Anda di halaman 1dari 5

ESAI MEDIA PEMBELAJARAN INDONESIA:

Akankah Buku Elektronik Menghapus


Jejak Ketenaran Buku Fisik?

Disusun oleh Kelompok 17:

Juanet Khairunnisa (13119014)


Fathi Ramadhan (13119022)
Ahmad Faadhila Addiputra (13119060)
Fajar Kamil Husain (13119074)
Muhammad Arzan Marzuki (13119102)
Muhammad Sya’banur Rozaq (13119111)
Muhammad Aldian Salman (13119126)
Fauzaan Rafi Sa’aluddin (13119205)
Furqon Algifari (13119221)
Farrell Mac Zuhayr (13119244)

Sumber:

● https://www.realsimple.com/health/preventative-health/benefits-of-reading-real-books
● https://kumparan.com/nadila-dinda-pratiwi/dampak-buruk-membaca-ebook-dan-cara-me
ngatasinya/full
● https://penerbitbukudeepublish.com/ebook-vs-buku-cetak/
● https://www.coolblue.nl/en/advice/lifespan-smartphone.html
● http://livingzerowaste.org/en/whats-more-sustainable-ebook-or-book/
● http://theprintingreport.com/2018/05/03/the-rise-in-popularity-of-printed-books-continue
● https://www.pewresearch.org/fact-tank/2019/09/25/one-in-five-americans-now-listen-to-a
udiobooks/
● https://blog.mizanstore.com/buku-fisik-vs-buku-digital/
Akankah Buku Elektronik Menghapus
Jejak Ketenaran Buku Fisik?

Buku adalah media untuk mengabadikan dan/atau merekam berbagai macam informasi
baik yang asalnya dari karangan akal cendekia manusia maupun reka kejadian nyata yang
tertangkap oleh indra manusia yang umumnya sengaja dibuat dalam bentuk suatu bundel. Kini,
definisi buku kian ambigu dengan hadirnya buku elektronik akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Buku fisik yang telah eksis dari beberapa abad sejak kertas
ditemukan ini, kini dihadapkan dengan kompetitor barunya, yaitu buku elektronik. Menariknya,
keberadaan buku elektronik ini tidak serta-merta membuat seluruh pecinta buku fisik beralih.
Masalah ini menjadi menarik karena kita perlu meninjau beberapa aspek yang membuat sebagian
orang tersebut tetap setia atau beralih dari buku fisik.

1. Faktor Ergonomis

Buku fisik ajaibnya dapat menenggelamkan pembaca pada alur cerita lebih baik dari
buku elektronik. Tidak ada gangguan, pikiran kita terfokus dan terlibat lebih lama. Penelitian
yang dilakukan oleh Sussex University telah menunjukkan bahwa membaca selama enam menit
dapat mengurangi tingkat stress hingga 68%. Pesaingnya, buku elektronik, bermanfaat terutama
bagi individu dengan gangguan penglihatan atau gangguan membaca seperti disleksia, karena
hampir semua e-reader atau tablet menyediakan berbagai opsi untuk mengubah ukuran teks dan
spasi baris. ​Sebuah penelitian yang dilakukan di SMA Landmark di Prides Crossing, AS, yang
melibatkan 103 siswa dengan riwayat disleksia. Tim peneliti mengamati pemahaman dan
kecepatan membaca dari masing-masing siswa dan menyimpulkan bahwa siswa mampu
membaca lebih efektif dan lebih mudah dengan e-reader daripada membaca di kertas. ​Sebuah
studi dari Harvard University menemukan bahwa membaca e-book sebelum tidur dapat
mengurangi produksi melatonin, sebuah hormon yang menyebabkan manusia tertidur.
Akibatnya, orang yang membaca e-book cenderung tertahan lebih lama untuk membaca,
sehingga memiliki waktu tidur yang sedikit. Akibatnya mereka menjadi lebih lelah saat pagi hari.
Buku fisik boleh jadi unggul dalam hal kesehatan. Akan tetapi, ada alasan krusial lainnya
yang perlu dipertimbangkan. Buku elektronik lebih praktis dibandingkan dengan buku cetak
karena ebook mudah dibawa dan bisa dibaca dimana saja, karena hanya dengan satu gadget
semua file dan ratusan buku bisa kita baca kapan saja, sedangkan buku cetak sangat berat, susah
dibawa, dan memakan banyak tempat. Buku elektronik juga mudah disimpan dan tidak
membutuhkan banyak ruang. Saat membaca buku elektronik kita tidak perlu repot-repot
membalikkan halaman buku, hanya dengan cara digeser kita dapat mengganti halaman di buku
elektronik. ​Buku eletronik memudahkan pembacanya dalam belajar karena memuat konten
multimedia, sehingga kita bisa lebih mengerti mengenai materi yang sedang dipelajari ketimbang
buku fisik yang sekadar memaparkan dengan tulisan dan gambar sederhana. Selain itu buku
elektronik sendiri, khususnya yang berekstensi PDF dan HTML memiliki fitur pencarian yang
mempermudah anda dalam mencari informasi yang ingin kita dapatkan.

