KELOMPOK T
OLEH
CHINDI HASTUTI S.Kep
1931412085
A. Teori
1. Definisi sindroma koroner akut
Sindrom koroner akut atau biasa disebut dengan penyakit jantung koroner
merupakan penyakit yang timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner oleh
atheroslerosis. Kegawatdaruatan pembuluh darah koroner ini meliputi infark miokard
akut dengan gambaran EKG ST elevasi (STEMI), infark miokard tanpa elevasi
segmen ST (NSTEMI), dan Angina pectoris tidak stabul (APTS).
STEMI merupakan keadan dimana rusaknya otot jantung secara permanen
karena tidak menerima suplai oksigen dan nutrisi akibat tersumbatnya pembuluh
darah koroner oleh proses degeneratif atau faktor lain yang ditandai dengan nyeri
dada, kenaikan enzim jantung dan gambaran ST elevasi pada pemeriksaan EKG
Menurut Garko, penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner adalah
penyakit jantung di mana dinding endotel bagian dalam pada satu atau lebih arteri
koroner menjadi sempit akibat akumulasi kronis dari plak ateromatous yang
mengurangi aliran darah yang kaya nutrisi dan oksigen sehingga merusak struktur dan
fungsi jantung dan meningkatkan resiko nyeri dada (contohnya angina pektoris) dan
serangan jantung (infark miokard).
2. Etilogi
a) Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1) Faktor pembuluh darah yaitu Aterosklerosis, Spasme, Arteritis
2) Faktor sirkulasi : Hipotensi, Stenosis aorta, Insufisiensi
3) Faktor darah : Anemia, Hipoksemia, Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat
Aktifitas berlebihan, Emosi, Makan terlalu banyak, Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
Kerusakan miocard, Hypertropi miocard, Hypertensi diastolik
b) Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
1) Usia > 40 tahun
2) Jenis kelamin : insiden pada pria, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
3) Hereditas
4) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2) NSTEMI
Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan yang
berdekatan pada limb lead dan atau segment depresi ≥ 2 mm pada 2 sadapan
chest lead.
Gambaran EKG
Pemeriksaan EKG memegang peranan penting dalam mendiagnosa AKS.
Pemeriksaan tyang sederhana,murah tapi mempunyai nilai klinis yang tinggi. Pada
APTS/ Non Q infark,perubahan berupa adanya ST segmen depresi atau T inversi.
Hal ini harus dibedakan dengan tanda hipertropi ventrikel kiri.
l) Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati
bedah jantung angioplasty atau emergensi.
m) Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
n) Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan.
2) Khusus
a. B Bloker
Mengurangi konsumsi oksigen. Pilihan pada B Bloker non ISA. KI pada
AVblok, Asma Bronkial, Severe LHF. Pemberian B bloker dapat menurunkan
progresif AKS sekitar 13 %.
b. ACE Inhibitor
Hari pertama serangan, mampu menurunkan mortalitas fasca infark.
c. Lipid Lowering Terapi (atorvastatin )
d. Trombolitik Terapi
Pemberian Trombolitik terapi hanya pada Infrak dengan Gelombang Q (ST
elevasi),sedang pada infark non Q dan APTS tidak ada manfaat pemberian
trombolitk.
e. Heparin
UFH (unfraksional heparin), risiko perdarahan memerlukan monitor APTTT,
dosis bolus 5000 IU, diikuti dengan infus 1000 IU/jam (2-2,5 x nilai APTT
baseline). Low Molucle Weight Heparin (LMWH) lebih aman, risiko perdarahan
kecil dan tidak memerlukan pemantauan APTT. Dosis sesuai dengan berat
badan, 1 mg/kgBB.
f. Platelet Gliko Protein (GP) Iib/IIIa reseptor Bloker.
Digunakan untuk pencegahan pembekuan darah lebih lanjut,fibrinolisis endogen
dan mengurangi derajat stenosis.
g. Primary dan Rescue PTCA
Di senter-senter yang fasilitas cath-lab dan tenaga ahli yang lengkap, jarang
memberikan trombolitik biasanya penderita langsung didorong ke kamar
cateterisasi untuk dilakukan PTCA, dan pada mereka yang gagal dalam
pemberian trombolitk dilaukan rescue PTCA.
h. CABG
6. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif
2. Defek septum ventrikel
3. Ruptur jantung
4. Ruptur septal
5. Ruptur otot papilaris.
6. WOC
Arterisklorosis
Trombosis koroner
Konstriksi arteri koronaria
Infark miokardium
Infark transmural
Infark subendokardial
Kelemahan fisik
Gangguan Resiko tinggi
pertukaran gas klebihan
volume cairan
Intoleransi
aktivitas
a) Pengkajian
1. Keluhan utama
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan
viseral).
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher.
Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang
pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
2. Riwayat Kesehatan
Gejala :
Riwayat IMA sebelumnya, Penyakit arteri koroner ,Masalah tekanan darah, Diabetes
mellitus dan stroke
Tanda :
TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri
Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Biasanya pasien IMA memiliki kebiasaan merokok.
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
Tanda :
Pasien biasanya merasakan Mual, Kehilangan nafsu makan, Bersendawa, Nyeri ulu
hati atau rasa terbakar.
Gejala :
Penurunan turgor kulit, Kulit kering/berkeringat.Muntah. Perubahan berat badan
3) Pola Eliminasi
BAB dan BAK normal , namun juga dapat ditemukan peningkatan bising usus.
B) Diagnosa (NANDA )
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
1. Nyeri akut b/d iskemia jaringan miokard
2. Penurunan curah jantung b/d peningkatan beban kerja ventikuler.
3. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan suplai darah paru
4. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/ retensi air
5. Gangguan pola tidur b/d nyeri dada
6. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan
7. Perubahan perfusi perifer b/d penurunan aliran darah ke jaringan
8. Defisit perawatan diri b/d kelemahan sekunder akibat iskemia miokard
9. Anxietas b/d perubahan status kesehatan
10. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan b/d kurang
informasi tentang penyakit jantung dan status kesehatan
11. Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran
Mass, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2013. Nursing Outcomes (NOC), edisi 5,
ELESEVIER
Mass, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2013. Nursing incom clasification (NIC), edisi 5,
ELESEVIER
Nanda Internasional. 2018. Diagnosis Keperwatan Defenisi Dan Klasifikasi. Jakarta :EGC
Price,S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, alih bahasa,
Wijaya A.S & Putri Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuha Medika