Anda di halaman 1dari 12

Materi ke-5

TCP/IP Model
Dari materi sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa ada 2 jenis networking model, yaitu
TCP/IP dan OSI. Di bab kali ini kita akan membahas tentang TCP/IP, sejarahnya, hingga proses
enkapsulasinya.
Kita bisa menganggap bahwa networking model itu adalah sekumpulan dokumen. Masing-
masing dokumen ini berisi syarat-syarat yang agar suatu jaringan dapat berfungsi dan juga
aturan-aturan logis (protocol).
A. Apa itu protocol?
Analoginya, ketika ingin membuat sebuah bangunan, tentunya kita butuh yang namanya
blueprint, bagaimana pondasinya, desain internal, desain external, tata letak ruangan, hingga
alur-alur kelistrikan, gas, pembuangan asap, dan lain sebagainya.
Dengan adanya blueprint tersebut, semua pihak yang mengerjakan bangunan tersebut akan bisa
bekerja dengan baik, dari tukang listrik, tukang cat, interior desainer, dan seterusnya sudah
mengikuti acuan yang sama.
Jadi, protocol merupakan cara agar setiap perangkat yang berbeda-beda bisa saling
berkomunikasi dengan efektif baik secara perangkat lunak maupun perangkat keras.
B. Sedikit Sejarah Tentang OSI dan TCP/IP
Mari kita lanjut tentang penjelasan TCP/IP. Sebelum adanya networking model termasuk
TCP/IP. Setiap vendor membuat standar proprietary mereka sendiri, misalnya IBM dengan
networking modelnya yang dikenal dengan Systems Network Architecture (SNA) di tahun 1974.
Begitu juga vendor yang lain. Bisa dikatakan, mereka saling bersaing menciptakan networking
model terbaik agar yang lain menggunakannya. Tentu ini keadaan yang buruk.
Sehingga International Organization for Standardization (ISO) mengambil peran untuk
mengatasi hal ini, dengan membuat standar yang kita kenal dengan OSI. Disamping itu, ada juga
organisasi lain yang mengembangkan standar dengan tujuan dan arsitektur yang hampir sama
yaitu Department of Defense (DoD). Model ini kita kenal dengan TCP/IP atau kadang disebut
dengan Dod Model.
C. TCP/IP Sebagai Networking Model Saat Ini
Saat ini, dunia
jaringan komputer
sudah mengacu ke
standar yang sama,
yakni TCP/IP.
Penjelasannya ada
di materi berikutnya
tentang OSI Model.
Kira-kira
tahapannya seperti
ini:
Sejarah antara TCP/IP dan OSI sebenarnya sangat panjang. Sehingga perbandingan TCP/IP dan
OSI secara mendalam tidak kita bahas. Silahkan dicari tahu di beberapa media yang ada.
D. Manfaat Adanya TCP/IP
Saya sudah menjelaskan manfaat networking model secara umum di materi sebelumnya. Kali ini
kita akan fokus ke TCP/IP. Karena networking model yang digunakan sekarang adalah TCP/IP,
maka produk-produk internet sekarang sudah mengadopsi TCP/IP.
Contohnya :
Jika saat ini kamu membeli sebuah flash drive, maka flash drive tersebut sudah menerapkan
TCP/IP. Ini artinya kamu bisa mengunakannya di laptop, komputer, di semua perangkat yang
berbeda. atau misalnya. Saat kita ingin membangun sebuah infrastruktur yang baru.
Sebelum ada TCP/IP, kita harus membeli perangkat yang satu merk dari router, switch, firewall,
server, semuanya. Sekarang, tidak perlu lagi hal seperti itu. Karena vendor saat ini bisa saja
unggul di perangkat router, namun tidak begitu dengan firewall. Misalnya kita ingin
menggunakan router dan switch cisco, namun lebih memilih menggunakan Palo Alto firewall.
Tidak masalah. Kita bisa mengimplementasikan routing protocol, link aggregation, dll tanpa ada
kendala kompatibilitas. Karena semuanya sudah menggunakan TCP/IP.
E. Beberapa Hal Yang ‘Mungkin’ Menjadi Penyebab Dipilihnya TCP/IP Menjadi Standar
Networking Model
Bagi beberapa orang termasuk saya, mengetahui TCP/IP adalah standar networking model yang
dipilih adalah hal yang menarik.Faktanya, OSI yang sekarang cenderung lebih familiar untuk
sebagian dari kita, sebenarnya tidak pernah menjadi standar networking model. Sebaliknya,
yang digunakan adalah TCP/IP. Ini beberapa penyebabnya:
a. OSI bersifat lebih formal, lambat pengembangannya, karena dilakukan oleh orang-orang
tertentu saja.
b. TCP/IP dikembangkan oleh voluntir-voluntir seluruh dunia, tentu keadaannya berbalik
dibanding OSI
Sebelum TCP/IP benar-benar dipakai, setiap vendor masih ada yang menggunakan protocol
proprietary mereka sendiri, dan kala itu TCP/IP masih sebatas menjadi ‘gateway’nya saja. Sejak
mulai era 1990-an hingga sekarang, setiap perangkat sekarang sudah menerapkan TCP/IP.
F. TCP/IP Menggunakan Dokumen RFC
RFC atau Request for Comment adalah sebuah dokumen resmi yang digunakan Internet
Engineering Task Force (IETF), isinya merupakan draft, tinjauan, yang nantinya akan di review
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Usulan-usulan di RFC inilah nantinya yang akan menjadi standar internet, contohnya Internet
Protocol didefinisikan dalam RFC791 dan OSPF didefinisikan di RFC 1247. RFC bersifat
numbered. Isi dokumennya sangat detil tentang sebuah protokol, bagaimana cara kerjanya,
prosedur penggunaan, konsepnya, dan seterusnya.
Tidak hanya tinjauan formal, bahkan RFC bisa saja berisi humor karena setiap orang bisa saja
mengajukan apapun ke RFC, kamu juga bisa melakukannya melalui RFC Editor. Ini juga salah
satu faktor yang menjadikan TCP/IP lebih berkembang dibanding OSI.
G. TCP/IP Layer
Seperti penjelasan saya diatas,
begitu banyak protokol yang
didefinisikan di RFC. Tapi tidak
semua protocol didefinisikan di
RFC. Hal ini tidak berlaku untuk
protocol yang sudah exist duluan.
Contohnya Ethernet LAN.
Ethernet LAN sudah didefinisikan
oleh IEEE (Institute of Electrical
and Electronic Engineers), maka
TCP/IP tidak lagi
mendefinisikannya di RFC,
melainkan merujuknya ke IEEE.
Tetapi tetap saja masih banyak dan
kompleks yang menggunakan. Ini
beberapa contoh protocol yang
mainstream: HTTP, TCP, UDP,
OSPF, EIGRP, BGP, OSPF, IPv4,
RIP, dan masih banyak lagi.
Ini berarti, bukan cara yang baik untuk memahami TCP/IP dimulai dengan protocolnya. Nah, ada
cara yang lebih mudah untuk memahami TCP/IP. Disinilah fungsi lapisan, atau yang kita kenal
sebagai layer (perhatikan gambar).
TCP/IP sekarang sudah memiliki 5 layer, perbedaannya terletak pada pembagian layer 1 (link)
TCP/IP original menjadi Data Link dan Physical di TCP/IP updated.
Tapi untuk saat ini, anggap saja kita
mengacu TCP/IP layer original dengan
4 layer.
H. Studi Kasus TCP/IP
Dengan adanya lapisan TCP/IP ini,
protocol yang banyak tadi akan
dikategorikan berdasarkan fungsinya.
Ada yang di layer 1, layer 2, layer 3,
dan layer 4. Sehingga kita lebih mudah
memahaminya. Perhatikan gambar
disamping!
Ada banyak sekali protocol. Tapi yang
kita bicarakan sekarang hanya seperti
pada kolom sebelah kanan seperti
tertera pada gambar, yakni HTTP, TCP,
UDP, IP, dan Ethernet.
Mungkin kamu sudah bisa menebak, kita akan menggunakan sampel umum: “Ketika seseorang
membuka browser, dan mengakses suatu halaman web”.
Yup, ini studi kasusnya.
Saya harap menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Sebelum kita mulai. Jangan salah paham mengenai TCP, IP, dan TCP/IP.
TCP, dan IP, adalah 2 protocol yang berbeda yang akan saya jelaskan dibawah. Sedangkan
TCP/IP adalah sebuah networking model. Karena berisi banyak protocol maka disebut juga
protocol suite.
Penjelasan Studi kasusnya sebagai berikut :
1. TCP/IP Application Layer
Fungsi application layer hanya menyediakan layanan terhadap aplikasi yang berjalan di
komputer. Ingat, hanya layanannya, bukan aplikasinya.
Misalnya, application protocol FTP adalah Filezilla atau application protocol HTTP adalah web
browser, yang paling kita kenal saat ini. Meskipun faktanya browser tidak hanya bisa dilakukan
dengan aplikasi seperti itu, bisa juga dengan terminal misalnya di linux.
Tugas application layer disini adalah untuk mendefinisikan bagaimana sebuah browser bisa
mengambil konten dari sebuah web server hingga akhirnya tampil di web browser.
Berikut penjelasan mekanisme HTTP lebih detil.
a. Proses Komunikasi HTTP Secara Umum
Bayangkan seseorang membuka web browser dan mengakses suatu web. Proses sederhananya
kira-kira akan seperti ini.

Misalnya saat kamu membuka situs ini, kamu akan mendapatkan laman dari https://ngonfig.net
yang merupakan homepagenya. Mengenai https atau Hypertext Transfer Protocol Secure
merupakan versi secure dari HTTP, karena menggunakan SSL atau Secure Socket Layer.
Kadang disebut juga sebagai SHTTP atau S-HTTP. Tujuannya agar komunikasi terjadi dengan
aman karena data yang terkirim akan terenkripsi. Ini penting terutama pada situs-situs jual beli
dimana pengguna menginputkan data confidential seperti credit card.
b. Mekanisme HTTP
Diatas itu contoh yang paling sederhana atau kita sebut basic logic proses HTTP. Secara teknis
tidak seperti itu. Di pertengahan 1990, Barner Lee menciptakan HTTP, web browser dan web
server. HTTP disini memberikan kemampuan ke web browser untuk meminta isi konten dari
web server. Begitu juga dengan web server, dengan HTTP dia bisa memberikan isi konten yang
diminta oleh client. Prosesnya seperti berikut:
Protocol menggunakan header untuk menyimpan informasi. Dari mekanisme HTTP diatas kita
bisa melihat 3 proses yang terjadi saat client merequest laman web dari server.
1. GET Header: Anggap client mengakses https://ngonfig.net, berarti server akan mengirimkan
homepagenya. Begitu juga jika mengakses URL spesifik.
2. GET Reply: server menanggapi header dari client, dan membalasnya terlebih dahulu dengan
HTTP Header “OK” dilanjutkan mengirim sebagian isi homepage. Ini jika berhasil, maka
headernya akan bernilai “200”, selain itu misalnya “404” yang kita kenal dengan not found.
3. HTTP Data: karena komunikasi sudah terinisialisasi, maka server tetap lanjut mengirim isi
konten home.html, lebih efektif daripada mengirimkan header berulang-ulang.
Jika kita melihat proses dari application layer, maka sekilas prosesnya selesai dan sederhana.
Padahal ada sekian proses lagi yang terjadi, yaitu di layer-layer bawahnya.
Materi ini masih panjang, so let’s keep reading 🙂
2. TCP/IP Transport Layer
Transport layer di TCP/IP disebut juga sebagai Host-to-Host, fungsinya untuk membangun
koneksi antar host. Misal antara komputer satu dengan yang lain, client dengan server.
Ada banyak protocol yang berada di tranport layer, tapi yang paling kita kenal secara umum
yaitu TCP (Transmission Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol).
Kembali ke proses HTTP diatas, kita mengakses situs web tentunya menginginkan data yang
reliable.Faktanya, pengiriman data dari satu komputer ke komputer lain itu prosesnya cukup
kompleks, dan banyak prosedurnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan data gagal terkirim.
Bayangkan saat ini kamu membaca salah satu situs dengan jaringan yang sering terganggu,
sehingga menyebabkan ada paragraf yang hilang, ada judul yang hanya setengah, atau huruf
kata-kata yang hilang ditengah paragraf. Pasti akan membuat kita kesal, disinilah dibutuhkan
TCP.
a. Transmission Control Protocol (TCP)
Sesuai studi kasus diatas bahwa komunikasi HTTP diatas berjalan dengan menggunakan TCP.
Artinya HTTP membutuhkan jaminan agar data-data bisa dikirim secara sempurna. Ketika data
ada yang gagal terkirim, si penerima harus sadar bahwa hal itu terjadi, dan meminta pengiriman
ulang. Caranya seperti ini: TCP memecah data-data tersebut (segment) lalu mengirimkannya
berdasarkan Sequence number (SEQ). TCP juga memiliki banyak fungsi, tapi fokus kita hanya
pada satu fungsi utama yang paling dikenal, yaitu TCP Error Recovery.
Seperti ini prosesnya:
1. Server sedang mengirim segment-segment dengan beberapa sequence number client.
2. Namun pada seq 2, segment gagal terkirim.
3. Setelah client menerima semua data, ternyata ada yang lost. Maka client meminta server
untuk mengirimkan kembali segment yang lost pada seq 2.
Begitulah proses TCP error recovery. Sebelum kita lanjut, sebenarnya ada hal lain yang terjadi
sebelum sampai pada proses ini. Yaitu pembentukan koneksi.
b. Three-Way Handshake TCP
Jangan berfikir bahwa ketika kamu menginputkan alamat situs ini dibrowser, laptop yang kamu
gunakan akan langsung menerima konten situs ini. Tidak.
Saat client menginputkan alamat url di web browser, maka client melakukan request ke server
untuk membentuk koneksi, disebut establishing connection. Inilah kenapa komunikasi TCP
disebut connection oriented. Pembentukan koneksi ini akan membentuk sebuah virtual link. Jalur
virtual yang digunakan untuk pengiriman segment.

Dengan kata lain, pengirim dan penerima melakukan persetujuan dulu untuk melakukan
transmisi. Setelah keduanya setuju, maka dilakukan pembentukan koneksi, dilanjutkan dengan
pengiriman data.
Dalam proses pengiriman data inilah dibutuhkan TCP Error Recovery yang sudah saya jelaskan
diatas.
Jadi alurnya: Pembentukan Koneksi –> Pengiriman Data (dengan error recovery).
c. User Datagram Protocol (UDP)
Pertanyannya, apakah semua host-to-host menggunakan TCP?
Tidak selalu. Karena tidak semua komunikasi membutuhkan pengiriman data yang reliable.
Contohnya: komunikasi suara.
“Saat kita menelfon, adalah hal biasa kalau suara kita tidak sampai ke lawan bicara karena
gangguan koneksi. Bayangkan jika beberapa detik kemudian, suara tersebut sampai ke lawan
bicara.”
Hal ini akan menggangu, jadi ada pertimbangan kenapa menggunakan UDP dibanding TCP
yaitu:
1. Butuh komunikasi yang cepat
2. Tidak perlu membentuk koneksi terlebih dahulu
3. Tidak butuh error recovery
Semua diatas adalah kebalikan kriteria TCP. Kita kembali ke studi kasus. Apa yang sebenarnya
terjadi ketika client menginputkan alamat URL di browser? Apakah langsung terjadi koneksi
TCP, lalu pengiriman data HTTP?
Jawabannya, tidak.
Ternyata masih ada satu proses lagi.
URL yang diinput misalnya: https://ngonfig.net, ini adalah domain. Komputer tidak bisa
mengenali nama ini. Maka untuk mengenalinya dibutuhkan DNS atau Domain Name System.
Domain Name System adalah sebuah protocol yang digunakan untuk menerjemahkan alamat
domain (contoh: ngonfig.net) menjadi alamat IP.

DNS server sudah memiliki sejumlah daftar domain-domain beserta alamat IP nya. Jika suatu
saat ada yang menanyakan, maka dia tinggal mengirimkan, dan tanpa ada proses untuk
memastikan pesan tersebut diterima oleh client. Juga tidak ada pembentukan koneksi sebelum
data tersebut dikirimkan. Setelah alamat IP nya diketahui oleh client, maka client melakukan
request koneksi ke IP tersebut.
Jadi pada proses-proses yang telah saya jelaskan diatas, komunikasinya tidak lagi diarahkan ke
alamat domain, melainkan alamat IP.
Rangkuman alurnya: Input URL –> Menanyakan alamat IP dari sebuah domain –> Melakukan
request koneksi ke IP yang sudah didapat –> Melakukan pengiriman data.
Alamat IP ini yang akan kita bahas pada network layer dibawah.
Note: VoIP tidak sepenuhnya UDP, tapi juga menggunakan RTP untuk sequencing. DNS juga
membutuhkan TCP apabila besar data melebihi tampungan UDP.
3. TCP/IP Internet Layer
Dari protocol yang banyak di application layer, menjadi semakin kerucut kebawah, hingga ke
nilai-nilai bits di fisik. Sekarang kita bahas layer 3 atau sering disebut dengan Network Layer.
Di layer network atau internet layer juga terdapat banyak protocol. Tapi satu-satunya yang paling
dikenal dan digunakan saat ini, yakni: IP atau Internet Protocol.
a. Analogi Internet Protokol dan Kantor Pos
Bayangkan saat ini kamu ingin
mengirimkan surat ke 2 tujuan
yang berbeda, lokal dan
internasional, yaitu Jakarta dan
Singapore. Yang perlu kamu
lakukan hanyalah menulis alamat
tujuan dari surat tersebut dan
meletakkannya di kotak pos atau
bisa langsung mengantarkannya
ke kantor pos. Kita tidak perlu
memikirkan dan tidak perlu
mengatur bagaimana dan jalur
mana yang harus ditempuh oleh pengantar surat agar sampai tujuan.
Kita ketahui, kantor pos memiliki banyak cabang di setiap kota dan setiap daerah-daerah yang
sering terjadi pengiriman. Seperti gambar, ternyata jalur yang ditempuh oleh kedua surat itu
berbeda.
Karena, yang pertama: surat yang tadi dikirimkan akan dibedakan alamat tujuannya. Lalu
dipisahkan berdasarkan kantor yang terdekat, disana juga dilakukan pemisahan berdasarkan
tujuan pengiriman masing-masing. Ada yang harus dikirim terlebih dahulu ke kantor daerah, ada
yang langsung dikirim ke alamat tujuan.
Lalu, apa kaitannya dengan IP?
Ingat saya katakan terhadap dua surat tersebut, ada yang dikirimkan ke kantor terlebih dahulu,
ada yang langsung dikirim ke tujuan?
Ini karena di kantor pos sudah ada daftar alamat-alamat dan rute nya. Maka tak mungkin surat
tersebut sampai jika kita tidak menyertakan alamatnya.
Pembagian alamat ini, kita bedakan menjadi 2:
1. Network address: misalnya, daerah Jakarta. Ini bisa dianggap seperti kode pos.
2. Host address: ternyata ada Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan seterusnya. Ini bisa dianggap
seperti alamat detil pengiriman, contohnya nomor rumah.
b. Packet Dikirim Berdasarkan Alamat IP
Setelah memahami analoginya, kita lanjut ke studi kasus. Kali ini saya membedakan DNS server
dengan HTTP server.
Ingat baik-baik analoginya tadi,
Internet Protocol mendefinisikan
dua hal di IP Address. Perhatikan
gambar disamping:
1. Setiap IP yang dimiliki oleh
host harus unik, 2.2.2.2,
3.3.3.3, dan 1.1.1.1
2. Selain itu, IP address ini juga
harus bisa dikelompokkan,
contohnya 2.0.0.0, 3.0.0.0,
dan 1.0.0.0
Maka jadinya seperti ini:
a. Client ingin mengetahui
alamat IP dari domain
https://ngonfig.net, maka mengirimkan query terlebih dahulu ke DNS Server, sampai di
layer network, komunikasi IP terjadi antara 1.1.1.1 dengan 2.2.2.2 (DNS Server).
b. Setelah alamat IP didapat, client 1.1.1.1 membentuk koneksi TCP untuk proses pengiriman
data HTTP ke server 3.3.3.3 (HTTP Server).
Disitulah router yang menentukan arah-arah tersebut. Ini ibaratkan kantor pos tadi. Kalau
networknya berbeda, packet akan diteruskan ke router sebelahnya yang terhubung ke alamat
tersebut.
c. Dasar Proses IP Routing
Kita ulang lagi proses yang sudah terjadi diatas: pertama, client mencari IP web server, setelah
itu akan dilakukan komunikasi HTTP diawali dengan pembentukan koneksi.
Saat proses komunikasi HTTP, tentulah disini pesan yang dikirim sudah memiliki header.
Kemudian di header ini terdapat informasi alamat IP, yaitu IP sumber (Source IP) dan IP tujuan
(Destination IP).

Gambar diatas kita sebut sebagai ip routing (routing), agar jaringan memiliki daftar rute untuk
mencapai wilayah tertentu. Disini kita bahas dasarnya saja.
Saat packet itu dikirim, inilah yang terjadi:
1. Client akan membandingkan terlebih dahulu, apakah 3.3.3.3 satu wilayah dengannya atau
tidak. Dalam kasus ini, tidak. Sehingga dia mengirimkannya ke R1.
2. Peran R1 disinilah kita sebut sebagai gateway. R1 mengetahui kalau 3.3.3.3 adalah wilayah
yang terhubung dengan R2, maka packet diteruskan ke R2.
3. Sampai R2, packet pun dikirimkan langsung ke 3.3.3.3 (server).
Intinya, yang dilihat pertama kali adalah wilayahnya (network addressnya), kemudian alamat
spesifiknya (host address).
4. TCP/IP Link Layer (Data Link dan Physical)
Dari application layer (HTTP), lalu ke transport layer. Saat di transport layer kita kenal dengan
host-to-host layer dengan jargonnya “Just give me your data stream, with any instructions, and
I’ll begin the process of getting your information ready to send.”
Lalu di header TCP atau UDP tersebut terdapat source IP dan destination IP yang digunakan di
layer network atau internet layer.
Karena setiap perangkat terhubung dengan media bukan? Baik wireless maupun wired.
Kini giliran Link Layer (Data Link dan Physical) untuk melakukan tugasnya.
Di TCP/IP original, data link dan physical masih digabung, berarti protocol dan hardware
keduanya ada disini. Sedangkan di TCP/IP updated sudah dibedakan.
Sederhananya, link itu istilah yang digunakan untuk menyebutkan jalur antar node yang saling
terhubung. Data yang dikirim adalah nilai bits, pada physical, dan frame pada data link.
Maka IP packet yang dibentuk di layer network tadi akan dibungkus lagi seperti ini:

a. Client mengenkapsulasi IP packet dan berada diantara Ethernet header dan Ethernet trailer,
ini akan menciptakan Ethernet frame.
b. Ethernet frame ini ditransmisikan menggunakan sinyal bit melalui media penghubung.
c. R1 menerima sinyal bits tersebut dan mengartikannya menjadi ethernet frame.
d. Setelah ethernet frame terbentuk, maka ethernet header dan ethernet trailer tadi dibuang,
menyisakan IP packet.
Sampai pada proses ini TCP/IP sudah selesai. Selanjutnya mengenai jenis enkapsulasi ini akan
banyak dibahas pada materi WAN, seperti HDLC, Frame-Relay, atau PPP dan juga switching.
Ingat kalau switch tidak mengenal IP address, dia melakukan switching frame berdasarkan mac
address yang sudah ada di tabelnya.
Jadi, untuk mencari tau IP address dari suatu perangkat, digunakan protocol ARP (Address
Resolution Protocol).
Pahami dulu tentang broadcast domain, dan collision domain, serta bagaimana switch memecah
collision domain.
I. Enkapsulasi Data di TCP/IP
Baiklah, sebenarnya diatas saya sudah menjelaskan proses enkapsulasi dan de enkapsulasi ini.
Untuk memudahkan pemahamannya, mari kita rangkum kembali prosesnya.
Diatas saya sudah menjelaskan bagaimana HTTP, TCP – UDP, IP, dan Ethernet melakukan
tugasnya. Setiap layer ini akan menambahkan headernya (di data-link, ada trailer) dari data yang
diterima dari layer yang diatasnya.
Server mengenkapsulasi isi konten di dalam HTTP header. Kemudian TCP layer
mengenkapsulasi HTTP header tadi kedalam TCP header. Lalu IP mengenkapsulasi TCP header
kedalam IP header. dan akhirnya di Ethernet link layer, dienkapsulasi IP packet kedalam header
dan trailer. Ini kita sebut frame. Sampai kemudian dikirimkan berupa sinyal bit melalui media
penghubung.
Rangkuman Studi Kasus TCP/IP – Enkapsulasi dan Deenkapsulasinya (5 Tahap)
Tahap 1:
Membentuk dan mengenkapsulasi application data dengan header layer application yang
dibutuhkan. Misalnya pesan 200 (OK) di HTTP yang dibalas oleh HTTP header, dan diikuti oleh
sebagian konten web.
Tahap 2:
Mengenkapsulasi data dari application layer ke header transport layer. Disini menggunakan TCP
untuk HTTP atau UDP untuk DNS.
Tahap 3:
Data dari transport layer dienkapsulasi kedalam IP header.
Tahap 4:
IP Header kemudian dienkapsulasi dengan membungkusnya dengan ethernet header dan ethernet
trailer.
Tahap 5:
Mengirim sinyal bit, yang nantinya akan diterjemahkan oleh perangkat penerima, dan
menghasilkan ethernet frame kembali, dan deenkapsulasi pun dilakukan.
Selamat!
Kamu sudah memahami satu pondasi dasar terpenting di jaringan komputer.

Anda mungkin juga menyukai