2. Faktor ekonomis

Tidak seperti yang sebagian orang pikirkan, digitalisasi suatu buku tidak membuat harga
suatu buku menjadi lebih murah. Pendapat ini salah satunya dikemukakan oleh sebuah
universitas bernama ​University of Helsinki ​yang memaparkan bahwa harga rata-rata dari sebuah
buku fisik berkisar antara 50 - 70 euro. Sedangkan untuk buku elektronik, meskipun harga
terendahnya 40 euro, namun harga kisarannya mecapai 200 euro bahkan dapat lebih dari 1000
euro.
Buku fisik dapat dibaca langsung tanpa menggunakan media apapun. Namun, tidak
demikian dengan buku elektronik yang memerlukan sebuah media (​gadget​) yang
membuhtuhkan daya listrik dan koneksi internet untuk dapat mengaksesnya. Berat untuk
sebagian orang untuk dapat memfasilitasi diri dengan media-media tersebut. Selain itu, tidak
semua daerah tidak sudah tercakup jaringan internet dan listrik. Sedangkan, buku fisik lebih
mudah didistribusikan ke daerah-daerah tersebut. Sehingga, buku fisik lebih unggul dalam poin
ini.

3. Faktor Keberlanjutan (​Sustainability)​

Buku fisik membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Jumlah pemakaian dan jenis
perawatan yang diaplikasikan pada buku fisik sangat berdampak dengan ketahanan dan umur
dari suatu buku. Disisi lain, Ketahanan buku elektronik hanya bergantung pada kekuatan ​device
yang digunakan untuk mengakses buku tersebut. Bila dibandingkan berdasarkan hasil survei,
rata-rata buku memiliki umur 5-10 tahun sedangkan ​gadget h​ anya 2.5 tahun. Disamping itu,
untuk membuat 1 buku membutuhkan rata-rata 7.5 kg CO2, sedangkan untuk membuat
perangkat untuk mengakses ebook membutuhkan rata-rata 168 kg CO2. Sehingga agar buku
elektronik bisa dibilang lebih ramah lingkungan dari buku fisik, satu perangkat harus setidaknya
dipergunakan untuk membaca 23 buku elektronik.

4. Faktor Popularitas

Menurut survei dari Pew Research Center, printed book tetap menjadi pilihan yang lebih
populer dibanding buku elektronik. Bahkan, menurut data yang didapatkan, sebagian besar
responden yang hanya membaca buku fisik saja memiliki persentase terbesar dibanding pembaca
buku elektronik saja, ataupun pembaca keduanya. Walaupun popularitas buku elektronik
mengalami perkembangan, masih banyak orang yang membaca printed book karena berbagai
alasan. Data dari NPD BookScan, salah satu industri publishing untuk buku fisik, menunjukkan
penjualan buku fisik mengalami peningkatan sejak tahun 2013 hingga sekarang. Hal ini juga
memperkuat fakta bahwa masih banyak orang yang menganggap bahwa buku fisik ini lebih baik
dan masih diminati. Glenn Leibowitz, salah seorang manajemen konsultan pun menyatakan
bahwa buku fisik membuat seseorang memiliki ikatan emosional antara dirinya dengan apa yang
sedang dibacanya, sehingga membuat buku fisik yang dimilikinya tersebut lebih berarti dan
berharga untuknya.

5. Faktor Aksesbilitas

Mengenai aksesibilitas, tentu tidak jauh dengan kata kepraktisan, lingkungan, serta
kesehatan. Mengenai kepraktisan tentu saja buku elektronik jauh lebih praktis dalam
pemakaiannya dibandingkan buku fisik. Belum lagi dari penyimpanan, buku digital jauh lebih
unggul dan tidak mengambil lahan yang banyak. Buku fisik membuat kita tidak terlalu mudah
dalam mencari kata kunci, sedangkan dalam buku digital kita dapat menemukannya dengan
berbagai cara yang jauh lebih mudah. Dalam aspek kesehatan, buku digital dapat membuat mata
lebih mudah lelah karena sinar yang terpancar dari layar gadget. Departemen Kesehatan di
Amerika Serikat baru-baru ini meneliti bahwa seseorang sebaiknya melihat layar kurang dari dua
jam dalam sehari. Menatap layar lebih dari yang dianjurkan berpotensi merusak mata Anda.
Terakhir, mengenai lingkungan buku fisik menghabiskan banyak pohon yang ditebang.

Dari paparan kelima aspek di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing jenis buku
memiliki kelebihan dan kekurangan. Jenis buku apapun yang unggul sangat bergantung dengan
kondisi yang ada. Dalam kondisi dan momen tertentu boleh jadi buku elektronik menjadi lebih
praktis dan nyaman di gunakan, akan tetapi pada kondisi khusus buku elektronik tidak mudah
untuk diakses. Hal yang sama terjadi pada buku fisik yang pada momen dan kondisi tertentu
dapat menjadi lebih mudah didapat dan digunakan, namun ada kalanya pula buku fisik sulit
untuk dapat dimobilisasi. Sebenarnya buku fisik dan buku elektronik dapat saling melengkapi,
karena boleh saja orang yang telah terbiasa dan lebih meminati membaca buku fisik, juga
menggunakan buku elektronik pada kondisi tertentu, begitupun sebaliknya. Dengan demikian,
kita sebagai pembacalah yang paling mengerti kondisi dan momen diri, yang tepat untuk
menentukan kapan harus menggunakan buku fisik dan kapan harus menggunakan buku
elektronik, ataupun keduanya. Keduanya dapat saling melengkapi untuk dapat mewujudkan
Tujuan Negara Republik Indonesia yang ketiga yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Anda mungkin juga menyukai