Anda di halaman 1dari 128

Buku Ajar Mahasiswa

TRANSFORMATOR

Disusun
Dr. Joko, M.Pd. M.T.
Fendi Achmad, S.Pd. M.Pd.
i
Transformator

Penulis
Dr. Joko, M.Pd., M.T.
Fendi Achmad, S.Pd., M.Pd.

Editor
Dr. Euis Ismayati, M.Pd.

Penerbit
Unesa University Press

i
Transformator

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama Penulis
Dr. Joko, M.Pd. M.T
Fendi Achmad, S.Pd. M.Pd

Nama Editor
Dr. Euis Ismayati, M.Pd
-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI No. 060/JTI/97
Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015
Kampus Unesa Ketintang
Gedung C-15 Surabaya
Telp. 031 – 8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031 – 8288598
Email : unipress@unesa.ac.id

vii, 6 hal., Illus, 15.5 x 23


ISBN :

copyright © 2019 Unesa University Press

All right reserved


Hak cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun baik cetak, fotoprint, microfilm, dan sebagainya, tanpa izin
tertulis dari penerbit.

ii
KATA PENGANTAR

Transformator dalam penggunaanya di dunia ketenagalistrikan


sangat banyak, demikian di Indonesia. Dari jenis transformator
kapasitas besar dan kecil, maupun transformator pemakaian khusus
untuk pembuatannya atau mengonstruksikannya memerlukan
perencanaan yang tepat, demikian pula dalam perbaikannya bila
transformator tersebut direkonstruksi.

Materi buku ini sekedar membantu memberi pandangan untuk


pertimbangan bagi para praktisi teknik ketenagalistrikan dalam
pelaksanaan kerja perbaikan suatu transformator terutama
transformator distribusi atau transformator tenaga berkapasitas
sedang walaupun tidak menutup kemungkinan untuk transformator
yang lainnya.

Besarnya harga-harga kebesaran dalam buku ini tidak mesti


tepat sesuai pelaksanaan perencanaan dalam praktik di lapangan,
tetapi mempunyai rentang atau toleransi yang bisa dipakai sebagai
pertimbangan. Bisa dimaklumi kesulitan menentukan besarnya
nilai/harga-harga kebesaran pada waktu pada waktu pelaksanaan
perbaikan atau perencanaan transformator dikarenakan tidak
diketahuinya dengan tepat sifat-sifat lembaran besi transformator
sebagai intinya.

Hasil perhitungan dalam perencanaan pembuatan atau


perbaikan suatu transformator dapat diperhitungkan dengan nilai
lengkung-lengkung pada lampiran buku ini, dan hasil perhitungan

iii
dapat dikatakan bisa dipakai asal masih dalam rentang yang ada
dalam lengkung yang bersangkutan.

Demikian buku ini mudah-mudahan masih bisa dipergunakan


membantu pertimbangan praktisi teknik ketenagalistrikan yang
berkecimpung dalam bidang pekerjaan transformator.

Penulis

iv
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Fakultas : Fakultas Teknik


Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro
Nama Matakuliah/Bobot : Transformator/2SKS
Kode Matakuliah :
Prasyarat :
Dosen Pengampu : Dr. Joko, M.Pd., M.T.
Fendi Achmad. S.Pd. M.Pd.

Capaian Pembelajaran Perkuliahan:


1. Mahasiswa memiliki pemahaman tentang transformator 1 phasa, meliputi: pengertian transformator; prinsip kerja transformator; jenis transformator;
bagian-bagian transformator dan fungsinya; lilitan transformator dan perhitungan besaran-besarannya; karakteristik transformator (beban nol,
berbeban, pengatur, luar, dan hubung singkat); rugi-rugi, efisiensi, dan regulasi tegangan transformator; dan kerja jajar transformator
2. Mahasiswa memiliki pemahaman tentang transformator 3 phasa, meliputi: pengertian transformator; prinsip kerja transformator; jenis transformator;
bagian-bagian transformator dan fungsinya; lilitan transformator dan perhitungan besaran-besarannya; karakteristik transformator (beban nol,
berbeban, pengatur, luar, dan hubung singkat); rugi-rugi, efisiensi, dan regulasi tegangan transformator; dan kerja jajar transformator
3. Mampu memilih transformator 1 phasa dan 3 phasa sesuai karakteristik beban dan PUIL secara jujur dan bertanggungjawab
4. Mampu melakukan pemeliharaan transformator, meliputi: radiator transformator daya; transformator daya; menyaring minyak transformator daya;
memvakum minyak transformator daya; mengukur ratio kumparan transformator daya; pengubah sedapan (OLTC) trafo daya; dan sistem
pengaman/internal protection transformator daya.

Referensi:
Sumiarsih. 1995. Transformator Satu Fasa. Surabaya: Unesa University Press.
Sumiarsih. 1995. Transformator Tiga Fasa. Surabaya: Unesa University Press.
Gilbert, Kennert & Edwards Kennet R. 1978. Transformator Principles and Application. Chicago: American Technical Society.
Joko, 2014. Modul Pengujian Transformator. Surabaya: FT Teknik Elektro Unesa

iv
Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian Pendekatan/Metode/Model/ Sumber Belajar Waktu Pengalaman
Strategi Pembelajaran dan Media Belajar
1 Mampu memahami,  Mendeskripsikan  Jenis jenis  Presentasi, diskusi kelompok  Buku 1 4 x 50”  Mendiskusika
kumparan; bagian- jenis transformator transformator dan refleksi  Buku 3 n jenis jenis,
bagian transformator 1 phasa 1 phasa  Pembelajaran berbasis  PPT bagian-bagian
dan fungsinya; lilitan  Mendeskripsikan  Bagian- masalah (PBL)  Kumparan dan
lilitan dan perhitungan bagian-bagian jenis bagian jenis transformator fungsinya,
besaran-besarannya transformator 1 transformator 1 phasa dan lilitan
pada transformator 1 phasa fungsinya 1 phasa dan  Transformator 1 perhitungan
phasa  Menjelaskan fungsinya, phasa besaran-
prinsip kerja jenis  Jenis llilitan  Permasalahan besaran
transformator 1 dan tentang lilitan transformator
phasa perhitungan transformator 1 phasa buku
 Menjelaskan jenis besaran- 1 phasa sumber 1 dan
lilitan jenis besarannya  Modul 3
transformator 1  Melakukan
phasa besaran- perhitungan
besarannya lilitan
 Melakukan transformator
perhitungan lilitan berdasarkan
transformator 1 permasalahan
phasa dan yang
gambarnya diberikan
buku sumber
1dan 3
2-3 Mampu menganalisis  Membedakan  Polaritas  Presentasi, diskusi kelompok  Buku 1 4 x 50” Menguji
karakteristik polaritas transformator dan refleksi  Buku 3 polaritas dan
transformator 1 phasa transformator 1 1 phasa  PPT karakteristik
(polaritas, beban nol, phasa  Karakteristik  Modul transformator 1

v
berbeban, hubung  Menjelaskan transformator  Transformator 1 phasa sumber
singkat) karakteristik 1 phasa phasa 1, dan 3
transformator 1
phasa

4 Mampu memahami  Menjelaskan rugi-  Rugi-rugi  Presentasi,  Buku 1 4 x 50” Mendiskusika


rugi-rugi, efisiensi, rugi pada pada  diskusi kelompok dan  Buku 3 dan mengitun
dan regulasi tegangan transformator transformator  refleksi  PPT rugi-rugi,
transformator 1 phasa 1 phasa 1 phasa  Modul efisiensi,
 Menjelaskan  Efisiensi regulasi
efisiensi transformator tegangan
transformator 1 1 phasa transformator
phasa  Regulasi 1 phasa
 Menjelaskan tegangan
regulasi tegangan transformator
transformator 1 phasa
1 phasa
 Menghitung
efisiensi dan
regulasi tegangan
pada transformator
1 phasa
5 Mampu memahami  Menjelaskan syarat  Syarat kerja  Presentasi,  Buku 1 4 x 50” Mendiskusika
kerja jajar kerja jajar jajar  diskusi kelompok dan  Buku 3 syarat &
transformator 1 phasa transformator 1 transformator  refleksi  PPT menghubung
phasa 1 phasa  Modul n jajar
 cara  menghubungk  Transformator 1 transformator
menghubungkan an kerja jajar phasa phasa
jajar transformator transformator
1 phasa 1 phasa
6 Mampu melakukan  memilih  Tugas/  PBL Buku 1 4 x 50” Menyelesaika

vi
perancangan dan transformator 1 Permasalahan Buku 3 permasalahan
memilih transformator phasa sesuai memilih Modul yang diberikan
1 phasa sesuai karakteristik beban transformator Transformator dan memilih
karakteristik beban dan dan PUIL 2000 1 phasa sesuai transformator 1
PUIL secara jujur dan secara jujur dan karakteristik phasa sesuai
bertanggungjawab bertanggungjawab beban dengan
 Mampu memilih  Tugas karakteristik
transformator 1 memilih beban dan
phasa C sesuai transformator PUIL dengan
karakteristik beban 1 phasa sesuai jujur dan
dan PUIL 2000 karakteristik bertanggungjaw
secara jujur dan beban ab buku
bertanggungjawab sumber 1 & 3
7 Mampu memahami  Mendeskripsikan  Jenis jenis  Presentasi, diskusi kelompok  Buku 2 4 x 50”  Mendiskusika
kumparan; bagian- jenis transformator transformator dan refleksi  Buku 3 n jenis jenis,
bagian transformator 3 phasa 3 phasa  Pembelajaran berbasis  PPT bagian-bagian
dan fungsinya; lilitan  Mendeskripsikan  Bagian- masalah (PBL)  Kumparan dan
lilitan dan perhitungan bagian-bagian jenis bagian jenis transformator fungsinya,
besaran-besarannya transformator 3 transformator 3 phasa dan lilitan
pada transformator phasa fungsinya 3 phasa dan  Transformator 3 perhitungan
3 phasa  Menjelaskan fungsinya, phasa besaran-
prinsip kerja jenis  Jenis llilitan  Permasalahan besaran
transformator 3 dan tentang lilitan transformator
phasa perhitungan transformator 3 phasa buku
 Menjelaskan jenis besaran- 3 phasa sumber 1 dan
lilitan jenis besarannya 3
transformator 3  Melakukan
phasa besaran- perhitungan
besarannya lilitan
 Melakukan transformator
perhitungan lilitan berdasarkan
transformator 3 permasalahan

vii
phasa dan yang
gambarnya diberikan
buku sumbe
2dan 3
8 UTS
9-10 Mampu munguji  Membedakan  Polaritas  Presentasi, diskusi kelompok  Buku 2 4 x 50” Mendiskusika
polaritas dan polaritas transformator dan refleksi  Buku 3 dan menguji
karakteristik transformator 3 3 phasa  PPT polaritas &
transformator 3 phasa phasa  Karakteristik  Modul karakteristik
 Menjelaskan transformator transformator
karakteristik beban 3 phasa phasa sumber
nol transformator 3 buku 2 dan 3
phasa
 Menjelaskan
karakteristik
berbeban
transformator 3
phasa
 Menjelaskan
karakteristik
hubung singkat
11 Mampu memahami  Menjelaskan rugi-  Rugi-rugi  Presentasi,  Buku 2 4 x 50” Mendiskusika
rugi-rugi, efisiensi rugi pada pada  diskusi kelompok dan  Buku 3 dan mengitun
generator, dan regulasi transformator transformator  refleksi  PPT rugi-rugi,
tegangan transformator 3 phasa 3 phasa  Modul efisiensi,
3 phasa  Menjelaskan  Efisiensi regulasi
efisiensi transformator tegangan
transformator 3 3 phasa transformator
phasa  Regulasi phasa sumber
 Menjelaskan tegangan buku 2 d
regulasi tegangan transformator 3

viii
transformator 3 phasa
3 phasa
 Menghitung
efisiensi dan
regulasi tegangan
pada transformator
3 phasa
12 Melakukan syarat kerja  Menjelaskan syarat  Syarat kerja  Presentasi,  Buku 1 4 x 50” Mendiskusikan
jajar transformator 3 kerja jajar jajar  diskusi kelompok dan  Buku 3 syarat & cara
phasa transformator 3 transformator  refleksi  PPT serta
phasa 3 phasa  Modul menghubungka
 Menjelaskan cara  Cara  transformator n jajar
menghubungkan menghubungk transformator 3
jajar transformator an kerja jajar phasa
3 phasa transformator sumber buku 2
3 phasa dan 3
13 Mampu memilih  Memilih  Tugas  PBL Buku 1 4 x 50” Menyelesaikan
transformator 3 phasa transformator 3 memilih Buku 3 permasalahan
sesuai karakteristik phasa C sesuai transformator Modul yang diberikan
beban dan PUIL secara karakteristik beban 3 phasa sesuai Transformator dan memilih
jujur dan dan PUIL 2000 karakteristik transformator 3
bertanggungjawab secara jujur dan beban phasa sesuai
bertanggungjawab dengan
karakteristik
beban dan
PUIL dengan
jujur dan
bertanggungjaw
ab buku
sumber 2 & 3
14-15 Mampu memahami  Menjelaskan dan Pemeliharaan  Presentasi,  Buku 2 4 x 50” Menyelesaika
pemeliharaan memahami transformator  diskusi kelompok dan  Buku 3 n

ix
transformator 3 phasa transformator 3 daya  refleksi  PPT permasalaha
phasa  Modul yang
diberikan da
memelihara
transformat
3 phasa
sesuai deng
karakteristik
beban dan
PUIL denga
jujur dan
bertanggung
wab buku
sumber 2 &
16 UAS

