Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

Sejak akhir Desember 2019, coronavirus tipe baru (COVID-19) cluster penyebab infeksi
pernafasan pertama kali diidentifikasi di Wuhan-Cina. Dan itu disebarluaskan ke semua negara.
Umumnya, penderita COVID-19 mengalami demam, batuk, ditemukan gangguan pernapasan
(dyspnoea, retraksi interkostal, sianosis dll). Dalam jurnal ini, kami telah menyajikan kasus otitis
media pada orang dewasa yang terinfeksi COVID-19, tetapi pasien tidak mempunyai gejala
klasik COVID-19.
KEYWORDS: coronavirus, COVID-19, otitis media, X-ray, reverse transcriptase–
polymerase chain reaction.
PENGANTAR

Deteksi coronavirus yang merupakan penyebab sindrom pernafasan akut yang parah, sejak tahun
1900-an.
Pada Desember 2019, wabah penyakit coronavirus (COVID-19) berasal dari China dan langsung
tersebar ke seluruh dunia (2). WHO mengumumkan COVID-19 sebagai penyakit pandemi pada
Maret 2020 (3). Kami mengakui bahwa 80% dari kasus menunjukkan dengan penyakit ringan
dan seluruh case-fatality rate adalah sekitar 2,3% tetapi bertambah hingga 14,8% pada pasien
berusia di atas 80 tahun.
Di antara pasien-pasien dewasa, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes mellitus adalah
penyakit bawaan yang paling umum. Demam (92,8%), batuk (69,8%), dyspnea (34,5%), mialgia
(27,7%), sakit kepala (7,2%), diare (6,1%), rhinorrhoea (4,0%), sakit tenggorokan (5,1%) dan
faringalgia pada 17,4% semuanya merupakan gejala yang dipublikasikan (5).
Dalam kasus ini, kami melaporkan seorang pasien wanita berusia 35 tahun. Dengan keluhan
otalgia dan tinnitus yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan kemudian didiagnosis dengan
COVID-19 pada pemeriksaan fisik, uji transkriptase-reaksi rantai polimerase (RT-PCR) dan
studi radiografi.

LAPORAN KASUS
Seorang pasien wanita berusia 35 tahun datang ke klinik kami dengan keluhan otalgia dan
tinnitus. Pasien tidak memiliki gejala COVID-19 yang dipublikasikan. Pasien juga tidak
memiliki penyakit penyerta.
Didapatkan hiperemia dan membran timpani buldging pada pemeriksaan otorhinolaryngologic
(Gambar 1). Tetapi didapatkan adanya rhonki ringan di bagian bawah thorax.
Pasien menjalani tes audiometri dan timpanometri. Dikarekan pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya rhonki ringan, maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (rontgen dada, real-time reverse
transcriptase–polymerase chain reaction (RT-PCR)) hal ini dilakukan karena status pandemi
dunia.
Ditemukan adanya gangguan pendengaran berupa tuli konduktif dalam pemeriksaan audiometri
dan type-b appearance pada pemeriksaan tympanometry di telinga kanan (Gambar 2). Dan juga
ditemukan adanya keterlibatan paru bilateral dalam rontgen dada dan hasil pemeriksaan RT-PCR
positif COVID-19 (Gambar 3).
Pengobatan antivirus (75 mg oseltamivir secara oral setiap 12 jam, 7 hari) telah disediakan.
Pasien ditahan di rumahnya untuk melanjutkan protokol karantina selama 14 hari. Tes RT-PCR
diulangi 7 dan 13 hari kemudian. Setelah dilakukan perawatan, didapatkan bahwa hasil tes PCR
negatif dan rontgen dada normal.

DISKUSI
Wabah COVID-19 telah menjadi ancaman kesehatan bagi dunia. Pengetahuan kita mengenai
COVID-19 terbatas. Berbagai metode termasuk terapi antivirus dan terapi klorokuin telah dicoba
di seluruh dunia. Seperti semua pandemi, COVID-19 seharusnya terus diawasi dengan ketat,
semakin banyak kita belajar tentang novel virus ini. Tapi sebagai klinisi kita harus ingat bahwa
COVID-19 dapat bermanifestasi dengan berbagai temuan, tanpa adanya gejala klasik maka
pemeriksaan fisik lengkap merupakan yang paling penting dalam evaluasi pasien.

Anda mungkin juga menyukai