PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak semua pangan aman dan bergizi karena ada beberapa tanaman yang secara
alami memproduksi racun atau toksin sebagai alat pertahanan terhadap serangga dan
hama penyakit lain. Toksin tanaman mempunyai efek negatif pada bioavailabilitas zat
gizi. Apabila racun ini masuk ke dalam tubuh manusia maka dapat menimbulkan
berbagai efek. Akut kronik dan karsionogenik. Senyawa Anti Gizi diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu: Anti-Protein, Anti-Mineral, dan Anti-Vitamin.
Menurut peraturan mentri kesehatan R.I. No.329/PER/XII/76, yang dimaksud
dengan aditif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampur sewaktu
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Termasuk ke dalamnya adalah
pewarnaan, penyedap rasa dan aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi,
antigumpal, pemucat, dan pengental. Pada umumnya bahan tambahan dapat dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan
tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi,nilai gizi, cita rasa,
mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain
sebagainnya.
2. Aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah
sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat
dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Dalam
bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari kita perlu mengetahui keuntungan dan
kerugian/dampak negative dari makanan yang kita konsumsi. Oleh karena itu, perlu
diketahui apa saja zat aditif yang sering dicampurkan pada makanan, yang sehat
dikonsumsi dan apa saja yang merugikan kita atau yang mengancam kesehatan tubuh
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari senyawa undesirable atau senyawa anti gizi?
1.2.2 Bagaimanakah Analisis senyawa aditif dalam bahan pangan?
1.2.3 Bagaimanakah prinsip dan metode analisis senyawa aditif dalam bahan
pangan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari senyawa anti gizi
1.3.2 Untuk mengetahui analisis senyawa aditif dalam bahan pangan
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip dan metode analisis senyawa aditif dalam bahan
pangan
1.3.4
BAB II
PEMBAHASAN
(MSG)
Penyedap buatan yang paling banyak digunakan dalam makanan
adalah vetsin atau monosodium glutamat (MSG) yang sering juga disebut
sebagai micin. MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang
secara alami terdapat dalam protein nabati maupun hewani. Daging, susu,
ikan, dan kacang-kacangan mengandung sekitar 20% asam glutamat. MSG
tidak berbau dan rasanya merupakan campuran rasa manis dan asin yang
gurih.
Mengonsumsi MSG secara berlebihan akan menyebabkan timbulnya
gejala-gejala yang dikenal sebagai Chinese Restaurant Syndrome (CRS).
Tanda-tandanya antara lain berupa munculnya berbagai keluhan seperti
pusing kepala, sesak napas, wajah berkeringat, kesemutan pada bagian
leher, rahang, dan punggung.
Penyedap sintetis selain MSG antara lain adalah nukleotida seperti
guanosin monofosfat (GMP) dan inosin monofosfat (IMP). Keduanya
memberi rasa gurih pada makanan.
6) Pengemulsi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988
tentang bahan tambahan makanan, pengemulsi adalah bahan tambahan
makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem
dispersi yang homogeny pada makanan. Emulsi adalah suatu sistem yang
terdiri dari dua fase cairan yang tidak saling melarut, di mana salah satu
cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula di dalam cairan lainnya.
Cairan yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi,
sedangkan cairan yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase
kontinyu atau medium dispersi.
2.3 Prinsip dan Metode Analisis Senyawa Aditif dalam Bahan Pangan
2.2.1 Analisis Kualitatif Pemanis Sintetis secara Umum
Analisis pemanis sintetis dalam pangan, minuman maupun dalam obat-obatan.
agak sulit dilakukan, karena biasanya bahan tambahan yang ditambahkan kedalam
pangan/minuman tersebut tidak hanya pemanis saja, tetapi banyak bahan tambahan
lainnya, seperti pengawet, pewarna dan lain-lain. Hal itu menyulitkan dalam analisis
karena berbagai bahan tambahan dalam produk pangan/minuman tersebut saling
mengganggu dalam analisis, sampel biasanya mendapat perlakuan pendahuluan,
seperti ekstraksi dengan pelarut organik atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
Secara umum analisis bahan pemanis sintetis sakarin, siklamat, dulsin, aspartame, dan
sorbitol yang terdapat dalam minuman secara kualitatif dapat dilakukan dengan
kromotografi lapisan tipis (thin layer chromathography/TLC). Sedangkan penentuan
kadar bahan pemanis dapat dilakukan dengan cara spektrofotodensitometri atau
spektrofotometri UV/tampak.
2.2.2 Prinsip Analisis Kromatografi Lapis Tipis (TLC)
TLC adalah metode pemisahan secara fisikokimia yang berdasarkan sifat
perbedaan afinitas zat (analit terhadap fase diam dan fase geraknya). Fase diam
biasanya berupa zat padat (adsorben) uang ditempatkan pada suatu penyangga berupa
lempeng gelas atau logam. Sedangkan fase geraknya adalah cairan yang terdiri dari
campuran beberapa pelarut. Sampel yang telah melalui perlakuan pendahuluan
dipekatkan, kemudian ditotolkan pada lapisan tipis. Lempeng/lapisan tipis tersebut
diletakkan pada bejana tertutup yang berisi larutan yang cocok (fase gerak). Adsorben
yang biasa digunakan adalah silika gel aluminium oksida,kieselgur,selulosa, dan
turunannya atau poliamida.
Untuk mendeteksi senyawa yang telah terpisah dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Cara fisika dilakukan jika senyawa tidak berwarna dan untuk senyawa yang
dapat menunjukkan penyerapan di daerah panjang gelombang 254 nm.
2. Cara kimia, senyawa yang akan dipisahkan disemprot dengan pereaksi kimia
tertentu.
3. Cara biologi dilakukan untuk senyawa yang mempunyai aktifitas fisiologi.
2.2.3 Prinsip Kerja Spektrofotodensitometri
Spektrofotodensitometri adalah pengukuran noda pada kromatogram dengan
cara melewatkan cahaya yang intensitasnya diukur dengan detector sinar UV.
Penentuan kadar dilakukan dengan cara menghitung luas noda atau dengan
menggunakan kurva kalibrasi.
2.2.4 Prinsip Analisis Kuantitatif dengan Spektrofotometri UV/Sinar Tampak
Absorpsi molekul pada daerah UV/sinar tampak berhubungan erat dengan
strukturnya. Dalam penentuan kadar suatu larutan sampel secara spektrofotometri
didasarkan atas hubungan antara absorban dengan konsentrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Tidak semua pangan aman dan bergizi karena ada beberapa tanaman yang secara
alami memproduksi racun atau toksin sebagai alat pertahanan terhadap serangga dan
hama penyakit lain. Toksin tanaman mempunyai efek negatif pada bioavailabilitas zat
gizi. Apabila racun ini masuk ke dalam tubuh manusia maka dapat menimbulkan
berbagai efek. Akut kronik dan karsionogenik. Senyawa Anti Gizi diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu: Anti-Protein, Anti-Mineral, dan Anti-Vitamin.
Secara umum zat aditif adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan komponen has makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemesan, dan penyimpanan.
Jenis-jenis zat aditif terbagi atas dua golongan yaitu golongan zat aditif alami
dengan golongan zat aditif buatan (sintetis). Selain itu, penggunaan dari zat aditif ada
yang diizinkan penggunaannya oleh MENKES dan ada juga yang dilarang.
Efek dari penggunaan zat aditif khususnya zat pewarna yaitu efek kronis
senyawa azo mengakibatkan kanker, sedangkan pada zat pengawet menimbulkan
iritasi pada kulit dan mulut.
3.2 SARAN
Penggunaan zat aditif makanan haruslah hati-hati terutama zat aditif sintetis,
karena zat sintetis ini merupakan zat asin bagi tubuh yang dapat menyebabkan
penyakit. Penggunaan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang telah
ditentukan demi menjaga atau melindungi kesehatan tubuh.
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………...
…………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………..………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Senyawa Anti Gizi.....................................................................................2
2.2 Analisis Senyawa Aditif dalam Bahan Pangan............................................................4
2.3 Prinsip dan Metode Analisis Senyawa Aditif dalam Bahan Pangan..........................10
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.....................................................................................................................12
3.2 Saran...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..………………………iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
karena berkat rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SENYAWA
ANTI GIZI”
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembina kami, karena telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami, dan kepada anggota kelompok yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermaanfaat bagi kita
semua.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Penulis,
MAKALAH ILMU KIMIA PANGAN
SENYAWA ANTI GIZI DALAM BAHAN PANGAN
Oleh:
Kelompok VIII B
Ali Khomsan, Budi Setiawan, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Zat Gizi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Winarno. F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
https://www.academia.edu/20465127/Makalah_Kimia_Pangan_tentang_Zat_Ad
itif_dalam_Makanan diakses pada tanggal 12 Februari 2019.