Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Pembangunan Infrastruktur dan Perkembangan Ekonomi Wilayah

Indonesia

Muhammad Eka Kusuma


muhammad.eka.k@mail.ugm.ac.id

Lutfi Muta’ali
luthfimutaali@ugm.ac.id

Abstract
The availability of infrastructure is directed at supporting the economic development
of the Indonesian region. The purpose of this study is to identify the infrastructure conditions
of each province, identify the economic development of each province, and analyze the
relationship and characteristics of its typology. This study uses quantitative methods with
composite index analysis, typology classification, spearman rank correlation, and cross
tabulation. The data used are secondary data 34 provinces in 2014 - 2017. The results of the
study indicate that there are variations in the level of availability of infrastructure with 12 high
provinces, 12 medium provinces, and 10 low provinces. Economic development also shows
variations in groups: developed and fast-growing regions (3 provinces), developed but
depressed regions (5 provinces), fast developing regions (12 provinces), and relatively lagging
regions (14 provinces). Relationships formed indicate that infrastructure (roads, electricity,
communication, and transportation services) have a positive and significant relationship with
economic development, while infrastructure (water, health, education, waste management, and
trade buildings) is not related. Typological characteristics indicate that high infrastructure does
not always determine economic development, depending on geographical dynamics and
regional resources.

Keywords: Infrastructure, regional economic development, relationships, typology.

Abstrak
Ketersediaan infrastruktur diarahkan menunjang perkembangan ekonomi wilayah
Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi infrastruktur setiap provinsi,
mengidentifikasi perkembangan ekonomi wilayah setiap provinsi, serta menganalisis
hubungan dan karakteristik tipologinya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
analisis indeks komposit, tipologi klassen, korelasi rank spearman, dan tabulasi silang. Data
yang digunakan adalah data sekunder 34 provinsi tahun 2014 – 2017. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat variasi tingkat ketersediaan infrastruktur dengan 12 provinsi tinggi, 12
provinsi sedang, dan 10 provinsi rendah. Perkembangan ekonomi juga menunjukan variasi
kelompok: daerah maju dan cepat tumbuh (3 provinsi), daerah maju tetapi tertekan (5 provinsi),
daerah berkembang cepat (12 provinsi), dan daerah relatif tertinggal (14 provinsi). Hubungan
yang terbentuk menunjukkan bahwa infrastruktur (jalan, kelistrikan, komunikasi, dan
pelayanan transportasi) memiliki keterkaitan positif dan signifikan dengan perkembangan
ekonomi, sedangkan infrastruktur (keairan, kesehatan, pendidikan, pengelolaan sampah, dan
gedung perdagangan) tidak berkaitan. Karakteristik tipologi menunjukkan tingginya
infrastruktur tidak selalu menentukan perkembangan ekonomi, tergantung dinamika geografis
dan sumberdaya wilayah.

Kata kunci: Infrastruktur, perkembangan ekonomi wilayah, hubungan, tipologi.

1
PENDAHULUAN buruknya kondisi infrastruktur, rendahnya
Indonesia merupakan negara kinerja kelembagaan, dan pasar barang.
berkembang yang berbentuk kepulauan. Oleh karena itu, pembangunan Infrastruktur
Wilayah daratannya dipisahkan oleh menjadi fokus utama pembangunan
perairan laut yang luas. Menurut Baiquni nasional. Hal ini ditandai dengan masuknya
(2014) beragam karakteristik khusus pembangunan infrastruktur dalam prioritas
(kemurnian, karakter, keistimewaan, dan utama pemerintah yang termuat dalam
keunikan) dimiliki oleh setiap unit wilayah RPJMN tahun 2015 – 2019 yaitu “
serta adanya kegiatan manusia dan mempercepat pembangunan infrastruktur
kekuatan alam maka memberikan peluang untuk pertumbuhan dan pemerataan ”
antar wilayah untuk saling berhubungan. (Bappenas, 2014).
Sejumlah perbedaan karakteristik fisik dan Penyediaan infrastruktur yang
budaya tersebut sejauh ini belum optimal mencakup seluruh wilayah Indonesia
dimanfaatkan sebagai suatu potensi untuk didorong untuk menunjang perkembangan
menunjang pembangunan wilayah. ekonomi wilayah. Berdasarkan data BPS
Menurut Cappelo (2009) pembangunan (2018) menunjukkan bahwa pertumbuhan
wilayah dilaksanakan dengan ditunjang perekonomian Indonesia dalam kurun
oleh adanya pertumbuhan ekonomi baik waktu empat tahun terakhir berada di
melalui akumulasi ekonomi, kemajuan kisaran 5,0 %. Keadaan perekonomian
teknologi, migrasi pekerja dan arus Indonesia dengan dorongan infrastruktur
investasi. diharapkan dapat meningkatkan daya
Pembangunan di Indonesia masih dukung produktivitas. Produktivas setiap
dihadapkan dengan kondisi ketimpangan wilayah dipengaruhi pula oleh keberadaan
wilayah. Menurut BPS (2018) tingkat dinamika sumberdaya lokal baik manusia
ketimpangan masih berkembang di maupun alam.
Indonesia ditandai dengan indeks gini Sumberdaya manusia selama ini
sebesar 0,389. Menurut Muta’ali (2015) menjadi penggerak utama roda produksi
perekonomian di Indonesia mengalami dan berperanan penting untuk mendorong
ketidakmerataan dalam lingkup kawasan produktivitas. Namun, kualitas masyarakat
berupa kawasan Timur Indonesia (KTI) yang berada di Indonesia selama ini belum
dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI) merata ditandai dengan sejumlah dinamika
serta lingkup pulau yakni Pulau Jawa permasalahan kesejahteraan baik berupa
dengan beragam pulau lain. Ketimpangan kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan.
tersebut salah satunya disebabkan oleh Berdasarkan data BPS (2018) menunjukkan
pemenuhan infrastruktur yang belum jika kemiskinan di Indonesia masih sebesar
memadai di setiap provinsi. Infrastruktur 9,82 %, kondisi penduduk yang mampu
menurut Grigg (1998) diartikan sebagai meraih pendidikan sampai perguruan tinggi
akumulasi komponen fisik meliputi masih rendah, dan dari sisi kesehatan kasus
transportasi, pengairan drainase, bangunan gizi buruk cukup tinggi.
gedung, dan fasilitas publik guna Berbagai dinamika tersebut
memenuhi kebutuhan masyarakat baik tentunya perlu upaya penyelesaian dengan
dasar, sosial, maupun ekonomi yang mengoptimalkan penyediaan infrastruktur.
tercakup dalam sistem fisik. Mengingat menurut Kadoatie (2003)
Ketersediaan infrastruktur yang Infrastruktur menyokong keterjalinan
minim seringkali menjadi penyebab utama antara sistem lingkungan, sosial, dan
mahalnya ongkos logistik dan rendahnya ekonomi. Oleh karena itu, perlu diukur
arus investasi masuk (Bappenas, 2014). sejauh mana keterkaitan pembangunan
Menurut Todaro (2006) pertumbuhan Infrastruktur yang dilakukan pemerintah
ekonomi yang berlangsung di negara dan pekembangan ekonomi wilayah.
berkembang seringkali terkendala oleh Mengingat menurut Dolar dan Kraay

