Anda di halaman 1dari 42

Pedoman

Pemantauan dan Edukasi


Kawasan Tanpa Rokok
(PENDEKAR Handbook)
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Tempat Proses Belajar
Mengajar
Tempat Ibadah
Tempat Bermain Anak
Angkutan Umum
Tempat Kerja
Tempat Umum
Tempat Olahraga

DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir


semua kelompok masyarakat di Indonesia dan
cenderung meningkat, terutama di kalangan anak dan
remaja sebagai akibat gencarnya promosi rokok di
berbagai media massa. Hal ini memberi makna bahwa
masalah merokok telah menjadi semakin serius,
mengingat merokok berisiko menimbulkan berbagai
penyakit atau gangguan kesehatan yang dapat terjadi
baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain di
sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Oleh
karena itu perlu dilakukan langkah-langkah
pengamanan rokok bagi kesehatan, diantaranya
melalui Pemantauan dan Edukasi Kawasan Tanpa
Rokok.
Pemantauan dan Edukasi Kawasan Tanpa
Rokok perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat
anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya yang
ditetapkan serta menjadi kewajiban asasi bagi kita
semua terutama para pimpinan/penentu kebijakan di
tempat tersebut untuk mewujudkannya.
Buku saku Pemantauan dan Edukasi Kawasan
Tanpa Rokok (Pendekar Handbook) ini disusun
berdasarkan perkembangan aspek-aspek hukum dan
berbasis data terbaru. Buku saku ini merupakan
pedoman umum tentang bagaimana cara
pemantauan dan edukasi bagi Tim Satgas Pemantau
Kawasan Tanpa Rokok, sekaligus sebagai langkah

1
advokasi kepada Pimpinan/Pengelola untuk
memperoleh komitmen yang tinggi dalam
meningkatkan Tingkat Kepatuhan Kawasan Tanpa
Rokok.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak, khususnya tim yang telah
menyelesaikan pedoman ini. Semoga bermanfaat.
Aamiin.

Bandung, Maret 2020


Peserta Didik

Nilla Avianty, S.Sos, MKM


Nosis. 202002073726

2
SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA BANDUNG

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat


Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya
Pedoman Pemantauan dan Edukasi Kawasan Tanpa
Rokok (PENDEKAR HANDBOOK) ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Dinas Kesehatan sangat menyambut baik dengan
terbitnya pedoman berupa buku saku ini, sehingga
diharapkan pedoman ini akan dapat dijadikan tindak
lanjut dari berbagai peraturan atau perundang-
undangan yang akan diterbitkan, karena bila dilihat
dari dampak yang ditimbulkan masalah merokok ini
sudah sangat mendesak untuk ditangani.
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030,
dari 70% kematian yang disebabkan oleh rokok akan
terjadi di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Untuk itu, penyusunan Pedoman
Pemantauan dan Edukasi Kawasan Tanpa Rokok
sangatlah tepat. Untuk itu penerapan pedoman ini
perlu didukung oleh berbagai pihak agar dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada
tim yang telah bekerja keras sehingga
terselesaikannya Pedoman Pemantauan dan
Edukasi Kawasan Tanpa Rokok (Pendekar
Handbook) ini, dan kepada semua pihak mari kita

3
sama-sama mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok
di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat
ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat
umum dan tempat lainnya yang ditetapkan.

4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 01
Sambutan Kepala Dinas Kesehatan 03
Daftar Isi 05

Pendahuluan 07
Tujuan 10
Manfaat 10

Pengelolaan Kawasan Tanpa Rokok 11


Pengertian 11
Landasan Hukum 13
Sasaran 15
Manfaat 16

Pemantauan Kawasan Tanpa Rokok 17


Indikator Kawasan Tanpa Rokok 19

Edukasi Kawasan Tanpa Rokok 21


Logo Edukasi Kawasan Tanpa Rokok 30

SOP Pendekar 39

Penutup 41

5
Logo
Pendekar Handbook

6
1. Pengendalian para perokok
menghasilkan asap rokok yang
yang

sangat berbahaya bagi kesehatan


perokok aktif maupun perokok pasif
merupakan salah satu solusi
menghirup udara bersih tanpa
paparan asap rokok atau biasa disebut
penetapan
Kawasan Tanpa Rokok.

PENDAHULUAN
Hak Untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap
rokok telah menjadi perhatian dunia. WHO memprediksi
penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah
kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1
orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok.
Dari data terakhir WHO di tahun 2018 ditemui 97 juta penduduk
di Indonesia terpapar asap rokok dimana usia 18 tahun merokok
sebesar 9.1%. Pria yang meninggal karena rokok sebesar 19.8%
dan wanita yang meninggal karena rokok sebesar 8.1% .

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah


perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO,
2019). Konsumsi rokok mencapai 1675 batang perokok
pertahunnya. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan jumlah
perokok diatas 15 tahun sebanyak 33,8 %. Dari jumlah tersebut
62,9 % merupakan perokok laki-laki dan 4,8% perokok
perempuan .
7
Prevalensi merokok pada remaja usia sekolah atau usia 10-
18 tahun mengalami kenaikan menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) terbaru. Persentase perilaku merokok remaja
pada Riskesdas 2018 tercatat sebesar 9,1 persen, meningkat
dari Riskesdas 2013 yakni 7,2 persen.

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok


pun menjadi alasan sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR), yang ditunjukkan dengan mulai merokok pada kelompok
usia 5-9 tahun. Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada
kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok umur 75 tahun ke
atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi muda
atau usia produktif.

Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok


yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun
perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara
bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan
Kawasan Tanpa Rokok.

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama


ini telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak baik
lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan
masyarakat. Namun pada kenyataannya upaya yang telah
dilakukan tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan
penjualan, periklanan/promosi dan atau penggunaan
rokok.

Asumsi lain adalah perokok membebankan biaya keuangan


dan risiko fisik kepada orang lain yang berarti bahwa
seharusnya perokoklah yang menanggung semua ”biaya” atau
8
kerugian akibat merokok. Tetapi pada kenyataannya perokok
membebankan secara fisik dan ekonomi kepada orang lain juga.

Beban ini meliputi risiko orang lain yang terkena asap


rokok di lingkungan sekitarnya dan biaya yang dibebankan pada
masyarakat untuk pelayanan kesehatan.

Agar permasalahan dan kondisi tersebut di atas dapat


dikendalikan maka perlu dilakukan upaya pengamanan
terhadap bahaya merokok melalui Pemantauan dan Edukasi
Kawasan Tanpa Rokok dan juga meningkatkan kepatuhan
makasimal.

Kepatuhan maksimal dapat diperoleh dengan


keseimbangan antara sosialisasi pada setiap lapisan masyarakat
termasuk penanggung jawab kawasan dan aparat, adanya
kesamaan pemahaman semua pihak tentang definisi dan aturan
yang berlaku.

Pedoman Pemantauan dan Edukasi Kawasan Tanpa


Rokok disusun dengan mempertimbangkan aspek ”cost
effectiveness” dan pelembagaan dengan:
1 Mengintegrasikan kegiatan ke dalam sistem berjalan, baik
sistem pemantauan dan edukasi oleh Tim Satgas Pemantau
KTR Tingkat Kota, Tingkat Puskesmas, ataupun Tim Satgas
Tingkat Kewilayahan yang memiliki wilayah kerja
administratif terhadap aturan yang berlaku sesuai Perwal
Kota Bandung Nomor 15 tahun 2017;
2 Menciptakan sistem pemantauan melekat dengan
meletakkan tanggung jawab pemantauan lini terdepan
pada penanggung jawab kawasan;
9
3 Melakukan kampanye publik melalui media cetak dan
melibatkan masyarakat untuk melakukan kontrol sosial
dengan menegur/mengingatkan perokok yang kedapatan
merokok di dalam gedung

Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, dipandang


perlu membangun kesepahaman di berbagai jajaran untuk
melakukan perlindungan masyarakat terhadap paparan asap
rokok secara konkrit melalui Pemantauan dan Edukasi Kawasan
Tanpa Rokok (Pendekar) Handbook.

A. Tujuan

Tujuan umum
Tujuan umum penyusunan buku ini adalah sebagai
pedoman teknis dalam melaksanakan pemantauan dan
edukasi KTR bagi Tim Satgas Pemantau KTR Tingkat Kota,
Tingkat Puskesmas atau Kewilayahan

Tujuan Khusus
1. Memberikan panduan tentang langkah-langkah pokok
untuk pemantauan dan edukasi KTR
2. Sebagai dasar untuk mengembangkan lebih lanjut sesuai
dengan kondisi dan situasi masing-masing.

B. MANFAAT
Pedoman ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak
dalam rangka melakukan upaya perlindungan masyarakat
terhadap paparan asap rokok orang lain dan meningkatkan
Tingkat Kepatuhan KTR di Kota Bandung

10
2.
PENGELOLAAN KAWASAN
TANPA ROKOK

Pengertian
 Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan
memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau.

 Tempat khusus untuk merokok adalah ruangan yang


diperuntukkan khusus untuk kegiatan merokok yang berada di
dalam KTR.

 Rokok adalah hasil olahan tembakau


terbungkus terbungkus termasuk cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman dari tanaman
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya
atau sintesisnya yang asapnya mengandung Nikotin, Tar,
dan zat adiktif dengan atau tanpa bahan tambahan.

 Merokok adalah kegiatan membakar rokok dan/atau


menghisap asap rokok.

11
 Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok
namun terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok yang
dikeluarkan oleh perokok.

 Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat.

 Tempat proses belajar mengajar adalah adalah tempat


berlangsungnya kegiatan belajar mengajar atau pendidikan
dan pelatihan seperti sekolah, madrasah, perguruan tinggi,
tempat kursus, TPA/TPSQ, termasuk ruang perpustakaan,
ruang perokok atau laboratorium.

 Tempat anak bermain adalah tempat yang


diperuntukkan untuk kegiatan anak-anak seperti tempat
penitipan anak, tempat pengasuhan anak, dan tempat bermain
anak-anak dan lainnya.

 Tempat ibadah adalah tempat yang digunakan untuk


kegiatan keagamaan.

 Angkutan umum adalah alat angkut bagi masyarakat


yang dapat berupa kendaraan darat, air dan udara

 Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup


atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha.
12
• Tempat umum adalah sarana yang dapat digunakan oleh
seluruh lapisan masyarakat untuk berbagi kegiatan

• Tempat lain yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang


dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.

 Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya


perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman
gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar,
tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk
melindungi masyarakat yang ada dari asap rokok.

Landasan Hukum
Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum
dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut :

1. Pasal 18 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945;


2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165, Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 109 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4235);

13
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3853);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Pengamanan
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau
Terhadap Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5380);
8. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor
188/MENKES/PB/I/2011 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 7
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
49);
9. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 315 tahun 2017 tentang
Kawasan Tanpa Rokok

14
Sasaran
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain,
tempat ibadah, angkutan umum, fasilitas olahraga, tempat kerja,
tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Peraturan Wali
Kota Bandung Nomor 315 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa
Rokok).

Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


 Pimpinan/penanggung jawab
 Pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.
 Pasien.
 Pengunjung.
 Tenaga medis dan non medis.

Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar


 Pimpinan/penanggungjawab/ pengelola tempat proses
belajar mengajar.
 Peserta didik/siswa.
 Tenaga kependidikan (guru).
 Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di
sekolah).

Sasaran di Tempat Anak Bermain


 Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat anak
bermain.
 Pengguna/pengunjung tempat anak bermain.

Sasaran di Tempat Ibadah


 Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat ibadah.

15
 Jemaah.
 Masyarakat di sekitar tempat ibadah.

Sasaran di Angkutan Umum


 Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin, hiburan,
dsb).
 Karyawan.
 Pengemudi dan awak angkutan.
 Penumpang.

Sasaran di Tempat Kerja


 Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di
tempat kerja (kantin, toko, dsb).
 Staf/pegawai/karyawan.
 Tamu.

Sasaran di Tempat Umum



Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di
tempat umum (restoran, hiburan, dsb).

Karyawan.

Pengunjung/pengguna tempat umum.

Manfaat
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan
untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan
karena lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan
Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain,
tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan
tempat lain yang ditetapkan.

16
PEMANTAUAN
KAWASAN
TANPA ROKOK
Pemantauan merupakan upaya yang dilaksanakan secara
terus menerus baik oleh Tim Satgas Pemantau Kawasan Tanpa
Rokok maupun penanggungjawab Kawasan Tanpa Rokok di
tatanan untuk melihat tingkat kepatuhan Kawasan Tanpa
Rokok

Pemantauan Kawasan Tanpa Rokok

Pemantauan dilakukan untuk mengetahui perkembangan maupun


permasalahan serta menemukan pemecahan dalam pengelolaan
dan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Pemantauan kegiatan
dilakukan selama perjalanan program pengembangan Kawasan
Tanpa Rokok secara berkala.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemantauan adalah :

A. Apa yang dipantau ?

• Indikator Tingkat Kepatuhan KTR


• Kajian terhadap masalah yang ditemukan
• Penyesuaian dengan kebijakan KTR

17
B. Bagaimana cara memantau ?

• Melakukan supervisi atau kunjungan lapangan untuk


mengetahui secara langsung perkembangan dan
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan KTR
• Wawancara mendalam dengan pimpinan/pengelola KTR

C. Siapa yang memantau ?

• Tim Satgas Pemantau KTR Tingkat Kota


• Tim Satgas Pemantau KTR Tingkat Puskesmas
• Tim Satgas Pemantau KTR Tingkat Kewilayahan

D. Kapan melakukan pemantauan ?


• Selama pengembangan Kawasan Tanpa Rokok berlangsung
• Setiap saat diperlukan

E. Dimana melakukan pemantauan ?


• Fasilitas pelayanan kesehatan
• Tempat proses belajar mengajar
• Tempat anak bermain
• Tempat ibadah
• Angkutan umum
• Tempat kerja
• Tempat umum

18
Indikator Pemantauan
Kawasan Tanpa Rokok
Indikator sangat diperlukan baik oleh Tim Satgas Pemantau
Kawasan Tanpa Rokok maupun pengelola Kawasan Tanpa Rokok
sebagai alat ukur dalam Tingkat Kepatuhan Kawasan Tanpa Rokok
di tatanan.

Indikator Kawasan Tanpa Rokok mengacu pada Peraturan Wali


Kota Bandung Nomor 315 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa
Rokok.

Yang termasuk 100 % KTR bila memenuhi seluruh indikator


sebagai berikut :

Indikator
• Tidak ditemukan orang merokok di dalam gedung
• Tidak ditemukan ruang khusus merokok di dalam gedung
• Ditemukan tanda dilarang merokok di semua pintu masuk
• Tidak tercium bau asap rokok
• Tidak ditemukan asbak dan korek api di dalam gedung
• Tidak ditemukan puntung rokok di dalam gedung
• Tidak ditemukan indikasi kerjasama dengan Industri
tembakau dalam bentuk sponsor, promosi, iklan rokok
(misalnya: serbet, tatakan gelas, asbak, poster, spanduk,
billboard, dll)

19
• Tidak Ditemukan penjualan rokok di lingkungan gedung
(misalnya: sarana kesehatan, pendidikan, panti anak,
olahraga, rumah ibadah, gedung kantor kecuali restoran,
pasar, toko)

Pertanyaan untuk Pengelola Gedung


1. Apakah anda tahu tentang kebijakan KTR di Bandung yang
melarang orang merokok di dalam gedung?
2. Apakah anda mendukung dan melaksanakan kebijakan KTR
di Bandung?
3. Apakah anda tahu bahwa Kebijakan KTR harus
dilaksanakan oleh Pengelola Gedung?
4. Apakah anda tahu bahwa Pengelola Gedung akan terkena
sanksi jika tidak melaksanakan Kebijakan KTR?
5. Kendala apa saja yang anda hadapi ketika melaksanakan
Kebijakan Bandung Bebas Rokok di lembaga anda ? Tolong
sebutkan

Solusi apa saja yang dapat dilakukan. Tolong sebutkan

20
EDUKASI KAWASAN
TANPA ROKOK
1. Di Fasilitas Pelayanan 4. Di Tempat Ibadah
Kesehatan 5. Di Angkutan Umum
2. Di Tempat Proses Belajar 6. Di Tempat Kerja
Mengajar 7. Di Tempat Umum
3. Di Tempat Anak Bermain

(1) Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tim Satgas Pemantau KTR melaksanakan advokasi kepada


pimpinan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dengan menjelaskan aturan perlunya Kawasan Tanpa Rokok sesuai
Perwal Kota Bandung Nomor 315 tahun 2017 dan keuntungannya
jika dikembangkan di area tersebut.

Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan rumah sakit atau


fasilitas pelayanan kesehatan lainnya setuju untuk
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh fasilitas
pelayanan kesehatan adalah rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik,

Edukasi yang perlu disampaikan oleh Tim Satgas Pemantau


KTR kepada pimpinan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok
yaitu :

21
A. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
• Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di
fasilitas pelayanan kesehatan.
• Mekanisme dan saluran penyampaian pesan di sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan.

B. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara


lain :
• Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di
lingkungan internal bagi karyawan.
• Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.

C. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok


• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada pasien
/ pengunjung melalui poster, tanda larangan merokok
pengumuman, pengeras suara dan lain sebagainya.
 Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

(2) Di Tempat Proses Belajar Mengajar


Tim Satgas Pemantau KTR melaksanakan advokasi kepada
pimpinan/pengelola tempat proses belajar mengajar dengan
menjelaskan aturan perlunya Kawasan Tanpa Rokok sesuai Perwal
Kota Bandung Nomor 315 tahun 2017 dan keuntungannya jika
dikembangkan di area tersebut.
Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan/pengelola tempat
belajar mengajar setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa
Rokok. Contoh tempat proses belajar mengajar adalah sekolah,
kampus, perpustakaan, ruang praktikum dan lain sebagainya.

22
Edukasi yang perlu disampaikan oleh Tim Satgas Pemantau
KTR kepada pimpinan/pengelola tempat belajar mengajar
untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok yaitu :

A. Penyiapan Infrastruktur
 Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok;
 Mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang KTR di
tempat proses belajar mengajar melalui poster, stiker
larangan merokok dan lain sebagainya.

B. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain :


• Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
internal bagi karyawan/guru/ dosen/siswa.
• Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.

C. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok


• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada
karyawan/guru/dosen/siswa melalui poster, tanda
larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan lain
sebagainya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

(3) Di Tempat Anak Bermain


Tim Satgas Pemantau KTR melaksanakan advokasi kepada
pemilik/pengelola tempat anak bermain dengan menjelaskan
aturan perlunya Kawasan Tanpa Rokok sesuai Perwal Kota
Bandung Nomor 315 tahun 2017 dan keuntungannya jika
dikembangkan di area tersebut.

23
Dari advokasi tersebut, akhirnya pemilik/pengelola tempat anak
bermain setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok.
Contoh tempat anak bermain adalah Tempat Penitipan Anak
(TPA), tempat pengasuhan anak dan arena bermain anak-anak.

Edukasi yang perlu disampaikan oleh Tim Satgas Pemantau


KTR kepada pemilik tempat anak bermain untuk
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok yaitu :

A. Penyiapan Infrastruktur

Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di
tempat anak bermain.

Mekanisme dan saluran penyampaian pesan Kawasan Tanpa
Rokok bagi pengunjung di tempat anak bermain, misalnya
melalui poster, stiker larangan merokok, pengeras suara dan
lain sebagainya.

B. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain :


 Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
internal bagi pengelola dan pengunjung.
 Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.
C. Penerapan Kawasan tanpa Rokok
 Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada
pengunjung melalui poster, pengeras suara dan lain
sebagainya.
 Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

24
(4) Di Tempat Ibadah
Tim Satgas Pemantau KTR melaksanakan advokasi kepada
pengelola/pengurus tempat ibadah dengan menjelaskan aturan
perlunya Kawasan Tanpa Rokok sesuai Perwal Kota Bandung
Nomor 315 tahun 2017 dan keuntungannya jika dikembangkan di
area tersebut.

Dari advokasi tersebut, akhirnya pengelola/pengurus tempat


ibadah setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok.
Contoh tempat ibadah adalah masjid, mushola, gereja (termasuk
kapel), pura, vihara dan klenteng.

Edukasi yang perlu disampaikan oleh Tim Satgas Pemantau


KTR kepada pengelola tempat ibadah untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok yaitu :

A. Penyiapan Infrastruktur antara lain :



Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di
tempat ibadah.

Mekanisme dan saluran penyampaian pesan bagi pengurus
dan jemaah, misalnya saat shalat Jum’at, misa gereja dan lain
sebagainya.

B. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain :


• Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
internal bagi pengelola dan jemaah.
• Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.

25
C. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
 Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada jemaah
melalui poster, stiker, tanda larangan merokok, pengumuman,
pengeras suara dan lain sebagainya.
 Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

5) Di Angkutan Umum
Tim Satgas Pemantau KTR melaksanakan advokasi kepada
pemilik/pengelola angkutan umum dengan menjelaskan aturan
perlunya Kawasan Tanpa Rokok sesuai Perwal Kota Bandung
Nomor 315 tahun 2017 dan keuntungannya jika dikembangkan di
area tersebut.

Dari advokasi tersebut, akhirnya pemilik/pengelola angkutan


umum setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok.
Contoh angkutan umum adalah bus, kereta api, angkutan umum
kecil (angkot kijang), angkutan umum sedang (kopaja, bus mini)
dan lain sebagainya.

Edukasi yang perlu disampaikan oleh Tim Satgas Pemantau


KTR kepada pemilik angkutan umum untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok yaitu :

A. Penyiapan Infrastruktur antara lain :


• Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di

angkutan umum.
• Mekanisme dan saluran penyampaian pesan Kawasan

Tanpa Rokok bagi penumpang, supir dan kernet di

26
angkutan umum, misalnya melalui poster, stiker larangan
merokok dan lain sebagainya.

B. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara


lain :
• Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di
angkutan umum.
• Mekanisme dan saluran penyampaian pesan Kawasan
Tanpa Rokok bagi penumpang, supir dan kernet di
angkutan umum, misalnya melalui melalui poster, stiker
larangan merokok dan lain sebagainya.

C. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok


• Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok melalui
poster dan lain sebagainya
• Penerapan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok

(6) Di Tempat Kerja


Tim Satgas Pemantau KTR melaksanakan advokasi kepada
pimpinan/manajer perusahaan/institusi swasta atau pemerintah
dengan menjelaskan aturan perlunya Kawasan Tanpa Rokok sesuai
Perwal Kota Bandung Nomor 315 tahun 2017 dan keuntungannya
jika dikembangkan di area tersebut.

Dari advokasi tersebut, akhirnya pimpinan setuju untuk


mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh tempat kerja
adalah kawasan pabrik, perkantoran, ruang rapat, ruang
sidang/seminar.

27
A. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
• Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di

tempat kerja.
• Mekanisme dan saluran penyampaian pesan bagi pekerja,

yaitu penyuluhan, penyebarluasan informasi melalui poster,


pengeras suara dan lain sebagainya.

B. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain :



Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
internal bagi manajer dan karyawan.

Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok

C. Penerapan Kawasan tanpa Rokok


 Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada
karyawan melalui poster, stiker, tanda larangan merokok,
pengumuman, pengeras suara dan sebagainya.
 Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.

(7) Tempat Umum


Tim Satgas Pemantau KTR melaksanakan advokasi kepada para
penentu kebijakan/ pimpinan/pengelola tempat-tempat umum
dengan menjelaskan aturan perlunya Kawasan Tanpa Rokok sesuai
Perwal Kota Bandung Nomor 315 tahun 2017 dan keuntungannya
jika dikembangkan di area tersebut.

Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan tempat umum setuju


untuk pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.
Contoh tempat umum adalah pusat pembelanjaan, mal, pasar
serba ada, hotel, terminal bus dan stasiun
28
Yang perlu dilakukan oleh pengelola tempat umum untuk
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai
berikut:

A. Penyiapan Infrastruktur antara lain:


• Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di
tempat-tempat umum.
• Mekanisme dan saluran pesan Kawasan Tanpa Rokok di
tempat-tempat umum, yaitu penyuluhan, penyebarluasan
informasi melalui media poster, stiker, papan pengumuman
dan lain sebagainya.

B. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain :


• Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
internal.
• Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok

C. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok


 Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada
pengunjung melalui standar tempat umum seperti poster,
tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan
lain sebagainya
 Pelaksanaan Pengawasan Kawasan Tanpa Rokok

29
LOGO UNTUK EDUKASI
KAWASAN TANPA ROKOK
STOP MEROKOK UDARA SEGAR
dalam berbagai format ukuran
Dalam rangka edukasi Kawasan Tanpa Rokok, maka diciptakan
logo kampanye sebagai sebuah konsep awal yang menjadi benang
merah yang saling berhubungan antara media yang satu dengan
yang lain.

Logo kampanye yang dimaksud adalah :


“KAWASAN TANPA ROKOK, STOP MEROKOK, UDARA SEGAR”

STOP MEROKOK menggunakan rambu yang telah biasa


dikenal orang sebagai rambu larangan merokok. Menggunakan
kotak berwarna dasar merah, STOP MEROKOK memberikan
peringatan keras bahwa di kawasan ini dilarang untuk merokok.

UDARA SEGAR menggunakan rambu sebuah muka yang


gembira karena menghirup udara segar, tanpa asap rokok. Warna
biru melambangkan kesegaran udara dari ruangan atau kawasan
tanpa asap rokok.

KAWASAN TANPA ROKOK dengan warna abu-abu muda dan


abu-abu tua serta garis kotak yang mengelilingi tulisan
mencerminkan kekuatan dan ketegasan dari peringatan Kawasan
Tanpa Rokok. Warna abu-abu muda mencerminkan wilayah umum
yang telah menjadi dominasi para perokok untuk kemudian
perlahan-lahan dijadikan Kawasan Tanpa Rokok. Warna abu-abu
muda menuju putih adalah lambang kebersihan.

30
Ketiga logo tersebut tampil dengan berbagai variasi bentuknya, baik
itu dalam bentuk vertikal, horizontal atau dalam bentuk persegi.

Daftar Warna :
Cyan 70, Magenta 25,
Yellow 0, Black 0

Cyan 0, Magenta 100,


Yellow 100,

Black 10

Black 80

31
STRATEGI KOMUNIKASI
KAWASAN TANPA
ROKOK
STOP MEROKOK
UDARA SEGAR
DI TEMPAT KERJA

Menerapkan strategi untuk tidak


merokok pada Kawasan Tanpa
Rokok membutuhkan partisipasi
dari orang-orang yang
menggunakan kawasan tersebut.
Budaya menegur diharapkan dapat
menjadi komunikasi yang efektif
dalam rangka menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok.

Selain budaya menegur, budaya malu juga dapat menjadi


komunikasi yang efektif dalam rangka mempertanyakan siapa yang
sebenarnya memiliki hak untuk udara bersih.

Dalam rangka menegur dan memperkenalkan budaya malu merokok


maka strategi komunikasinya adalah menggunakan model orang-
orang yang biasa kita temukan di kawasan dan wilayah tersebut
dianggap menjadi lebih efektif sehingga seolah-olah orang tersebut

32
menegur orang-orang yang berniat untuk merokok di kawasan
tersebut, atau memberikan sindiran bahwa merokok itu dilarang
dan berbahaya

33
STRATEGI KOMUNIKASI
KAWASAN TANPA ROKOK STOP
MEROKOK UDARA SEGAR
DI FASILITAS KESEHATAN
Dalam rangka menuju
komunikasi yang efektif, orang-
orang yang dipilih menjadi
model diusahakan memiliki
kemampuan ekspresif di depan
kamera, fotogenik dan tidak
memiliki catatan dalam hal
merokok.

Model disarankan mengenakan


pakaian dengan model dan
warna yang netral dan
sederhana, tidak mengenakan
aksesoris serta make up yang
berlebihan. Para model berpose
dari pinggang ke atas, close up di
wajah agar ekspresi kesegaran dari Kawasan Tanpa Rokok dapat
terlihat.

Latar belakang dibuat seminimal dan sebersih mungkin tanpa


campuran warna-warna yang mencolok.

Disarankan juga menggunakan orang-orang yang akrab dan sesuai


dengan sasaran Kawasan Tanpa Rokok.

34
“ Orang-orang dengan latar belakang profesi yang
berbeda, memiliki hak yang sama
mendapatkan udara segar tanpa asap rokok.
untuk

35
STRATEGI KOMUNIKASI
KAWASAN TANPA ROKOK
STOP MEROKOK UDARA SEGAR
DI TEMPAT PROSES BELAJAR MENGAJAR

Berbagai fakta mengungkapkan


bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-temannya
adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut
ada dua kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja tadi
terpengaruh oleh teman-
temannya atau bahkan teman-
teman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja
tersebut yang akhirnya mereka
semua menjadi perokok. Di antara remaja perokok terdapat 87%
mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang
perokok begitu pula dengan remaja non perokok.

Iklan di media juga terus menerus memaparkan rokok sebagai


simbol gaya hidup, lambang kejantanan, glamour dan
penggambaran yang keren lainnya, sehingga remaja semakin
terbujuk untuk merokok.

36
Oleh karena itu, menggandeng remaja yang tetap aktif, keren
dan pandai tanpa rokok menjadi strategi komunikasi utama
dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses
belajar mengajar.

37
Pertanyaan yang pandai tentang kepandaian seseorang
dengan adiksi merokok.

Beberapa strategi komunikasi lain dari


para profesi di sekitar kawasan yang
keberatan kalau ada asap rokok di tempat
kerja mereka.

38
PENUTUP
Pelaksanaan penerapan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan
untuk mempersempit area bagi perokok sehingga generasi
sekarang maupun akan datang dapat terlindungi dari bahaya
rokok. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab seluruh
komponen bangsa, baik individu, masyarakat maupun pemerintah.
Komitmen bersama sangat dibutuhkan dalam keberhasilan
penerapan Kawasan Tanpa Rokok. Oleh sebab itu, pemantauan dan
edukasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) perlu dilakukan secara
berkesinambungan.

Dengan adanya buku Pedoman Pemantauan dan Edukasi


Kawasan Tanpa Rokok ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
acuan bagi Tim Satgas Pemantau KTR dan penanggungjawab KTR
di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar,
tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja dan tempat lain yang ditetapkan dalam menerapkan Kawasan
Tanpa Rokok

39
TIM PENYUSUN
Pembina :
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung

Pengarah :
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kota Bandung

Penyusun:
Nilla Avianty, S.Sos, MKM
Tita Juita,SKM
Sukir Sudirno
Linda Marcela
Iwan Ridwan
Seyla Musi Indah, S.I.Kom
Muhammad Ganjar Maulana

40
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Prototipe


Media Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta :
Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pedoman


Pengembengan Kawasan Tanpa Rokok.
Jakarta : Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama


Riskesdas 2018. Jakarta : Kemenkes RI.

Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 2017


Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Anda mungkin juga menyukai