Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang Penulisan Makalah   
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan 
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen 3
2.2 Perbedaan antara Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen 12
2.2 Keterkaitan Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen 13

BAB 3 KESIMPULAN 15

Daftar Pustaka

  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia pendidikan sering sekali digunakan istilah pengukuran, penilaian, evaluasi, dan
assesmen untuk mengetahui hasil pembelajaran.banayak yanag menganggap pengukuran,
penilaian ,evaluasi dan asesmen merupakan hal yang sama atau hanya sinonim atau sama
yang lainnya.namun dalam kenytaanya pengukuran,penilaian ,evaluasi dan asesmen memiliki
konsep yang berbeda dan masing-masing memiliki karakteristik
tersendiri.walaupun,pengukuran,penilaian ,evaluasi dan asesmen memiliki konsep dan
karakteristik yang berbeda, namun keempatnya saling berhubungan dalam proses penentuan
hasil pembelajaran.
Tes, Pengukuran, Evaluasi, penialaian dan assesment merupakan istilah yang berbeda namun
saling berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan dan hubungan di
antara ketiganya, sehingga istilah tersebut sering tidak tepat penggunaannya. Pengukuran,
penilaian, assesment, evaluasi, dan tes merupakan istilah-istilah yang bersifat hierarki.
Evaluasi didahului dengan penilaian (assesment), sedangkan penilaian didahului oleh
pengukuran. Dengan demikian, antara pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes
saling berkaitan erat satu dengan lainnya

Oleh karena itu, penulis menuangkan beberapa konsep dasar dari tes, pengukuran, penilaian,
evaluasi dan assesmen untuk memperluas wawasan serta pengetahuan mengenai definisi dari
masing-masing istilah yang memiliki kriteria, karakteristik yang berbeda namun akan saling
memiliki keterkaitan dan akan memberikan manfaat dari berbagai pihak mulai dari peserta
didik, guru serta pihak sekolah yang memiliki prioritas utama dalam memberikan hasil
penialaian yang baik pada peserta didik serta menunjang keberhasilan dalam dunia
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana konsep dari tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?

2.      Apa perbedaan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?

3.      Bagaimana keterkaitan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?

1.3 Tujuan Penulisan

1.      Memahami Konsep dari tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen

2.      Memahami perbedaan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen

3.      Menjelaskan bagaimana keterkaitan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan


assesmen
BAB II

ISI

2.1 Konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen

1.      Tes

Instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau objek.
Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara khusus. Kekhususan
tes terlihat dari bentuk soal tes yang digunakan, jenis pertanyaan, rumusan pertanyaan yang
diberikan, dan pola jawabannya harus dirancang menurut kriteia yang telah ditetapkan.
Demikian juga waktu yang disediakan untuk menjawab pertanyaan serta pengadministrasian
tes juga dirancang secara khusus. Selain itu aspek yang diteskanpun terbatas. Biasanya
meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kekhususan-kekhususan tersebut berbeda
antara satu tes dengan tes yang lain. Tes ini dapat berupa pertanyaan tertulis, wawancara,
pengamatan tenta ng unjuk kerja fisik, checklist, dan lain-lain.

Menurut Djemari (2008:67) menyatakan bahwa tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons
seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.

Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1998: 29).

Dengan demikian, tes adalah sekumpulan butir yang merupakan sampel dari populasi butir
mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, bakat dan
sebagainya dimana dalam penyelenggaraannya siswa didorong untuk memberikan
penampilan maksimalnya. Adapun bentuk tes yang digunakan dilembaga pendidikan dilihat
dari sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: a. Tes objektif, bahwa
siapa saja yang memeriksa lembaran jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Skor
tes ditentukan oleh jawaban yang diberikan oleh peserta tes. b. Tes subjektif, yaitu tes yang
penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Jawaban yang sama akan memiliki nilai yang
berbeda oleh pemberi skor yang berlainan.

2.      Pengukuran

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement)  adalah suatu


proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk  mengumpulkan informasi yang
relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.  Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi siswa
dengan membaca atau mengamati  apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa yang  mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,
mendengar,  menyentuh, mencium, dan merasakan. Pengukuran memiliki dua
karakteristik  utama yaitu:

1) penggunaan angka atau skala tertentu;

2) menurut suatu aturan  atau formula tertentu.

Pengukuran (Measurement) merupakan proses yang mendeskripsikan  performance siswa


dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka)  sedemikian rupa sehingga sifat
kualitatif dari performance siswa tersebut  dinyatakan dengan angka-angka. Pernyataan
tersebut diperkuat dengan pendapat  yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan
pemberian angka terhadap suatu  atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang,
atau suatu obyek  tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Dengan
demikian,  pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik  peserta didik tertentu.

Dengan demikian, pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain
yang dianggap sebagai patokan. Jadi, dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu
perbandingan dan patokan (standar).

3. Penilaian

Menurut Firman (2000:15), penilaian merupakan proses penentuan informasi yang  dilakukan


serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan  sebelum keputusan.
Suatu proses untuk mengambil keputusan dengan  menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar, baik  menggunakan tes dan non tes. Penilaian (assessment)
adalah penerapan berbagai  cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang  sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa
hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru)
dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh
mana pebelajar (learner) telah mengerti bahanyang telah diajarkan atau sejauh mana
tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat
pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan
nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut. Pada dasarnya, penilaian hasil belajar adalah
mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang
telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti
bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran
yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

4. Evaluasi

Evaluasi menurut Firman (2000:18) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan
melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu
keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran.

Calengosi (1995) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas
sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis
untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran
telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002:55).

Arikunto (2003:2) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang


ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.
Purwanto (2002:58) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks
tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan,
dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.

5. Assesment

Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses,
kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes).

Kumano (2001) menyatakan bahwa assesment sebagai “The process of collengting data
which shows the development of learning”.

Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis
membantu guru dalam memonitor siswa.

Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan.

Resnick (1985) menyatakan bahwa asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar
siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan
bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai
hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.

Gabel (1993:388-390) mengkategorikan asesmen kedalam dua kelompok besar, yaitu


asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Adapun asesmen yang tergolong tradisional
adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara
itu, yang tergolong kedalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian
praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman
sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), pertofolio, observasi, diskusi dan interviu
(wawancara).

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat
untuk penilaian proses belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar siswa merupakan hal
penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Oleh karena itu, asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa saja akan
tetapi juga kemajuan belajar siswa.
Karakteristik Instrumen (Assessment)

Instrumen evaluasi belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk


mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak
valid (tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil penilaian menjadi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Jika
terjadi demikian perlu ditanyakan persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah
sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen. (Arikunto, 2002)

Instrumen evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain:

1.  Validitas

Sebuah alat pengukur dikatakan valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa
yang hendak diukur secara tepat. Demikian pula dalam alat-alat evaluasi. Suatu tes dikatakan
memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar.
Beberapa macam kriteria validitas, yaitu:

a)  Validitas isi (Content validity)

pengujian jenis validitas ini dilakukan secara logis dan rasional karena itu disebut juga
rational validity atau logical validity. Batasan konten validity ini menggambarkan sejauh
mana tes mampu mengukur materi yang telah diberikan. Dengan demikian suatu tes hasil
belajar disebut memiliki validitas tinggi secara konten, bila tes tersebut sudah dapat
mengukur sampel yang representatif dari materi pelajaran yang diberikan dan perubahan-
perubahan perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa.

b) Validitas ramalan (predictive validity)

Validitas ramalan artinya ketepatan suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan tes tersebut
untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan
mempunyai validitas ramalan yang tinggi, apabila hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam
tes tersebut betul-betul meramalkan sukses tidaknya siswa dalam pelajaran-pelajaran yang
akan dating. Cara yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya validitas ramalan adalah
dengan mencari korelasi antara nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam tes tersebut dengan
nilai-nilai yang dicapai kemudian.

c) Validitas bandingan (Concurent validity)

kejituan suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat ini
secara riil. Cara yang digunakan untuk menilai validitas bandingan iangan dengan
mengkorelasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasilhasil yang dicapai
dalam tes sejenis yang telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes
standar).
d) Validitas konstruk (Constuct validity)

Yaitu ketepatan suautu tes ditinjau dari susunan tes tersebut. Misalnya kalau kita ingin
memberikan tes kecakapan ilmu pasti, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang
benar-benar akan mengukur kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa
karena soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang sulit dimengerti.

2.  Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes menunjukan atau merupakan sederajat ketetapan, keterandalan atau
kemantapan (the level of consistency) tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data (skor)
yang dicapai seseorang, apabila tes tersebut diberikan kepadanya pada kesempatan (waktu)
yang berbeda., atau dengan tes yang pararel (eukivalen) pada waktu yang sama. Atau dengan
kata lain sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan,
keajegan, atau konsisten. Artinya, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu
yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam
kelompoknya.

3.  Objektivitas

Hal ini terutama pada sistem skoringnya, apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka
obyektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan
ketetapan dalam hasil tes. Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu tes
yaitu bentuk tes dan penilaian.

4.  Praktibilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis,
mudah untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:

a.       Mudah dilaksanakannya; misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi
kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah
oleh siswa.

b.      Mudah memeriksanya artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun
pedoman skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan
jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.

c.       Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh
orang lain

5. Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama, baik untuk
memproduksinya maupun untuk melaksanakan dan mengolah hasilnya. Dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria tersebut, sewajarnya dapat dihasilkan alat tes (soal-soal)
yang berkualitas yang memenuhi syarat-syarat dibawah ini :

a) Shahih (valid), yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan,

b) Relevan, dalam arti yang diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan,

c) Spesifik, soal yang hanya dapat dijawab oleh peserta didik yang betul-betul

    belajar dengan rajin.

d) Tidak mengandung ketaksaan (tafsiran ganda). harus ada patokan; tugas ditulis

    konkret. Apa yang harus diminta; harus dijawab berapa lengkap

e) Representatif, soal mewakili materi ajar secara keseluruhan

f) Seimbang, dalam arti pokok-pokok yang penting diwakili, dan yang tidak

     penting tidak selalu perlu.

2.2 Perbedaan antara Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen


Definisi Proses Hasil

Alat ukur untuk mengukur Hasil tes atau


Tes Testing
kemampuan seseorang lembar kerja

Membandingkan
Proses untuk menentukan
Pengukura hasil tes dengan Angka atau skor
kuantitas sesuatu yang
n standar ukuran Bersifat kuantitatif
menghasilkan angka.
tertentu

Mengambil keputusan Pemberian atribut Deskripsi


Penilaian terhadap sesuatu dengan terhadap hasil
ukuran baik atau buruk. pengukuran Bersifat kualitatif

Pengambilan
Kegiatan yang meliputi dua
keputusan terhadap Keputusan atau
Evaluasi unsur yaitu pengukuran dan
hasil penilaian Justifikasi
penilaian.
lulus/tidak
Proses belajar siswa
merupakan hal
Istilah yang tepat untuk penting yang dinilai
Hasil Proses
Assesmen penilaian p roses belajar dalam asesmen,
belajar
siswa. faktor hasil belajar
juga tetap tidak
dikesampingkan

2.3 Keterkaitan Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen

Tes merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan seorang individu, kemudian dilakukan
proses untuk mengukur kemampuan individu tersebut yang disebut dengan Testing. Setelah
dilakukan testing maka menghasilkan Hasil tes atau lembar kerja. Kemudian dilakukan
Pengukuran, Pengukuran merupakan proses membandingkan hasil tes dengan standart ukuran
tertentu. Pengukuran bersifat kuantitatif karena hasil dari perbandingan menghasilkan angka
atau skor. Langkah selanjutnya adalah penilaian, penilaian merupakan proses untuk
memberikan atribut atau deskripsi tinggi atau rendah, baik atau buruk dari hasil pengukuran
yang berupa angka tersebut. Penilaian bersifat kualitatif dikarenakan hasil dari penilaian
berupa deskripsi. Kemudian evaluasi, evaluasi adalah justifikasi atau pengambilan keputusan
atas hasil penilaian, apakah individu tersebut lulus atau tidak, naik atau tidak.

BAB III

KESIMPULAN

Tes, Pengukuran, dan Evaluasi merupakan tiga istilah yang berbeda namun saling
berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan dan hubungan di antara
ketiganya, sehingga istilah tersebut sering tidak tepat penggunaannya. Evaluasi, Kegiatan
identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau
belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.
Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Pengukuran
(measurement),  Proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari
suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan nilai kuantitatif. Tes, Cara penilaian
yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam
kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat
berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa
angka).   Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan
berdasarkan informasi itu asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses
belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai
dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan. Oleh karena itu,
asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa saja akan tetapi juga
kemajuan belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.tt.Pengertian Pengukuran, Penialian dan Evaluasi.http://digilib.unila.ac.id/1040/8/BAB


%20II.pdf.  diakses pada tanggal 23 Agustus 2016

Siahaan,P.tt.Pengertian Dasar Evaluasi Penukuran Penilaian, Tes,


Assesment.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195803011980021_P
ARSAORAN_SIAHAAN/Presentasi_Kuliah/Pengertian_dasar_Evaluasi_dll-
DOMAIN_BELAJAR.pdf.  diakses pada tanggal 23 Agustus 2016

Solikan.2011.Pengukuran dan Hubungan Tes, Penilian dan


Evaluasi.http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia /PENGERTIAN DAN
HUBUN_Solikan_16692.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016

Sugiyatno.tt.Materi_Evaluasi.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-
mpd/materi-kuliah-evaluasi-bk-2.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016

Wulan,R.tt.Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Assesmen, Tes dan


Pengukuran.file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/.../pengertianasesmen.pd
f.diakses pada tanggal 23 Agustus 2016

Komentar

1.
GhifaryDF2316 September 2020 07.22

thx

BALAS
Posting Komentar
 Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Michael Elkan

GUSLIANI

KUNJUNGI PROFIL

Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
Konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi Dan Assesmen

Anda mungkin juga menyukai