Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Karya sastra merupakan sebuah bangunan cerita yang menampilkan kreasi pengarang.

Wujud formal karya sastra itu berupa kata-kata. Karya sastra, dengan demikian, menampilkan

dunia dalam kata, juga menampilkan dunia dalam kemungkinan. Kata merupakan sarana

terwujudnya bangunan cerita (Nurgiyantoro, 2013:22). Menurut Pujiharto (2012:23--24) karya

fiksi merupakan manifestasi pengalaman estetis yang sekaligus pengalaman kemanusiaan

pengarang. Pengalaman itu oleh pengarang dituliskan dalam wujud fakta-fakta cerita.

Karya sastra diciptakan oleh pengarang sebagai media yang dinikmati, dipahami, dan

dimanfaatkan oleh masyarakat dan pengarang. Komponen-komponen dalam sebuah karya sastra

tidaklah sedikit. Beberapa komponen diwajibkan hadir agar dapat membangun sebuah bangunan

yang nantinya dapat menghasilkan karya yang baik. Komponen-komponen tersebut beberapa di

antaranya adalah fakta-fakta cerita, yang meliputi tokoh, latar, dan alur. Elemen-elemen ini

berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu,

semua elemen ini dinamakan ‘struktur faktual’ atau ‘tingkatan faktual’ cerita. Selain fakta-fakta

cerita, komponen yang penting kehadirannya di dalam sebuah karya sastra adalah sarana-sarana

sastra yang meliputi konflik, sudut pandang, simbolisme, ironi, dan sebagainya (Stanton, 1965:11-

-13).

Perbedaan berbagai macam bentuk dalam karya fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada

kadar panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung

cerita itu (Aminuddin, 2002:66). Noor (2005:26--27) mengatakan bahwa novel adalah cerita

1
rekaan yang panjang, yang menonjolkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa

secara berstruktur. Wiyatmi (2009:29) mengatakan bahwa novel adalah naratif dalam bentuknya

sebagai novel (roman) dan cerita pendek (cerpen). Panuti-Sudjiman (1984:55) mengatakan bahwa

novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan

serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Di dalam penelitian ini, objek material yang

digunakan adalah novel yang memiliki pengertian sebagai totalitas yang bersifat artistik. Novel

sebagai totalitas mempunyai bagian unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan saling

menguntungkan. Bagian dari totalitas itu adalah unsur kata, bahasa, dan unsur pembangun yang

merupakan subsistem organisme itu. Hal inilah yang menyebabkan novel menjadi berwujud

(Nurgiyantoro, 2013:23).

Novel Titik Nol bercerita tentang pengalaman petualangan tokoh Agustinus Wibowo yang

sekaligus juga berperan sebagai pengarang. Novel ini berisi catatan harian perjalanan Agustinus

Wibowo ketika melakukan perjalanan di negara-negara Asia Selatan, yaitu di Tibet, Nepal, India,

Pakistan, dan Afghanistan. Karya ini lebih dominan diisi dengan perjalanan yang berunsur

petualangan dan melihat langsung kehidupan masyarakat di suatu negara dengan cara tinggal

bersama dengan penduduk setempat. Agustinus Wibowo adalah salah seorang penulis novel

perjalanan yang terkenal di Indonesia. Tiga buku yang sudah ditulis Agustinus Wibowo dan

kemudian diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama adalah Selimut Debu (2010) yang

menceritakan perjalanannya di Afghanistan, Garis Batas (2011) tentang kunjungannya ke negara-

negara Asia Tengah, dan Titik Nol (2013). Di dalam karya-karyanya, Agustinus Wibowo tidak

hanya menulis tempat-tempat wisata eksotis dunia, tetapi juga menyusuri kehidupan masyarakat

di negara yang disinggahinya.

2
Setiap pengarang pada dasarnya memiliki gaya menulis yang berlainan, Agustinus

Wibowo pun memiliki ciri khas dalam novel Titik Nol. Karyanya menekankan pada kedalaman

cerita, bergaya jurnalisme sastrawi. Ia mendapatkan kedalaman cerita dengan cara berkomunikasi

dan menyelami kehidupan masyarakat yang ia temui. Karya-karya novelnya yang berjenis travel

writing pun selalu sukses di pasaran. Publik kemudian mengenalnya sebagai penulis yang

menuangkan ide-idenya langsung dari pengalamannya bertahun-tahun ketika berpetualang ke

berbagai negara. Komentar-komentar positif kemudian berdatangan dari berbagai kalangan

pembaca setelah membaca novel Titik Nol. Qaris Tajudin sebagai salah seorang editor dari Tempo

sekaligus merangkap sebagai penulis novel yang telah membaca novel Titik Nol berkomentar pada

novel tersebut yang tertera pada sampul belakang buku. Tajudin (2013:xii) berkata bahwa novel

Agustinus Wibowo telah menarik cakrawala yang jauh pada penulisan perjalanan di Indonesia.

Penulisan yang dalam, pengalaman yang luar biasa membuat tulisan ini seperti buku kehidupan.

Titik Nol merupakan cara bertutur yang benar-benar baru dalam travel writing di negeri ini

(Wibowo, 2013:xii).

Bagi peneliti, novel Titik Nol karya Agustinus Wibowo menarik untuk diteliti karena

beberapa alasan. Pertama, novel ini termasuk salah satu karya Agustinus Wibowo yang paling

populer dibandingkan dengan dua novel sebelumnya yang setipe, yaitu bergenre novel perjalanan.

Di Indonesia, novel Titik Nol mendapat beberapa penghargaan seperti Anugerah Pembaca

Indonesia Nominee for Penulis dan Buku Nonfiksi Terfavorit dan Shortlist & Sampul Buku

Nonfiksi Terfavorit pada tahun 2013. Selain itu karya-karya Agustinus Wibowo juga telah

diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan sasaran pembaca kalangan internasional.

Kedua, novel Titik Nol menarik apabila dilihat dari segi latar karena memiliki latar yang

beragam. Salah satu latar yang paling dominan adalah latar tempat dan latar sosial-budayanya.

3
Novel Titik Nol memiliki latar yang beragam karena sejatinya novel ini bergenre perjalanan

sehingga memiliki kelebihan pada deskripsi latar tempat.

Ketiga, selain memiliki latar yang kuat, novel Titik Nol memiliki unsur tokoh dan

penokahan yang baik. Tokoh Agustinus adalah tokoh utama sekaligus tokoh yang paling dominan.

Dominasi tokoh Agustinus terlihat dari pemikiran-pemikirannya yang kuat ketika dihadapkan pada

konflik. Dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya, tokoh Agustinus berperan sangat penting

terhadap jalan cerita karena pemikiran dan sikapnya yang mendominasi novel. Tokoh-tokoh lain

yang dimunculkan juga jumlahnya tidak sedikit karena tokoh-tokoh bawahan akan terus

dimunculkan seiring dengan perpindahan tempat yang dilakukan oleh tokoh Agustinus. Fungsi

tokoh bawahan ini juga sangat penting karena pemikiran dan tindakan tokoh “aku” dipengaruhi

oleh tokoh bawahan yang ditemuinya.

Keempat, novel Titik Nol menyajikan alur yang berbeda apabila dibandingkan dengan

novel-novel Agustinus Wibowo sebelumnya. Alur yang disajikan dalam novel Titik Nol

mengalami penundaan dari suatu peristiwa menuju ke peristiwa lainnya. Adanya penundaan alur

terhadap suatu peristiwa yang diceritakan pengarang dalam novel ini menjadi daya tarik yang dapat

ditemukan dalam novel Titik Nol.

Kelima, tema bawahan yang dapat ditemukan dalam novel ini beragam. Tema bawahan

tersebut, antara lain, masalah gender, kesenjangan sosial, kemiskinan, globalisasi, dan lain-lain.

Tema bawahan dalam novel Titik Nol sangat beragam karena pengarang mengangkat isu-isu yang

sedang terjadi pada setiap negara yang ia kunjungi ketika melakukan perjalanan.

Keenam, novel Titik Nol merupakan struktur karya sastra yang otonom. Sebagai struktur

yang otonom, unsur tersebut dibangun dari fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Di

4
antara ketiga unsur tersebut, fakta-fakta cerita dan tema merupakan unsur yang terlihat dominan

pada novel Titik Nol ini. Dengan ditelitinya tokoh, latar, alur, dan tema pembaca dapat mengetahui

hubungan antarunsur sebagai pembangun kesatuan unsur novel. Kemudian, hubungan antarunsur

yang berkaitan tersebut akan memudahkan pembaca dalam mengetahui makna cerita secara

menyeluruh.

Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan, novel Titik Nol akan diteliti dengan

menerapkan teori struktur novel Robert Stanton, tepatnya mengerucut pada teori yang

berhubungan dengan fakta-fakta cerita, tema, dan hubungan antarunsur karena teori tersebut dapat

menjawab berbagai permasalahan dari alasan-alasan yang telah dikemukakan. Tidak dianalisisnya

sarana-sarana sastra karena dibatasinya topik penelitian ini. Di samping itu, fakta-fakta cerita dan

tema merupakan unsur novel yang terlihat dominan. Hal ini tidak berarti bahwa sarana-sarana

sastra dapat dikesampingkan begitu saja. Dengan belum dianalisisnya sarana-sarana sastra secara

menyeluruh, masih dimungkinkan peneliti lain untuk menelitinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan diselesaikan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Fakta-fakta cerita dalam novel Titik Nol yang meliputi tokoh, latar, dan alur novel Titik

Nol karya Agustinus Wibowo.

b. Tema yang diangkat oleh pengarang dalam novel Titik Nol.

c. Hubungan antarunsur (fakta-fakta cerita dan tema) dalam novel Titik Nol karya

Agustinus Wibowo.

Anda mungkin juga menyukai