Kisi-Kisi Penilaian

x
Penilaian
No Indikator Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
1  Mendeskripsikan jenis transformator 1 Tes tulis Essay Lembar 01 Butir no 1 skor maks. 20
phasa terdiri dari 5 butir Butir no 2 skor maks. 20
 Mendeskripsikan bagian-bagian jenis soal (Terlampir) Butir no 3 skor maks. 20
transformator 1 phasa fungsinya Butir no 4 skor maks. 20
 Menjelaskan prinsip kerja jenis Butir no 5 skor maks. 20
transformator 1 phasa
 Menjelaskan jenis lilitan jenis Skor total maks. 100
transformator 1 phasa besaran-
besarannya Skor 100 jika jawaban benar, terstruktur,
 Melakukan perhitungan lilitan ringkas, dan ada gambar
transformator 1 phasa dan gambarnya Skor 80 jika jawaban benar, terstruktur, ringkas,
dan tidak ada gambar
Skor 60 jika jawaban benar, terstruktur, tidak
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 40 jika jawaban benar, tidak terstruktur,
tidak ringkas, dan tdk ada gambar
Skor 20 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab salah
2  Membedakan polaritas transformator 1 Tes kinerja pengamatan Lembar Butir no 1 skor maks. 25
phasa pengamatan praktik Butir no 2 skor maks. 25
 Menjelaskan karakteristik beban nol 02 Butir no 3 skor maks. 25
transformator 1 phasa terdiri dari 4 butir Butir no 4 skor maks. 25
 Menjelaskan karakteristik berbeban soal (Terlampir) Skor total maks. 100
transformator 1 phasa
 Menjelaskan karakteristik hubung singkat Skor 10 jika jawaban benar, tersetruktur,
transformator 1 phasa ringkas, dan ada gambar
 Menguji polaritas transformator 1 phasa Skor 8 jika jawaban benar, tersetruktur, ringkas,
dan tidak ada gambar
Skor 6 jika jawaban benar, tersetruktur, tidak
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 4 jika dijawab kurang benar
xi
Skor 0 jika dijawab dengan salah
Skor kinerja (terlampir)
3  Mendeskripsikan syarat kerja jajar Tes tulis dan tes Essay dan Lembar Butir no 1 skor maks. 10
transformator 1 phasa kinerja pengamatan pengamatan praktik Butir no 2 skor maks. 10
 Melakukan kerja jajar transformator 1 03 Butir no 3 skor maks. 10
phasa fungsinya terdiri dari 5 butir Butir no 4 skor maks 10
 Menguju kerja jajar transformator 1 soal (Terlampir) Butir no 5 tes kinerja 60
phasa Skor total maks. 100

Skor 10 jika jawaban benar, tersetrukt


ringkas, dan ada gambar
Skor 8 jika jawaban benar, tersetruktur, ringk
dan tidak ada gambar
Skor 6 jika jawaban benar, tersetruktur, tid
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 4 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab dengan salah
Skor kinerja (terlampir)

4  Menjelaskan rugi-rugi pada transformator Tes tulis dan tes Essay dan Lembar Butir no 1 skor maks. 10
1 phasa kinerja pengamatan pengamatan praktik Butir no 2 skor maks. 10
 Menjelaskan efisiensi transformator 1 04 Butir no 3 skor maks. 10
phasa Dan 4 butir soal Butir no 4 skor maks 10
 Menjelaskan regulasi tegangan (Terlampir) Butir no 5 tes kinerja 60
transformator 1 phasa Skor total maks. 100
 Menghitung efisiensi dan regulasi
tegangan pada transformator 1 phasa Skor 10 jika jawaban benar, tersetrukt
ringkas, dan ada gambar
Skor 8 jika jawaban benar, tersetruktur, ringk
dan tidak ada gambar
Skor 6 jika jawaban benar, tersetruktur, tid

xii
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 4 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab dengan salah
Skor kinerja (terlampir)
5  Menjelaskan syarat kerja jajar Tes tulis dan tes Essay dan Lembar 05 Butir no 1 skor maks. 10
transformator 1 phasa kinerja pengamatan terdiri dari 4 butir Butir no 2 skor maks. 10
 Menjelaskan cara menghubungkan jajar soal (Terlampir) Butir no 3 skor maks. 10
transformator 1 phasa Butir no 4 skor maks 10
Butir no 5 tes kinerja 60
Skor total maks. 100

Skor 10 jika jawaban benar, tersetruktur,


ringkas, dan ada gambar
Skor 8 jika jawaban benar, tersetruktur, ringkas,
dan tidak ada gambar
Skor 6 jika jawaban benar, tersetruktur, tidak
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 4 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab dengan salah
Skor kinerja (terlampir)
6  Merancang transformator 1 phasa sesuai Penyelesaian masalah Makalah Lembar 06 Item no 1 skor maks. 50
karakteristik beban dan PUIL 2000 secara terdiri dari 2 butir Item no 2 skor maks. 50
jujur dan bertanggungjawab soal (Terlampir) Skor total maks. 100
 Dapat memilih transformator 1 phasa C
sesuai karakteristik beban dan PUIL 2000 Skor 50 jika berisi judul, rumusan masalah,
secara jujur dan bertanggungjawab kajian teori, data, analisis, dan kesimpulan
Skor 40 jika berisi judul, rumusan masalah,
kajian teori, data, dan analisis
Skor 30 jika berisi judul, rumusan masalah,
kajian teori, dan data
Skor 20 jika berisi judul, rumusan masalah, dan
kajian teori
Skor 10 jika berisi judul dan rumusan masalah
xiii
Skor 0 jika berisi judul
7  Mendeskripsikan jenis transformator 3 Tes tulis Essay Lembar 07 Butir no 1 skor maks. 20
phasa terdiri dari 5 butir Butir no 2 skor maks. 20
 Mendeskripsikan bagian-bagian jenis saol (Terlampir) Butir no 3 skor maks. 20
transformator 3 phasa fungsinya Butir no 4 skor maks. 20
 Menjelaskan prinsip kerja jenis Butir no 5 skor maks. 20
transformator 3 phasa Skor total maks. 100
 Menjelaskan jenis lilitan jenis
transformator 3 phasa besaran- Skor 20 jika jawaban benar, tersetrukt
besarannya ringkas, dan ada gambar
 Melakukan perhitungan lilitan Skor 15 jika jawaban benar, tersetrukt
transformator 3 phasa dan gambarnya ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 10 jika jawaban benar, tersetruktur, tid
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 5 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab dengan salah
8  Membedakan polaritas transformator 3 Tes tulis dan tes Essay dan Lembar Butir no 1 skor maks. 10
phasa kinerja pengamatan pengamatan praktik Butir no 2 skor maks. 10
 Menjelaskan karakteristik beban nol 08 Butir no 3 skor maks. 10
transformator 3 phasa dan 4 butir soal Butir no 4 skor maks 10
 Menjelaskan karakteristik berbeban (Terlampir) Butir no 5 tes kinerja 60
transformator 3 phasa Skor total maks. 100
 Menjelaskan karakteristik hubung singkat
Skor 10 jika jawaban benar, tersetrukt
ringkas, dan ada gambar
Skor 8 jika jawaban benar, tersetruktur, ringk
dan tidak ada gambar
Skor 6 jika jawaban benar, tersetruktur, tid
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 4 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab dengan salah

xiv
Skor kinerja (terlampir)
9  Menjelaskan rugi-rugi pada transformator Tes tulis dan tes Essay dan Lembar Butir no 1 skor maks. 10
3 phasa kinerja pengamatan pengamatan praktik Butir no 2 skor maks. 10
 Menjelaskan efisiensi transformator 3 09 Butir no 3 skor maks. 10
phasa terdiri dari 4 butir Butir no 4 skor maks 10
 Menjelaskan regulasi tegangan (Terlampir) Butir no 5 tes kinerja 60
transformator 3 phasa Skor total maks. 100
 Menghitung efisiensi dan regulasi
tegangan pada transformator 3 phasa Skor 10 jika jawaban benar, tersetruktur,
ringkas, dan ada gambar
Skor 8 jika jawaban benar, tersetruktur, ringkas,
dan tidak ada gambar
Skor 6 jika jawaban benar, tersetruktur, tidak
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 4 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab dengan salah
Skor kinerja (terlampir)
10  Menjelaskan syarat kerja jajar Tes tulis Essay Lembar 10 Butir no 1 skor maks. 50
transformator 3 phasa terdiri dari 2 butir Butir no 2 skor maks. 50
 Menjelaskan cara menghubungkan jajar (Terlampir) Skor total maks. 100
transformator 3 phasa
Skor 50 jika jawaban benar, terstruktur,
ringkas, dan ada gambar
Skor 40 jika jawaban benar, terstruktur, ringkas,
dan tidak ada gambar
Skor 30 jika jawaban benar, terstruktur, tidak
ringkas, dan tidak ada gambar
Skor 20 jika jawaban benar, tidak terstruktur,
tidak ringkas, dan tdk ada gambar
Skor 10 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab salah
11  Memilih transformator 3 phasa sesuai Penyelesaian Rancangan Lembar 11 Makalah 1 skor maks. 50
karakteristik beban dan PUIL 2000 secara permasalahan Makalah kelompok makalah dengan Makalah 2 skor maks 50
xv
jujur dan bertanggungjawab 2 judul Skor total maks. 100
 Memilih transformator 3 phasa C sesuai
karakteristik beban dan PUIL 2000 secara Skor 50 jika berisi judul, rumusan masal
jujur dan bertanggungjawab kajian teori, data, analisis, dan kesimpulan
Skor 40 jika berisi judul, rumusan masal
kajian teori, data, dan analisis
Skor 30 jika berisi judul, rumusan masal
kajian teori, dan data
Skor 20 jika berisi judul, rumusan masalah, d
kajian teori
Skor 10 jika berisi judul dan rumusan masalah
Skor 0 jika berisi judul

12  Menjelaskan cara memasang radiator Tes tulis dan tes Essay dan Lembar Butir no 1 skor maks. 4
transformator daya kinerja pengamatan pengamatan praktik Butir no 2 skor maks. 4
 Menjelaskan cara pemeliharaan 10 Butir no 3 skor maks. 4
transformator daya terdiri dari 10 butir Butir no 4 skor maks. 4
 Menjelaskan cara menyaring minyak (Terlampir) Butir no 5 skor maks. 4
transformator daya Butir no 6 skor maks. 4
 Menjelaskan cara memvakum minyak Butir no 7 skor maks. 4
transformator daya Butir no 7 skor maks. 4
 Menjelaskan cara mengukur ratio Butir no 9 skor maks. 4
kumparan transformator daya Butir no 10 skor maks. 4
 Menjelaskan cara memelihara pengubah Butir no 5 tes kinerja 60
sedapan (OLTC) trafo daya Skor total maks. 100
 Menjelaskan cara memelihara sistem
pengaman/internal protection Skor 4 jika jawaban benar, tersetruktur, ringk
transformator daya dan ada gambar
 Menjelaskan cara memasang tap changer Skor 3 jika jawaban benar, tersetruktur, ringk
transformator daya dan tidak ada gambar
Skor 2 jika jawaban benar, tersetruktur, tid
ringkas, dan tidak ada gambar
xvi
Skor 1 jika jawaban kurang benar
Skor 0 jika dijawab dengan salah
Skor kinerja (terlampir)

xvii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)...........................................iv

DAFTAR ISI...................................................................................................xviii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xxi

DAFTAR TABEL............................................................................................. xxii

BAB I TEORI TRANSFORMATOR....................................................................1

A. Pendahuluan.............................................................................................1

1. Deskripsi Singkat...................................................................................1

2. Tujuan Pembelajaran.............................................................................1

B. Materi......................................................................................................... 1

1. Umum..................................................................................................... 1

2. Transformator Tenaga...........................................................................3

3. Transformator Distribusi........................................................................4

4. Teori Transformator...............................................................................5

5. Inti Transformator..................................................................................6

6. Kontruksi Inti Transformator..................................................................7

7. Rangkuman............................................................................................ 9

C. Perlatihan.................................................................................................12

D. Daftar Bacaan..........................................................................................13

BAB II OUTPUT BELITAN TRANSFORMATOR............................................14

A. Pendahuluan........................................................................................... 14

1. Deskripsi singkat..................................................................................14

2. Tujuan Pembelajaran...........................................................................14

xviii
B. Materi....................................................................................................... 15

1. Umum................................................................................................... 15

2. Koefisien Nilai Transformator..............................................................16

3. Faktor Ruang Transformator...............................................................18

4. Menentukan Bentuk dan Ukuran Inti Transformator........................19

5. Mempersiapkan Kumparan Transformator.........................................23

6. Besar Arus Penguat Kemagnitan........................................................25

7. Regulasi Tegangan Transformator.....................................................28

8. Rendemen (Efisiensi Transformator)..................................................29

9. Panas Kerja Transformator.................................................................31

10.Rangkuman.........................................................................................34

C. Perlatihan................................................................................................ 37

D. Daftar Bacaan.........................................................................................38

BAB III MENGKONTRUKSI SUATU TRANSFORMATOR............................39

A. Pendahuluan...........................................................................................39

1. Deskripsi singkat.................................................................................39

2. Tujuan Pembelajaran..........................................................................39

B. Materi...................................................................................................... 40

1. Umum.................................................................................................. 40

2. Merencanakan Kontruksi Inti Transformator.......................................41

3. Merencanakan Belitan Transformator................................................43

4. Menghitung Kerugian Pada Transformator.......................................46

5. Rendemen Transformator Beban Penuh............................................49

6. Menghitung Tahanan Belitan.............................................................50

7. Kararteristik Transformator Tiga Fasa................................................50

8. Belitan Kumparan TransformatorTiga Fasa.......................................53

xix
9. Sistem Helical dan Modifikasinya.......................................................54

10.Belitan Kontinyu...................................................................................55

11.Belitan Sandwich/Pancake..................................................................56

12.Rangkuman.........................................................................................58

C. Perlatihan................................................................................................. 61

D. Daftar Bacaan.........................................................................................62

BAB IV PENGGOLONGAN RANGKAIAN TRANSFORMATOR...................63

A. Pendahuluan...........................................................................................63

1. Deskripsi singkat.................................................................................63

2. Tujuan Pembelajaran..........................................................................63

B. Materi...................................................................................................... 64

1. Umum.................................................................................................. 64

2. Transformator Satu Fasa....................................................................64

3. Transformator Tiga Fasa.....................................................................66

4. Dasar Teori Menentukan Arah Tegangan Induksi Transformator.....68

5. Rangkuman.........................................................................................80

C. Perlatihan................................................................................................ 82

D. Daftar Bacaan.........................................................................................83

Kunci Jawaban.................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 92

LAMPIRAN........................................................................................................ 93

GLOSARIUM....................................................................................................96

INDEKS............................................................................................................ 101

xx
DAFTAR GAMBAR

xxi
DAFTAR TABEL

xxii
BAB I
TEORI TRANSFORMATOR

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Pada Bab I dibahas tentang materi umum, transformator
tenaga, tansformator distribusi, teori dasar transformator, inti
transformator, dan kontruksi inti transformator.
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran materi transformator pada
buku ajar mahasiswa (BAM) ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan tentang transformator tenaga, transformator
distribusi, dan teori dasar transformator
b. Menganalisis tentang transformator tenaga, transformator
distribusi, dan teori dasar transformator
c. Menjelaskan tentang inti transformator dan kontruksi inti
transformator
d. Menganalisis tentang inti transformator dan kontruksi inti
transformator

B. Materi
1. Umum

Pada umumnya dalam teknik listrik transformator termasuk dari


bagian mesin-mesin listrik. Bedanya transformator ini termasuk mesin
listrik yang tidak berputar (diam). Transformator dari kata transformasi
maksudnya suatu alat yang fungsinya memindahkan atau mengalihkan
sesuatu kebesaran listrik dari bagian satu kebagian lain dari transformator
itu juga. Transformator pada garis besar mempunyai dua sisi bagian, ialah

1
sisi bagian input (primer) dan sisi bagian output (sekunder).
Transformator hanya khusus bekerja dengan listrik arus bolak-balik, atau
listrik yang mempunyai frekuensi atau berfrekuensi, jadi sama sekali tidak
dengan arus searah.

Ada istilah nama transformator yang berhubungan dengan


pengalihan kebesaran listrik dari input (primer) ke output (sekunder),
misal yang dikatakan transformator step up, ini kebesaran tegangan input
dialihkan ke tegangan output lebih tinggi, jadi tegangan yang rendah
menjadi tegangan yang tinggi pada sekunder. Bila ini sebaliknya maka
transformator dinamakan dengan istilah step down.

Pengalihan kebesaran listrik ini tidak disertai dengan pengalihan


kebesaran frekuensi listriknya, jadi transformator tidak bisa merubah
frekuensi yang bekerja pada transformator bersangkutan. Dalam praktik di
lapangan, beberapa praktisi menyebut dalam banyak nama transformator
seperti:

a. Transformator step up dan step down seperti diatas

b. Transformator tegangan, ini artinya fungsi transformator itu sebagai


pengubah tegangan listrik.

c. Transformator arus, ini artinya fungsi transformator itu sebagai


pengubah arus listrik.

d. Transformator tenaga, ini artinya fungsi transformator itu sebagai


pengubah tegangan dan arus listrik.

e. Transformator satu fasa ini artinya sisi input (primer) maupun


sekunder di hubungkan dengan dua penghantar (satu penghantar
fasa, satu penghantar nol).

f. Transformator tiga fasa, ini artinya input (primer) maupun output


(sekunder) dihubungkan dengan tiga penghantar semua fasa.

2
Prinsip dasar dari suatu transformator adalah induksi bersama
(mutual induction) antara dua buah rangkian terpisah, yang diantara
keduanya dihubungkan dengan suatu fluksi magnet (magnetic flux).
Transformator satu fasa yang sederhana terdiri dari dari dua buah belitan
induktif yang secara listrik terpisah, tetapi secara magnetis dihubungkan
dengan suatu medan magnet yang melingkupi keduanya (magnetic
linked).

Apabila salah satu belitan dihubungkan dengan sumber tegangan


bolak-balik (AC), maka suatu fluksi magnet yang bolak-balik juga akan
terdapat pada belitan tersebut. Dan fluksi magnet tersebut akan
melingkupi belitan yang lain, yang kemudian akan menghasilkan induksi
bersama antar kedua belitan tersebut. Sesuai dengan Hukum Faraday.

Pada buku ajar mahasiswa (BAM) ini akan dijelaskan transformator tipe
pada umumnya yang dapat dibedakan:

a. Transformator tenaga

b. Transformator distribusi

2. Transformator Tenaga

Transformator tenaga ini sangat luas dipergunakan dalam sistem


ketenagalistrikkan, tetapi yang lebih menjurus dapat dijelaskannya bila
kita tahu penggunaannya. Transformator tenaga banyak dipergunakan
pada pusat pemangkit listrik yang menggunakan generator atau subtantion
trafo pada daerah/lokasi tertentu. Transformator ini dirancang untuk
rendemen yang maksimum pada beban penuh dan hubungan jajar antar
transformator. Berikut adalah contoh transformator tenaga ditunjukkan
pada Gambar 1.1.

3
Gambar 1.1 Transformator Tenaga

3. Transformator Distribusi

Pada transformator distribusi ini biasanya dibuat untuk


pendinginan sendiri (sistem pendinginan tanpa teknologi bantuan), bisa
dengan udara atau minyak. Transformator ini biasanya selama dalam
rangkaian tertutup, apakah sisi sekundernya berbeban atau tidak, dan rugi
besi relatif kecil daripada rugi tembaga pada beban penuh yang tidak
seperti trensformator tenaga. Transformator ini dirancang rendemen
harian yang bagus dan tidak untuk rendemen yang tinggi pada beban
penuh. Contoh transformator distribusi ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Transformator Distribusi

4
4. Teori Transformator

Bila dua set kumparan yang disebut dengan kumparan primer dan
sekunder dalam satu rangkaian kemagnitan bangkit secara bersamaan
maka garis-garis gaya magnit pada inti berlaminasi, bila kumparan primer
disambung pada tegangan arus bolak balik, maka pada kumparan sekunder
akan membangkitkan tegangan bolak balik. Rugi tegangan I.R pada sisi
primer dianggap tidak ada atau kecil sekali, tegangan gaya listrik pada sisi
primer tidak terpengaruh oleh rugi tegangan I.R di atas.

Oleh karena itu kumparan pada sisi primer dihubungkan pada


sumber listrik arus bolak-balik, maka akan membangkitkan garis-garis
gaya magnit pada inti garis-garis gaya arus bolak balik juga. Besarnya
garis-garis gaya magnit (ϕ) dalam maxwel dua kali dari nol sampai
maksimum dan dua kali dari maksimum sampai nol lagi dalam satu
periode per detik.

Jadi pada frekuensi bolak-balik tertentu besarnya garis-garis gaya


magnit berubah 4.Φ.f, dan besarnya tegangan gaya listrik (Eggl) pada sisi
primer bila kumparan primer memunyai Np belitan, Eggl rata-rata dapat
ditulis menggunakan persamaan sebagai berikut.

……………………………………………………………………(1.1)

Oleh karena garis-garis gaya magnit dalam transformator berubah


ke dalam bentuk sinus, maka ketentuan di atas perlu dikalikan suatu faktor
yang besarnya dirumuskan sebagai berikut.

……………………………………………………………………(1.2)
Jadi tegangan (Ep) diatas menjadi persamaan sebagai berikut

…………………………………………………………………….(1.3)

…………………………………………………………………….(1.4)

5
Identik di atas, pada sisi sekunder dapat ditulis persamaan berikut.

……………………………………………………………………..(1.5)

Tanpa memperhitungkan rugi tegangan I.R pada kumparan primer


dan kumparan sekunder pada transformator yang tidak berarus maka:

Ep = Besarnya tegangan primer yang masuk pada kumparan primer


(tegangan jaring)
Es = Besarnya tegangan sekunder (tegangan klem)
Np = Jumlah belitan primer
Ns = Jumlah belitan sekunder
Sehingga dapat disimpulkan suatu persamaan sebagai berikut. .
……………………………………………………………………………….(1.6)

Bila pada sisi sekunder berarus atau diberi beban, maka rugi I.R
pada primer maupun sekunder harus diperhitungkan. Besarnya nilai R ini
tergantung dari banyaknya belitan kumparan primer maupun sekunder.
Maka penentu pada transformator yang berbeban disebut amper belitan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat persamaan untuk arus primer Ip
dan arus sekunder Is sebagai berikut.

Ip. Np = Ip.Is ……………………………………………………..……………….(1.7)

5. Inti Transformator
Pada inti transformator, lembaran inti transformator terbuat dari
bahan baja atau besi dengan campuran silikon tertentu agar rugi besi
karena arus pusar mempunyai nilai kecil. Tambahan unsur campuran
bahan silikon ini menyebabkan tahanan listriknya naik, makin banyak
silikon dalam paduan ini, makin berkurang berat jenisnya dan sifat
mekanisnya menjadi kurang baik. Bahan lembaran inti transformator yang
dipadu dengan silikon ini menjadi rapuh dan dingin.

6
Lembaran inti transformator mengandung unsur silikon kurang
dari 4% dengan ketebalan 0,1 mm sampai 1 mm, sehingga semakin tipis
leembaran inti transformator ini biasanya dipakai pada frekuensi tinggi.
Lembaran inti transformator ini idealnya mempunyai ukuran (2x1) m, (1,5
x 0,75) m dengan berbagai ukuran tebal dalam milimeter. inti
transformator ditunjukkan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Inti Transformator

6. Kontruksi Inti Transformator


Pada transformator, mengkontruksi inti transformator umumnya
dilakukan dengan cara laminasi, walaupun umumnya dikontruksi dengan
berlaminasi, kontruksi inti transformator hanya digolongkan dua tipe,
yaitu:
a. Kontruksi inti transformator tipe batang
b. Kontruksi inti transformator tipe shell
Alasan dua tipe ini masing-masing dikarenakan dari besaran listrik yang
akan ditransformasikan.
a. Kontruksi Inti Transformator Tipe Batang

Tipe inti transformator ini mungkin untuk transformator yang bisa


dipakai berbagai besaran listrik. Antara belitan primer dan sekunder
diletakkan pada satu batang (kaki), sedangkan pengisolasian antara
belitan primer dan sekunder perlu perhatian tertentu, terutama pada
transformator kapasitas yang besar dan tegangan yang tinggi. Model
inti transformator tipe batang ditunjukkan Gambar 1.4.

7
Gambar 1.4 Inti Transformator Tipe Batang

Kontruksi transformator inti tipe batang ini memungkinkan


transformator tiga fasa, sedangkan batang inti sebagai kaki dan
disusun mendekati bentuk lingkaran sehingga memudahkan untuk
mengkontruksi kumparan primer maupun sekundernya, sehingga
sudut-sudut tajam pada inti tidak memungkinkan untuk melukai
isolasi kumparan.

b. Kontruksi Inti Transformator Tipe Shell

Transformator dengan inti tipe ini dimaksud dapat mengurangi


tahanan kemagnitan, sehingga rangkaian inti diperpendek dan
lembaran inti transformatornya dipilih dengan ketebalan yang tepat.
Kontruksi inti tipe ini hanya tepat untuk transformator satu fasa dan
kapasitasnya terbatas. Model inti transformator tipe shell ditunjukkan
Gambar 1.5.

8
Gambar 1.5 Inti Transformator Tipe Shell

Seperti dua contoh diatas adalah tipe mengkontruksi inti


transformator, sedangkan kontruksi transformator juga ada yang
menggunakan istrilah bentuk inti transformator. Misalnya bentuk C
teropong, bentuk E.I, bentuk spiral dan lain-lain. Tetapi bentuk-bentuk
diatas tidak meninggalkan dua tipe inti transformator diatas, dan
bentuk-bentuk diatas tergantung tujuan dari penggunaan
transformator tersebut dan tujuan dari penggunaan diatas agar dicapai
efesiensi produk dan pemakaian yang besar.

7. Rangkuman
a. Dalam teknik listrik transformator termasuk dari bagian mesin-mesin
listrik. Bedanya transformator ini termasuk mesin listrik yang tidak
berputar (diam).
b. Transformator dari kata transformasi adalah suatu alat yang fungsinya
memindahkan atau mengalihkan sesuatu kebesaran listrik dari bagian
satu kebagian lain dari transformator itu juga.
c. Transformator pada garis besar mempunyai dua sisi bagian, ialah sisi
bagian input (primer) dan sisi bagian output (sekunder).
Transformator hanya khusus bekerja dengan listrik arus bolak-balik,
atau listrik yang mempunyai frekuensi atau berfrekuensi, jadi sama
sekali tidak dengan arus searah.

9
d. Dalam praktik di lapangan, beberapa praktisi menyebut dalam
banyak nama transformator seperti: (1) Transformator step up
dan step down seperti diatas; (2) Transformator tegangan, ini
artinya fungsi transformator itu sebagai pengubah tegangan
listrik; (3) Transformator arus, ini artinya fungsi transformator
itu sebagai pengubah arus listrik; (4) Transformator tenaga, ini
artinya fungsi transformator itu sebagai pengubah tegangan dan
arus listrik; (5) Transformator satu fasa ini artinya sisi input
(primer) maupun sekunder di hubungkan dengan dua penghantar
(satu penghantar fasa, satu penghantar nol; (6) Transformator
tiga fasa, ini artinya input (primer) maupun output (sekunder)
dihubungkan dengan tiga penghantar semua fasa.
e. Prinsip dasar dari suatu transformator adalah induksi bersama
(mutual induction) antara dua buah rangkaian terpisah, yang
diantara keduanya dihubungkan dengan suatu fluksi magnet
(magnetic flux).
f. Transformator tenaga banyak dipergunakan pada pusat
pemangkit listrik yang menggunakan generator atau subtantion
trafo pada daerah/lokasi tertentu. Transformator ini dirancang
untuk rendemen yang maksimum pada beban penuh dan
hubungan jajar antar transformator
g. Pada transformator distribusi ini biasanya dibuat untuk
pendinginan sendiri (sistem pendinginan tanpa teknologi
bantuan), bisa dengan udara atau minyak.
h. Kontruksi transformator inti tipe batang ini memungkinkan
transformator tiga fasa, sedangkan batang inti sebagai kaki dan
disusun mendekati bentuk lingkaran sehingga memudahkan
untuk mengkontruksi kumparan primer maupun sekundernya,
sehingga sudut-sudut tajam pada inti tidak memungkinkan untuk
melukai isolasi kumparan.
i. Transformator dengan inti tipe ini dimaksud dapat mengurangi
tahanan kemagnitan, sehingga rangkaian inti diperpendek dan

10
lembaran inti transformatornya dipilih dengan ketebalan yang
tepat. Kontruksi inti tipe ini hanya tepat untuk transformator satu
fasa dan kapasitasnya terbatas.

11
C. Perlatihan
1. Jelaskan pengertian tentang transformator!
2. Sebutkan bagian-bagian dari transformator!
3. Deskripsikan prinsip dasar dari suatu transformator!
4. Jelaskan pengertian dari transformator tenaga
5. Jelaskan pengertian dari transformator distribusi
6. Deskripsikan perbedaan antara transformator tenaga dan
transformator distribusi

D. Daftar Bacaan

12
Kadir, Abdul. (1979). Transformator. Jakarta: Pradnya Paramita.

Still, A. and Siskind, CS. (1954). Elements Of Electrical Machine


Design, Mc.graw-Hill Book Company. New York Toronto London:
NC.

Stigant, S.Austen, Franklin, A.C. (1998). Transformer Book 13th


Edition. A Practical Technology of The Power Transformer..
London-Boston: Newnes-Butterworths.

13
BAB II
OUTPUT BELITAN TRANSFORMATOR

A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat
Pada Bab II dibahas tentang materi umum, koefisien nilai
transformator, faktor ruang transformator, menentukan bentuk dan
ukuran inti transformator, mempersiapkan kumparan transformator,
besar arus penguatan kemagnitan, regulasi tegangan transformator,
rendemen (efisiensi transformator), dan panas kerja transformator
2. Tujuan Pembelajaran.
Setelah mengikuti pembelajaran materi transformator pada
buku ajar mahasiswa (BAM) ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan koefisien nilai transformator, faktor ruang
transformator, dan menentukan bentuk dan ukuran inti
transformator.
b. Menganalisis koefisien nilai transformator, faktor ruang
transformator, dan menentukan bentuk dan ukuran inti
transformator.
c. Menjelaskan kumparan transformator, besar arus penguatan
kemagnitan, regulasi tegangan transformator, rendemen
(efisiensi transformator), dan panas kerja transformator
d. menganalisis kumparan transformator, besar arus penguatan
kemagnitan, regulasi tegangan transformator, rendemen
(efisiensi transformator), dan panas kerja transformator

14
B. Materi
1. Umum

Input transformator dalam volt amper adalah Ep.Ip dari ketentuan


tegangan Ep dapat ditulis dengan persamaan.

Volt amper = …………………………...………………(2.1)

Sedangkan Np.Ip = Ns.Is, maka cukup diambil amper belitan saja tidak
membedakan sisi primer maupun sekunder.

Jadi volt amper = ……………………………………………..(2.2)

Ketentuan di atas masih banyak masalah, diantaranya ɸ yang


berhubungan dengan luas penampang inti dan N I amper belitan yang bisa
menyebabkan panas pada transformator. Bila V = Volt per jumlah belitan
(berlaku untuk primer maupun sekunder)

………………………………………….(2.3)

Pada ketentuan tegangan transformator:

…….………………………………………………………………….(2.4)

atau

………....…………………………………………………………………(2.5)

untuk tidak membedakan sisi primer maupun sekunder

…………………………………………………………………………….(2.6)

.………………………………………………………(2.7)

15
Nilai Vt ini tergantung besarnya C perlu ditetapkan.

2. Koefisien Nilai Transformator

Adapun nilai koefisien transformator berdasarkan inti tipe


transformator adalah sebagai berikut:

a. Inti tipe batang transformator distribusi C = 40 + 70

b. Inti tipe batang transformator tenaga C = 30 + 55

c. Inti tipe shell transformator distribusi C = 25 + 40

d. Inti tipe shell transformator tenaga C = 20 + 55

Harga yang rendah pada koefisien (C) dipakai untuk tegangan


rendah yang mempunyai frekuensi tinggi. Nilai besarnya induksi (Rapat
Fluksi/In2) pada inti transformator tampak pada Tabel 2.1 berikut.

16
Tabel 2.1 Rapat Fluksi/In2

No Jenis Transformator Nilai Frekuensi


f= 25 Hz f= 50/60 Hz
1 Tranformator Distribusi 75.000-90.000 70.000-85.000

2 Transformator Tenaga 85.000-95.000 80.000-95.000

Sementara pada koefisien C dipakai untuk tegangan rendah yang


mempunyai frekuensi tinggi. Nilai besarnya induksi (Rapat Fluksi/CM 2)
pada inti transformator tampak pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Rapat Fluksi/CM2

Nilai Frekuensi
No Jenis Transformator
f= 25 Hz f= 50/60 Hz
1 Tranformator Distribusi 12.000-14.400 11.200-13.600
2 Transformator Tenaga 13.600-15.200 12.800-15.200

Sedangkan rapat arus belitan kumparan transformator dapat


dikategorikan berdasar tipe transformator. Berikut adalah nilai rapat arus
tipe transformator tampak seperti Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Tipe Transformator

17
Rapat Arus
No Tipe Transformator Ampere/In2 Ampere/mm2
Transformator distribusi yang
1 standar (dengan pendinginan 900 - 1.600 1,44 - 2,56
minyak atau alami).
Transformator yang dipakai
pada pusat-pusat tenaga
2 listrik atau substantion 1.500 - 2.100 2,4 - 3,36
(dengan pendinginan minyak
atau udara).
Pandangan yang lebih luas
harap hati-hati pada
perencanaan transformator
dengan isolasi minyak dengan
3 sirkulasi minyak buatan, atau 1.800 – 2.000 2,88 - 3,20
sirkulasi minyak buatan
dengan kombinasi
pendingin air.

Rugi pada inti dapat dibaca lampiran buku ini lengkung antara
induksi pada inti dan rugi watt/libel, atau 1 kg = 2,205 libel. Pada lengkung
ini rugi total (hysteresis dan eddy carrents), pada inti ini transformator
dengan tebal dan lembaran (0,0135 + 0,0145) in atau (0,343 + 0,368) mm
(grafik lengkung 1).

3. Faktor Ruang Transformator

Faktor ruang untuk kawat belitan tembaga secara rasional adalah


antara penampang kawat tembaga sebagai belitan dan jumlah keseluruhan
belitan kawat tembaga berisolasi dan ruang untuk udara minyak sebagai
pendingin.

Bila kita ingin rencanakan ruang untuk kumparan transformator


lebih detil dan isolasinya, perlu dihitung/menghitung terlebih dulu dari
ukuran jendela (istilah untuk transformator) yang akan ditempati
kumparan-kumparan dan isolasinya.

18
Ukuran kumparan transformator yang memakan ruang juga
bagaimana kencang tariknya tiap kawat belitan pada waktu
mengontruksi/membelit kumparan transformator, dan ini perlu
diperhitungkan ruang yang akan ditempati kumparan primer dan sekaligus
kumparan sekunder. Masalah lain dalam menentukan faKtor ruang adalah
besarnya tegangan listrik yang bekerja pada kumparan primer maupun
sekunder.

Dimana KV dalam Kilo Volt yang besarnya tegangan kerja pada


terminal juga menentukan ruang permukaan belitan dari kumparan
transformator sekitar 50 dan 200 KVA output. Faktor ini luas
pemakaiannya, untuk transformator yang besar kapasitasnya sampai pada
transformator pada kapasitas kecil. Misal kita ambil fR 20% kemudian
dihitung ketentuan faktor ruang di atas untuk transformator 1,00 KVA atau
lebih, dan 20% ini lebih kecil untuk transformator yang mempunyai rata-
rata 7½ KVA pada outputnya.

4. Menentukan Bentuk dan Ukuran Inti Transformator

Penentuan bentuk dan ukuran inti transformator tipe shell dapat


diperhitungkan dan dicontohkan seperti tampak Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Bentuk Susunan Inti Transformator Tipe Shell

19
berdasarkan Gambar 2.1 di atas, maka dapat dituliskan persamaan.

…………………………………………………………………….(2.8)

Dimana:

N = Jumlah belitan kumparan transformator (primer maupun sekunder)


I = Besarnya arus dalam ampere
∆ = Rapat arus dalam ampere/mm
fR = Faktor ruang sesuai rumus
Ukuran bagian-bagian lain ditentukan H dipakai 2½ + 3½ dari D.
Dan untuk bagian lain bisa dipakai:

S = (2+3) x L dan

M = (0,5 + 0,75) x L

Dari berbagai bentuk seperti gambar 3, M logisnya diambil 0,5 x L

20
a b

Gambar 2.2 Inti Transformator Satu Fasa Tipe Batang


a. Penampang inti segi empat
b. Penampang kumparan bentuk lingkaran

Bila kumparan transformator akan dibuat bentuk lingkaran seperti


pada Gambar 2.2 (b) pada dasarnya dari ukuran penampang kaki inti
Gambar 2.2 (a). kaitan ukuran C, W, dan L biasanya diperhitungkan
untung penampang inti ukuran besar, diameter kumparan direncanakan
ukuran C. Seputar penampang seperti Gambar 2.2 (b) ukuran terbesar
ialah 2 W.L-W2 . Supaya penampang inti ini bisa berbentuk lingkaran
mendekati sempurna (seperti pada Gambar 2.2 (b) . Sudut yang
bersinggungan dengan lingkaran adalah 8, untuk memperbanyak sudut
yang bersinggungan dengan lingkaran maka komponen W dan L
dideferensikan menjadi dW dan dl.

Untuk mendapatkan harga W dan L atau C hasilnya akan dibagi


dengan W = 0,618 L dan W = 0,525 C, juga ukuran L terhadap C ialah L =
0,85 C.

21
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bagaimana membentuk
penampang inti transformator sesempurna mungkin agar bentuk
penampang inti menjadi bentuk lingkaran dengan tiding mengurangi luas
penampang perencanaan inti, ini dimaksud belitan kumparan
transformator berbentuk lingkaran dan memudahkan kerja pelaksanaanya.

Gambar 2.3 Cara Merencanakan Inti Transformator Agar Mendekati


Bentuk Lingkaran.

Seperti tampak pada Gambar 2.3 di atas, inti transformator dibagi


menjadi tiga bagian dari bentuk lingkaran. Ukuran bagian 1 dua buah,
ukuran bagian 2 duah buah dan ukuran bagian 3 satu buah.

Bila lembaran plat transformator dipakai tebal Y mm, maka pada


bagian 1 lembaran plat transformator dipotong selebar a cm atau dalam in,
yang Jumlahnya 2 x 𝑓 lembar. (1 x 2 x 𝑓) untuk bagian atas setengahnya
untuk bagian bawah. Bagian𝑌 2 𝑌2, potong plat transformator
selebar b cm atau dalam in, yang jumlahnya 2 x 𝑒𝑌 lembar (½ x 2 x 𝑒)
untuk bagian atas dan setengahnya untuk bagian bawah.𝑌 Bagian 3, potong
plat transformator selebar c cm atau dalam in, yang jumlahnya 𝑑𝑌 lembar,

22
idialnya penampang bentuk lingkaran, maka lebih banyak bagian dari
penampang inti akan lebih banyak.

