Anda di halaman 1dari 24

HIKAYAT AMIR

HAMZAH (HAH)
Indah Choirunnisa (18/428385/SA/19332)
Ismi Gaia Hartono (18/428386/SA/19333)
TEKS AMIR HAMZAH DALAM BERBAGAI
TRADISI DI LUAR INDONESIA

1. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Parsi


• Dasar penulisan roman Amir Hamzah yang dipakai oleh penulis
epos bangsa Parsi adalah biografi Hamzah bin Abdul Mutalib yang
ditambah dengan berbagai unsur jiwa bangsa Parsi.
• Teks Amir Hamzah mula-mula digubah dalam kesastraan Parsi.
• Latar penciptaan teks Amir Hamzah Parsi berpusat di istana
kerajaan Sasanid.
• Teks Amir Hamzah Parsi disusun dalam usaha menyebarluaskan
agama Islam, yang tokoh utamanya diperankan oleh Amir Hamzah.
2. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Arab
• Teks Amir Hamzah dalam kesastraan Arab yang berjudul Sirat Hamzah
merupakan saduran dari teks Amir Hamzah Parsi.
• Teks Amir Hamzah Arab dengan teks Amir Hamzah Parsi sama-sama
mengisahkan perjuangan Amir Hamzah sebagai pahlawan Islam.
• Dalam teks Amir Hamzah Arab, Amir Hamzah dikatakan sebagai anak Kinana,
orang yang tidak dikenal dalam sejarah.
• Dalam teks Amir Hamzah Arab, Umar Umayah adalah anak budak Kinana
yang tidak disebutkan nama ayahnya.

3. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Hindustan


• Teks Amir Hamzah dalam bahasa Hindustan yang berjudul Quissa-i Amir
Hamzah.
• Teks Amir Hamzah dalam bahasa Hindustan merupakan saduran dari teks
Amir Hamzah Parsi.
• Ada dua naskah Quissa-i Amir Hamza, yakni naskah yang disimpan di College
de Fort – William di Calcutta yang berisi sepuluh cerita dan naskah lain yang
berisi dua puluh cerita.
4. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Bengali
• Dalam bahasa Bengali terdapat teks Amir Hamzah yang berjudul
d’ Amir Hamzah.
• Teks Amir Hamzah Bengali terdapat dalam beberapa naskah, di
antaranya yang tersebut dalam Description Catalogue, halaman
67 dan dalam Orientalis Bibliotheek.

5. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Turki


• Dalam Catalogue der Bibliotheek Ambrosiana, halaman 35
terdapat teks Amir Hamzah dalam bahasa Turki yang berjudul
Hamsaname.
• Hamsaname kemungkinan merupakan saduran dari teks Amir
Hamzah Arab.
TEKS AMIR HAMZAH DALAM BERBAGAI
TRADISI DI INDONESIA
1. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Melayu
• HAH telah disalin dalam sejumlah naskah salinannya (sekurang-kurangnya dalam 13
naskah) dan dalam 7 edisi cap batu atau litograf.
• Para penyalin naskah Melayu pada waktu itu menyalin naskah dengan tangan dan
jarang menghasilkan bentuk salinan yang setia.
• HAH adalah salah satu karya sastra Melayu yang sudah lama dikenal oleh masyarakat
Melayu bahkan sebelum serangan Portugis ke Malaka (1511)
• HAH dalam sastra Melayu disusun berdasarkan teks Amir Hamzah Parsi.

2. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Jawa


• Dalam kesusastraan Jawa, teks Amir Hamzah dikenal dengan Serat Ménak.
• Masyarakat Jawa banyak yang mengenal teks ini dan bahkan dari bagian teks ini
dijadikan seni pertunjukan rakyat
• Serat Ménak, pada hakikatnya, mempunyai kemiripan dengan cerita Panji di antaranya
adalah adanya tokoh panakawan, dan bentuk tembang macapat
• Serat Ménak adalah saduran dari HAH
• Di Jawa, teks Amir Hamzah populer dan digubah dalam bentuk teater tradisional yakni
wayang golek
3. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Bali
• Dalam sastra Bali, teks Amir Hamzah dikenal dengan judul Geguritan Amir Amsyah
• Naskah Amir yang ditulis dengan aksara Bali (bahasa Jawa) yang tersimpan di
Perpustakaan Nasional tiga buah, yaitu Br. 527 (128 h.), Br. 546 (206 h.), dan Br. 550
(256 h.)
• Teks Amir Hamzah Bali yang berjudul Geguritan Amir Amsyah telah diteliti sebagai
tesis S-2 di Universitas Padjadjaran oleh Jumadiah (1999)
• Wayang Sasak merupakan seni pertunjukan yang utama di Karangasem (Bali).
Wayang ini mengambil cerita tentang kepahlawanan Islam yang tokoh utamanya
bernama Amir (yang lebih dikenal dengan nama Hamzah)

4. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Sasak ( Lombok )


• Dalam zaman Jawa-Islam, teks Ménak amat digemari orang karena propaganda
agama Islam
• Oleh karena banyaknya orang yang gemar akan teks Ménak, muncullah cerita
Ménak-pang yang tidak sedikit jumlahnya dan tersebar sampai ke Palembang dan
Lombok (Sasak)
• Teks Amir Hamzah di Lombok selain dilisankan dalam macapatan juga dipentaskan
dalam seni pertunjukan wayang yang dikenal dengan nama wayang éndong atau
wayang Sasak
5. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Sunda
• Dalam bahasa Sunda, teks Amir Hamzah dikenal dengan nama Wawacan Amir
Hamzah
• Wawacan Amir Hamzah merupakan salah satu dari sekian banyak wawacan
yang ditulis dengan aksara Cacarakan, Pegon, dan Latin.
• Wawacan Amir Hamzah merupakan cerita yang populer karena naskahnya
ditemukan di berbagai tempat di wilayah Jawa Barat, di antaranya di Ciamis,
Sumedang, Cianjur, Subang, dan Bandung
• Di Cianjur terdapat naskah WAH yang ditemukan di daerah Pacet, pemiliknya
bernama Nurwita, berukuran 21,5 x 17 cm, tebal 209 halaman.
• Dalam khazanah pewayangan Sunda teks Amir Hamzah dipentaskan dalam
bentuk wayang cepak atau wayang papak di Cirebon dan wayang bendho
atau wayang ménak di Priangan.

6. Teks Amir Hamzah dalam Tradisi Aceh


• Teks Amir Hamzah dalam sastra Aceh berjudul Hikayat Sayidina Amdah
tertulis dalam huruf Latin (diketik oleh Amzib Lamyong) setebal 350 halaman
yang tersimpan di Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh no. 51.
PERNASKAHAN HIKAYAT AMIR HAMZAH
1. Naskah A (Leiden, Cod. 1697)
• Naskah ini ditulis di atas kertas, menggunakan huruf Jawi (Arab-Melayu)
• Format tulisan: h.1 dan 2 adalah 9,5 x 14,5 cm
• Format tulisan pada halaman 3-658 adalah 10,5 x 17,5 cm.
• Penomoran halaman dengan angka Arab pada bagian atas tengah, kandungan
teks terdiri atas 91 cerita, volume naskah 1221 halaman, terdiri atas dua bagian.

2. Naskah B (Leiden, Cod. 1698)


• Naskah ini ditulis dalam huruf Jawi (Arab-Melayu)
• Naskah ini terdiri atas 1843 halaman, berisi empat bagian.
• Materi teks terdiri atas 91 cerita.

3. Naskah C (Leiden, Cod. Or. 2020)


• Naskah ini ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu) dengan tebal naskah 641
halaman
• Kandungan teks terdiri atas 38 cerita.
• Naskah ditulis di atas kertas yang berformat tulisan 11 x 17 cm
• Setiap halaman terdiri atas 13 baris, setiap baris terdiri atas 9 – 11 kata.
4. Naskah D (Leiden, Cod. Or. 3308)
• Naskah ini ditulis dengan menggunakan huruf Jawi (Arab-Melayu)
• Ditulis di atas kertas, jumlah halaman 321
• Format tulisan pada hlm. 1 dan 2 adalah 6,5 x 10 cm, setiap
halaman terdiri atas 5 baris, setiap baris 4-5 kata
• Halaman 321 berformat tulisan 10 x 13 cm, terdiri atas 4 baris;
setiap baris terdiri atas 9-11 kata
• Pada halaman 3 – 320 format tulisan 9 x 15,5 cm, setiap halaman
terdiri atas 13 baris, setiap baris 9-11 kata.

5. Naskah E (Leiden, Kl. 3) (Van Ronkel, 1921: 38-39)


• Naskah ini ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu) di atas kertas
berukuran 21 x 16cm
• Halaman 1- 460 terdiri atas 15 baris per halaman
• Halaman 461-762 terdiri atas 19 baris per halaman.
• Pada halaman 723-739 terdapat cerita Raja Lahad dan cerita
Kuraisyiah
6. Naskah F (Leiden, C.St. 138) (Van Ronkel, 1909: 249)
• Naskah ini ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu)
• Di atas kertas yang berukuran 25 x 20cm terdiri atas 248 halaman, setiap
halaman 18 baris.
• Teks dimulai dengan kalimat dalam bahasa Betawi

7. Naskah G (Leiden, Oph. 93) (Van Ronkel, 1921: 37)


• Naskah ini ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu), terdiri atas 304 halaman
folio, setiap halaman 25 baris.

8. Naskah H (Leiden, Sn.H.133) (Van Ronkel, 1921: 275)


• Naskah ini ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu) yang terdiri atas dua
bagian.
• Bagian pertama dimulai dari halaman 1 sampai dengan halaman 162ditulis di
atas kertas yang berukuran 31 x 20cm, setiap halaman 21 baris.
• Bagian kedua dimulai dari halaman 163 sampai dengan halaman 433 ukuran
kertas adalah 34 x 20cm, setiap halaman ada 21 baris
9. Naskah I (London, Add 3778) (Ricklefs & Voorhoeve, 1977: 114)
• Teks terdapat pada halaman 8-331
• Bagian permulaan (13 halaman) mengenai cerita Alkas Menteri.
• Naskah ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu)
• Di atas kertas Inggris (mungkin berasal dari pertengahan abad ke-
19), ukuran kertas 30 x 17cm.

10. Naskah J (London, Add 3774) (Ricklefs & Voorhoeve, 1977: 115)
• Naskah ini ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu) di kertas Eropa
yang berukuran 25,5 x 20,5 cm, 455 h

11. Naskah K (London, Or. 846) (Ricklefs & Voorhoeve, 1977: 119)
• HAH ini disalin oleh Enci Husain bin Ismail dan dijual pada tahun 1848
dengan harga $ 15
• Cap pemilik Tankerville J. Chamberlaine, 1871 M.
• Naskah ini ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu) dan terdiri atas
259 hlm.
• Kertas biru dari Eropa ukuran 31 x 21cm.
• Naskah ini pada halaman pertama terdapat iluminasi dengan lapis
emas.
12. Naskah L (Jakarta, Ml. 23A) (Van Ronkel, 1909: 248; Sutaarga et al., 1977:
191)
• Ditulis di atas kertas yang lapuk dengan huruf Jawi (Arab-Melayu)
• Ukuran kertas 30,5 x 18,5cm, tebal 88 h.,
• Setiap halaman terdiri atas 39-42 baris.
• Pada halaman sampul tertulis judul teks dengan huruf Latin, yakni
“Hikayat Amirul Moeminin Hamza en Syair Makhatul Manfas”.

13. Naskah M (Jakarta, Br. 145 A+B) (Behrend, 1998:84; Van Ronkel, 1909: 250)
• Naskah ini ditulis dengan huruf Jawi (Arab-Melayu) yang kurang jelas
karena kertasnya lapuk.
• Pada halaman 1-3, teks tidak terbaca.
• Naskah terdiri atas dua jilid.
HIKAYAT AMIR HAMZAH SEBAGAI
PRODUK SASTRA

HAH adalah salah satu karya sastra Melayu lama yang termasuk dalam
sastra kepahlawanan. HAH adalah salah satu karya sastra Melayu lama
berbentuk prosa dengan genre “hikayat” termasuk dalam golongan sastra
kepahlawanan Islam yang bercorak biografis.
HAH mengeksploitasi masalah agama secara intensif. Masalah-masalah
pendidikan, budi pekerti, dan tata hidup kemasyarakatan juga dieksploitasi
dalam HAH. Sejumlah motif (misalnya: motif perkawinan, motif mimpi, motif
ramalan) dimanfaatkan secara intensif. Faktor keturunan dari tokoh sentral
sebagai konvensi hikayat dimanfaatkan dalam HAH.
STRUKTUR NARATIF HIKAYAT AMIR
HAMZAH
Struktur naratif HAH berawal dari kelahiran tokoh utama disertai
dengan peristiwa-peristiwa prakelahiran yang telah dipersiapkan, kemudian
dilanjutkan dengan riwayat hidupnya dan berakhir dengan kematiannya,
serta bersifat romantik.
Hikayat ini terdiri atas satuan-satuan naratif yang masing-masing
mempunyai kategori isi tertentu, yakni “Pembuka”, “Tengah”, dan “Penutup”.
Identifikasi Tokoh dalam hah

1. Tokoh pejuang dan pembantu-pembantunya,


diantaranya Amir Hamzah, Umar Umayah, Umar Makdi
Karib, Khoja Bujurzamir Hakim, Mukbal Khalib, Landahur,
dan Kuraisy Peri.
2. Tokoh penghalang dan pembantu-pembantunya,
diantaranya Raja Nusyirwan, Bahtik, Zobin, Bahtiar, Raja
Syahsyah Alam, dan Raja Lahad.
UNSUR KEPAHLAWANAN
• Kepahlawanan Amir Hamzah dihubungkan dengan tugasnya
sebagai penyebar agama Islam. Ia berhasil menaklukkan
raja-raja kafir dari masyrik sampai ke magrib.
• Amir Hamzah merupakan anak dari Abdul Muthalib,
seorang pertapa dan keturunan bangsawan Quraisy.
• Amir Hamzah keturunan bangsawan saleh sehingga ia juga
taat beribadah dan menghayati kehidupan kerohanian yang
tinggi.
• Amir Hamzah digambarkan sebagai orang yang tangkas
dan perkasa karena kekuatan fisiknya yang melebihi orang
lain, mahir memanah, dan mahir berteriak.
MOTIF CERITA

Motif perkawinan Motif ramalan Motif angka Motif mimpi

Dalam HAH terdapat motif Dalam HAH terdapat Dalam HAH terdapat Motif mimpi yang muncul
menentukan suami dengan berbagai ramalan yang penggunaan angka 1 dalam HAH diantaranya
sayembara, pandangan merupakan persiapan sampai dengan 10 dengan Umar Umayah mimpi
Amir Hamzah tentang pembaca untuk segala kelipatan dan bertemu para nabi, Zuhur
wanita pemberi semangat, menghadapi cerita kombinasinya, ditambah Banun bertemu dengan
dan perkawinan atas selanjutnya. kegunaannya masing- Nabi Ibrahim, serta Amir
kodrat Allah Taala. masing. Hamzah mimpi berenang di
Laut Darah dan Laskar
Arab dikepung laskar lain.
MAKNA TEKS
HAH merupakan hikayat yang menceritakan sosok
perjuangan Amir Hamzah sebagai tokoh sentral “raja di
medan perang” dan memiliki karakter yang baik dari aspek
spiritual dan aspek sekuler. Tugasnya adalah mengislamkan
orang-orang kafir dan melindungi Nabi Muhammad dalam
menyebarkan agama Islam.
Teks HAH ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu
kuno. Teks HAH juga memiliki struktur narasi yang kompleks,
peranan dan perwatakan tokoh bervariasi, serta gaya
bahasa yang khas.
HUBUNGAN PERTALIAN
ANTARA HUU DENGAN HAH
• Teks HUU menceritakan kejenakaan Umar Umayah dalam
memperdaya orang lain, termasuk beberapa raja di beberapa
negeri.
• Pada teks HUU terdapat perilaku tokoh Umar Umayah dalam
berbagai peristiwa yang memberontaki peran tokoh Umar Umayah
pada teks HAH.
• Teks HUU mengemukakan kecerdikan dan kejenakaan Umar
Umayah secara berlebihan (tidak seperti yang dipaparkan dalam
teks HAH), seperti dilibatkan secara potensial menjadi kadi, penyair,
dan tabib.
• Teks HUU menggambarkan Umar Umayah yang bertolak dari unsur
kepercayaan dan sifat baik seperti yang disajikan dalam teks HAH.
Dalam teks HUU, ia menyembah berhala dan suka mencuri.
TEKS SEJARAH MELAYU
PENYAMBUT HAH

• Cerita pertama SM mengisyaratkan adanya perbandingan dalam


hal volume teks antara SM dengan HAH.
• Teks SM memanfaatkan teks HAH untuk membangkitkan
semangat laskar Malaka melawan kekuatan asing yang datang
yang akan membahayakan Malaka. Hal ini terbukti bahwa
ketenaran Amir Hamzah sebagai panglima perang dapat
membakar semangat laskar Malaka.
TRANSFORMASI HAH DALAM SASTRA JAWA
YANG DILIHAT PADA SERAT MENAK

• Serat Menak (Sr.Mn.) merupakan saduran dari teks HAH yang berupa tembang
macapat.
• Terdapat beberapa unsur tambahan pada Sr.Mn. diantaranya terdapat pada
struktur naratif, asal usul tokoh, unsur nama, julukan, kitab suratan takdir, harta
karun, dan motif angka. Misalnya dalam Unit Pengantar terdapat Menak Sarehas
yang berfungsi mengantarkan keseluruhan cerita. Setiap cerita pada Sr.Mn.
dikisahkan dalam subjudul tertentu.
• Asal usul para tokoh dalam teks HAH diolah sedemikian rupa mengikuti fungsi
tekstualnya sehingga lebih diperluas atau diperjelas.
• Sebagai teks transformasi, ditemui adanya gejala korup dalam hal nama-nama
pada teks Sr.Mn., diantaranya ada yang sesuai dengan lafal dan budaya Jawa,
ada yang dibaca berbeda, ada yang diberi identitas, dan ada yang disebutkan
dengan nama gelarnya.
• Terdapat unsur Islamisasi yang dimodifikasi dalam teks Sr.Mn.
TEKS SUNTINGAN HAH
• Suntingan teks HAH didasarkan pada naskah Cod. 1697.
• Dalam suntingan ini, baris-baris naskah disusun sebagaimana
layaknya sebuah cerita prosa. Nomor urut halaman disesuaikan
dengan urutan dalam naskah.
• Pedoman penyuntingan yang digunakan dalam suntingan ini adalah
sistem transliterasi dari huruf Arab dan huruf Arab-Melayu (Jawi) ke
huruf Latin, pemakaian ejaan, pedoman penulisan kata-kata Arab, dan
tanda-tanda suntingan.
• Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu yang disertai unsur
bahasa daerah, bahasa Parsi, dan bahasa Arab.
• Penerapan EYD bahasa Indonesia dalam tulisan ini terkadang tidak
diterapkan karena dinilai sulit.
KESIMPULAN

Teks HAH adalah teks saduran dari teks Amir Hamzah


Parsi. Transformasi HAH ke dalam teks-teks sastra daerah
di Indonesia menunjukkan perkembangan masing-masing,
yang menunjukkan bahwa HAH mengandung unsur nilai
yang dijunjung tinggi masyarakat pada waktu itu. HAH juga
memberikan gambaran kepada pembaca Melayu tentang
umat manusia sebagai satu kesatuan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai