Efek Zeeman disebabkan oleh interaksi medan magnet dengan momen
magnetik atom dan elektronnya. Beberapa atom dapat memiliki banyak konfigurasi
elektron dengan aras energi yang sama, sehingga akan tampak sebagai satu garis spektrum.
Interaksi medan magnet dengan atom akan menggeser konfigurasi-konfigurasi elektron menuju
aras energi yang sedikit berbeda, menyebabkan garis spektrum berganda.
[79]
Keberadaan medan listrik eksternal dapat menyebabkan pemisahan dan pergeseran garis
spektrum dengan mengubah aras energi elektron. Fenomena ini disebut sebagai efek Stark.[80]
Valensi dan perilaku ikatan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Valensi (kimia) dan Ikatan kimia
Kelopak atau kulit elektron terluar suatu atom dalam keadaan yang tak terkombinasi disebut
sebagai kelopak valensi dan elektron dalam kelopak tersebut disebut elektron valensi. Jumlah
elektron valensi menentukan perilaku ikatan atom tersebut dengan atom lainnya. Atom
cenderung bereaksi dengan satu sama lainnya melalui pengisian (ataupun pengosongan)
elektron valensi terluar atom.[81] Ikatan kimia dapat dilihat sebagai transfer elektron dari satu
atom ke atom lainnya, seperti yang terpantau pada natrium klorida dan garam-garam ionik
lainnya. Namun, banyak pula unsur yang menunjukkan perilaku valensi berganda, atau
kecenderungan membagi elektron dengan jumlah yang berbeda pada senyawa yang berbeda.
Sehingga, ikatan kimia antara unsur-unsur ini cenderung berupa pembagian elektron daripada
transfer elektron. Contohnya meliputi unsur karbon dalam senyawa organik.[82]
Unsur-unsur kimia sering ditampilkan dalam tabel periodik yang menampilkan sifat-sifat kimia
suatu unsur yang berpola. Unsur-unsur dengan jumlah elektron valensi yang sama
dikelompokkan secara vertikel (disebut golongan). Unsur-unsur pada bagian terkanan tabel
memiliki kelopak terluarnya terisi penuh, menyebabkan unsur-unsur tersebut cenderung bersifat
inert (gas mulia).[83][84]
Keadaan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Keadaan materi dan Fase benda
Gambaran pembentukankondensat Bose-Einstein.
Sejumlah atom ditemukan dalam keadaan materi yang berbeda-beda tergantung pada kondisi
fisik benda, yakni suhu dan tekanan. Dengan mengubah kondisi tersebut, materi dapat berubah-
ubah menjadi bentuk padat, cair, gas, dan plasma.[85] Dalam tiap-tiap keadaan tersebut pula
materi dapat memiliki berbagai fase. Sebagai contohnya pada karbon padat, ia dapat
berupa grafit maupun intan.[86]
Pada suhu mendekati nol mutlak, atom dapat membentuk kondensat Bose-Einstein, di mana
efek-efek mekanika kuantum yang biasanya hanya terpantau pada skala atom terpantau secara
makroskopis.[87][88] Kumpulan atom-atom yang dilewat-dinginkan ini berperilaku seperti satu atom
super.[89]
Identifikasi[sunting | sunting sumber]
Manakala isotop dengan nomor atom yang lebih tinggi daripada timbal (62) bersifat radioaktif,
terdapat suatu "pulau stabilitas" yang diajukan untuk beberapa unsur dengan nomor atom di atas
103. Unsur-unsur super berat ini kemungkinan memiliki inti yang secara relatif stabil terhadap
peluruhan radioaktif.[120] Atom super berat yang stabil ini kemungkinan besar
adalah unbiheksium, dengan 126 proton 184 neutron. [121]
Tiap-tiap partikel materi memiliki partikel antimaterinya masing-masing dengan muatan listrik
yang berlawanan. Sehingga, positron adalah antielektron yang bermuatan positif, dan antiproton
adalah proton yang bermuatan negatif, Ketika materi dan antimateri bertemu, keduanya akan
saling memusnahkan. Terdapat ketidakseimbangan antara jumlah partikel materi dan antimateri.
Ketidakseimbangan ini masih belum dipahami secara menyeluruh, walaupun terdapat
teori bariogenesis yang memberikan penjelasan yang memungkinkan. Antimateri tidak pernah
ditemukan secara alami.[122][123] Namun, pada tahun 1996,antihidrogen berhasil disintesis di
laboratorium CERN di Jenewa.[124][125]
Terdapat pula atom-atom langka lainnya yang dibuat dengan menggantikan satu proton,
neutron, ataupun elektron dengan partikel lain yang bermuatan sama. Sebagai contoh, elektron
dapat digantikan dengan muon yang lebih berat, membentuk atom muon. Jenis atom ini dapat
digunakan untuk menguji prediksi fisika.[12