5. Mempersiapkan Kumparan Transformator

Setelah ukuran inti bisa diselesaikan, maka ruang untuk kumparan


transformator yang luasnya H x D bisa dipersiapkan untuk kumparan
demikian pula ukurannya. Bicara soal kumparan transformator, dapat
dibedakan sistem dan bentuk susunan kumparan yang dapat diberi nama:

a. Helical (pilin/solenoide) cara ini bisa dipakai untuk kumparan


transformator pada sisi tegangan rendah arus yang cukup besar.

b. Pancake (seperti panggangan roti), cara ini biasa dipakai pada sisi
tegangan tinggi dan dengan kawat tunggal (kawat kesatu ditumpuk
berikutnya pada kawat kesatu).

Gambar 2.4 Bentuk Dan Cara Belitan Kumparan Transformator


1. Kumparan tegangan tinggi dengan cara pancake.
2. Kumparan tegangan rendah dengan cara helical.
3. Inti transformator.

Mempersiapkan kumparan trasnformator diusahakan agar rugi


bocor garis-garis gaya magnit sekecil mungkin, sehingga rugi tegangan
reaktansi induktif (X,I) juga menjadi kecil.

23
Kumparan transformator membeutuhkan bahan isolasi yang baik
untuk bagian-bagian:

a. Pada kumparan tegangan tinggi antara kawat satu dengan yang lain
pada satu bagian cake yang ada, antara cake satu dengan cake yang
lain.

b. Antara kumparan tegangan tinggi terhadap inti dan terhadap


kumparan tegangan rendah.

c. Demikian pula isolasi untuk kumparan tegangan rendahnya.

Adapun bahan isolasi yang dipergunakan kemampuannya


tergantung dari ukuran tebalbahan isolasi yang dipergunakan, persyaratan
yang harus dipenuhi bahan isolasi kumparan transformator ialah harus: (1)
Kuat mekanis; (2) Mempunyai kekuatan dielektrik yang besar; dan (3)
Tidak bereaksi dengan minyak pendingin transformator.

Untuk isolasi kumparan tegangan rendah biasanya dipergunakan


sebagai isolasi; katun, sebangsa kain empirik, mika, karton yang dipres,
kertas isolasi yang dipakai pada isolator tanduk.

Besarnya ketebalan isolasi terhadap besarnya tegangan listrik dan ini


tergantung bahan isolasinya, contoh:

 Kertas isolasi kabel 200 KV/cm

 Kertas Vertinak (100 + 200) KV/cm

 Kertas prespen 100 KV/cm

 Kertas Mika 300 KV/cm

Ketebalan isolasi untuk kumparan tegangan rendah maupun


kumparan tegangan tinggi dapat diitung berdasarkan tebal isolasi (dalam
inchi) = 0,2+ 0,035 KV (1 inchi= 25 mm) bila transformator didinginkan
dengan minyak, letak transformator dengan permukaan minyak sekitar;

24
jarak permukaan minyak dengan transformator teratas adalah 0,25 + 0,07
KV.

6. Besar Arus Penguat Kemagnitan


Tidak seperti pada mesin induksi, transformator memiliki reluktansi
inti yang dapat menentukan rugi-rugi listrik. Berikut adalah vektor
diagram arus penguatan kemagnitan dapat dijelasakan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Vektor Diagram Arus Penguatan Kemagnitan

Arus penguat kemagnitan Ie hasil resultan dari Iw dan I0, arus


kemagnitan Ie hasil resultan dari Iw dan I0, arus kemagnitan I0 sefasa
dengan ɸ, dan komponen arus tenaga Iw didapat dari kerugian besi, sedang
rugi tembaga sangat kecil. Rugi-rugi besi inti transormator dapat dicari

25
dengan bantuan grafik/lengkung 2 dan grafik/lengkung 3 pada lampiran
buku ini.

Pada grafik/lengkung 2 adalah lengkung kemagnitan antar amper


belitan dengan rapat fluxsi dan grafik/lengkung 33 lengkung kemagnitan
antar amper belitan dengan rapat fluxsi maxwel dari tiap sudut gandeng
siki konstruksi inti transformator.

Gambar 2.6 Untuk Menghitung Faktor P


a. Untuk mencari ukuran g dan I
b. Untuk mencari ukuran h
c. Sudut gandeng siku konstruksi inti
transformator
Untuk menghitung rugi tegangan reaksi (I.x), pengaruh kebocoran
fluxi sangat mempengaruhi. Rugi-rugi fluxi pada inti besi diantaranya
sudut gandeng siku konstruksi inti transformator (gambar 2.8.b.c), dan
ketebalan sekat antara kumparan primer dan sekunder, (gambar 2.8,g),
sehingga rugi tegangan reaktansi (I.x) tergantung besar-kecilnya fluxsi,
dapat ditulis:

26
I.x = m (N.I) P N

I.x = m (N2 . I) P

Oleh karena transformator ini terdiri dri sisi primer dan sisi
sekunder, maka rugi tegangan reaktansi dapat juga ditulis:

I1 x1 = m (N21. I1) P dan

I2 x2 = m (N22. I2) P

Nilai P tergantung sisi mana akan dicari Ix nya demikian pula


konstruksi kumparannya. Jadi pada konstruksi kumparan dan
susunannya:

(I.x) p = m (N21. I1) 𝐼.𝑃

P = tebal lapis dan jumlah lapis sesuai konstruksi primer

(I.x) s = m (N22. I2) 𝐼. 𝑆

S = Tebal lapis dan jumlah lapis sesuai konstruksi kumparan sekunder.

7. Regulasi Tegangan Transformator

27
Gambar 2.7 Vektor Diagram Transformator Dengan Komponen
Kemagnitan Primer Dan Arus Primer.

Vektor diagram pada gambar 2.7 sebagai dasar untuk


memperhitungkan regulasi tegangan pada transformator yang telah
beroperasi. Bila tahanan equivalen total primer R, maka:

Transformator yang beroperasi dalam kondisi beban induksi,


dimana tahanan equivalen total R dan (I1.x) adalah rugi tegangan
reaktif dari ketentuan:

28
Gambar 1.4 Vektor Diagram Transformator Berbeban Induksi.

8. Rendemen (Efisiensi Transformator)


Rendemen transformator dapat ditulis dengan huruf (η), dan dapayt
ditulis ketentuan sebagai berikut:

Output transformator satu fasa dalam watt W = Es.Is.Cosμ, dan bila


rugi pada transformator total W (rugi besi dan rugi tembaga), maka
rendemen transformator dapat juga ditulis:

Bila transformator pada berbagai kebesaran output dan Cos 𝜇 tertentu


dapat pula ditulis rendemen pukul rata:

η adalah rendemen kala pada berbagai beban output dan waktu.

Dari uraian di atas maka rendemen transformator tidak selamanya diambil


pada beban penuh,tetapi sering juga hanya berbagai beban dari kapasitas
outputnya. Di bawah ini diberikan pandangan berupa tabel sebagai contoh
dari beberapa kapasistas transforrmator pada beban penuh dan
seperempat beban, kerugian-kerugian yang bersangkutan juga prosentase

29
regulasi tegangan untuk transformator yang bekerja dengan frekuensi (50-
60) Hz dan 25 Hz.

Tabel 2.4 Rendemen Transformator Distribusi Satu Fasa Dari (50+ 60 ) Hz


2,4 KV/ 120 V Dan 240 V/ 480 V

Rugi Watt pada Rendemen dalam Regulasi tegangan


75°C persen dalam prosen
KVA
Beban ¼ beban
Inti Tembaga Cosµ=1 Cosµ= 0,8
penuh penuh

1½ 20 48 96,8 94,2 3,2 4,48


3 27 71 96,8 96,0 2,4 3,36
5 37 104 97,2 96,6 2,2 3,08
7½ 50 142 97,5 96,9 2,0 2,80
10 59 183 97,6 97,2 1,9 2,66
15 80 253 97,8 97,5 1,8 2,52
25 120 376 98,0 97,7 1,6 2,25
37 ½ 155 495 98,3 98,0 1,4 1,96
50 190 605 98,4 98,1 1,3 1,82
75 290 905 98,4 98,1 1,3 1,82
100 380 1.175 98,5 98,2 1,3 1,82
150 575 1.670 98,5 98,2 1,3 1,82
200 820 2.050 98,6 98,1 1,2 1,70

Tabel 2.5 Rendemen Transformator Distribusi Satu Fasa Dari (25) Hz 2,4
KV/ 120 V Dan 240 V/ 480V.

30
Rugi Watt pada Rendemen dalam Regulasi tegangan
75°C persen dalam prosen
KVA
Beban ¼ beban
Inti Tembaga Cosµ=1 Cosµ= 0,8
penuh penuh
1½ 25 61 94,5 92,8 4,1 5,74
3 38 91 95,8 94,4 3,1 5,34
5 51 155 96,0 95,3 3,1 5,34
7½ 80 184 96,6 95,3 2,5 3,50
10 101 235 96,7 95,6 2,4 3,36
15 125 330 97,0 96,2 2,2 3,08
25 180 505 97,3 96,7 2,1 2,94
37 ½ 320 750 97,4 97,1 2,1 2,94
50 280 1.055 97,6 97,3 2,1 2,94
75 410 1.430 97,6 97,4 2,1 2,94
100 460 1.910 97,7 97,7 2,0 2,80
150 1.225 1.325 97,7 97,7 1,9 2,66
200 1.460 1.790 97,7 97,7 -1,8 2,52

9. Panas Kerja Transformator


Suatu transformator yang telah bekerja seperti pada tabel, akan
mengalami kerugian-kerugian pada bagian-bagian transformator dalam
watt. Rugi pada bagian-bagian transformator berupa panas, yang
kemudian disebut panas kerja transformator. Panas kerja transformator ini
tidak boleh berlebihan, maka ada beberapa sistem untuk mendinginkan
yang kemudian disebut dengan sistem pendinginan transformator.

Sistem pendinginan transformator di pilih sesuai kapasitas output


transformator dalam KVA/VA pada dasarnya sistem pendinginan
transformator ada:

a. Udara/angin

b. Minyak (transformator di dalam tangki).

31
c. Campuran antara udara, minyak bahkan minyak yang di sirkulasikan
dan didinginkan dengan air.

Sistem pendinginan udara/angin dipergunakan pada transformator


kapasitas output kecil yang biasanya untuk keperluan pesawat elektronika.
Konstruksi transformator ini biasanya terbuka, sehingga panas
transformator tipe ini hanya didinginkan sendiri oleh udara sekelilingnya
saja. Mengukur panas transformator tipe ini dilakukan pada permukaan
intinya atau permukaan kumparan dengan thermometer air raksa.

Sistem pendingin minyak dipergunakan pada transformator


kapasitas output sedang sampai besar yang biasanya untuk transformator
distribusi. Konstruksi transformator ini biasanya bagian yang berlistrik
dimasukkan dalam tangki, di mana tangki diisi dengan minyak mneral
sebagai pendingin. Panas transformator ini hanya didinginkan sendiri oleh
minyak di dalam tangki tanpa bantuan teknologi tambahan. Mengukur
panas transformator tipe ini dilakukan pada permukaan minyak yang ada
di dalam transformator.

Transformator kapasitas output besar dengan sistem pendinginan


minyak, ada yang dikonstruksi dengan memberi tambahan sirip pada
tangki luarnya untuk membantu pendinginan yang dari udara
disekelilingnya, tetapi bahkan didinginkan dengan udara dari kipas angin
yang dipasang dekat sirip-sirip yang ada. Mengukur panas transformator
tipe ini dilakukan juga pada permukaan minyak yang ada di dalam
transfomator.

Sistem pendinginan campuran antara, minyak bahkan minyak yang


disirkulasikan dan didinginkan dengan air, dipergunakan pada
transformator kapasitas output yang besar bahkan dibilang sangat besar.

Sistem, pendinginan ini yang disebut dengan pendinginan dengan


bantuan teknologi, yang cara pendinginannya dapat dijelaskan dengan
sirkulasi minyak pendinginnya sebagai berikut:

32
a. Minyak yang panas dalam tangki transformator akan naik keatas akan
disedot dengan pompa rotasi dikeluarka dari tangki transformator. Di
luar tangki minyak dilewatkan dalam pipa yang berspiral ini
dicelup/direndam dalam bak air yang didinginkan dengan udara luar.
Setelah minyak transformator ini dingin, lalu dimasukkan lagi ke
dalam transformator.

b. Sirkulasi minyak pendingin seperti diatas (1) yang terpenting


kemampuan pendinginan minyak transfomator panas yang dilewatkan
di dalam pipa spiral oleh air yang ada di bak air.

c. Tipe transformator yang kapasitas outputnya besar seperti di atas


masih dibantu dengan pendinginan angin dengan kipas yang dipasang
di luar tangki transformator yang dibuat bersirip.

Mengukur panas transformator tipe ini dilakukan juga pada minyak


yang disedot keluar oleh pompa rotasi. Besarnya temperatur yang diijinkan
pada transformator yang telah beroperasi dengan beban penuh ialah tidak
boleh lebih dari 55˚C.

10. Rangkuman

33
34
35
C. Perlatihan
.

36
D. Daftar Bacaan

Contoh penulisan daftar bacaan:


Nama Belakang, NmDpn. Tahun Terbit. Judul Bacaan. Kota Penerbit:
Nama Penerbit.

37
Quinn, M.J. 2015. Ethics for the Information Age, 6th Edition. Seattle:
Pearson.

Reynold, George W. 2015. Ethics in Information Technology, 5th Edition.


USA: Cengage Learning.

38
BAB III
MENGKONTRUKSI SUATU TRANSFORMATOR

A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat
Pada Bab III dibahas tentang materi umum, merencanakan
kontruksi inti transfomator, merencanakan belitan menghitung ruang
kumparan tansformator, menghitung kerugian pada transformator,
rendemen transformator, menghitung tahanan belitan, dan kontruksi
transformator tiga fasa.
2. Tujuan Pembelajaran.
Setelah mengikuti pembelajaran materi transformator pada
buku ajar mahasiswa (BAM) ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Tujuan Pembelajaran Sesuai dengan RPS
b. Mahasiswa mampu …
c. Mahasiswa mampu …
d. Mahasiswa mampu …

39
B. Materi
1. Umum

Pada dasarnya suatu transformator mempunyai bagian konstruksi


sebagai berikut:

a. Inti transformator

b. Kumparan belitan primer

c. Kumparan belitan sekunder

Dan bila transformator tersebut telah beroperasi, panas kerja pada


bagian-bagian keseluruhan transformator tidak boleh lebih dari 55˚C.

Mengontruksi suatu transformator dilakukan sesuai urutan


konstruksi bagian-bagian seperti tersebut di atas. Dasar mengontruksi
bagian-bagian dari transformator perlu rancangan dan perhitungan
berdasarkan data yang ditentukan dimana transformator itu dioperasikan.
Data yang perlu ditentukan diantaranya :

a. Kapasitas output transformator dalam KVA.

b. Tegangan primer dimana transformator itu akan disambungkan pada


jaringan listrik.

c. Tegangan sekunder yang diminta untuk dipakai oleh konsumen.

d. Frekuensi yang bekerja pada transformator.

e. Sifat/jenis transformator dipakai sebagai transformator distribusi atau


transformator tenaga.

Merencanakan konstruksi bagian untuk inti pada prinsipnya


merencanakan jalannya garis-garis gaya magnet, dan diadalamnya akan
menentukan ruang untuk kumparan primer dan sekunder, penampang inti
dan rugi inti pada panas yang ditetapkan. Disamping penjelasan diatas

40
untuk bentuk inti akan dikonstrusi dengan bentuk shell atau bentuk
batang, dan dipakai untuk transformator satu fasa/tiga fasa.

Mengonstruksi bagian belitan primer, seperti pada merencanakan


inti transformator, pada prinsipnya merencanakan kumparan belitan
primer harus mengetahui jumlah belitan per voltnya, tipe belitan dengan
belitan pilin(Helical) atau tipe pancake (panggangan roti), disamping
kawat, dan isolasi kawat yang dipilih kemampuan tembus tegangan
tertentu. Bila tegangan kerja kumparan belitan primer (biasanya
besar/tinggi), maka mengontruksi belitan primer ini dipilih dengan tipe
pancake (panggangan roti). Perlu dipertimbangkan, belitan primer
ditumpuk dengan belitan sekunder, terpisah sendiri-sendiri dan lain
sebagainya. Disamping merencanakan kontruksi kumparannya, perlu juga
merencanakan koker/tempat dimana belitan primer/sekunder dibelitkan
istilah lain disebut klos.

Demikian pula untuk bagian belitan sekunder, seperti pada


merencanakan belitan primer, tetapi biasanya pada belitan sekunder ini
dipilih dengan tipe pilin (helical).

2. Merencanakan Kontruksi Inti Transformator

Untuk merencanakan inti transformator ini perlu data-data sebagai


berikut:

a. Kapasitas output dalam KVA, misal 25 KVA.


b. Tegangan primer dan sekunder, misal 20 KV/380Volt.
Cara penyelesaian:

41
Gambar 3.1 Konstruksi Inti Transformator yang Akan Dikonstruksi
Tipe Shell.

Bila S = 2,5 L tidak diturut, dimana Q = S.L dan bila ukuran inti
dibuat persegi bujur sangkar, jadi S = L ialah √146 = 12,08cm, jadi S dibuat
12,5 cm dan L dibuat 12,5 cm. Dari data perhitungan di atas dapat
digambar detil konstruksi sebagai berikut dan H = 0,75 L ialah 9,375
dibuat 9,5 cm. Bila konstruksi inti dibentuk tipe batang, maka bentuk
penampang inti tidaklagi bentuk segi empat bujur sangkar, karena (klos)
tempat membelit kawat kumparan dibentuk lingkaran yang melingkari inti.
Kalau penampang inti segi empat bujur sangkar dipaksakan, banyak
rongga dimana kawat belitan tidak menempel mendekat dengan inti, ini
berarti banyak rugi fluxi bocor, yang akibatnya rugi reaktansi sangat besar.

Gambar 3.2 Ukuran Detil Perencanaan Inti s

42
Dari gambar 4 (a), dapat dihitung besarnya ukuran W, ialah W =
0,618 L dan L = S, sedang luas penampang tetap sebesar 146 cm2. Kalau S
= L = 12,5 cm, maka W = 0,618 . 12,5 = 9,19 dibuat 9,2 cm.

Pada gambar 13 bagaimana membentuk inti transformator seperti


persoalan di atas bila inti dengan bentuk tipe batang.

Gambar 3.3 Konstruksi Inti Dibentuk Tipe Batang.

3. Merencanakan Belitan Transformator

Seperti telah diketahui jumlah belitan ialah 168 belitan, dan arus
yang lewat padanya sebesar 66 amper. Dari apa yang telah diketahui dicari
dulu Amper/mm2 sebagai berikut:

Dipakai penampang kawat persegi dengan ukuran tebal 0,20 4in,


lebar 0,325 in. Ukuran pakai isolasi menjadi tebal 0,228 in dan lebar 0,347
in. Dalam ukuran metris tebal 5,7 mm dan lebar 8,675 mm, dan ruang yang
tersedia (440x176) mm2.

Cara merangcang tata letak kumparan, bila dilaksanakan dengan


konstruksi inti tipe shell.

43
a. Belitan untuk Kumparan Sekunder

1) Jumlah belitan sekunder 168 belitan

2) Luas ruang yang tersedia (440 x 176)mm2

H = 440mm, dan D = 176 mm

3) Kawat yang digunakan dan telah berisolasi

Tebal kawat berisolasi 5,7 mm

Lebar kawat berisolasi 8,675 mm

Jumlah kawat ke atas dihitung h/lebar kawat, Jumlah


4408,675=50,72 kawat dibuat 50 kawat, bila jumlah belitan
sekunder 168, maka jumlah lapis melebar kesamping selebar
16850=3,36 (samping selebar) dibuat 4 lapis yang memakan
tempat 5,7.4 = 22,8 mm

Isolasi antara inti dengan belitan lapis pertama belitan sekunder


digunakan kertas prespan setebal 2 mm (tegangan tembus
10KV/mm), sehingga belitan sekunder memakan tempat
kesamping (22,8+2) = 24,8 mm dibuat 25 mm.

Sisa luas ruang untuk belitan primer menjadi {(176−225).440}


mm2 atau (151.440) mm2, belitan sekunder dilaksanakan dengan
belitan helical/pilin, demikian juga belitan primernya.

b. Belitan untuk Kumparan Primer

44
c. Menghitung ruang untuk kumparan primer

1) Isolasi antara NS lapis akhir dengan NP lapis pertama dipakai


kertas prespan setebal 3 mm.

2) Isolasi antara lapis belitan primer digunakan kertas krap


setebal 1 mm sebanyak 26, jadi 26 mm.

3) Isolasi penutup lapis terkahir belitan primer dipakai kertas


prespan setebal 3 mm.

4) Jumlah lapis belitan primer 25 dengan diameter kawat


berisolasi 1,2 mm, memakan tempat 25 . 1,2 = 30 mm.

Jumlah 1 sampai dengan 4 menjadi (3+26+2+30) = 62 mm.


Ruang yang tersedia lebar tinggal 151 mm dan tinggi tetap 440
mm, sehingga sisa lebar tinggal 151-62 = 89 mm dan tinggi 440,
luas tersisa 89 . 440 = 39160 mm2. Sedangkan luas bersih yang
tersedia 176 . 440 = 77440 mm2, jadi kelonggaran yang
disediakan 3916077440=0,50 kurang dari 0,75.

45
4. Menghitung Kerugian Pada Transformator

Rugi-rugi suatu transfarmator dapat dirinci dari bagian-bagian


konstruksi transfarmator itu adalah:

a. Rugi pada belitan primer

b. Rugi pada belitan sekunder

c. Rugi pada inti transformator

Rugi transformator berbagai beban selalu berubah-ubah, sehingga


seperti pada tabel rendemen halaman 35-36, rendemen transformator juga
berubah-ubah. Dalam menghitung rugi-rugi pada transformator beban nol
(tidak berbeban) dan pada transformatr berbeban penuh.

Rugi-rugi transformator pada beban nol, maka rugi pada belitan


sekunder tidak ada, yang ada hanya pada belitan primer yang dihitung
dengan ketentuan I12.R1 Watt, I1 dalam keadaan ini kecil, sehingga rugi
pada belitan transformator juga kecil.

Sehingga rugi pada inti besi biasanya dihitung pada transformator


beban nol yang dapat ditulis:

46
Sebaiknya untuk mengetahui kebaikan dan kemampuan
transformator, perlu dicari rugi-rugi pada waktu transformator beban
penuh, sehingga rugi belitan primer maupun sekunder dapat diketahui
kemampuan penuhnya. Sedangkan rugi besi cukup diketahui pada beban
kosong (nol), karena faktor-faktor besarnya kerugian yang paling
menentukan adalah berat intinya dalam Kg.

Langkah-langkah untuk mengetahui rugi (Cu) pada transformator


harus tahu dalu besarya tahanan belitan primer maupun sekunder dari
konstrumsi belitan transformator itu.

a. Rugi pada Belitan Primer

Tebal belitan primer 56 mm rata-ratanya 28 mm

Satu sisi dari belitan primer : 2(28+3+22,8+2)+125 = 236,6 mm =


23,66 cm

Kelling rata-rata dari belitan primer 23,66 x 4 = 94,64 cm

Jumlah belitan primer 8843 belitan, maka panjang kawat belitan


primer 94,64 . 8843 = 836901,52 cm = 8369,0152 m.

b. Rugi pada Belitan Sekunder

Tabel belitan sekunder 22,8 mm. Rata-ratanya 11,4 satu sisi dari
belitan sekunder = 15,18 cm.

Keliling rata-rata dari belitan sekunder ialah 15,18 . 4 = 60,72 cm.

Jumlah belitan sekunder 168 belitan, maka panjang kawat belitan


sekunder 60,72 . 168 = 10200,96

47
c. Rugi Besi Transformator

Gambar 3.4 Ukuran Konstruksi Inti Untuk Menghitung Volume Besi


Transformator

Dihitung dulu volume tanpa dua jendela ialah a,b,c.

a = 2(9,5 + 17,6) + 12,5 = 66,7 cm

b = 12,5 cm

c = (2 . 9,5) + 44 = 63

Volume 66,7 . 12,5 . 63 = 52526,25 cm3

Volume dua jendela {2(44 . 17,6)} .12,5=19360 cm3

Berat jenis besi 7,5, maka berat inti transformator ialah 33,16625 . 7,5
= 248,746875 Kg dibuat 249 Kg.

48
5. Rendemen Transformator Beban Penuh

Pada belitan sekunder

Gambar 3.5 Perhitungan Kerugian Pada Transformator Untuk Konstruksi


Inti Batang

DS2 tanpa pembungkus kertas prespon yang 2 mm

DS2 = DS1 + 2(22,8)

DS2 = 161 + 2(22,8) = 206,6 mm

Pada belitan primer

DP1 = D + tebal kertas prespon 3 mm DP1 = 157 + 6 = 163 mm

Jumlah lapis belitan primer 25 dengan

Diameter kawat yang berisolasi 1,2 mm, jadi setebal 25.1,2 = 30 mm, tiap
lapis ada penyekat kertas kraf setebal 1 mm. Jumlah belitan primer 30 + 26
= 56 mm.

Dp2 = tanpa pembungkus luar kertas prespon yang 3 mm. Dp2 =


Dp1 + 2 (56)

49
Dp2 = 163 + 2 (56) = 275 mm.

6. Menghitung Tahanan Belitan


Rendemen transformator beban penuh

7. Kararteristik Transformator Tiga Fasa


Pada prinsipnya transformator tiga fasa adalah transformator satu
fasa tiga buah. Konstruksi yang hampir sama adalah type shell, dimana
kumparan primer dan sekender so konstruksi pada satu batang inti.

Gambar 3.6 Inti Tiga Fasa, Tiga Kaki Inti Transformator Dengan Belitan
Consenstris.

50
Jadi perhitungan mencari ukuran jendela seperti transformator
dengan inti type shell tidak lagi dipergunakan. Karena seperti pada gambar
17 belitan primer dan sekender, dibelit pada satu batang inti, sedang
belitan untuk fasa yang lain dilakukan sama dengan belitan fasa pertama,
lalu tiga batang inti yng adabelitannya, disambung dengan gambar dari
atas dan bawah sebagai jalannya fluxi anatr fasa (inti dan belitan), maka
ukuran penampang gambar atas maupun bawah sama dengan ukuran
penampang inti batangnya yang dibelit kumparan primer dan sekender.

Untuk lebih jelasnya dapat dekembalikan dari tiga buah


transformator dengan inti type shell yang dipakai untuk transformator tiga
fasa.

Gambar 3.7 Tiga Buah Transformator Dengan Inti Type Shell Yang Dipakai
Untuk Transformator Tiga Fasa.
1. Inti transformator yang dibelit kumparan
primer/sekender.
2. Kumparan sekender
3. Kumparan primer
4. Gandar atas dan bawah
5. (M) pengantar jalannya fluxi

51
Untuk konstruksi transformator tiga fasa, maka konstruksi inti
terlalu boros, dimana (M) 5. Pada gambar 3.7 mestinya tidak perlu ada,
sedang gandar atas dan bawah mempunyai volume sama dengan inti (L). 1.

Bila M ditiadakan, maka jarak inti pada fasa ke 1 dengan inti fasa ke
2 mempunyai jarak 2D. Sesuai hasilperhitungan (lihat gambar 3.7). Untuk
lebih jelasnya inti transformator tiga fasa dikonstruksi seperti pada gambar
3.8 di bawah ini.

Gambar 3.8 Mengonstruksi Inti Transformator Tiga Fasa

Pada transformator tiga fasa kapasistas besar, sudut gendeng seperti


pada gambar 3.8 dimuka harus diperhatikan sedemikian rupa agar rugi
fluxsi (garis-garis gaya magnit) tidak terlalu besar.

Konstruksi gandar atas maupun bawah pada sudut gandeng


umumnya dikonstruksi seperti gambar 20 di bawah ini, sedang gambar
lengkap tiga fasanya seperti gambar 3.9.

Gambar 3.9 Konstruksi Gandar Pada Sudut Gandeng

52
8. Belitan Kumparan TransformatorTiga Fasa
Belitan kumparan transformator tiga fasa seperti telah dibicarakan
pada bab I pada prinsipnya sama mempunyai istilah sistem dua macam.
Pada transformator tiga fasa kapasitas besar beltan kumparan ini masih
dirinci lagi menjadi :

a. Dilaksanakan bentuk silindris

b. Sistem helical dan modifikasinya

c. Belitan kontinyu

d. Sistem sandwich atau pancake

Pada umumnya transformator kapasitas besar bagian tegangan


rendahnya dibelit dengan penampang kawat persegi bukan penampang
kawat bundar, dan belitan kawat dibelitkan pada koker bentuk silindris
dari bahan isolasi yang kenyal dan keras mekanik. Di bawah ini contoh-
contoh kumparan belitan transformator tiga fasa kapasitas besar.

Bentuk silindris kebanyakan dipakai miltiguna, dan kawat belitan


bundar yang mempunyai penampang sekitar 8 sampai dengan 10 mm2,
pemakaian yang lebih luas dengan kawat belitan persegi dengan belitan
rangkap (gambar 3.10). Kecuali untuk penampang kawat belitan 40 sampai
dengan 45 mm2 pada bentuk silindris ini dilaksanakan dengan belitan
tunggal. Pada hakekatnya pelaksanaan bentuk silindris ini juga bentuk
helical untuk tiap lapisnya, jadi seperti pada gambar 21 terlihat dua lapis,
yang tiap lapis bentuk helical, ujung permulaan dan ujng akhir sama-sama
terletak di atas. Pelaksanaan dengan bentuk silindris ini untuk
tranformator terbilang kecil kira-kira sekitar 560 KVA, ruang pendinginan
dengan minyak dapat disediakan sekitar 5 sampai dengan 8 mm antara
kawat belitan dalam satu lapis.

53
Gambar 3.10 Kumparan Bentuk Silindris Dengan Penampang Kawat
Rangkap 1) Koker; 2)Penampang kawat belitan

9. Sistem Helical dan Modifikasinya


Belitan dengan sistem helical dirinci dengan belitan helical
sederhana dan belitan semi helical. Belitan helical sederhana seperti pada
gambar 22 adalah belitan silindris tetapi dibuat sistem helical, artinya
beberapa belitan dihentikan dan belitan berikutnya tidak dilakukan dengan
membelitkannya menjadi lapis di atasnya seperti sistem silindris. Putaran
belitan satu dengan putaran belitan berikutnya biasanya diberi spasi
sekitar 4,5 sampai dengan 6 mm.

Gambar 3.11 Belitan Helical


a. Helical sederhana
b.Semi helical

54
Sedang semi helical seperti pada gambar 22b tiap dua putaran
belitan diteruskan pada putaran belitan berikutnya tanpa perantara
kawat/pengantar lain. Berbeda dengan helical sederhana beberapa putaran
belitan dengan kawat/pengantar bantuan untuk disambung pada putaran
belitan yang lain. Pada helical sederhana untuk berbagai keperluan
pendistribusikan arus antara cabang jajar, dipakailah yang dinamakan
transposition penghantar.

Gambar 3.12 Skema Transposition Dari Putaran Belitan Helical Sederhana

Pada gambar 3.12 dibuat tiga bagian sepanjang tinggi dari kumparan
belitan yang dirancang. Dari cara diatas dimana A tengah-tengah dari
transformator dan dua grup transposition (B), belitan sepanjang tinggi dari
kumparan belitan bagi empat bagian yang setara. Satu nomor cabang jajar
penghantar dalam satu putaran belitan helical biasanya dibuat sekitar 6
sampai dengan 20. Sistem belitan helical dipergunakan pada bagian
tegangan rendah suatu transformator kapasitas besar.

10. Belitan Kontinyu


Belitan kontinyu (continuous) dipakai untuk transformator tegangan
tinggi sekitar 35 KV dan diatasnya, berbeda dengan belitan helical, belitan
kontinyu ini justru menyerupai belitan type silindris. Bedanya dengan type
silindris belitan kontinyu ini tidak dilaksanakan sampai berlapis, dan alur
di mana pengantar diletakkan diberi jarak seperti belitan helical dan tidak
disambung pada perputaran belitan. Jadi ujung penghantar pertama

55
terletak diatas dan ujung pengantar akhir terletak dibawah dan tidak
berlapis seperti gambar 3.13.

Gambar 3.13 Tipe Belitan Kontinyu (Continuous)

Bila tipe belitan kontinyu ini dipergunakan transformator tegangan


tinggi, maka yang diperhatikan adalah isolasi alur dari klos silindrisnya,
karena pada waktu transformator bekerja kemungkinan mendapat
tegangan tinggi lebih.

11. Belitan Sandwich/Pancake


Belitan sandwich ini banyak dipergunakan pada inti type shell, pada
prinsipnya belitan tegangan rendah dan belitan tegangan tinggi berselang
seling atas bawah. Belitan tegangan rendah maupun belitan tegangan
tinggi dilakukan dengan system konsetris.

56
Gambar 3.14. Belitan Sistem Sandwich.

Walaupun begitu belitan sandwich ini juga bisa dipakai inti tipe
batang untuk tranformator motor tiga fasa. Kesukaran yang dihadapi pada
belitan sandwich ini ketahanan isolasi antara kumparan belitan satu
dengan yang lain, antara kumparan tegangan tinggi dan kumparan
tegangan rendah, juga antara kaki inti.

57
12. Rangkuman

58
59
60
C. Perlatihan
Perlatihan berisi beberapa soal yang akan diujikan kepada pembaca.

61
D. Daftar Bacaan
Contoh penulisan daftar bacaan:
Nama Belakang, NmDpn. Tahun Terbit. Judul Bacaan. Kota Penerbit:
Nama Penerbit.
Quinn, M.J. 2015. Ethics for the Information Age, 6th Edition. Seattle:
Pearson.
Reynold, George W. 2015. Ethics in Information Technology, 5th Edition.
USA: Cengage Learning.

62
BAB IV
PENGGOLONGAN RANGKAIAN TRANSFORMATOR

A. Pendahuluan
1. Deskripsi singkat
Pada Bab IV dibahas tentang materi umum, transformator
satu fasa, tansformator tiga fasa, dasar teori penentuan arah
tegangan induksi, dan cara mengetahui angka jam transformator
tiga fasa
2. Tujuan Pembelajaran.
Setelah mengikuti pembelajaran materi transformator pada
buku ajar mahasiswa (BAM) ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan tentang transformator satu fasa dan tansformator
tiga fasa.
b. Menganalisis tentang transformator satu fasa dan tansformator
tiga fasa
c. Menjelaskan tentang dasar teori penentuan arah tegangan
induksi, dan cara mengetahui angka jam transformator tiga fasa
d. Menganalisis tentang dasar teori penentuan arah tegangan
induksi, dan cara mengetahui angka jam transformator tiga fasa

63
B. Materi
1. Umum

Seperti pada generator, transformator atau beberapa transformator


dapat dihubungkan jajar satu sama lain. Kita ketahui bahwa ada
transformator satu fasa dan transformator tiga fasa. Dan seperti pada
generator untuk dapat dihubungkan jajar ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi.

2. Transformator Satu Fasa

Transformator satu fasa dalam hal ini harus mempunyai


perbandingan lilitan yang sama. Supaya polaritas tegangan induksi (𝐸𝑔𝑔𝑙)
sekunder dari transformator yang bekerja jajar dapat sefasa, dan nilai cos µ
nya harus sama pada waktu tansformator berbeban dan atau dihubung
singkat. Syarat-syarat seperti keterangan diatas adalah:
a. Tegangan nominal pada tansformator sisi primer dan sisi sekunder
yang akan dihubungkan jajar harus sama
b. Polaritas tegangan pada transformator sisi sekunder yang akan
dihubungkan jajar harus sama
c. Tegangan pada transformator hubung singkat yang akan
dihubungkan jajar harus sama
d. Nilai nominal Cos µ pada transformator yang akan dihubungkan
jajar harus sama, pada saat dihubungkan singkat.
Pada transformator satu fasa yang belum diketahui data-datanya,
bila akan dihubungkan jajar dengan tranformator ain yang sudah diketahui
datanya, harus dilakukan dulu penelitian untuk memenuhi seperti yang
dituntut persyaratan diatas. Untuk persyaratan (a)

64
Gambar 4.1 Pelaksanaan untuk memenuhi syarat (a).

Pada prinsipnya pada transformator sisi primer dapat saja


dihubugnkan pada tegangan sembarang, tetapi lebih baik besarnya
tegangan disesuaikan dengan tegangan pada kerja jajar nanti. Besarnya
penunjukan v1 dan v2 harus sama dengan besarnya transformator yang ada
dan yang akan dihubugnkan jajar transformator ini. Untuk persyaratan (b)

Gambar 4.2. Pelaksanaan Untuk Mengetahui Polaritas Sekunder.

Tranformator yang akan diketahui polaritas tegangan dirangkari


seperti gambar 4.2, dan pada sisi tegangan tinggi/primer (H1 – H2)
dihubugnkan pada tegangan tertentu. Apa bila Volt meter menunjukkan
kebesaran tertentu, maka polaritet tegangan X2 menjadi X1 dan X1
menjadi X2 sedang bila Volt meter tidak menunjuk, maka polaritet
tegangan X1 tetap X1 betul dan X2 tetap X2 betul juga.

65
Untuk persyaratan (c) ini sebetulnya sejalan dengan pelaksaan
persyaratan (a), hanya pada persyaratan 3 ini sisi tegangan rendah
(sekunder) biasanya dibebani penuh/maximal kemudian tegangan sisi
primer dan sisi sekunder diukur besranya penunjukkan tegangan dengan
volt meter. Atau dengan jalan lain pada sisi tegangan tinggi diberi tegangan
kurang dari semestinya, rangkaian pada sisi tegangan rendahnya dihubung
singkat, kemudian sisi primer dan sisi sekunder diukur tegangannya.

Untuk perysratan (d) ini dilakukan seperti persyaratan (c)


transformator dibebani maximal dan pada sisi sekunder diukur besranya
Cos µ.

Gambar 4.3 Mengukur Cos µ

3. Transformator Tiga Fasa

Pembangkitan listrik dalam skala besar pada tegangan 3 fasa


biasanya menghasilkan 132 kV atau lebih tinggi. Transmisi umumnya
dicapai pada tegangan yang lebih tinggi dari 110, 137, 275, 400, dan 750
kV, yang mana diperlukan transformator 3 fasa untuk menghasilkan
tegangan ke saluran transmisi. Selanjutnya, di pusat beban, tegangan
transmisi dikurangi atau diturunkan menjadi tegangan distribusi 6600,
4600 dan 2300 volt. Lebih lanjut, di sebagian besar konsumen
pemanfaatan tenaga listrik, tegangan distribusi masih dikurangi atau
diturunkan hingga tegangan pemanfaatan 440, 220, atau 110 volt.

66
Inti dari transformator tiga fasa biasanya berkaki tiga. Lilitan primer
dan sekunder dari satu fasa ditempatkan pada masing-masing kaki.
Transformator berinti tiga kaki cukup memadai untuk semua hubungan
tiga fasa yang biasanya digunakan karena fluksi yang dihasilkan oleh lilitan
tiga fasa berbeda 1200. Pada setiap saat, dua kaki inti bertindak sebagai
lintasan balik bagi fluksi di kaki ketiga dan jumlah netto dari fluksi adalah
nol. Selama kondisi tidak bekerja dari sistem atau selama periode beban
sangat tidak seimbang, jumlah dari masing-masing fluksi dalam
transformator berinti tiga mungkin tidak nol. Selama kondisi seimbang ini,
sebagian fluksi magnet dipaksa kembali melalui tangki transformator.
Untuk memperbaiki masalah ini, maka transformator yang digunakan
untuk keperluan ini dirancang berinti empat atau lima kaki yang
memberikan lintasan balik bagi fluksi magnetik yang tidak seimbang.

Gambar 4.4. Rangkaian Belitan Transformator Tiga Fasa

67
Pada transformator tiga fasa disamping 4 (empat) persyaratan
seperti transformator satu fasa juga harus memenuhi satu persyaratan lagi
adalah kumpulan hubungan dalam sistem jam harus sama. Seperti telah
kita ketahui bahwa sisi primer bisa dirangkai bintang atau segitiga,
demikian pula pada sisi sekender dapat dirangkai bintang atau segitiga
bahkan zigzag. Sedang yang dimaksud sistem jam vektor tegangan induksi
(Eggl) salah satu fasa sisi primer sebagai jarum panjang dan sisi sekeder
sebagai jarum pendek.

Contoh cara membaca suatu transformator yang diberi tanda sistem


jam, missal yy0 ini sama dengan yy12. Tanda transformator ini bisa
diterjemahkan : sisi primer dirangkai bintang vekor salah satu fasanya
mengarah angka 12, dan sisi sekender dirangkai bintang

vector salah satu fasa yang sama dengan fasa sisi primer mengarah
angka 12 juga sebagian contoh dapat diberikan sebagai berikut.

Gambar 4.5. Contoh Rangkaian Belitan Transformator Tiga Fasa (TT=


Tegangan Tinggi,TR= Tegangan Rendah).

4. Dasar Teori Menentukan Arah Tegangan Induksi Transformator

Untuk menentukan arah tegangan induksi transformator dapat


diarahkan misal transformator satu fasa seperti pada gambar berikut:

68
Gambar 4.6 Arah Arus dan Belitan Primer sama dengan Sekunder

Dari gambar 4.5 dapat dijelakan A-X belitan sisi primer dan a-x1
belitan sisi sekender, arah belitan dan arah arus sama da;am satu kaki inti
transformator, maka arah tegangan induksi yang timbul mempunyai vektor
yang arahnya sama atau searah.

Contoh lain untuk menentukan arah tegangan induksi transformator


seperti Gambar 4.7 berikut:

Gambar 4.7 Cara Membuat Diagram Vektor Tranformator Tiga Fasa

Cara berpikir dimulai dari sisi primer, tegangan luar dari A ke X, B


ke Y dan C ke Z, sedang tegangan induksi akan mengarah kebaikannya.
Jadi fasa A-X arah tegangan induksinya menjadi X ke A fasa B-Y mengarah
menjadi Y ke B, dan fasa C-Z mengarah menjadi Z ke C.

69
Kemudian diagram vector tegangan induksi sisi primer dapat
digambar dulu, dan baru diagram vector tegangan induksi sisi sekender
digambar, fasa a-x1 digambar dari x1 ke a searah dengan vector X ke A,
demikian fasa-fasa lain.

Contoh lain seperti pada gambar 4.8 (YD11), seperti contoh di atas
dapat dibuat cara menggambar diagram vektornya, dan lihat rangkaian
belitan sisi sekendernya titik a disambung dengan titik y1 titik b disambung
dengan titik z1 dan titik c disambung dengan titik x. terlebih dulu digambar
diagram vector tegangan induksi sisi primernya, kemudian baru digambar
vektinya sisi sekender seperti contoh terdahulu. Untuk meyakinkan
tranformator ini memang betul YD11, maka dapat diteliti ulang dengan
cara meletakkan titik berat segi tiga sisi sekender berimpit dengan titik
XYZ, sisi primer, kemudian perpanjang garis dari titik berat segitiga sisi
sekender dengan titik b, maka perpanjangan garis akan menunjukkan
angka 11 sistem jam.

Gambar 4.8 Cara Membuat Diagram Vektor Transformator Tiga Fasa YD11

70
Dibawah ini penggolongan rangkaian transformator dengan jam
yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rangkaian Transformator Tiga Fasa

Rangkaian Belitan Vektor Diagram


No Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan Hubungan Simbol
Tinggi Rendah Tinggi Rendah

1 2 3 4 5 6 7

Dd0
1 Delta-Delta atau
Dd12

Yy0
2 Star-Star atau
Yy12

Dz0
3 Delta-Star atau
Dz12

4 Delta-Star Dy5

5 Star-Delta Yd5

71
Rangkaian Belitan Vektor Diagram
No Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan Hubungan Simbol
Tinggi Rendah Tinggi Rendah

1 2 3 4 5 6 7

6 Star-Delta Yz5

7 Delta-Delta Dd6

8 Star-Star Yy6

9 Delta-Star Dz6

10 Delta-Star Dy11

11 Star-Delta Yd11

72
Rangkaian Belitan Vektor Diagram
No Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan Hubungan Simbol
Tinggi Rendah Tinggi Rendah

1 2 3 4 5 6 7

12 Star-Star Yz11

Ada berbagai metode yang digunakan dalam sistem ketenagalistrikan


untuk mengubah tegangan 3 fasa menjadi tegangan 3 fasa yang lebih tinggi
atau lebih rendah. tetapi koneksi yang paling umum adalah (i) Y-Y (ii) Δ-Δ
(iii) Y-Δ (iv) Δ-Y (v) open delta atau V-V (vi) koneksi scott atau koneksi T-T

a. Transformator 3 Fasa Hubungan Star-Star (Y-Y)

Pada transformator 3 fasa hubungan star-star (Y-Y) ini ujung


ujung pada masing masing terminal dihubungkan secara bintang,
sementara pada titik netral dijadikan menjadi satu. Hubungan dari tipe
ini lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil, pada 3 fasa
hubungan Star-Star (Y-Y), rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada sisi
primer dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga,
tejadi pergeseran fasa sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N)
dan tegangan fasa-fasa (L-L) pada sisi primer dan sekundernya.
Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada
kondisi beban seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang
menyebabkan arus netral (IN) akan sama dengan nol. Dan apabila
terjadi kondisi tidak seimbang maka akan ada arus netral yang
kemudian dapat menyebabkan timbulnya rugi-rugi. Tegangan masing-
masing primer fasa adalah

73
Gambar 4.9 Transformator 3 Fasa Hubungan Star-Star (Y-Y)

b. Transformator 3 Fasa Hubungan Delta-Delta (Δ-Δ)

Pada transformator 3 fasa hubungan delta-delta (Δ-Δ) ini ujung


fasa dihubungkan dengan ujung netral kumparan lain yang secara
keseluruhan akan terbentuk hubungan delta/segitiga. Hubungan
seperti ini umumnya digunakan pada sistem yang menyalurkan arus
besar pada tegangan rendah dan yang paling utama saat
keberlangsungan dari pelayanan harus dipelihara meskipun salah satu
fasa tersebut mengalami kegagalan. Pada transformator hubungan Δ-
Δ, tegangan kawat ke kawat dan tegangan fasa sama untuk sisi primer
dan sekunder transformator (VRS =VST = VTR = VLN).

74
Gambar 4.10 Transformator 3 Fasa Hubungan Delta-Delta (Δ-Δ)

c. Transformator 3 Fasa Hubungan Star-Delta (Y- Δ)

Pada hubung ini, kumparan pafa sisi primer di rangkai secara


bintang (wye) dan sisi sekundernya di rangkai delta. Umumnya
digunakan pada trafo untuk jaringan transmisi dimana tegangan
nantinya akan diturunkan (Step-Down). Perbandingan tegangan jala-
jala 1√3 perbandingan lilitan transformator. Tegangan sekunder
tertinggal 300 dari tegangan primer.

75
Gambar 4.11 Transformator 3 Fasa Hubungan Star-Delta (Y- Δ)

d. Transformator 3 Fasa Hubungan Delta-Star (Δ- Y)

Pada hubung ini, sisi primer trafo dirangkai secara delta


sedangkan pada sisi sekundernya merupakan rangkaian bintang
sehingga pada sisi sekundernya terdapat titik netral. Biasanya
digunakan untuk menaikkan tegangan (Step-up) pada awal sistem
transmisi tegangan tinggi. Dalam hubungan ini perbandingan tegangan
3 kali perbandingan lilitan transformator dan tegangan sekunder
mendahului sebesar 30° dari tegangan primernya.

76
Gambar 4.12 Transformator 3 Fasa Hubungan Delta-Star (Δ- Y)

e. Transformator 3 Fasa Hubungan Open Delta

Ini dimungkinkan untuk mentransformasi sistem tegangan 3


fasa hanya menggunakan 2 buah trafo yang terhubung secara open
delta. Hubungan open delta identik dengan hubungan delta delta
tetapi salah satu trafo tidak dipasang. Hubungan ini jarang digunakan
karena load capacity nya hanya 86.6 % dari kapasitas terpasangnya.
Sebagai contoh: Jika dua buah trafo 50 kVA dihubungkan secara open
delta, maka kapasitas terpasang yang seharusnya adalah 2 x 50 = 100
kVA. Namun, kenyatannya hanya dapat menghasilkan 86.6 kVA,
sebelum akhirnya trafo mengalami overheat. Pada hubungan open
delta umumnya digunakan dalam situasi yang darurat

77
Gambar 4.11 Transformator 3 Fasa Hubungan Open Delta

f. Transformator 3 Fasa Hubungan scott (T-T)

Hubungan ini merupakan transformasi tiga fasa ke tiga fasa


dengan bantuan dua buah transformator (Kumparan). Satu dari
transformator mempunyai “Centre Taps“ pada sisi primer dan
sekundernya dan disebut “Main Transformer“. Transformator yang
lainnya mempunyai “0,866 Tap “ dan disebut “Teaser Transformer “.
Salah satu ujung dari sisi primer dan sekunder “teaser Transformer”
disatukan ke “Centre Taps” dari “main transformer“. “Teaser
Transformer” beroperasi hanya 0,866 dari kemampuan tegangannya
dan kumparan “main transformer“ beroperasi pada Cos 30 ° = 0,866
p.f, yang ekuivalen dengan “main transformer“ bekerja pada 86,6 %
dari kemampuan daya semunya.

78
Gambar 4.11 Transformator 3 Fasa Hubungan scott (T-T)

79
5. Rangkuman

80
81
C. Perlatihan
Perlatihan berisi beberapa soal yang akan diujikan kepada pembaca.

82
D. Daftar Bacaan
Contoh penulisan daftar bacaan:
Nama Belakang, NmDpn. Tahun Terbit. Judul Bacaan. Kota Penerbit:
Nama Penerbit.

Quinn, M.J. 2015. Ethics for the Information Age, 6th Edition. Seattle:
Pearson.

Reynold, George W. 2015. Ethics in Information Technology, 5th Edition.


USA: Cengage Learning.

83
Kunci Jawaban

84
85
86
87
88
89
90
91
DAFTAR PUSTAKA

Contoh penulisan daftar pustaka:


Nama Belakang, NmDpn. Tahun Terbit. Judul Bacaan. Kota Penerbit:
Nama Penerbit.

Quinn, M.J. 2015. Ethics for the Information Age, 6th Edition. Seattle:
Pearson.

Reynold, George W. 2015. Ethics in Information Technology, 5th Edition.


USA: Cengage Learning.

92
LAMPIRAN

93
94
95
GLOSARIUM

96
97
98
99
100
INDEKS

101
102
103
BIODATA PENULIS

Biodata penulis ini dituliskan di belakang halaman cover. Biodata naratif


maksimum 200 kata, dilengkapi foto diri. Bila jumlah penulis banyak dan
tidak memungkinkan untuk dicantumkan pada cover belakang, maka akan
disertakan sebagai halaman dalam buku. Contoh format penulisan biodata:
Berikut ini merupakan penjelasan dari biodata penulis 1.
Biodata ini dapat berisi informasi akademik penulis,
profesi penulis, bidang keahlian penulis, mata kuliah yang
Foto Penulis 1 diampu, karya penulis meliputi penelitian dan termasuk
buku yang telah dibuat. Info kontak (misalnya: alamat
email dll) penulis juga dilampirkan di akhir penulisan
biodata ini.

Berikut ini merupakan penjelasan dari biodata penulis 2.


Biodata ini dapat berisi informasi akademik penulis,
profesi penulis, bidang keahlian penulis, mata kuliah yang
Foto Penulis 2 diampu, karya penulis meliputi penelitian dan termasuk
buku yang telah dibuat. Info kontak (misalnya: alamat
email dll) penulis juga dilampirkan di akhir penulisan
biodata ini.

Berikut ini merupakan penjelasan dari biodata penulis 3.


Biodata ini dapat berisi informasi akademik penulis,
profesi penulis, bidang keahlian penulis, mata kuliah yang
Foto Penulis 3 diampu, karya penulis meliputi penelitian dan termasuk
buku yang telah dibuat. Info kontak (misalnya: alamat
email dll) penulis juga dilampirkan di akhir penulisan
biodata ini.

104

Anda mungkin juga menyukai