TRADISIONAL
PADA PENDERITA OSTEOPOROSIS
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
1.1. Nurwana
1.2. Nurwani
1.3. Peni Umriani
1.4. Putri Mira
1.5. Rantika Juniarti Tarigan
1.6. Ratih Ayu Pertiwi
1.7. Ratih Nurul Rizky
1.8. Rebekha Noveria
DOSEN PENGAMPU : Ns. Siti Marlina, S.Kep., M.Kes
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.........................................................................................................................
Latar Belakang.............................................................................................1
1.2.........................................................................................................................
Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3.........................................................................................................................Tuju
an ...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terapi Medis.................................................................................................3
2.2 Terapi Komplementer..................................................................................4
2.3 Klasifikasi Terapi Komplementer..............................................................5
2.4 Penggunaan Terapi Komplementer............................................................6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian.....................................................................................................12
3.2 Etiologi..........................................................................................................12
3.3 Manifestasi Klinis........................................................................................15
3.4 Penatalaksanaan Medis..............................................................................16
3.5 Teknik Terapi Komplementer...................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan
suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi
lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi
tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana
lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan apabila dipaksakan
justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya
pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan secara
rutin dan berkesinambungan.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan terapi medis
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan terapi komplementer
3. Untuk mengetahui Terapi medic dan komplementer yang lazim digunakan
pada lansia
4. Untuk mengetahui Terapi Komplementer Pada penyakit osteoporosis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Memberikan pelayanan rehabilitasi medik yang komprehensif.
2. Berperan dalam mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidup
pasien ( kesehatan, vitalitas, fisik, dan fungsi).
3. Mencegah atau mengurangi keterbatasan (impairment ), hambatan (disability)
dan kecacatan (handicap ).
4
komplementer tradisional-alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional-
alternatif yang daoat diselenggarakan secara sinergis dan terintergrasi harus di
tetapkan oleh menteri kesehatan setelah memalui pengkajian.
Terapi komplementer banyak menggunakan pada efektifitas dari beberapa
terapi (Snyder dan lindquist, 1998). Florence nightingale menggambarkan
penggunaan terapi komplementer, seperti musik, didalam perawatan holistik klien
(nigthingale, 1860/1969).
Surver di afrika mengemukakan bahwa 42% reponden menggunakan 1 atau
lebih terapi komplementer (eisenberg dkk, 1998). Penggunaan terapi komplementer
meningkatkan hampir 10% berdasarkan hasil survei tahun 90 (eisenberg dkk, 1993).
Terapi komplementer lebih populer di Eropa daripada di Amerika Serikat (peletier,
2000). Di jerman penggunaan herbal merupakan bagian dari keperawatan kesehatan.
Hasil penelitian tentang obat herbal menunnjukkan bahwa 70 – 90 % dari terapi
kesehatan diseluruh dunia menggunakan terapi komplementer secara rutin sebagai
bagian perawatan kesehatan ( kraitzer dan jansen, 2000).
5
Menurut NCCAM terapi komplementer menjadi pengobatan untuk kondisi
tertentu dan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan ternasuk
profesi perawat.
Basis filosofi yang mendasari penggunaan terapi komplementer berbeda
dengan modal biomedis konfensional. Biomedis berusaha menghilangkan dan
memperbaiki etiologi atau masalah yang mendasari serta menekankan pada
pengobatan trauma maupun situasi darurat lainya (weil, 1995). Sementara itu tujuan
terapi komplementer dalam sistem keperawatan adalah untuk mencapai keselarasan
dan keseimbangan dalam diri seseorang.
Zollman dan vickers (1999)menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik
adalah untuk mengembalikan keseimbangan dan memfasilitasi respon tubuh daripada
menyembuhkan proses penyakit atau penghentian gejala. Oleh karena itu, perawat
memberikan perawatan yang mencakup modifikasi gaya hidup, perubahan diet, olah
raga, pengobatan khusus, konseling, latihan, bimbingan, pada pernafasan, relaksasi,
serta resep herbal. Konsep ini menenkan pentingnya sistem perawatan yang
menerapkan pendekatan kepedulian holistik terhadap perawatan klien yang akan
meningkatkan pelayanan kesehatan.
6
6. Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi komplementer adalah
peningkatan pengeseran budaya yang menggunakan pelayanan kesehatan
selain sistem biomedis.
Terapi komplementer sangat penting dalam klien dengan kondisi kesahatan
fonis yang meliputi spiritual, sosial, psikologi, dan masalah fisik (haines, McKibbon
dan Kanani, 1996).
7
terapi komplementer yang lebih banyak untuk membantu klien mencapai hasil
ksehatan yang lebih optimal.
klasifiskasi berdasarkan National Center for Complementary/Alternative
Medicine
Jenis Contoh
Terapi pikiran - tubuh Yoga, tah chi, internal qi – gong, meditasi ,
( mind – body) . imagery,hipnosis, biofedback, dukungan kelompok,
Pendekatan prilaku terapi seni , terapi musik, terapi dansa , journaling ,
psikologi, sosial, dan humor, psikoterapi tubuh, dan pengakuan nonlocality,
spiritual untuk soul retrieval, penyembuhan spiritual, holistik nursing,
kesehatan . plasebo sweat lodges.
Terapi sistem pengobatan Pengobatan tradisional cina (akupuntur, formula
alternatif ( alternatif herbal, diet, exterlan dan internal qi-gong, tai chi,
medical sistem ). pijatan dan manipulasi, acupotomy), sistem adat
pengobatan nonmedis tradisional seperti pengobatan asli penduduk amerika,
yang melibatkan teori pengobatan ayuverda, unani-tibbi, pengobatan kampo,
dan praktik dari sistem pengobatan tradisional afrika, pengobatan tradisional
yang komplet. aborigin, curanderismo, sistem pengobatan barat yang
tidak konvensional (hemeopati, radiestasia,, cayce-
based systems, radionics). Naturopati.
Terapi berbasis biologi Herbal, diet khusus (pritkin, omishatki, tinggi serat,
(biological based makrobiotik), pengobatan orthomolecular (gizi),
therapies). intervensi farmakologi/biologis/ instrumental
Terapi yang bersifat (kartilago ozon, cone therapy, sengatan
alami. lebahelektrodiasnostik, iridology
Praktik, intervensi, dan
produknya berbasis
biologis
Terapi manipulatif dan Pengobatan kiropraktik pijatan dan gerakan tubuh atau
berbasis tubuh body work (kranial-sakrum astheopatic manipulative
(manipulative and body treatment. Pijatan swedia, refleksologi metode pilates,
8
sistems) polaritas, gerak tubuh trager, teknik alexander, teknik
Sistem yang berdasarkan feldenkrais. Pijatan chinese tui Na, akupresur, ralfing),
pada kegiatan manipulasi serta terapi fisika nonkonvensional seperti hidroterapi,
dan atau gerakan anggota distermi, terapi, cahaya dan warna, colonic, pernafasan
tubuh. ;ubang hidung secara bergantian
(alternatenostrilbreathing).
Terapi energi (energy Sentuhan terpeutik, sentuhan penyembuhan,
therapies) penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gong
Sistem pengobatan yang external dan magnet
menggunakan medan
energi halus di dalam dan
sekitar tubuh
Program Rehabilitasi
Untuk memulai program rehabilitasi pada penderita lansia,sebagai tenaga
professional harus mengetahui kondisi lansia saat itu,baik penyakit yang menyertai
maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.salah satunya di kemukakan
oleh Katz, DKK yang telah menetapkan Fungsional Assessment Instrument untuk
menggolongkan kemandian merawat diri pada lansia dengan berbagai macam
penyakit, misal fraktur collum femoris, infark cerebri, arthritis, paraplegia,
keganasan, dll. adapun aktivitas yang dinilai adalah Bathing, Dressing, Toileting,
Transfering, Continence dan Feeding.
1. Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik
yang paling ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh
individu tersebut, misalnya :
1. Aktivitas di tepat tidur
Positioning, alih baring, latihan pasif & aktif lingkup gerak sendi
2. Mobilisasi
9
Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri,
jalan
Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan, berpakaian, dll
10
penting sebagai masukan untuk mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan,
misalnya seorang lansia yang tinggal dirumahnya banyak trap/anak tangga,
bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang datar dan biasa dekat dengan
kamar mandi, dll
11
BAB III
PEMBAHASAN
(Terapi Komplementer Pada Penyakit osteoporosis)
3.1 Pengertian
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa
tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang
menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada
tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang
berkurang. Resorpsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang, sehingga tulang
menjadi tipis (Pusdiknakes, 1995). Jadi osteoporosis adalah kelainan atau gangguan
yang terjadi karena penurunan masa tulang total.
3.2 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
a. Determinan Massa Tulang
1. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil.
Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang
lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai
tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur
karena osteoporosis
2. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban
akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat
12
disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan
massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja
mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan
juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau
pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun
tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada
otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di
tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar
angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar
beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa
tulang di sampihg faktor genetik
13
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang
tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang
sama
2. Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting
dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia.
Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor
mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan
menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan
fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
3. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan
massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita
post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-
wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan
absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari
keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang
erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya.
Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin
yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa
menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah
25 mg kalsium sehari.
4. Protein
14
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan
massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam
amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan
ekskresi kalsium.Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri,
tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor,
maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.
Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja.
Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang
negative.
5. Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium di ginjal.
15
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteoporosis adalah :
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.
Nyeri timbul mendadak
Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena
melakukan aktivitas
Deformitas vertebra thorakalis
Penurunan tinggi badan
16
tulang 5-10% pada penggunaan yang teratur selama 5 tahun. Pada penelitian
terbukti dapal menurunkan risiko {raktur tulang sampai 37%.Derivat
androgen yang dapat diberikan pada penderita osteoporosis pria adalah
anabolik steroid, mempunyai e{ek sintesis protein Yang kuat dan e{ek
androgen ringan. Anabolik steroid yang digunakan adalah nandrolon decanoat
dan stanozolol Anabolik steroid mampu nrenurunkan kecepatan bone loss
pada penderita osteoporosis dengan cara merangsanE pemb'entukan tulang
secara langsung oleh karena adanya reseptor androgen pada tulang Manfaat
pada penderita osteoporosis adalah menambah massa tulang, meningkatkan
absorpsi kalsium di usus, menurunkan ekskresi kalsium dalam urine,
menurunkan massa lemak dan menambah nlassa otot efek samping cenderung
retensi air dan garam serta mengakibatkan perubahan profil
lipid(atherogenik).
Raloxifene
Raloxifene tergolong dalam seleklif estrogen reseptor modulator
{SERM} adalah komponen non sieroid yang berasal dari benzothiophene
yang bersifat anti estrogen, mengadakan kompetitif inhibisi terhadap peran
estrogen pada payuda dan khususnya uterus, selain juga bersifat agones
estrogen pada tulang dan metabolisme lemak. Obat lain yang tergolong dalam
SERM ini adalah tamoxipen Penggunaan raloxifene meningkatkan massa
tulang 20-2,5% pada tulang panjang wanita pasca-menoaouse. Selain itu
menurunkan risiko patah tulang belakang sebesar 50% pada dosis 120 mg/hari
{Ettinger ela 1999) Bila dibandingkan dengan estrogen maka efektivitas
raloxifene menurunkan risiko fraktur l;bih rendah, namun tidak menstinrulasi
payudara dan ulerus dan tidak membuat perdarahan menstruasi. Efek
sampingnya adalah retensi cairan dan nyeri kepala. Dosis yang biasa
dipergunakan adalah 60 mg/hari.
17
Calcitriol telah banyak diteliti dan terbukti mencegah hilangnya massa
tulang 0,7-1,3% pertahun pada dosis 0,6 ug/hari pada tulang belakang
penderita osteoporosis akibat kortikosteroid .(sambrook et al , 1993), begitu
pula pada tulang kepala dan lengan alas. Vitamin D ini termasuk obat moderat
dalam meningkatkan massa tulang, sehingga untuk hasil yang lebih
dikombinasikan dengan terapi pengganti hormon atau bisfosfonat Calcitriol
tidak dianjurkan pada penderila batu ginjal atau didapatkan gangguan fungsi
ginjal jantung maupun hepar. Pemberian calcitriol biasanya bersamaan dengan
kalsium karena fungsi utama vitamin D ini adalah menjaga homeostasis
kalsium dengan cara meningkatkan absorpsi kalsium cli usus dan mobilisasi
kalsium dari tulang Kalsium yang cukup dalam serurn akan menekan sekresi
PTH dengan demikian proses resorpsi tulang akan dihambat {Christiansen &
Riis, 1990) Pemberian kalsium yang dianjurkan 1000-1500 mg/harinya.
Pemberian suplemen kalsium saja hanya berdampak kecil
Kalsitonin
Kalsitonin telah disetujui oleh FDA sebagai alternatif terapi untuk
osteoporosis. lndikasinya adalah pada pasien yang tidak dapat menggunakan
estrogen. Pemberiannya lewat semprotan intranasal dengan dosis 2OO u/hari
sebagai dosis tunggal dan parenteral dengan dosis 50-1OO lU secara
intramuskular atau subkutan diberikan 2-3 kali/minggu. Efek samping adatah
pusing, mual, muka panas biasanya berlangsung 30-60 menit. Manfaat
kalsitonin yang lain adalah menambah massa tulang dan mempunyai efek
analgetik. Mekanisme kerjanya adalah mengurangi resorpsi dengan menekan
aktivitas osteoklast atau menghambat cara kerja osteoklast dengan 2 cara yaitu
menghambat transformasi monosit menjadi osteoklast dan mengadakan
translokasi ion kalsium kedalam mitokondria. Dampak yang nyata adalah
penderita mengalami turn over dalam massa tulang yang tinggi (Christiansen
& Riis, 19901. Kelemahan obat ini adalah harus digunakan terus menerus,
sebab bila dihentikan maka akan didapat fenomena lebound bone turn
18
Bisfosfonat
Bisfostonat merupakan obat yang relatil baru yang digunakan untuk
pengobatan osteoporosis, baik sebagai alternatit terapi pengganti hormon pada
wanita maupun penderita osteoporosis pria. Cara kerja bisloslonat adalah
mengurangi resorpsi tulang oleh osteoklast dengan caaa berikatan pada
permukaan tulang dan dengan menghambat kerja osteoklast dengan cara
mengurangi produksi proton dan enzim lisosomal dibawah osteoklast. Selain
itu juga mempengaruhi aktifasi prekusor osteoklast, dilferensiasi prekusor
osteoklsst menjadi osteoklast yang matang. kemotaksis, perlekatan osteoklast
pada permukaan tulang dan apoptosis osteoklast. Bisfosfonat juga memiliki
efek tak langsung terhadap osteoklast dengan cara merangsang osteoblast
menghasilkan substansi yang dapat menghambat osteoklast dan menurunkan
kadar stimulator osteoklast. Beberapa penelitian juga mendapatkan bahwa
bisfosfonat dapat meningkatkan jumlah dan dalerensiasi osteoblast. Dengan
mengurangi aktivitas osteoklast maka pemberian bisfostonat akan
memberikan keseimbangan yang positif pada unit remodelling tulang
b) Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
1. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar
seperti:
Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
Latihan teratur setiap hari
Hindari:
Makanan tinggi protein
Minuman beralkohol
Merokok
19
Minum kopi
Mencegah Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu sindroma penurunan densitas tulang (matrix dan
mineral berkurang), terapi rasio matrik dan mineral tetap normal. Osteoporosis terjadi
karena ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Densitas
mineral tulang berkurang sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah
walaupun dengan trauma minimal.
Contoh latihan yang harus dihindari :
Sit Up
Menyentuh jari kaki pada posisi berdiri
Duduk dengan punggung membungkuk
Mengangkat beban dengan ayunan punggung
Latihan Beban
Latihan beban yang dilakukan secara teratur dan benar gerakannya bermanfaat
bagi penderita osteoporosis. Seorang lanjut usia, sebelum melakukan latihan, baik
sekali apabila memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter. Pemeriksaan kesehatan
serta kesegaran jasmaninya harus dilakukanteliti, dengan memeriksa komponen
kesegaran jasmaninya selengkap mungkin. Dari hasil pemeriksaan ini barulah
ditentukan bentuk program latihan sesuai dengan kemampuannya. Penderita
osteoporosis sebaiknya berlatih didampingi instruktur, dengan beban disesuaikan, dan
tidak perlu berlebihan. Latihan yang sangat keras pada wanita muda dapat
menyebabkan menstruasi terganggu dan berkurangnya jaringan tulang. Salah satu
penelitian yang dilakukan oleh Miriam, Ph.D., bersama teman-temannya di
Universitas Tuft Boston. menunjukkan bahwa ada suatu peningkatan pada daerah
tertentu dengan berolahraga. Penelitian tersebut meneliti wanita post menopause yang
20
berusia 50 sampai 70 tahun, tidak menggunakan estrogen selama satu tahun selama
mengikuti program latihan beban dua hari perminggu dengan waktu 40 menit sekali
berlatih. Kelompok yang mengikuti latihan beban lima macam rata-rata dapat
memelihara kepadatan tulangnya pada daerah pinggul dan punggung, sedangkan yang
tidak mengikuti latihan kepadatan tulangnya menurun (www.indonesia.nl, 2004).
Latihan ini dapat dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk. Latihan dengan
menggunakan beban dalam (berat badan sendiri) untuk penderita osteoporosis
bervariasi gerakannya. Sebagai contoh adalah latihan untuk menguatkan otot
punggung. Posisi awal latihan back extension untuk otot punggung, yaitu penderita
berbaring menelungkup. Tahap selanjutnya, kepala dan dada diangkat selama
beberapa detik dengan bantuan matras sebagai penopang. Latihan dilakukan 5 sampai
10 kali dan frekuensinya tiga kali seminggu. Peningkatan latihan dapat dilakukan
setelah penderita merasa terbiasa/ ringan dalam mengangkat bebannya.
Senam Osteoporosis
Senam yang rutin bisa mengurangi depresi melalui 2 cara. Pertama, senam
mengeluarkan endorphin, zat perasaan baik yang berkaitan dengan suasana hati.
Kedua interaksi dalam senam juga dapat mengurangi depresi, dari hasil penelitian
sebagian besar (63,2%) responden mengikuti senam osteoporosis sesuai kaidah, yaitu
1 kali dalam seminggu minimal 40 menit dalam sekali senam. Senam osteoporosis
baik untuk segala usia. Faktor lain yang menmpengaruhi senam adalah pekerjaan,
sebagian besar (56,2%) bekerja sehingga waktu untuk melakukan senam osteoporosis
sangat sedikit, tetapi pekerjaan yang dilakukan dengan cara mengangkat beban,
bersepeda maupun berjalan kaki mempunyai manfaat yang sama dengan melakukan
senam osteoporosis.
Berdiri tegap selama 40 menit akan mempunyai manfaat untuk perbaikan
massa tulang, gabungan olahraga aerobik yang dilakukan dengan berdiri dan program
penguatan otot umum akan mempunyai manfaat untuk meningkatkna kebugaran.
Merekan yang tidak bisa melakukan dengan cara berdiri maka bisa melakukan
21
dengan cara duduk ataupun berbaring, yang juga akan mempunyai manfaat untuk
perbaikan massa tulang Cosman (2013).
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien.
Optimalisasi terapi medis harus aman, efektif, pemilihan terapi secara bijak dan
pelayanan kesehatan secara akurat serta adanya kesepakatan antara pasien dan
pemberi pelayanan berdasarkan informasi terkini.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis. Hasil
penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif
pada manusia dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan
seseorang. NCCAM. Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di
dasarkan sebagai kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies)
sementara terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus
pada dampak terapi terhadap pengibatan.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi medik dan terapi
komlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat memperoleh
manfaat dari makalah yang kami buat. Jika ada pengembangan yang bermanfaat
mohon untuk dilayangkan pada penulis makalah ini karena masukan dari pembaca
atau bapak/ ibu dosen sangat mendukung demi kesempurnaan makalah yang kami
buat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kusumanto, R., Iskandar, Y., 1981. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi pada
praktek umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha
Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut).Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.J akarta :
Salemba Medika
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC
Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada klien psikogeriatik.
Jakarta : Salemba medika
Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik. Edisi II. Jakarta :
EGC
Tarigan, C., Julita 2003. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan
Dispepsia Organik. Diakses dalam http://www.usu.go.id.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC