Anda di halaman 1dari 19

TAREKAT SYATTARIYAH DI

MINANGKABAU
Oman Fathurahman

Rama Budi Setiawan


18/430909/SA/19524
Pendahuluan
•Naskah-naskah Syattariyyah yang menjadi sumber primer penelitian ini berjumlah 10 judul,
karangan atau tulisan dari tiga orang ulama Syattariyyah di Sumatra Barat, yakni Imam
Maulana Abdul Manaf Amin, H. K. Deram (w. 2000), dari Tuanku Bagindo Abbas Ulakan.
•Tarekat syattariyah sangat berkembang di Sumatra Barat.

•Dalam konteks Sumatra Barat , Tarekat Syattariyah merupakan jenis tarekat yang paling
awal masuk dan berkembang dibanding tarekat lainnya.
•Menggunakan pendekatan sejarah sosial-intelektual.
Kajian Tentang Tarekat Syattariyah

•Snouch Hurgronje (1906) untuk pertama kalinya mencatat tentang shaikh


abdurrauf bin ali al-jawi tokoh kunci tarekat syattariyah di aceh khususnya
dan dunia melayu-indonesia pada umumnya.
•D.A Rinkes (1878-1954) disertasi berjudul Abdoerraoef van singkel : bijdrage
tot de kennis van de mystiek op Sumatra en java.
•Rinkes juga menulis artikel pendek tentang figur shaikh abdul muhyi
•Anthony.H. menulis artikel yang mengemukakan pembahasan atas kitab
tasawufnya abdurrauf, daqa’iq al-Huruf.
•Artikel pendek Whib Mu’thi (1987) yang mencoba melacak akar-akar Tarekat
Syattariyah di Jawa Barat, dari sumbernya di India.
•Aliefya M. Sanrie dalam hasan (peny.) 1987, yang mengemukakan berbagai
ajaran tasawuf Shaikh Abdul Muhyi pamijahan da lam naskah-naskah
Syattariyah yang dijumpai.
•Artikel Mudib (2000) berkaitan dengan informasi salah satu jalur penyebaran
tarekat syattariyah di Yogyakarta.
•Tommy cristomy (2003) pembahasannya mencoba menggabungkan dua
pendekatan, filologis dan antropologis.
•Dalam bentuk skripsi Badri (1975) menampilkan seadanya salah satu salinan
naskah berbahasa arab tabih al mashi karangan abdurauf.
•Farizah (1989) tentang tarekat syattariyah di kraton kanoman cirebon
•Kurniawaty (1995) tentang tasawuf abdurrauf singkel.
•Duski samad di universitas islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (2003)
dalam disertasinya yang berjudul tradisinalisme di tengah modernisme.
Alasan mengapa tarekat syattariyah di Sumatra Barat
atau Minangkabau menarik untuk dikaji

•Merupakan jenis tarekat paling awal.

•Berkembang secara sistematis melalui lembaga pendidikan tradisional yang


disebut surau.
•Hingga masa konteporer ini tradisi penulisan naskah-naskah syattariyah dalam
bahasa melayu kitab di sumatra barat masih terus berlangsung meski dalam sekala
kecil.
Tentang Tarekat Syattariyah

•Dalam tradisi keilmuan islam, istilah tarekat tidak dapat dipisahkan dari apa yang disebut
dengan tasawuf. Pada awal periode islam misalnya tasawuf adalah salah bentuk ungkapan
keberagamaan seorang yang sifatnya pribadi.
•Pada perkembangan islam berikutnya pola hubungan spiritual dalam dunia tasawuf ini semakin
tersebar dan terkenal di berbagai bagian dunia islam , kemudian terlembagakan melalui
organisasi tarekat.
•Sebagai sebuah organisasi, tarekat di bangun atas landasan sistem dan hubungan yang erat dan
khas antara seorang guru dengan muridnya.
Terdapat tiga tahapat yang harus dihadapi oleh seorang calon murid yang akan melakukan bai’at.
Mengulang –ulang zikir tertentu.
Mengambil sumpah.
Mengenakan jubah.
•Dalam konteks dunia Melayu-Indonesia tarekat sejak awal telah
memainkan peran peran yang penting , karena islam yang masuk pada
periode awal adalah yang bercorak tasawuf.
•Dalam konteks india tarekat syattariyah seperti halnya juga tarekat lain
yang berakar di india, muncul ketika berbagai gerakan keagamaan lebih
memfokuskan misinya untuk melakukan ekspansi dakwah islam kepada
kalangan non-muslim.
•Pergerakan ini dibagi menjadi beberapa oleh para sarjana.
Pergerakan ekspansi.
Pergerakan reformasi .
Masa regenerasi.
Masa reorintasi.
•Perkembangan awal tarekat syattariyah di wilayah Melayu-Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari masa kembalinya Shaikh Abdurrauf bin ali al-Jawi
dari haramayn pada sekitar tahun 1661 M.
•Murid-murid Abdurrauf bin Ali al-Jawi.
Shaikh Burhanuddin dari Ulakan, pariaman, Sumatra Barat.
Shaikh Muhyi dari Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Abdul malik ibn Abdullah dari Semenanjung Melayu.

Shaikh da’im ibn shaikh ambdulla al-malik al-Amin dari sulawesi selatan.
•Diwilayah Melayu-Indonesia Tarekat Syattariyah setidaknya mengalami
empat fase.
Pertama, fase sebelum berkembang ke India.
Kedua, fase india.

Ketiga, fase Haramayn.


Keempat, fase pasca Haramyn.
Tarekat dan Tradisi Keagamaan di Sumatra Barat

•Upaya penyesuain berbagai nilai islam dengan adat di kalangan masyarakat Minangkabau ini
dimulai sejak orang minang menerima islam sebgai agamanya, yakni sejak berdirinya
Kerajaan Pagayurun.
•Masyarakat Minangkabau meyakini bahwa adat dengan sendirinya mengandung nilai-nilai
hukum alam dan masyarakat minang kabau juga meyakini bahwa di dalam sistem sosial
kemasyarakatan mereka, islam dan adat telah terintegrasi dengan baik.
•Tradisi keagamaan masyarakat Minangkabau muncul fenomena islam tradisionalis (kaum tua)
dan islam mordernis (kaum muda).
•Tarekat syattariyah dan tradisi penulisan naskah keagamaan di Sumatra Barat
Naskah – naskah keagaman yang banyak muncul kebanyakan mengandung
pembahasan tentang tasawuf.
peran surau sangan penting tentang tradisi penulisan dan penyalinan naskah-
naskah keagamaan.
penulisan naskah di Sumatra Barat ini masih terus berlangsung hingga awal abad
ke 21.
Sumber-Sumber Tertulis Tentang Tarekat
Syattariyah
Sumber-sumber Arab
•Al-Simt al-Majid
Nama pengarang dikenal sebagai Ahmad al-Qushashi, kitab ini secara garis besar struktur
pembahasannya dibagi menjadi empat bagian: pertama berisi pujian kepada Allah Swt, serta
salawat kepada Nabi Muhammad Saw. Kedua, berisi pemahaman berbagai hal yang berkaitan
dengan ajaran seperti zikir. Ketiga, mengemukakan silsilah al-qushashi dalam tarekat
syattariyah. Keempat, mengemukakan biografi al-Qushashi.
Al-Qushashi menyebutkan ada dua macam zikir yakni: zikir lisan dan zikir hati.
Al-Qushasi juga menjelaskan tentang etika zikir di bagi menjadi tiga bagian yakni: etika yang
harus dipersiapkan sebelum zikir, etika yang harus dilakukan ketika zikir, dan etika yang harus
dilakukan setelah zikir .
Talqin, salah satu langkah awal yang harus di tempuh oleh seseorang jika hendak masuk pada
dunia tarekat.
Bai’at, merupakan ungkapan kesetiaan dan penyerahan diri seorang murid.
•Ithaf al-Dhaki
Kitab ini belum pernah terbit dalam bentuk cetakan, melainkan di jumpai dalam bentuk
naskah tulisan tangan. Jumlah salinan naskah yang telah di ketahui sebanyak 30 buah
yang tersebar di berbagai perpustakaan di seluruh dunia. Nama penulis dikenal
sebagai al-Kurani.
Butir penting pertama, menegaskan al-Quran alah sumber hukum dan sumber
rujukan yang harus didahulukan.
Al-nazr juga seorang manusia, yang bisa benar dan salah.
Yang bermaksud mempelajari pengetahuan tentang hakikat agar melandasi
keyakinannya terlebih dahulu dengan apa yang telah diajarkan oleh ulama salih.
Mengingatkan agar tidak dengan mudah mendustakan ilmu-ilmu hakikat yang
berasal dari sufi.
Yang ingin mempeljari ilmu hakikat di wanti-wanti untuk lebih dulu menanamkan
keyakinan.
Menegaskan bahwa pada dasarnya kewajiban beribadah dengan melaksanakan
yang telah dicontohkan Nabi berlaku hingga orang itu meninggal.
Menegaskan doktrin tauhid al-wujud yang menjadi tema sentral tentang
perbincangan tentang tasawuf tidak harus dipahami sebagai menafikan secara
mutlak.
Naskah-Naskah Nusantara Periode Awal Tentang Tarekat Syattariyah

Tabin al-Mashi
Tersimpan di Perpusnas dan Perpustakaan Universitas Leiden, terdapat kata-
kata persembahan dalam bahasa bugis dengan aksara Arab.
Kifayat al-Muhtajin

Dua salinan naskah ini koleksi Perpusnas Jakarta, yakni M1 349 dan M1 336.
Naskah-Naskah Ajaran
•Pengajian Tarekat
Teks pengkajian tarekat di tulis dalam bahasa melayu minangkabau dengan
menggunakan tulisan jawi berharakat dan bergaya khat naskhi. Penulisan tidak
rapih. Naskah pengajian tarekat ini mengemukakan pembahasan mendalam
tentang berbagai ajaran tasawuf.
•Kitab al-Taqwim wa al-Siyam
Naskah inii tersimpan sebgai koleksi dari Imam Maulana Abdul Manaf Amin,
yang juga pengarangnya. Naskah ini terdiri dari 103 halaman, terdiri dari 19
hingga 21 baris per halaman, kecuali halaman pertama terdiri dari 13 baris.
Teks ini di tulis dalam bahasa melayu dengan aksara Jawi dan khat naskhi yang
cukup rapi.
•Risalah Mizan al-Qalb
Naskah ini merupakan karangan Imam Maulana Abdul Manaf Amin. Tebal
naskah 208 halaman di tulis pada 26 desember 1989.
•Kitab menerangkan Agama Islam di Minangkabau Semenjak Dahulu dari
Shaikh Burhanuddin Sampai ke Zaman Kita Sekarang
Naskah ini juga merupakan salah satu karangan Imam Maulana Abdul Manaf
Amin yang tersimpan dalam koleksi pribadinya di surau Batang Kabung, Koto
Tengah Padang, Sumatra Barat.
Naskah-Naskah Sejarah

•Muballigul Islam
Waktu penyalinan naskah ini mulai sabtu 16 November 1996 dan selesai pada
kamis 2 januari 1997 di PS Tandikat VII Koto Pariaman.
•Inilah sejarah Ringkas auliyaullah al-salihin shaikh abdurrauf
Teks dalam naskah ini merupakan varian lain dari teks yang terdapat dan
menjadi bagian dari naskah Muballigul Islam, penulisnya Imam Maulana Abdul
Manaf Amin.
•Inilah sejarah ringkas auliyaullah al-salihin shaikh burhanuddin ulakan
yang mengembangkan agama islam di daerah minangkabau.
Teks dalam naskah ini adalah varian lain dari teks tentang Shaikh Burhanuddin
yang terdapat dalam naskah Muballigul Islam. Naskah ini ditulis pada 7 mei
1993 di Batang Kabung, Koto Tangah Padang.
•Sejarah ringkas shaikh muhammad nasir
Tebal naskah 96 halaman dengan rata-rata 19 baris tiap halaman
•Sejarah ringkas shaikh paseban al-syattari
Naskah ini ditulis pada 18 Agustus 2001 pada Mushalla Nurul Huda seberang
Batang Kabung.
 
 
Naskah Syattariyah Versi Sunda dan Jawa

•Naskah Syattariyah Versi kuningan


Tidak ada informasi mengenai judul, pengarang, penyalin dan tanggal penulisan
atau penyalinan. Teks berjumlah 29 halaman ini ditulis dengan aksara Pegon
berharakat dalam bahasa sunda.
•Naskah Syattariyah Versi cirebon
Naskah ini menggunkan alas naskah kertas eropa, kondisi naskah baik, naskah
ditulis dengan aksara Pegon berharakat dengan bahasa Jawa, tulisan naskah ini
menggunakan tinta hitam dan ditambah tinta emas dalam tiga halaman yang
mengandung ilustrasi.
•Naskah Syattariyah Versi Giriloyo
Naskah ditulis dalam aksara Jawi ini terdiri dari 30 folio dan mengandung
sejumlah ilustrasi di dalamnya. Pada bagian kolofon terdapat informasi
penulisannya yakni tahun 1868.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai