Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR LUMBAL

Oleh :

Nama : EMILIA HOSANA JULI ASTUTI


Nim : 20150811024039
Kelompok : Tiga (III)
Ruangan : Operasi (OK)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

AJARAN

2020 / 2021
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rtahmat-nya kami bisa menyusun ”Laporan Pendahulun Fraktur Lumbal”. Adapun maksud dan
tujuan dari penulisan ini adalah sebagai pedoman bagi mahassiswa untuk mengetahui lebih jelas
tentang penyakit yang berhubungan dengan Bedah Ortopedi ini.

Saya menyadari sepenuhnya, bahwa Laporan Pendahuluan ini jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan, mengingat keterbatasan kami dalam dalm penyusunan. Sehingga
dengan keterbatasan tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
sebagian pihak untuk kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini. Tak lupa kami ucapkan
Terimakasih dan semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
yang luas bagi mahasiswa dalam belajar.

Jayapura, 24 Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
KONSEP PENYAKIT.....................................................................................................................3
A. DEFINISI..............................................................................................................................3
B. ETIOLOGI......................................................................................................................................3
C. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................................4
D. TANDA DAN GEJALA..................................................................................................................4
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................................................5
F. KOMPLIKASI................................................................................................................................8
G. DIAGNOSA BANDING.................................................................................................................9
H. PENATALAKSANAAN.................................................................................................................9
BAB II.......................................................................................................................................................10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................10
I. PENGKAJIAN...................................................................................................................................10
II. DIAGNOSA.....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

3
BAB I

KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.

Trauma pada tulang belakang adalah cidera yang mengenai seruikalis, vertebra dan tumbal
akibat trauma, seperti jatuh dari ketinggia, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga dan lain
sebagainya.

Veterbra lumbal terletak di region punggung bawah antara ragion torokal dan sacrum.
Vertebra pada ragion ini ditandai dengan corpus vertebra yang berukuran besar, kuat dan
tiadanya costal facet. Vetebra lumbal ke 5 (VL5) merupakan vetebra yang mempunyai gerakan
terbesar dan menanggung beban tubuh bagian atas .

Fraktur lumbal adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang belakang bagian bawah.
Bentuk cidera ini mengenailigament, fraktur vetebra, kerusakan pembuluh darah dan
mengakibatkan iskemia pada medulla spinalis.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari fraktur diantaranya adalah :

1. Keceelakaan lalu lintas


2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan industri
4. Kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan
5. Luka tusuk dan luka tembak
6. Trauma karena tali pengaman (fraktur chance)
7. Kejatuhan benda keras

4
 Faktor patologis : fraktur yang terjadi pada lansia yang mengalami osteoporosis, tumor
tulang, infeksi atau penyakit yang lain.
 Faktor stress : fraktur jenis ini dapat terjadi pada tulang normal akibat sstress tingkat
rendah yang bekepanjangan atau berulang. Fraktur stress ini biasanya menyertai
peningkatan yang cepat – tingkat latihan atlet, atau pemulaan aktivitas fisik yang baru.
Karena kekuatan otot meningkat lebih cepat dari pada kekuatan tulang individu dapat
merasa mampu melakukan aktivitas melebihi sebelumnya, walaupun tulang mungkin
tidak mampu menunjang peningkatan tekanan.

C. PATOFISIOLOGI
Fraktur tulang belakang dapat terjadi disepanjang kolumna vertebra tetapi lebih sering terjadi
di daerah servikal bagian bawah dan di daerah lumbal bagian atas. Pada dislokasi akan tampak
bahwa kanalis vertebalis di daerah dislokasi terebut menjadi sempit, keadaan ini akan
menimbulkan penekanan atau kompresi pada medulla pinalis/rediks saraf spinalis.

Dengan adanya penekanan atau kompresi yang berlangsung lama mengakibatkan jaringan
terputus akibatnya daerah sekitar fraktur mengalami odema/homatoma kompresi akibatnya
sering menyebabkan iskemia otot. Gejala dan tanda-tanda yang menyertai peningkatan tekanan
”Compratmental” mencakup nyeri, kehilangan sesasi dan paralisis. Hilangnya tonjolan yang
normal, pemendekan a/ pemanjangan tulang dan keedudukan yang khass untuk dislokasi tertentu
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk deformitas. Imbolisasi membentuk terapi awal pasien
fraktur imbolisasi harus dicapai sebelum pasien ditransfer dan bila mungkin bidai harus
dijulurkan paling kurang satu sensi diatas dan dibawah tempat fraktur, dengan imbolisasi
mengakibatkan sirkulasi daerah menurun sehingga terjadi perubahan perfusi jaringan primer.

D. TANDA DAN GEJALA

 Sakit atau nyeri punggung  yang hebat dan tiba-tiba, yang umumnya semakin parah
ketika bergerak atau berdiri dan mereda saat berbaring telentang. 
 Pembengkakan atau penumpuakan cairan a/ darah karena kerusakan pembuluh darah.
 Nyeri yang menjalar ke lengan atau kaki.
 Kesulitan berjalan atau bergerak. Karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang
meningkat karena penekanan sisi fraktur.

5
 Deformitas, perubahan bentuk, atau terlihat cacat pada tulang belakang, seperti
melengkung.
 Kehilangan tinggi atau badan menjadi lebih pendek.
 Nyeri atau kejang otot di punggung, dekat terjadinya fraktur

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien fraktur lumbal diantaranya
adalah :

1. Foto polos: Pemeriksaan foto polosterpenting adalah AP lateral dan oblique view.
Posisi lateral dalam keadaan fleksi dan ekstensi mungkin berguna
untuk melihat instabilitas ligment. Penilaian foto polos, dimulai dengan
melihat kesegarisan pada AP dan lateral, dengan mengidentifiasi tepi
korpus vertebrae, garis spinolamina, artikulasi sendi facet, jarak
interspinosus Posisi obilique berguna untuk menilai fraktur
interartikularis dan subluksasi facet.
2. CT Scan : CT scan baik untuk melihat fraktur yang kompleks, dan terutama
yang . mengenai elemen posterior dari tulang belakang. Fraktur dengan
garis fraktur sesuai bidang horizontal, seperti Chane fraktur dan
fraktur kompersif kurang baik dilihat dengan Ct scane
aksial. Rekonstruksi tridimensi dapat digunakan untuk melihat
pendesakan kanal oleh fragmen tulang dan meihat fraktur elemen
posterior.
3. MRI : Komibinasi MRI memberikan visualisasi yang baik terhadap kelainan
medula spinalis dan struktur ligamen. Identifikasi ligamen yang
robek seringkali lebih mudah dibandingkan yang utuh.
Kelemahan pemakaian MRI adalah terhadap penderita yang
menggunakan fiksasi mental, dimana akan memberikan artifact
yang menggangu penilaian.
4. Elektromiografi dan Pemeriksaan Hantaran Syaraf :
Kedua prosedur ini biasanya dikerjakan bersama-sama 1-2 minggu
seetelah terjadinya cidera. Elektromiografi dapat menunjukan adanya

6
denervasi pada ekstermita bawah. Pemeriksaan pada otot paraspinal dapat
membedakan lesi pada medua spinalis atau cauda equina dengan lesi pada
pleksus lumbal atau sacral.
5. Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium klinik rutin dilakukan untuk menilai komplikasi
pada organ lain akibat cidera tulang belakang. Pemeriksaan radiologi yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
 Pemeriksaan Rontgen
 Diameter anteroposterior kanal spinal
 Kontur, bentuk dan kesejajaran vetebra
 Pengerakan fragmen tulang dalam kanal spinal.
 Pemeriksaan CT-scane terrutama untuk melihat fragmentasi dan
pengeseran fraktur dalam kanal spinal
 Pemeriksaan CT-scane dengan mielograffi
 Pemeriksaan MRI terutama untuk melihat jaringan lunak yaitu
diskus intevetebralis dn ligamentum flavum serta lesi dalam
sumsum tulang belakang.

7
Trauma Pada Tulang Belakang

Fraktur Pada Tulang Lumbal

Pendarahan Mikroskopik Mengeblok saraf Mengeblok saraf


parasimpatis parasimpatis

PATOFISIOLOGI

Kelumpuhan Kerusakan
Reaksi Reaksi jalur apetetik
otot napas
Edema peradangan anantelik desending

Syok spinal Ileus Iskemia dan


Penekanan Terputusnya
paralitik, hipoksemia
saraf & jaringan saraf
gangguan
pembuluh medula spinalis
fungsu
darah
rektum
Gangguan
pola napas
Paralisis &
Nyeri akut paraplegi
Penurunan
Gangguan
perfusi Hipoventilasi
eliminasi
jaringan
Hambatan
mobilitas
Pola nafas tidak efektif fisik

Merangsang
Gagal napas area sensorik

Nyeri
Kematian
8
F. KOMPLIKASI
1. Syok :
Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan eksternal ke jaringan yang
rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma.
2. Mal Union :
Pada keadaan ini terjadi penyambungan fraktur yang tidak normal sehingga
menimbulkan defornitas. Gerakan ujung patahan akibat imbolisasi yang jelek
menyebabkan mal union, selain itu infeksi dari jaringan lunak terjepit diantara fragmen
tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling beradaptasi dan membentuk sendi palsu
dengan sedikit gerakan (non union) juga dapat menyebabkan mal union.
3. Non Union :
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan tulang. Non union
dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
 Tipe I (Hypertropic non union) tidak akan terjadi prose penyembuhan fraktur dan
diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibros yang masih mempunyai [otensi
untuk union dengan melakukan koreksifiksasi dan bone grafting.
 Tipe II (Atropic non union) disebut juga sendi palsu (pseudortrosis) terdapat
jaringan synovial sebagai kapsul sendi beserta rongga cairannya beisi cairan,
proses union tidak akan tercapai walaupun dilakukan imbolisasi lama.
 Deleyed union, adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam
waktu lama atau lambat dari proses penyembuhan fraktur normal.
 Tromboemboli, infeksi koagulopati intravaskuler diseminata (KID).infeksi
terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada saat
pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat seperti plate,
paku pada fraktur.
 Emboli lemak, saat fraktur, globula lemak masuk kedalam darah karena tekanan
sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler.
 Sindrom kompartemen, terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada
tungkaiatas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler
sekitarnya.

9
 Cedera vasculer dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia
dangangguan syaraf
 Dekubitus, terjadi akibat penekanaan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh
karena itu perlu di berikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang
menonjol.

G. PENATALAKSANAAN
Perinsip penanganan fraktur meliputi :

1) Pengobatan dan Terapi Medis


a. Pemberian obat antiflamassi seperti ibuprofen atau prednisone
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obatan relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest, fisioterapi
2) Reduksi
Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
Reduksi tertutup, mengembalikan fragman tulang ke posisinya dengan manipulasi
dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya.
Reduksi terbuka dengan pendekatan bedah, alat flaksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat dan paku.
3) Imbolisasi
Dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna mempertahankan dan
mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah,
nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan waktu imbolisasi yang dibutuuhkan untuk
penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3bulan
4) Konservatif
Pembedahan dapat mempermudah peralatan dan fisioterapi agar mobilisasi dapat
berlagsung lebih cepat. Pembedahan yang sering dilakukan seperti disektomi dengan
peleburan spinal adalah untuk menjembatani discus detektif, mensetaabilkkan tulang
belakang dan mengurangi angka kekambuhan.

10
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien: Meliputi nama (inisial), jenis kelamin, pendidikan, alamat dan
agama.
b. Keluhan utama : Yang sering terjadi adalah klien meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri dan sakit daerah punggung belakang.
c. Riwayat kesehatan :
 Riwayat kesehatan sekarang : Menjelaskan uraian kronolois saat sakit klien
dari sekarang sampai klien dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan kelien
pada saaat ini.
 Riwayat kesehatan dahulu :
Mengidentifiksi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan
memperberat keadaan penyakit yang sedang di derita klien pada saat ini.
 Riwayat kesehatan keluarga : mengidentifikasi masalah apakah di
keluarganya klien ada penyakit keturunan atau menular.
d. Pemeriksaan fisik :
 Pengukuran tinggi badan
 Pengukuran TTV
 Integritas tulang, deformitas tulang belakang
 Kelainan bentuk dada
 Adakah kelainan bunyi pada paru
 Krdiovaskuler
 Abdomen tegang atau lemas
 Eliminssi
 Aktivitas adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur
 Kaji kekuatan otot

11
e. Tes diagnostik :
 Tanda le sque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)
 Foto rontgen saraf
 Elektromiografi
 Fungsi lumbal
 CT-scane
 MRI
 Mielogram

II. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d pasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan
cidera pada jaringan lunak, alat traksi / imbolisasi.
2. Gangguan perfusi jaringan b.d terjadinya sianossis pendarahan
3. Ansietas b.d krisis, perubahan status kesehatan, kekhawatiran
tentang menghadapi prosedur bedah.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional


. Keperawatan
1. Nyeri akut b.d pasme Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji karakteristik 1. Mengetahui tingkat
otot, gerakan fragmen keperawatan diharapkan nyeri nyeri
tulang, edema dan nyeri berkurang a/ hilang 2. Ajarkan teknik 2. Klien dapat
cidera pada jaringan KH : relaksasi nafas dalam mengontrol nyeri
lunak, alat traksi a/  Klien mengatakan 3. Kalaborasi pemberian 3. Mengurangi rasa
imbolisasi. nyeri berkurang obat sesuai program nyeri pasien.
 Ekspresi wajah
tenang
 Klien menunjukan
keterampilan

12
relaksasi
Klien istirahat dengan
nyaman
2. Gangguan perfusi Setelah dilakukan asyhan 1. Lakukan pengkajian 1. Menentukan
jaringan b.d terjadinya keperawatan diharapkan komprehensif tindakan
sianossis pendarahan integritas jaringan kulit terhadap sirkulasi keperawatan
dan membrane mukosa primer selanjutnya
dan perfusi jaringan 2. Pantau perbedaan 2. Mengetahui
perifer adekuat. ketajamana/ keadaan normal
KH : ketumpulan, panas a/ pasien
 Ttv normal dingin 3. Memberikan
 Warna kulit tidak 3. Letakan ekstermitas relaksassi pada
berubah pada posisi pasien
Pengisisan kapiler menggatung 4. Menentukan
Evaluasi ekstermitas yang tindakan
terkena 20 drajat atau lebih selanjutnya dan
diaatas jantung bila perlu menegak kan
diagnosa
3. Ansietas b.d krisis, Setelah dilakukan asuhan 1. Dampingin pasien 1. Menunjukan
perubahan status keperawatan , diharapkan dan bina perhatian dan
kesehatan, klien tanpak rilex. hubungan saling keinginan untuk
kekhawatiran KH : percaya diri. membantu
tentang menghadapi 1. Menyatakan 2. Berikan informasi 2. Membantu klien
prosedur bedah. pengetahuan yang tentang prosedur dalam
akurat tentang tindakan yang memahamitujuan
situasi, akan dilakukan dari tindakan
menunjukan 3. Dorong pasien 3. Memberikan
rentang tepat untuk menyatakan kesempatan pada
tentang perasaan perasaannya. klien dan konsep
dan penurunan 4. Berikan informasi solusi pemecahan
rasa takut. pada pasien maasalah.
sebelum

13
dilakukan 4. Memungkinkan
tindakan. klien untuk
menerima
kenyataan dan
menguatkan
kepercayaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi NANDA International Nursing Diagnoses : definitions and classification: Jakarta:


EGC, 2018 – 2020.

Andrew L. Sherman, MD, MS,. Kepala Editor. Rene Cailet, MD. Fratur Lumbal. (diakses
tanggal 17Juli 2014).

Brunner and Syddarth (2012). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Brunner & suddarth.
Volume 2. EGC : Jakarta.

Carpenitto, Lynda jual (2011). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi
Keenam,Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

http://www.medicastore.com/med/detail=patah:tulang

https://id.scribd.com/document/360311803/LAPORAN-PENDAHULUAN-FRAKTUR-
LUMBAL-docx

15

Anda mungkin juga menyukai