Anda di halaman 1dari 9

ANALISA SISTEM PERAWATAN

KOMPONEN BEARING BOTTOM ROLLER DAN V BELT MESIN


RING FRAME RY-5 PADA DEPARTEMEN SPINNING II A
(DI PT DANLIRIS SURAKARTA)
Darminto Pujotomo, Rama Kartha S
Program Studi Teknik Industri – Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, SH., Kampus UNDIP Tembalang, Semarang
Telp/Fax. +62-24-7460052

Abstrak
PT Danliris Surakarta merupakan perusahaan textil dengan salah satu produk yang
dihasilkan adalah benang, yang diproduksi melalui mesin-mesin Blowing, Carding, Drawing,
Lap Form, Combing, Flyer, Ring Spinning dan Winder. Makalah ini mendeskripsikan pemilihan
kebijakan repair dan preventive maintenance untuk mesin Ring Spinning (Ring Frame RY-5)
pada komponen Bearing Bottom Roller dan V Belt, dimana pada komponen ini frekuensi
kerusakan tinggi. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kebijakan repair dan preventive
maintenance yang telah diterapkan kurang terorganisir, sehingga teknisi dan operator
mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan perawatan mesin. Berdasarkan hal tersebut
perlu dilakukan suatu penelitian untuk memilih kebijakan repair dan preventive maintenance
policy yang efektif dan efisien dengan mempertimbangkan faktor biaya, frekuensi breakdown
dan waktu down time. Tahapan yang digunakan dalam penyelesaian masalah dengan
menentukan distribusi frekuensi breakdown, menghitung biaya kebijakan perawatan, memilih
alternatif kebijakan berdasarkan besarnya biaya perawatan untuk mesin Ring Spinning (Ring
Frame RY-5) pada komponen Bearing Bottom Roller dan V Belt. Dari hasil pengolahan dan
analisa data, diperoleh alternatif kebijakan repair dan preventive maintenance sebagai
alternatif yang dapat menurunkan biaya perawatan dan frekuensi breakdown.

Kata Kunci : PT Danliris, preventive maintenance policy, repair policy, breakdown.

I. PENDAHULUAN adalah pada mesin Ring Spinning.


Mesin Ring Spinning yang digunakan
PT. Danliris berdiri tanggal 25 April 1974 berjumlah 126 unit. Dengan jumlah
bergerak dalarn bidang : pemintalan, mesin yang cukup banyak tentu saja
pertenunan, perajutan, pencelupan, finishing perawatan mesin menjadi prioritas
dan perdagangan. Salah satu bagian produksi tersendiri yang harus diperhatikan. Jika
PT Danliris, adalah Spinning II A yang terjadi kerusakan tentu saja
berfungsi sebagai proses pemintalan untuk mempengaruhi perusahan dalam
memproduksi benang. Proses pemintalan pada kegiatan produksi.
bagian ini menghasilkan 2 (dua) jenis benang, Dalam rangka mempertahankan
yaitu Cotton dan benang campuran Polyester- mutu dan meningkatkan produktivitas,
Cotton. salah satu faktor penting yang harus
Dalam proses produksi untuk mengubah diperhatikan adalah masalah perawatan
bahan baku berupa serat Cotton dan Polyester mesin (maintenance) dan fasilitas
menjadi benang digunakan berbagai macam produksi. Berkaitan dengan hal tersebut,
mesin yang mempunyai fungsi yang berbeda. maka pihak yang menangani masalah
Mesin-mesin tersebut diantaranya mesin perawatan harus mampu menemukan
Blowing, Carding, Drawing, Lap Form, sistem perawatan yang paling baik untuk
Combing, Flyer, Ring Spinning dan Winder. dapat meminimasi jumlah breakdown
Dalam proses produksi ini proses yang mesin dan biaya perbaikan atau
sangat mempengaruhi kualitas akhir benang perawatan mesin yang dikeluarkan.

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 40


Berdasarkan hal tersebut di atas, maka model kebijakan, yaitu repair
lebih lanjut penelitian ini bertujuan, antara maintenance policy dan preventif
lain : untuk (1) Memberikan gambaran maintenance policy, dan (3)
mengenai distribusi frekuensi breakdown dari Memberikan usulan dalam rangka
mesin Ring Frame RY-5 pada komponen penentuan periode waktu perawatan
Bearing Bottom Roller dan V Belt pada kurun yang paling ekonomis, apabila kebijakan
waktu Januari – Agustus 2006, (2) terpilih adalah preventive maintenance
Memberikan usulan dalam rangka pemilihan policy.
model kebijakan perawatan dari dua alternatif
desentralisasi. Keputusan tersebut
II. Tinjauan Pustaka tergantung dari banyaknya
a. Variabel Keputusan Sistem Perawatan permintaan perawatan, kemampuan
Ada empat variabel keputusan dalam kebijakan operator perawatan yang
sistem perawatan, yaitu: dibutuhkan, tingkat keparahan
1. Apa yang harus dirawat? breakdown, jarak supplier spare
Suatu sistem produksi biasanya terdiri dari parts, dll.
banyak komponen dalam bentuk fasilitas b. Input, Output dan Pembatas
kerja, proses produksi dan sistem Sistem Perawatan
manusia-mesin. Untuk tujuan dilakukan- Dalam menentukan jadwal yang
nya perawatan, maka komponen sistem optimal dalam pelaksanaan
produksi dapat dikelompokkan dengan maintenance, dibutuhkan informasi
menggunakan analisis ABC, yang mengenai :
berdasarkan pada reliability secara 1. Data tentang peralatan itu
keseluruhan dan akibatnya pada biaya sendiri mengenai operating time
operasi total. dan repair yang dilakukan.
2. Bagaimana perawatan tersebut 2. Biaya untuk spare parts dan
dilaksanakan ? jumlah kru yang dibutuhkan.
Setelah ditentukannya komponen yang 3. Akibat dari downtime terhadap
akan di maintenance, maka perlu juga kerugian produksi.
untuk menentukan bagaimana perawatan
tersebut dilakukan. Dalam menentukannya Output dari sistem perawatan adalah
perlu diperhatikan alternatif yang dapat sebagai berikut:
dilakukan untuk merawat komponen agar 1. Jadwal dari kebijakan yang telah
kondisi operasinya memuaskan dan juga dipilih
dengan biaya yang minimum. 2. Laporan
3. Oleh siapa perawatan tersebut Semua altenatif yang ada memiliki
dilaksanakan ? beberapa constraint, yaitu
Tergantung dari teknologi proses produksi 1. Desain dari sistem produksi yang
yang digunakan dan permintaan dari ada, hal ini merupakan constraint
pelayanan maintenance, program bagi pertanyaan apa, siapa, dimana,
maintenance dapat dilakukan oleh pihak bagaimana.
internal maupun external perusahaan/ 2. Aggregate planning dan capital
organisasi. Untuk sistem produksi dengan budgeting, memberikan batasan bagi
teknologi yang sederhana, sebaiknya pertanyaan bagainama. Hal ini
dilakukan perawatan oleh pihak internal berhubungan dengan persediaan
perusahaan saja. Pertimbangan yang utama spare parts dan jumlah kru.
dalam menentukan pihak mana yang akan
melakukan perawatan adalah tentunya c. Pemilihan Kebijakan Sistem
yang membutuhkan biaya yang terendah. Perawatan
4. Dimana perawatan dilaksanakan ? Dalam memilih antara
Kegiatan perawatan yang dilakukan Kebijakan Repair dan Kebijakan
sebaiknya ditentukan tempatnya, apakah Preventive Maintenance, dapat
akan dilakukan secara sentralisasi ataupun dilakukan perhitungan dengan

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 41


menggunakan metode-metode yang telah (Bn) dengan periode preventive
ada dengan tujuan untuk mencari Biaya maintenance (n).
Total Maintenance (Total Maintenance
Cost, TMC) yang terendah. Metode 3. Perkiraan biaya repair per periode
tersebut antara lain:  Bn 
 Metode Repair Policy (Kebijakan Repair) TCr (n) =   Cr
Metode kebijakan repair (repair  n 
policy) dapat dicari dengan 4. Perkiraan biaya preventive
menggunakan rumus di bawah ini. maintenance per periode
TMC (repair policy) = TCr N . Cm
TCm (n) =
TCr = B x Cr n
N 5. Biaya total perawatan
B=
Tb TMC (n) = TCr (n) + TCm (n)
n
Tb =  piTi III. TINJAUAN SISTEM
1 a. Tinjauan Umum
dimana: PT. Danliris berdiri tanggal 25
TCr = expected cost of repair (biaya April 1974 bergerak dalarn bidang :
perbaikan yang diperkirakan) per Pemintalan, Pertenunan, Perajutan,
minggu Pencelupan, Finishing dan Perdagangan.
B = Jumlah rata-rata breakdown / minggu PT Danliris pada awalnya didirikan
untuk N mesin sebagai pemasok bahan baku untuk PT
Cr = Biaya perbaikan Batik Keris yang bergerak dibidang
Tb = Rata – rata run time per mesin pertekstilan. Sekarang, PT Danliris
sebelum rusak selain memasok bahan baku untuk PT
N = Jumlah mesin Batik Keris juga menjual sendiri
produknya keperusahaaan lain, baik
 Metode Preventive Maintenance Policy berupa benang hasil produksi
(Kebijakan Preventive Maintenance) departemen Spinning (pemintalan), kain
Metode kebijakan preventive maintenance gray (1/2 masak) hasil produksi
dapat dicari dengan menggunakan rumus di departemen Weaving (tenun), kain jadi
bawah ini hasil produksi departemen Finishing dan
TMC (n) = TCr (n) + TCM (n) Printing, maupun baju jadi hasil dari
dimana : departemen Konveksi/ Garmen. Hasil
produksi PT Danliris saat ini hampir
TMC (n) = biaya total perawatan per periode sebagian besar untuk keperluan ekspor
TCr(n) = biaya repair per periode yaitu mencapai 60-80%.
TCm(n) = biaya preventive maintenance per Pemintalan adalah proses pengolahan
periode bahan baku serat menjadi benang
n = jumlah periode melalui proses pembukaan serat,
pembersihan serat, penguraian serat,
Langkah–langkah yang digunakan dalam pemisahan serat pendek dan serat
menentukan kebijakan preventive maintenance panjang, drafting (peregangan),
antara lain: pensejajaran serat serta pemberian twist
1. Hitung jumlah breakdown kumulatif yang (puntiran) pada benang, sehingga
diharapkan dari kerusakan (Bn) untuk menghasilkan benang yang berkualitas
semua mesin selama periode preventive sesuai dengan yang diinginkan.
maintenance (n). Untuk menghasilkan benang yang
2. Tentukan jumlah rata-rata breakdowns per berkualitas ini serat-serat mengalami
minggu (B) dengan memnentukan beberapa tahap perlakuan pada beberapa
perbandingan jumlah breakdown kumulatif mesin proses produksi, yaitu:
o Proses produksi di mesin Blowing

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 42


o Proses produksi di mesin Carding hal-hal teknis mengnai mesin.
o Proses produksi di mesin Combing (khusus Sedangkan pada maintenance kelistrikan
untuk benang halus) tugasnya melakukan maintenance
o Proses produksi di mesin Drawing I, II, electricity pada mesin.
dan III Maintenance mesin
o Proses produksi di mesin Lap Former dilakukan dalam 3 tahap, yaitu
o Proses produksi di mesin Flyer perawatan harian, mingguan dan
o Proses produksi di mesin Ring Spinning perawatan bulanan. Untuk
o Proses produksi di mesin Cone Winder pelaksanaan perawatan harian/daily
o Proses Packing
preventive maintenance terhadap
Untuk memperlancar proses diatas,
mesin-mesin pemintalan telah diusahakan mesin-mesin yang ada di lantai
dengan sistem otomatisasi dengan tujuan untuk produksi dilakukan secara langsung
meningkatkan produksi. oleh operator masing-masing mesin.
Tujuan dasar dari proses pemintalan Terutama untuk pelumasan serta
adalah mengahasilkan benang dengan kualitas pengecekan bagian yang terpenting
baik sesuai dengan standard yang telah pada mesin. Sedangkan perawatan
ditentukan. Untuk menghasilkan kualitas mesin secara mingguan dan bulanan
benang yang standard ada beberapa faktor dilakukan oleh petugas khusus
yang mempengaruhi, antara lain : bagian maintenance. Untuk monthly
a. bahan baku preventive maintenance dilakukan
b. kondisi mesin pemintalan
beberapa bulan sekali tergantung
c. kondisi lingkungan
d. karyawan jenis mesinnya. Pada sistem
e. metode kerja preventive ini dilakukan pengecekan
bagian-bagian mesin, cleaning dan
b. Tinjauan Sistem Spesifik identifikasi kerusakan yang ada serta
Mesin Ring Spinning dilakukan pengisian oli.
Merupakan mesin utama yang
memproduksi benang dimana produk yang IV. PEMBAHASAN
dihasilkan sudah berupa benang dengan nomor a. Pengolahan Data
(berat persatuan panjang) tertentu. Pada mesin Komponen/mesin yang diamati atau
ini terjadi proses: diteliti dalam kerja praktek ini adalah
- Peregangan (drafting) yang sangat tinggi. bearing bottom roller dan V Belt pada
- Pemberian puntiran (twisting) mesin Ring Frame RY-5. Jumlah mesin
- Penggulungan pada Cops yang diamati pada PT Danliris Surakarta
berjumlah 126 unit. Pada masing-
Departemen Maintenance masing mesin tersebut terdapat 1
Maintenance di PT Danliris, bearing bottom roller dan 1 V Belt.
khususnya Departemen Spinning II A dibagi Dimana komponen (sparepart) tersebut
dalam 2 bagian, yaitu maintenace mesin, dan merupakan komponen yang paling
maintenance kelistrikan. Untuk maintenance sering rusak dibanding komponen lain.
mesin tugasnya melakukan maintenance untuk Setiap hari mesin beroperasi 24 jam.

Tabel 1. Breakdown komponen bearing bottom roller


Periode Kurun Waktu Jumlah kerusakan Lama Perbaikan
1 Januari 2006 2 24 jam
2 Februari 2006 4 70,5 jam
3 Maret 2006 1 2,5 jam
4 Apr-06 5 3,5 jam

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 43


5 Mei 2006 0 0 jam
6 Juni 2006 0 0 jam
7 Juli 2006 1 3,5 jam

Tabel 2 Breakdown komponen V Belt


Periode Kurun Waktu Jumlah kerusakan Lama Perbaikan
1 Januari 2006 2 1 jam
2 Februari 2006 5 4 jam
3 Maret 2006 1 2 jam
4 Apr-06 1 1,5 jam
5 Mei 2006 1 1 jam
6 Juni 2006 0 0
7 Juli 2006 0 0

Berikut adalah data sparepart yang


digunakan: Tabel 5 Distribusi frekuensi breakdown
komponen V Belt
Tabel 3 Biaya sparepart untuk komponen
bearing bottom roller dan V Belt Jumlah
Periode Kurun Waktu kerusakan Probabilitas
Jenis Sparepart Harga Jumlah
Bearing bottom roller 500,000 1 1 Januari 2006 2 0.20
V Belt 50.000 1 2 Februari 2006 5 0.50
3 Maret 2006 1 0.10
Distribusi Frekuensi Breakdown
4 Apr-06 1 0.10
Nilai probabilitas breakdown mesin
diperoleh dengan membandingkan antara 5 Mei 2006 1 0.10
jumlah cacat periode t dengan jumlah seluruh 6 Juni 2006 0 0.00
breakdown. Tabel 4 dan 5 menampilkan nilai
probabilitas kerusakan untuk komponen 7 Juli 2006 0 0.00
bearing bottom roller dan V Belt.
Biaya Repair (Cr)
Biaya perbaikan atau repair cost
(Cr) diperoleh dari biaya tenaga kerja
Tabel 4 Distribusi frekuensi breakdown ditambah biaya komponen, seperti
komponen bearing bottom roller persamaan dibawah ini.
Cr  Biaya TK  Waktu Kerja  Jumlah TK  
Jumlah
Periode Kurun Waktu kerusakan Probabilitas (Biaya Komponen)

1 Januari 2006 2 0.15 Biaya repair yang diperoleh untuk


2 Februari 2006 4 0.31 komponen bearing bottom roller sebesar
Rp 723.000,- /breakdown dan untuk V
3 Maret 2006 1 0.08
Belt sebesar Rp 65.200,00 /breakdown
4 Apr-06 5 0.38 Biaya Perawatan Preventif (Cm)
5 Mei 2006 0 0.00 Biaya perawatan preventif (Cm)
adalah biaya yang dikeluarkan setiap
6 Juni 2006 0 0.00 perawatan rutin mesin, meliputi biaya
7 Juli 2006 1 0.08 tenaga kerja dan biaya perawatan.

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 44


Sehingga biaya perawatan preventif untuk bahwa cost of downtime dapat diabaikan
komponen bearing bottom roller sebesar Rp (TCd = 0). Sehingga biaya repair untuk
627.000/Mesin dan untuk V Belt sebesar Rp komponen bearing bottom roller sebesar
62.000/Mesin. Rp 35.887.090,- per bulan dan untuk V
Belt sebesar Rp 3.423.000,- per bulan.
Biaya Repair yang diperkirakan (TMC(r))
Biaya yang timbul dalam kebijakan repair Biaya Preventive Maintenance Policy
(repair policy) ini adalah biaya repair dan yang Diperkirakan
biaya downtime, dimana persamaan Biaya preventive maintenance
matematisnya dapat dilihat dibawah ini. policy yang diperkirakan terdiri dari
TMC(r)  TCr  TCd biaya perbaikan (TCr(n)) dan biaya
Oleh karena dalam penentuan biaya perawatan (TCm(r)). Hasil Perhitungan
produksi sebuah produk memerlukan proses lengkapnya disajikan pada Tabel 6 dan 7,
yang cukup panjang, maka dapat diasumsikan
Tabel 6 Biaya preventive maintenance policy yang diperkirakan untuk komponen bearing bottom
roller
No n Bn B TCr(n) TCm(n) TCd(n) TMC
Bearing bottom Bearing bottom (Rp/bulan) (Rp/ (Rp/ (Rp/bulan)
roller/n(bulan) roller/bulan bulan) bulan)
1 1 9.692 9.692 7007538 79002000 0 86009538
2 2 20.130 10.065 7277059 39501000 0 46778059
3 3 30.597 10.199 7373810 26334000 0 33707810
4 4 53.109 13.277 9599482 19750500 0 29349982
5 5 67.632 13.526 9779639 15800400 0 25580039
6 6 73.638 12.273 8873350 13167000 0 22040350
7 7 98.746 14.107 10199090 11286000 0 21485090

Tabel 7 Biaya preventive maintenance policy yang diperkirakan untuk komponen


V Belt RY-5
No n Bn B TCr(n) TCm(n) TCd(n) TMC
V Belt / V Belt/ bulan (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan)
n(bulan)
1 1 25.200 25.200 1643040 7812000 0 9455040
2 2 93.240 46.620 3039624 3906000 0 6945624
3 3 122.724 40.908 2667202 2604000 0 5271202
4 4 187.085 46.771 3049482 1953000 0 5002482
5 5 236.623 47.325 3085563 1562400 0 4647963
6 6 290.983 48.497 3162020 1302000 0 4464020
7 7 342.813 48.973 3193059 1116000 0 4309059

analisa distribusi frekuensi breakdown,


b. Analisa dan analisa jenis kebijakan serta jadwal
Analisa yang dilakukan terhadap hasil perawatan.
pengamatan sistem perawatan pada laporan
kerja praktek ini mencakup analisa komponen,

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 45


Analisa Komponen
Breakdown Belt Mesin Ring Frame
Bearing bottom roller dan V belt
merupakan komponen dalam mesin Ring 0.60
0.50
Frame yang dapat dikategorikan sebagai 0.40
komponen kritis. Sehingga bila terjadi 0.30 Probabilitas
0.20
kerusakan pada komponen ini maka akan 0.10
langsung diadakan perbaikan atau penggantian 0.00

Maret

2006

2006

2006
Januari

Februari

Apr-06
2006

Juni
Mei

Juli
2006
komponen baru.

2006
Perbaikan untuk komponen ini bisa
dilakukan oleh staf maintenance Ring Frame.
Penggantian dilakukan langsung pada mesin, 1 2 3 4 5 6 7
yaitu dengan melepas bearing bottom roller
dan V Belt yang rusak dari mesin kemudian Gambar 2 Grafik distribusi Frekuensi Breakdown V
menggantinya dengan yang baru. Karena Belt
bearing bottom roller dan V Belt merupakan
Analisa Jadwal Repair Policy
komponen kritis maka penggantian komponen
dibandingkan dengan Preventive
dilakukan langsung pada saat terjadi kerusakan. Maintenance Policy
Dari hasil perhitungan seperti
Distribusi Frekuensi Breakdown terlihat pada tabel 8 untuk komponen
Grafik probabilitas breakdown bearing bottom roller, diperoleh
komponen Bearing bottom roller dan V belt kesimpulan bahwa kebijakan preventive
yang disajikan pada Gambar 1 dan gambar 2 maintenance lebih murah dibandingkan
menunjukkan bahwa tipe distribusi frekuensi kebijakan repair only. Biaya perawatan
breakdown pada komponen Bearing bottom untuk kebijakan repair only mencapai
roller dan V belt mengikuti distribusi frekuensi Rp 35.887.090,91/bln. Perawatan
breakdown pada case 2, yaitu waktu dilakukan setiap 7 bulan. Sedangkan
breakdownnya sulit untuk diprediksi. Oleh untuk kebijakan preventive maintenance
karena itu mesin tersebut harus diberikan membutuhkan biaya Rp
perawatan dan perlakuan yang baik agar 21.485.090,00/bln atau hanya 67,03%
kerusakan satu komponen tidak mempengaruhi dari biaya perbaikan menggunakan
komponen lain, sehingga run time mesin repair policy. Sehingga kebijakan yang
menjadi lebih lama dan produktivitas mesin diambil adalah kebijakan dengan total
tidak terganggu biaya terkecil yaitu preventive
maintenance.
Breakdown Bearing Mesin Ring Frame
Kebijakan perusahaan selama
0.45 ini untuk komponen bearing bottom
0.40
0.35
roller adalah preventive maintenance
0.30
Probabilitas
yaitu perawatan secara rutin. Sehingga
0.25
0.20
kebijakan perusahaan selama ini sudah
0.15 sesuai dengan hasil analisa.
0.10
0.05 Dari hasil perhitungan untuk
0.00 komponen V Belt, diperoleh kesimpulan
Maret
Januari

Februari

Apr-06

2006

2006

2006
2006

Juni
Mei

Juli
2006

2006

bahwa kebijakan repair only lebih


murah dibandingkan kebijakan
1 2 3 4 5 6 7
preventive maintenance. Biaya
perawatan untuk kebijakan preventive
maintenance mencapai Rp
Gambar 1 Grafik distribusi Frekuensi Breakdown
Bearing bottom roller 4.309.056,00/bulan. Perawatan
dilakukan setiap 7 bulan. Sedangkan
untuk kebijakan repair only
membutuhkan biaya Rp 3.423.000,- /bln
atau minus 20,56% dari biaya awal yang

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 46


menggunakan preventive maintenance. bulan sekali. Namun dari hasil
Sehingga kebijakan yang diambil adalah perhitungan, kebijakan ini
kebijakan dengan total biaya terkecil yaitu membutuhkan biaya lebih banyak
repair only. dibandingkan dengan kebijakan repair
Kebijakan perusahaan selama ini only. Sehingga perusahaan perlu untuk
untuk komponen V Belt adalah mengadakan mengganti kebijakan yang lama yaitu
preventive maintenance 3 bulan sekali yaitu preventive maintenance 3 bulan sekali
langsung mengadakan inspeksi, service, atau menjadi repair only untuk komponen V
mengganti komponen baru ketika komponen Belt.
yang rusak mengalami kerusakan selama 3

Tabel 8 Implikasi Dari Pilihan Repair Policy Dan Preventive Maintenance Policy untuk
Masing-Masing Komponen
Preventive Selisih biaya
Repair policy
maintenance policy (%)
Komponen Rata-rata run-time mesin Biaya perbaikan Bulan Biaya
(bulan) (Rp /bln) dilaksanakan perawatan
perawatan (Rp /bln)
Bearing
bottom 21.485.090,
roller 2,54 35.887.090,91 7 00
67,03
4.309.056,0 -
V Belt 2,4 3.423.000,00 7 0 20,56

sehingga akan lebih murah apabila


V. Kesimpulan dan Saran menggunakan repair policy.
a. Kesimpulan Sedangkan pada komponen
Dari pembahasan dan analisa yang telah bearing bottom roller telah sesuai
dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal dengan kebijakan maintenance
sebagai berikut : yang telah dilakukan perusahaan
a. Pada komponen Bearing Bottom Roller selama ini. Biaya preventive
dan V Belt mesin Ring Frame mengikuti maintenance yang di lakukan lebih
distribusi frekuensi breakdown case 2, murah daripada biaya repair policy.
dimana waktu breakdownnya sulit untuk Perbandingan biaya dari kedua
diprediksi. Oleh karena itu, harus kebijakan perawatan dapat dilihat
diberikan perawatan dan perlakuan yang pada Tabel 8.
baik agar kerusakan satu komponen tidak c. Pada komponen bearing biaya
mempengaruhi komponen lain, sehingga maintenance yang lebih murah
run time mesin menjadi lebih lama dan menggunakan preventive
produktivitas mesin tidak terganggu. maintenance policy sesuai degan
b. Kebijakan preventive maintenance yang kebijakan perusahaan. Tetapi pada
selama ini diterapkan oleh perusahaan perusahaan penggantian komponen
pada komponen V belt kurang efisien dilakukan setiap 3 bulan sekali
efisien dari pada kebijakan repair. Biaya sedangkan dari hasil perhitungan
untuk repair policy yang dilakukan untuk yang dilakukan terlihat bahwa
V belt tersebut ternyata lebih kecil jika biaya termurah dengan melakukan
dibandingkan kebijakan preventive perawatan 7 bulan sekali.
maintenance. Hal ini disebabkan karena
mahalnya sparepart yang harus diganti,

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 47


b. Saran 4. Menyediakan cadangan
Untuk mengoptimalkan run-time, komponen, sehingga bia ada
kinerja dan produktivitas mesin, berdasarkan komponen yang rusak dapat
hasil analisa yang telah dilakukan dapat segera dilakukan perbaikan.
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Hendaknya melakukan pelatihan
mengenai pengoperasian mesin dan DAFTAR PUSTAKA
perawatan mesin kepada operator dan
teknisi sehingga dapat menangani 1. Barry, Jay. 2001. Prinsip – prinsip
gangguan mesin dengan cepat dan tepat. Manajemen Operasi. Edisi 1.
2. Menjaga kebersihan lingkungan kerja, Jakarta : Salemba Empat.
sehingga komponen-komponen mesin 2. Corder, Antony. 1996. Teknik
tidak cepat kotor yaag menyebabkan Manajemen Pemeliharaan. Jakarta :
mesin lebih cepat rusak. Penerbit Erlangga.
3. Melakukan pencatatan data historis 3. Edword, Rakesh. 1996. Manajemen
terhadap kinerja mesin meliputi data Operasi. Edisi ke-8. Jakarta :
operasi, data kerusakan, data Binarupa Aksara.
penggantian komponen dan jadwal 4. Kostas, Dervitsiotis. 1981.
perawatan sehingga dapat dilakukan Operation Management. 2nd edition.
perbandingan terhadap kebijakan yang New York : Mc Graw Hill
akan diterapkan. International Book Company.

J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 48

Anda mungkin juga menyukai