Anda di halaman 1dari 17

A.

Definisi Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis


internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus (Mansjoer, 2000).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut
(Nettina, 2001).
Hernia inguinalis adalah suatu penonjolan yang terjadi pada kanalis
inguinalis akibat masuknya viscara (organ internal abdonan) abdomen melalui
kanalis inguinalis lateral (Syamsuhidajat, 2004).
Menurut (Nada, 2007) Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi
organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dindingrongga yang
bersangkutan atau lubang abnormal.
Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas hernia inguinalis lateralis
adalah penonjolan organ infra abdomen melalui lubang anulus inguinalis
dextra, karena bagian dinding rongga abdomen sebelah kanan yang terjadi
karena didapat atau jugs congenital.
B. Etiologi
Menurut (Sachdeva, 2000) Hernia Inguinalis / Congenital Hernia
inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut (karena kehamilan, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan miksi misalnya akibat
hipertropi prostat) dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya
hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdominal yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertropi prostat, konstipasi dan ansietas sering disertai hernia inguinalis.
Secara patofisiologi hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam
anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila
usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong
skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus, yaitu
perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah.

Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:

a. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan
prosesus vaginalis.
b. Kerja otot yang terlalu kuat.

c. Mengangkat beban yang berat.

d. Batuk kronik.

e. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.

f. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA)


seperti: obesitas dan kehamilan.
Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini
dikarenakan penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada
herniaumbilikalis pada anak sebelum usia dua tahun dan pada hernia ventralis.
Tindakan operasi dilakukan pada hernia yang telah mengalami stadium lanjut
yaitu;
1) Mengisi kantong scrotum

2) Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.

3) Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.


Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah karena
ditakutkan terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah terjadi strangulasi
tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis
usus(Sachdeva,1998 dan Mansjoer,2000). Menurut Natadidjaja (2002) , penyebab
hernia inguinalis adalah :
1. Tempat lemah pada dinding abdomen (kongenital, pada tempat- tempat
penetrasi anatomik atau tempat-tempat insisi).
2. Tekanan intraabdominal meningkat (batuk, mengedan, obstruksi)

3. Kelemahan otot-otot akibat obesitas dan lain-lain


4. Menurut Black and janis dkk (2002), penyebab hernia inguinalis adalah:
a. Kelemahan otot dinding abdomen.
1) Kelemahan jaringan.
2) Adanya daerah yang luas diligamen inguinal.
3) Trauma.
b. Peningkatan tekanan intra abdominal
1) Obesitas.
2) Mengangkat benda berat
3) Konstipasi, dari faktor mengejan pada saat proses buang air besar.
4) Kehamilan
5) Batuk kronik
6) Hipertropi prostate
c. Faktor resiko: kelainan congenital

C. Tanda dan Gejala


Menurut Natadidjaja (2002), tanda dan gejala hernia adalah :
1. Penonjolan di daerah inguinal
2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
kram dan distensi abdomen.
4. Terdengar bising usus pada benjolan
5. Kembung
6. Perubahan pola eliminasi BAB
7. Gelisah
8. Dehidrasi
9. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.
Menurut Mansjoer, A (2000) pada umumnya pasien mengatakan turun
berok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di
selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang
pada waktu tidur, bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau
bila posisi pasien berdiridapat timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi
dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan
tidak nampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam
keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang
sudah tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat
dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk
mengurangi tekanan intra abdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan.
Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga perlu di periksa.
Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke internus. Pada keadaan normal
jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah
ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung
jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi
jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis.
D. Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan

seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air

besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah

otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja

akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal

yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu

ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan

abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil

pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ- organ selalu

selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu

yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan

kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang

terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah

terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E.

2000).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang

didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena

meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan

penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,

bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan

intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila

otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan

anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam

kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi

karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang

disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

Menurut Mansjoer, A (2000) kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada

fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.

Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum

sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis

peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami

obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.

Namun beberapa hal, seringkali kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun

terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila

kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan

normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus

terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis

lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun

karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka

kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk

kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi dan

mengejan pada saat miksi misalnya hipertrofi prostat.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mansjoer, A (2000) pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :

1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam

usus/obstruksi usus.

2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan

hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih

(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

F. Penatalaksanaan umum

a. Menurut Mansjoer, A, (2000) penatalaksanaan medis pada hernia yaitu :

1. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang.

2. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,

kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.

3. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan

menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus

internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.

b. Sedangkan penatalaksanaan Keperawatan yaitu :

1. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan

secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat

penyokong.

2. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres

hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.


3. Celana penyangga

4. Istirahat baring

5. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja

untuk mencegah sembelit.

6. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian

makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat

sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,

minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala

.
G. PATHWAY

Riwayat pembedahan

Keterbatasan gerak
H. PROSES KEPERAWATAN

a. Pengkajian
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. J

Umur : 28 Tahun
Status
: Kawin
perkawinan
Jumlah anak : 1

Agama/ suku : Islam / Makassar

Warga negara : Indonesia


Bahasa yang
: Bahasa Indonesia
digunakan
Pendidikan : SLTP/sederajat

Pekerjaan : Buruh harian lepas


Kecamatan Tamalate, Kelurahan Maccini
Alamat rumah :
Somba
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Hasbianti
Umur : 25 Tahun
Alamat
: Kecamatan Tamalate, Kelurahan Maccini Somba
rumah

Hubungan
dengan : Istri
pasien
I. DATA MEDIK
Diagnosa Medik : Hernia/Usus turun
Saat masuk : Hernia/Usus turun
Saat Pengkajian : Hernia/Usus turun
II. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit sedang

Pasien tampak mampu melakuan aktivitas-aktivitas


ringan secara mandiri di tempat tidur dan juga
Alasan : pasien tampak senang menjawab pertanyaan saat
pengkajian hanya beberapa kali mengeluh nyeri
pada abdomen bagian bawah

TANDA-TANDA VITAL

1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow

a. Respon Motorik : 6

b. Respon Bicara : 5
Respon Membuka
c. : 4
Mata
Jumlah : 15
Kesimpulan : Composmentis
2. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
MAP : 96,6 mmHg
Kesimpulan :
3. Nadi : 80. x/mnt
Teratur Tachycardi
Irama : Bradicardi
Kuat Lemah
4. Suhu : 36,5 ºC Oral Axilla
5. Pernafasan : 20 x/mnt
Teratur Kusmaul Cheynes-
Irama :
Stokes
Jenis : Dada Perut

B. PENGUKURAN

Tinggi Badan : 176 cm


Berat badan : 65 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 20,9
Kesimpulan : Normal / ideal

C. GENOGRAM

Ket :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN


KESEHATAN
1 Keadaan Sebelum sakit : Baik
2 Riwayat penyakit saat ini :
a. Keluhan utama : Nyeri abdominal bawah
b. Riwayat keluhan utama :
Pernah opname 1 bulan yg lalu dengan
kasus yang sama, dan penyakit sudah
Riwayat penyakit yang :
dialami sejak lama namun memberat 1
minggu terakhir
pernah di alami
3 Riwayat Kesehatan keluarga : Baik / tidak ada riwayat penyakit
4 Pemeriksaan Fisik :
a. Kebersihan rambut : Bersih
b. Kulit Kepala : Bersih
c. Kebersihan kulit : Bersih
d. Hygiene rongga mulut : Bersih
e. Kebersihan genetalia : -
f. Kebersihan anus : -

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan Sebelum sakit : Baik
2. Keadaan sejak sakit : Baik
3. Observasi :
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan rambut : Bersih
b. Hidrasi kulit : Normal
c. Palpebrae/konjungtiva : Normal
d. Sklera : Baik
e. Hidung : Bersih
f. Rongga mulut : Lembab
g. Gigi : Bersih
h. Lidah : -
i. Pharing : -
j. Kelenjar getah : -
Bening
k. Kelenjar parotis : -
l. Abdomen : -
: Tidak ada pembengkakan /
Inspeksi : Bentuk
benjolan
Bayangan : -
Vena
Peristaltik : - x/mnt
Auskultasi :
usus
Palpasi : Nyeri : Nyeri
Benjolan : Tidak ada
Perkusi : Ascites Positif Negatif
m. Kulit : Edema Positif Negatif
Icterik Positif Negatif
Tanda tanda radang :
n. Lesi :
4. Pemeriksaan diagnostik :
Laboratorium : DL, GDA, Eletrolit
USG : -
Lain-lain : -
5. Therapy : Pemberian cairan RL
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan Sebelum sakit : Normal
2. Keadaan sejak sakit : Normal
3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : -
b. Palpasi kandung : Ascites Positif Negatif
Kemih -
c. Perkusi ginjal : Positif Negatif
D Anus : -
n. Lesi -
Peradangan : -
Hemorroid : -
Pemeriksaan
4. :
diagnostik
Laboratorium : -
USG : -
Lain-lain : -
5. Therapy : -
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
Keadaan Sebelum
1. : Baik
sakit
2. Keadaan sejak sakit : Baik

3. Observasi

a. Aktivitas harian

: 0
0 : mandiri
Makan
1 : bantuan dengan alat
Mandi : 2
2 : bantuan orang
Pakaian : 2

Kerapihan : 2 3 : bantuan alat dan orang

Buang air besar : 0

Buang air kecil : 0


Murmur -
:
HR -
:
Lengan dan -
d.
tungkai
Atrofi otot : Positif Negatif
Rentang gerak : Normal
Kaku sendi : -
Uji kekuatan otot
1 2 3 4 5
Kiri :
1 2 3 4 5
Kanan :
Refleks fisiologi : -
Refleks patologi : -
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubbing finger : -
Varises Tungkai : -
Columna
e.
Vetebralis
Inspeksi
Kelainan :
-
bentuk
Palpasi
Nyeri tekan : -
N. III – IV - VI : -
N. V Motorik : -
N. VII Motorik : -
N. VIII Romberg : Positif Negatif
Test
N.XI : -
Kaku kuduk : -
Pemeriksaan
5. : -
diagnostik
Laboratorium : -
Lain-lain : Pemeriksaan radiologi thorax
6. Therapy : -
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
Keadaan Sebelum
1. : Normal, pasien tidur antara pukul 19.00/20.00
sakit
2. Keadaan sejak sakit : Normal, pasien tidur antara pukul 19.00/20.00

3. Observasi :
Positif Negatif
Ekspresi wajah :

mengantuk
Positif Negatif
Banyak menguap :
Palpebra inferior Positif Negatif
:
gelap
4. Therapy : -

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan Sebelum sakit : Baik
2. Keadaan sejak sakit : Baik
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan Normal
Cornea : Normal
Visus : Normal
Pupil : Isokor
Lensa mata : Normal
b. Pendengaran : Baik
Kanalis : -
Membran Timpani : -
c. N I : -
d. N II : -
e. N V Sensorik : -
f. N VII Sensorik : -
g. N VIII Pendengaran : -
4. Pemeriksaan diagnostik -
Laboratorium : -
Lain-lain : -
5. Therapy : -

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

1. Keadaan Sebelum sakit : Baik


2. Keadaan sejak sakit : Baik
3. Observasi
a. Kontak mata : Baik
b. Rentang Perhatian : Baik
c. Suara dan cara bicara : Baik
d. Postur Tubuh : Baik
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kelainan Kongenital : -
b. Abdomen -
Bentuk : -
Bayangan Vena : -
Benjolan massa : -
c. Kulit (Masalah : Tidak ada
Kulit)
d. Penggunaan Protesa : -
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Keadaan
1. : Baik
Sebelum sakit
Keadaan sejak
2. : Baik
sakit
3. Observasi : -

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


Keadaan
1. Sebelum : Normal
sakit
Keadaan
2. : Nyeri pada bagian abdominal bawah
sejak sakit
3. Observasi : -
Pemeriksaan
4.
diagnostik
Laboratorium : -
Lain-lain : USG Abdomen
5. Therapy : Keterolac

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP


STRES
1. Keadaan Sebelum sakit : Baik
2. Keadaan sejak sakit : Baik
3. Observasi : -
4. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah
Berbaring : 110/70 mmHg
HR : - x/mnt

Kulit
Keringat dingin : Tidak
5. Therapy : -
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Data Subjektif Data Objektif Diagnosa Keperawatan
Klien mengeluh nyeri Tampak bengkak pada Nyeri berhubungan
pada bagian paha kiri sela paha sebelah kiri, dengan terjepitnya usus
dan skrotum pada skrotum di daerah selangkangan

c. Rencana Keperawatan dan Rasionalisasi


Diagnosa intervensi rasionalisasi
keperawatan
Klien  Atur posisi  Posisi yang nyaman
mengeluh senyaman dapat mengurangi
nyeri pada mungkin nyeri yang dirasakan
bagian paha  Observasi  Mengidentifikasi
kiri dan TTV peningkatan TTV
skrotum  Kaji tingkat  Identifikasi adanya
nyeri peningkatan nyeri,
 Ajarkan teknik mengetahui
relaksasi napas intensitas, durasi,
dalam dan skala nyeri
 Kolaborasi  Relaksasi napas
pemberian dalam dapat
terapi/obat mengurangi nyeri
yang dirasakan
 Kolaborasi buntuk
menghilangkan
nyeri..

Anda mungkin juga menyukai