2
(2001, dalam World Bank, 2004), belum infrastruktur. Indeks komposit mengacu
jelas batasan infrastruktur mempercepat pada model indeks pengembangan wilayah
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan yang menurut Muta’ali (2015) dapat
ekonomi mendorong infrastruktur, namun dirumuskan sebagai berikut.
telah diketahui keterkaitan PDB dengan
IPW= X1+X2+X3+X4……+Xn
telekomunikasi, listrik, jalan, dan akses.
Pengukuran terhadap pembangunan Keterangan:
infrastruktur dan ekonomi wilayah di IPW : Indeks pengembangan wilayah
Indonesia sejauh ini belum dibandingkan X1..Xn: Indikator pengembangan wilayah
secara spasial dari setiap karakteristik Adapun dalam penelitian ini, indeks
provinsi. Oleh karena itu, penelitian ini pengembangan wilayah digantikan dengan
bertujuan untuk menganalisis kondisi indeks infrastruktur wilayah. Indikator
infrastruktur setiap provinsi di Indonesia, tersebut diasumsikan memiliki peranan
mengidentifikasi perkembangan ekonomi sama serta mencerminkan variabel
wilayah setiap provinsi di Indonesia, serta infrastruktur ekonomi dan sosial, meliputi:
menganalisis hubungan dan karakteristik jalan, kelistrikan, keairan, komunikasi,
tipologi pembangunan infrastruktur gedung perdagangan, pengelolaan sampah,
terhadap perkembangan ekonomi wilayah pelayanan transportasi, pendidikan, dan
Indonesia. kesehatan. Indeks infrastruktur kemudian
diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi
METODE PENELITIAN aritmatik yang menurut Giyarsih (2001)
Penelitian ini menggunakan metode dirumuskan sebagai berikut.
kuantitatif dengan berdasarkan pendekatan Kelas 1 (Tinggi) : Nilai Skala > r + R/2
statistik. Unit analisis penelitian menurut Kelas 2 (Sedang) : Nilai Skala antara r + R/2 dan r-R/2
batasan administratif mencakup 34 provinsi Kelas 3 (Rendah) : Nilai skala < r – R/2
di Indonesia. Data yang digunakan adalah Keterangan:
data sekunder bersumber dari sejumlah r = nilai rata – rata
instansi terkait infrastruktur dan ekonomi R = nilai standar deviasi
(BPS, ESDM, PUPR) periode 2014 -2017. Melalui klasifikasi tersebut maka
Analisis dilakukan menurut kesesuainnya ditentukan tiga kelompok yaitu provinsi
dengan tiap tujuan dan hipotesis. dengan tingkat kondisi infrastruktur sangat
Analisis Kondisi Infrastruktur baik (tinggi), menengah (sedang), dan
Tujuan pertama untuk mengetahui tertinggal (rendah). Hasil klasifikasi
kondisi infrastruktur menekankan pada kemudian ditampilkan dalam bentuk peta
analisis statistik deskriptif dengan aplikasi Analisis Perkembangan Ekonomi
SPSS. Tiap variabel kemudian dilakukan Perkembangan ekonomi wilayah
standarisasi dengan menggunakan analisis ditentukan melalui analisis typology
Z- score untuk dilihat posisi dibandingakan klassen, berdasarkan nilai pendapatan per
dengan anggota lain. Menurut Muta’ali kapita dan laju pertumbuhan ekonomi
(2015) analisis tersebut memiliki formula setiap provinsi. Pembagian yang terbentuk
sebagai berikut. menurut Kuncoro (2002) terdapat empat
Zscore = (X – r ) / sd kelompok yaitu: daerah cepat maju dan
Keterangan : cepat tumbuh adalah daerah dengan
Zscore : nilai Zscore. pendapatan perkapita dan pertumbuhan
X : Data Indikator Wilayah. melebihi rerata, daerah maju tapi tertekan
r : Rata – rata data pengamatan. merupakan daerah dengan pendapatan per
Sd : Standar deviasi. kapita lebih tinggi dan pertumbuhan
Berdasarkan variabel yang telah ekonominya lebih rendah dari rerata,
terstandarisasi kemudian disusun indeks daerah berkembang cepat merupakan
komposit yang mencerminkan kelompok daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan

3
ekonomi tinggi tetapi tingkat pendapatan proses pembangunan infrastrukur yang
per kapita lebih rendah dari rerata, dan dilakukan disetiap daerah. Kondisi tersebut
daerah relatif tertinggal merupakan daerah didasarkan oleh dua kelompok infrastruktur
dengan pertumbuhan ekonomi maupun baik sosial maupun ekonomi. Kedua
pendapatan per kapita lebih rendah dari kelompok infrastruktur tersebut di
rerata. Indonesia memiliki karakteristik beragam
Perhitungan pendapatan perkapita baik dari segi ketersediaan dan kuantitas
secara umum menurut Muta’ali (2015) disebabkan oleh daya dukung daerah dalam
diformulasikan sebagai berkut. menunjang pembangunan infrastruktur
yang beragam. Salah satunya dicerminkan
PDRB Per kapita = PDRB / Jumlah
penduduk
oleh nilai kontruksi terselesaikan yang
apabila diakumulasikan dalam wilayah
Selain dilakukan penentuan tingkat kepualauan maka bervariasi sebagaimana
pendapatan per kapita maka dilakukan pula Gambar 1.
penentuan laju pertumbuhan ekonomi
dengan didasarkan pada nilai PDRB atas
harga konstan, dengan tahun dasar 2014
dan tahun akhir 2017. Laju pertumbuhan
menurut BPS (2011) dirumuskan sebagai
berikut. PDRBt−PDRB(t−1)
PDRB=
PDRB(t−1)

Keterangan :
PDRB = tahun terakhir
PDRB (t-1) = tahun sebelumnya
Hubungan Pembangunan Infrastruktur Gambar 1 Nilai konstruksi terselesaikan
dan Perkembangan Ekonomi Wilayah Sumber: data BPS 2018 (diolah)
Hubungan antara infrastruktur dan Gambar 1 memperlihatkan variasi
perkembangan ekonomi ditentukan dengan proporsi terselesaikanya nilai kontruksi di
analisis korelasi rank spearman. Menurut setiap pulau yang dihadapkan dengan total
Nurgiyanto (2012) konsep ini menunjukkan kontruksi nasional. Memperlihatkan bahwa
tinggi rendahnya skor suatu variabel turut Pulau Jawa memiliki proporsi yang
serta diikuti oleh tinggi rendahnya skor dominan (> 50 %) dari nilai proyek yang
variabel lain yang secara teoritis memiliki terselesaikan baik bangunan gedung,
keterkaitan. Kekuatan hubungan ditunjukan bangunan sipil, maupun bangunan khusus.
oleh keofisien korelasi yang menurut Hasan Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
(2004) diartikan sebagai indeks bilangan pembangunan dan pemeliharaan terhadap
untuk mengukur derajat hubungan, baik berbagai bangunan infrastruktur sangat
kekuatan hubungan maupun bentuk atau tinggi diberbagai provinsi di Jawa.
arah hubungan. Sementara itu, karakteristik Sementara untuk wilayah di luar Pulau
tipologi hubungan dianalisis dengan Jawa, konsentrasi penyerapan tertinggi
tabulasi silang yaitu tabel dengan kolom berada di Pulau Sumatera yang proporsi
aspek perkembangan ekonomi dan baris nilai proyek terselesaikan diatas 10%.
memuat pembangunan infrastruktur. Proporsi nilai kontruksi lain tersebar di
berbagai pulau seperti: Bali, Kalimantan,
HASIL DAN PEMBAHASAN Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan
1. Analisis Kondisi Infrastruktur Papua.
menurut Provinsi di Indonesia Berbagai variasi dalam upaya
Kondisi infrastruktur yang ada di penyediaan infrastruktur pada dasarnya
berbagai provinsi mencerminkan hasil dari juga ditentukan oleh perbedaan keberadaan

4
perusahaan jasa kontruksi dan tenaga kerja infrastruktur tinggi atau maju dengan nilai
konstruksi di tiap daerah sebagaimana indeks diatas (4,65), infrastruktur sedang
termuat pada Gambar 2. atau berkembang dengan nilai indeks (6,88)
sampai (4,65), dan infrastruktur rendah
atau tertinggal dengan indeks kurang dari
(6,88). Berbagai fenomena tersebut apabila
dihadapkan dengan konsep pengembangan
wilayah Indonesia yang memuat wilayah
pengembangan strategis di setiap pulau
maka menunjukkan masih adanya ketidak
berimbangan ketersediaan infrastruktur.
Variasi ketersediaan infrastruktur
tidak hanya terjadi dalam lingkup antar
Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan
Gambar 2 Jumlah perusahaan konstruksi 2017 Kawasan Timur Indonesia (KTI), namun
Sumber: data BPS 2018 (diolah) dalam satu pulau sendiri juga menunjukkan
Gambar 2 menunjukkan bahwa masih adanya beragam variasi tingkat
jumlah perusahaan kontruksi terbanyak ketersediaan infrastruktur antar provinsi.
secara berurutan berada di Provinsi Jawa Berdasarkan peta (Gambar 3) terlihat
Timur (13,5 %), Jawa Barat (7,0%), Jawa bahwa tingkat ketersediaan infrastruktur di
Tengah (6,9 %), dan DKI Jakarta (6,2 %). Indonesia dengan kondisi sedang memiliki
Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara pola menyebar di berbagai pulau.
spasial perusahaan kontruksi masih terpusat Ketersediaan infrastruktur yang tergolong
di Pulau Jawa. Adapun untuk wilayah tinggi cenderung terkonsentrasi di Pulau
diluar Pulau Jawa keberadaan perusahaan Jawa-Bali serta ketersediaan terendah
kontruksi masih terbatas mengingat mayoritas di Pulau Maluku – Nusa
distribusi penduduk yang bervariasi, serta Tenggara. Hal Ini dikarenakan berbagai
penyediaan infrastruktur terbatas di proyek provinsi di Jawa memiliki jumlah penduduk
tertentu. Keadaan ini, juga diikuti oleh tinggi dan teraglomerasinya berbagai
keberadaan tenaga kerja kontruksi tetap kegiatan industri sehingga mendorong
yang dominan di Pulau Jawa. Tersedianya keberadaan infrastruktur memadai.
tenaga kerja tetap yang memadai tersebut Sementara itu, wilayah lain yang
maka membuat pembangunan berbagai tergolong dalam kondisi infrastruktur
daerah di Pulau Jawa dilakukan secara lebih sedang mencapai 12 provinsi dengan
cepat dan optimal daripada luar Jawa. didominasi oleh berbagai provinsi Kawasan
Berbagai macam karakteristik yang Indonesia Timur, seperti Kalimantan
berkembang di setiap provinsi tersebut, Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi
maka menentukan variasi ketersediaan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
infrastruktur ekonomi dan sosial di Tenggara, Gorontalo, dan Papua Barat. Hal
Indonesia. Apabila keberadaan kedua ini mengingat sejumlah provinsi tersebut
infrastruktur disatukan dalam indeks tengah dilakukan upaya penyediaan
infrastruktur wilayah akan mempunyai nilai infrastruktur secara masif. Banyaknya
yang bervariasi, didalamnya memuat provinsi yang tergolong dalam kelompok
sejumlah infrastruktur meliputi; jalan ini, maka memungkinkan berkembang
(selain jalan tol), listrik, keairan, gedung dengan berbagai upaya menuju ke kelas
perdagangan, transportasi (bandara – lebih tinggi
pelabuhan), komunikasi, pendidikan, dan Meskipun mayoritas tingginya
kesehatan. Keragaman variasi tersebut ketersediaan infrastruktur didominasi di
pada dasarnya membentuk sejumlah pola Pulau Jawa, namun terdapat pula pulau
konsentrasi provinsi dengan karakteristik yang memiliki sebagian provinsi dengan

5
tingkat ketersediaan infrastruktur tergolong pertumbuhan kawasan ekonomi khusus
tinggi, misalkan di Pulau Sumatera, dan berkembangnya berbagai macam kota
Kalimantan, dan Bali. Provinsi Bali yang turut disertai konsentrasi peningkatan
memiliki tingkat ketersediaan infrastruktur pembangunan infrastruktur, misalkan salah
tinggi hal ini dikarenakan Bali merupakan satunya di Kota Batam yang menjadikan
salah satu kawasan strategis pariwisata infrastruktur sebagai prioritas utama
nasional (KSPN) yang telah memiliki daya pembangunan daerah.
tarik tinggi sebagai wisata internasional. Pemenuhan infrastruktur masih
Keadaan tersebut tentunya mendorong dominan pada sejumlah provinsi di Pulau
penyediaan infrastruktur penunjang di Bali Jawa mengindikasikan pola pembangunan
senantiasa terus ditingkatkan untuk selama ini belum merata diberbagai
mendukung kegiatan pariwisata melalui provinsi luar Jawa. Mengingat pelaksanaan
pembangunan infrastruktur konektivitas pembangunan seringkali didorong untuk
berupa jalan dan bandara. menunjang pertumbuhan secara masif,
Sedangkan, di Pulau Kalimantan namun seringkali melemahkan upaya
posisi Provinsi Kalimantan Timur dan pemerataan. Hal ini terlihat dari keberadaan
Kalimantan Utara berada dengan keadaan infrastruktur yang dominan berada di Pulau
infrastruktur tinggi, mengingat wilayah Jawa (6 provinsi tinggi), sedangkan di luar
tersebut merupakan pusat kawasan strategis Jawa cenderung masih tertinggal. Hal ini
nasional sehingga infrastruktur terus dipacu sejalan dengan pendapat Baiquni (2002)
dalam penyediaannya guna menunjang bahwa pembangunan yang berkembang
proses perdagangan. Tingkat ketersediaan seringkali kurang sesuai dengan dinamika
infrastruktur yang tinggi pada dasarnya lokal dan mendorong pertumbuhan yang
juga termuat di sebagian Provinsi Sumatera meminggirkan kelompok besar dengan
,meliputi; Sumatera Utara, Kepulauan Riau, cenderung terkonsentrasi di sekelompok
Sumatera Selatan, dan Kepulauan Bangka kecil orang. Selebihnya variasi kondisi
Belitung. Setiap provinsi tersebut tergolong infrastruktur di berbagai provinsi termuat
dengan penyediaan infrastruktur tinggi pada Gambar 3.
mengingat berkembangnya berbagai pusat

Gambar 3. Peta tingkat kondisi infrastruktur di Indonesia tahun 2017


Sumber: Olahan peneliti tahun 2019

6
2. Gambaran perkembangan ekonomi menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
wilayah setiap provinsi Indonesia ekonomi di tiap provinsi memiliki kondisi
Perkembangan ekonomi wilayah bervariasi yang dapat terkelompokkan
tidak terlepas dari nilai kuantitas PDRB sebagai provinsi dengan laju pertumbuhan
atas harga konstan sebagai dasar dalam di bawah rerata nasional atau diatas rerata
menentukan laju pertumbuhan ekonomi nasional (Tabel 1.1).
dan pendapatan per kapita. Adapun kondisi Secara umum terdapat 15 provinsi
dinamika kuantitas PDRB harga konstan atau 44 % wilayah yang laju pertumbuhan
Indonesia termuat pada Gambar 4. ekonominya diatas rerata nasional serta
memuat 19 provinsi yang berada dibawah
rerata nasional. Hal ini mengindikasikan
bahwa laju pertumbuhan yang berkembang
di berbagai provinsi cenderung belum
merata mengingat masih didominasi oleh
provinsi dengan laju pertumbuhan yang
rendah. Fenomena menarik menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan ekonomi di
provinsi Kawasan Timur Indonesia (KTI)
melebihi sejumlah provinsi di Kawasan
Barat Indonesia (KBI).
Berbagai provinsi KTI yang
memiliki laju pertumbuhan ekonomi tinggi
Gambar 4 Dinamika PDRB harga konstan diantaranya: Kalimantan Tengah, Sulawesi
Sumber: data BPS 2018 (diolah) Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Gambar 4 memberikan gambaran Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
bahwa meskipun tingkat laju pertumbuhan Sulawesi Barat, dan Papua. Fenomena
bervariasi tiap tahunnya, jumlah PDRB atas meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi
harga konstan di Indonesia tetap mengalami di luar Jawa memberikan gambaran bahwa
peningkatan dalam kurun waktu lima tahun antara provinsi di Jawa dan luar jawa telah
terakhir. Trend peningkatan cenderung terjadi pergesaran dengan kesetaraan
berlangsung secara konsisten tiap tahunnya. tingkat pertumbuhan ekonomi. Berbagai
Terjadinya peningkatan mengindikasikan pembangunan ekonomi terus dilakukan
bahwa proses kegiatan penunjang aktivitas secara masif diberbagai provinsi tersebut.
ekonomi semakin masif dan kemampuan Fenomena ini mengindikasikan bahwa
daya beli masyarakat cenderung meningkat. upaya pembangunan khususnya dalam hal
Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan aspek perekonomian cenderung membaik.
(2005) yang menyatakan bahwa daya beli Mengingat menurut Prasetyo (2009)
penduduk suatu daerah meningkat apabila peningkatan ekonomi digambarkan oleh
terjadi kenaikan rill pendapatan penduduk adanya kondisi pertumbuhan ekonomi
di dalam daerah tersebut. yang berjalan secara positif.
Sumbangan kuantitas PDRB yang Selain laju pertumbuhan ekonomi,
berkembang secara nasional pada dasarnya kuantitas pendapatan per kapita juga
ditentukan pula oleh besarnya sumbangsih memperlihatkan variasi antar provinsi.
ekonomi tiap Provinsi. Kondisi ekonomi Pendapatan per kapaita sebagai cerminan
tiap provinsi dalam lingkup waktu tersebut
distribusi pendapatan yang diperoleh setiap
dapat diidentifikasi berdasarkan kuantitas
masyarakat suatu daerah cenderung
laju pertumbuhan yang dalam hal ini
ditentukan dengan membandingkan antara memiliki nilai yang tidak merata (Tabel
PDRB dalam tahun yang berbeda (tahun 1.1). Tingkat pendapatan per kapita masih
2014 dan 2017). Berdasarkan perhitungan didominasi oleh wilayah yang memiliki

7
skala kegiatan ekonomi tinggi, misalkan gambaran bahwa nilai tawar sektor
DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan pertanian dalam menunjang pendapatan
Timur. Fenomena yang menarik bahwa masyarakat masih belum optimal. Berbagai
beberapa provinsi dengan pendapatan per ketidak optimalan tingkat laju pertumbuhan
kapita rendah justru memiliki laju dan pendapatan per kapita tersebut turut
pertumbuhan ekonomi yang tinggi (> rerata menentukan perkembangan ekonomi
berbagai provinsi di Indonesia cenderung
nasional). Hal tersebut mengindikasikan
tidak merata.
bahwa upaya pemerataan masih belum Perkembangan ekonomi di setiap
optimal terhadap kenaikan nilai tambah provinsi yang berada di Kawasan Timur
ekonomi. Hal ini sejalan menurut Wie Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia
(1981) yang menyatakan bahwa keadaan cenderung bervariasi. Melihat keadaan
ketidaksamaan dalam proses pembagian yang ada, kedua kawasan tersebut memiliki
pendapatan atau adanya kenaikan dalam provinsi dengan tergolong sebagai daerah
ketimpangan relatif senantiasa terjadi cepat maju dan cepat tumbuh. Meskipun
seiring pertumbuhan ekonomi yang tinggi. demikian, dalam hal dampak terhadap
Sementara itu, pendapatan per kemajuan wilayah setempat cenderung
kapita yang ada ditiap provinsi masih berbeda. Misalkan di Papua dengan di DKI
didominasi oleh wilayah dengan sektor Jakarta ataupun Jawa Timur, memiliki
komoditas pertambangan dan perdagangan keadaan tingkat kesejahteraan serta
skala nasional. Hal ini mengindikasikan kelengkapan fasilitas yang berbeda. Hal ini
bahwa upaya pemerataan belum terjadi tentunya dipengaruhi oleh dinamika lokal
secara signifikan. Berbagai provinsi dengan dan kondisi geografis setempat sebagai
sektor ekonomi yang terfokus pada suatu tantangan dalam upaya pembangunan
pertanian cenderung memiliki pendapatan wilayah. Berbagai tingkat perkembangan
per kapita rendah. Keadaan ini memberikan ekonomi termuat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tipologi perkembangan ekonomi wilayah menurut provinsi di Indonesia
Laju Pendapatan per kapita
pertumbuhan
Diatas pendapatan per kapita nasional Dibawah pendapatan per kapita nasional
Ekonomi

Diatas laju (Daerah cepat maju dan cepat tumbuh) (Daerah berkembang cepat)
pertumbuhan -DKI Jakarta Banten, Bali, Kalimantan Tengah
nasional -Jawa Timur NTB,Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah
-Papua Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
( 3 Provinsi atau 8,8 %) Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara
( 12 Provinsi atau 35,2 %)
Dibawah (Daerah maju tapi tertekan) (Daerah Relatif Tertinggal)
laju -Kepulauan Riau Aceh ,Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
pertumbuhan -Riau Sumatera Selatan ,Bengkulu, Kep.Bangka
nasional -Kalimantan Timur Belitung ,Lampung, Kalimantan Selatan
-Kalimantan Utara Kalimantan Barat, Jawa Barat , Jawa Tengah,
-Papua Barat DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur.
( 5 Provinsi atau 14,7 %) ( 14 Provinsi atau 41,4 %)
Sumber: Hasil olahan peneliti tahun 2019
Tabel 1 menggambarkan bahwa kegiatan sektor primer berupa sektor migas
tingkat kemajuan ekonomi suatu wilayah dan pertambangan memiliki kedudukan
masih ditentukan oleh faktor ketersediaan lebih tinggi, misalnya provinsi Papua,
sumberdaya alam. Hal ini ditunjukkan oleh Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Riau,
keberadaan berbagai provinsi yang berbasis Kalimantan Utara, dan Papua. Secara

8
keseluruhan tercatat ada 5 provinsi atau 14, pengkaitan aspek infrastruktur dengan
7 % wilayah dengan sektor kegiatan perkembangan ekonomi wilayah (laju
ekonomi berbasis migas atau pertambangan pertumbuhan dan pendapatan per kapita)
tergolong sebagai derah maju tetapi berdasarkan nilai ranking tiap variabel
tertekan. menggunakan analisis korelasi rank
Sedangkan untuk beberapa provinsi spearman. Keterkaitan yang ada tersebut
yang memiliki basis sektor dibidang menunjukkan peran setaiap kelompok
pertanian maka perkembangan ekonominya infrastruktur dalam menentukan tingkat
justru berada dibawah provinsi dengan perkembangan ekonomi wilayah maupun
sektor migas dengan tergolong daerah sebaliknya. Berdasarkan proses keterkaitan
relatif tertinggal, misalnya di Sumatera, menunjukkan hubungan infrastruktur dan
Nusa Tenggara Timur, dan sebagian Jawa perkembangan ekonomi wilayah memiliki
(DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Barat). berbagai macam variasi.
Namun, seiring keberadaan pola urbanisasi Infrastruktur memiliki keterkaitan
serta keterbukaan wilayah maka membuat dengan perkembangan ekonomi wilayah
provinsi tersebut juga memiliki potensi meskipun tidak menyeluruh. Hal ini
perkembangan ekonomi lebih maju. ditandai oleh hubungan antar kelompok
3. Hubungan pembangunan infrastruktur infrastruktur jika dihadapkan dengan laju
dan perkembangan ekonomi wilayah pertumbuhan ekonomi menunjukkan tidak
Infrastruktur merupakan komponen berkaitan. Mengingat signifikansi memiliki
penting dalam menunjang kemajuan nilai yang melebihi dari 0,05 dan 0,01
ekonomi wilayah. Keberadaan kelengkapan sehingga dikatakan tidak berhubungan atau
infrastruktur menentukan daya dukung tidak signifikan (Tabel 2). Fenomena ini
suatu wilayah dalam menunjang berbagai mengindikasikan pula bahwa infrastruktur
kegiatan untuk menghasilkan nilai tambah. belum mampu mendorong kegitan ekonomi
Infrastruktur mempunyai dampak terhadap secara signifikan. Keadaan tidak berkaitan
suatu wilayah berdasarkan karakteristik tersebut juga dimungkinkan karena lingkup
setempat dan mendorong adanya perubahan waktu analisis terbatas, mengingat dampak
morfologi wilayah (Kronenberg, 2011). infrastruktur bersifat jangka panjang berupa
Seiring dengan berbagai dampak penciptaan modal pemicu potensi daerah
tersebut maka mendorong untuk dilakukan (Nijkamp, 1986)
Tabel 2 Tingkat hubungan infrastruktur dan perkembangan ekonomi wilayah
Laju pertumbuhan pendapatan per kapita2 PDRB ADHK2
ekonomi 1
Kelompok Infrastruktur
Korelasi Korelasi Korelasi
signifikansi signifikansi signifikansi
sperman sperman sperman
Infrastruktur Jalan -0,259 ,139 .424** ,012 .423* ,013
Infrastruktur Kelistrikan -,0130 ,463 .497 **
,003 .635 **
,000
Infrastruktur Keairan -0,047 ,793 ,083 ,641 .523** ,002
Infrastruktur Komunikasi 0,134 ,448 .587 **
,000 .524 **
,001
Infrastruktur pelayanan
0,177 ,316 .488** ,003 .659** ,000
transportasi
Infrastruktur gedung
0,189 ,286 ,142 ,263 -.419* ,014
perdagangan
Infrastruktur pengelolaan
0,028 ,873 ,157 ,424 -.475** ,005
samopah
Infrastruktur pendidikan 0,052 ,770 ,244 ,165 .525** ,001
Infrastruktur kesehatan -0,062 ,729 ,162 ,361 -,306 ,078
Warna kuning menunjukkan signifikan di 0,05 atau 0,01 Sumber: Hasil olahan peneliti tahun 2019
1 : Korelasi kenaikan infrastruktur 2014 – 2017 dengan laju pertumbuhan 2014 – 2017.
2 : Korelasi infrastruktur tahun 2017 dengan pendapatan per kapita dan PDRB ADHK 2017.

9
Sementara itu, adanya ketersediaan berkembang ke dunia digital sehingga
infrastruktur belum merata dan kualitas internet merupakan kunci utama dalam
belum optimal maka menjadi kendala mempermudah arus perdagangan. Hal ini
tersendiri pada laju pertumbuhan yang sejalan dengan Pradhan (2018) bahwa
dihasilkan di berbagai daerah. Tingkat laju infrastruktur teknologi informasi dan
pertumbuhan yang membandingkan dua komunikasi berupa jaringan internet serta
tahun, dengan tahun dasar (2014) dan akhir telepon mendorong pendapatan per kapita.
(2017) pada dasarnya peningkatannya perlu Infrastruktur jalan dan pelayanan
integrasi berbagai unsur tidak sebatas aspek transportasi (bongkar muat pelabuhan –
imfrastruktur. Perlu diintegrasikan dengan bandara) dengan nilai korelasi 0,424 dan
kemampuan investasi dan keberadaan 0,488 memperlihatkan bahwa adanya
industri lokal secara merata. Selain itu, hubungan positif dengan pendapatan per
dibutuhkan keberadaan ketenagakerjaan kapita dengan tingkat sedang. Hal ini
yang memadai dalam melakukan berbagai disebabkan kedua kelompok infrastruktur
kegiatan produksi secara masif. Oleh tersebut berperan penting dalam menunjang
karena itu, melalui perbaikan pertumbuhan proses distribusi logistik kegiatan ekonomi.
ekonomi akan turut memperbaki tingkat Provinsi dengan kelengkapan transportasi
perkembangan ekonomi wilayah. Menurut memiliki peluang untuk mengembangkan
Juknys (2018) pertumbuhan ekonomi yang kerjasama ekonomi dan menarik arus
ada menentukan kondisi perkembangan invetasi. Hal ini sejalan menurut OECD
ekonomi suatu negara. (2002) bahwa infrastruktur transportasi
Hubungan infrastruktur dan tingkat mendorong interakasi ekonomi antar
perkembangan ekonomi selain dilihat dari wilayah dan mendorong iklim investasi.
laju pertumbuhan, pada dasarnya juga Infrastruktur lain yang berupa
didasarkan hubungan terhadap pendapatan keairan, pengelolaan sampah, pendidikan,
per kapita. Menunjukkan bahwa sebagian gedung perdagangan, dan kesehatan
infrastruktur memiliki peranan positif menunjukkan tidak berkaitan dengan
dengan nilai penadapatan per kapita. pendapatan per kapita ditandai oleh nilai
Infrastruktur tersebut meliputi jalan, signifikansi lebih dari 0,05. Hal ini
kelistrikan, komunikasi, dan pelayanan dimungkinkan karena ketersediaan dan
transportasi. Nilai hubungan yang positif kinerjanya belum optimal diberbagai
dan signifikan mengindikasikan bahwa provinsi. Keadaan lain seperti infrastruktur
terjadinya kenaikan infrastruktur tersebut kesehatan dan pendidikan dimungkinkan
mendorong diikutinya oleh kenaikan tidak secara langsung menentukan
pendapatan per kapita. pendapatan per kapita, namun lebih sebagai
Infrastruktur komunikasi dan media dalam meningkatkan kapasitas
kelistrikan dengan derajat korelasi 0,587 sumberdaya manusia guna mempunyai
dan 0,497 maka memiliki tingkat hubungan kemampuan dan keterampilan dalam
tergolong sedang terhadap perkembangan meningkatkan produktivitas.
ekonomi wilayah melalui peningkatan Sementara itu, infrastruktur tersebut
besarnya pendapatan per kapita. Hal ini jika dikaitakan dengan kuantitas PDRB atas
mengingat kedua infrastruktur tersebut dasar harga konstan (ADHK) di tahun
berperan dalam kenaikan produktivitas 2017, mayoritas juga menunjukkan
ekonomi serta penting dalam hal proses keterkaitan. Infrastruktur jalan, listrik
pemasaran. Listrik merupakan energi utama keairan, pelayanan transportasi, dan
dalam menggerakkan sejumlah mesin pendidikan pada dasarnya dimasa itu
poduksi di sejumlah pabrik, infrastruktur menentukan terhadap besarnya kuantitas
komunikasi penting dalam hal pemasaran PDRB secara positif. Keadaan ini karena
hasil produksi dengan melalui sistem infrastruktur tersebut menunjang kegiatan
online. Mengingat kegiatan ekonomi telah ekonomi lokal untuk berkembang dan

10
menentukan struktur PDRB. Meskipun memuat pasar modern cenderung kurang
demikian hal tersebut belum mampu sesuai dengan dinamika lokal, serta
mendorong peningkatan laju pertumbuhan penyebab kelesuan usaha pasar tradisional
secara signifikan. Indonesia (Suryadarma, 2007). Adapun
Sebaliknya, infrastruktur gedung infrastruktur kesehatan tidak memiliki
perdagangan dan persampahan justru hubungan dengan PDRB dimungkinkan
memiliki keterkaitan negatif dengan karena diarahkan lebih ke pelayanan
kuantitas PDRB. Hal ini mengindikasikan jaminan sosial dari pada keuntungan.
bahwa adanya peningkatan keberadaan Perkembangan ekonomi wilayah
infrastruktur tersebut justru akan diikuti dan infrastruktur mendorong diketahuinya
oleh penurunan kuantitas PDRB ADHK di pola pembangunan yang telah diterapkan di
tahun 2017. Hal ini dimungkinkan karena berbagai provinsi. Keterkaitan infrastruktur
tata kelola belum optimal terhadap TPA dan perkembangan ekonomi memiliki pola
dan gedung perdagangan yang didalamnya bervariasi sebagaimana Tabel 3.
Tabel 3 Pola hubungan infrastruktur dan perkembangan ekonomi wilayah
Kondisi Tingkat perkembangan ekonomi wilayah
pembanguan
Daerah cepat maju Daerah maju tetapi Daerah Daerah relatif tertinggal
infrastruktur
dan tumbuh tertekan berkembang cepat
Daerah dengan DKI Jakarta Kalimantan Timur, Banten, Bali Jawa Barat, Jawa
infrastruktur Kepulauan Riau, Tengah, DI Yogyakarta,
tinggi Kalimantan Utara. Sumatera Utara,
Sumatera Selatan,
Kep.Bangka Belitung,
Daerah dengan Jawa Timur Riau Kalimantan Aceh, Sumatera Barat,
infrastruktur Papua Barat tengah,Sulawesi Bengkulu, , Kalimantan
sedang Utara, Sulawesi selatan
Selatan,Sulawesi
Tenggara,
Gorontalo,
Daerah dengan Papua - Nusa Tenggara Jambi, Lampung, Nusa
infrastruktur Barat, Sulawesi Tenggara timur,
rendah Tengah, Sulawesi Kalimantan Barat
Barat, Maluku,
Maluku Utara
Sumber: Hasil olahan peneliti tahun 2019
Tabel 3 menunjukkan bahwa sektor pertanian dan perkebunan sehingga
provinsi dengan perkembangan ekonomi keberadaan infrastruktur sangat dibutuhkan
tinggi belum tentu ditunjang dengan untuk menunjang proses distribusi dan
tingginya infrastruktur. Papua merupakan akses terhadap pengangkutan hasil maupun
daerah dengan kondisi ekonomi maju kebutuhan produksi di seluruh bagian
karena tergolong daerah cepat maju dan provinsi.
tumbuh. Namun, kondisi infrastruktur di Sementara itu, untuk Provinsi Nusa
provinsi tersebut cenderung rendah. Hal ini Tenggara Barat, Sulawesi Tengah,
dikarenakan basis kegiatan ekonomi Papua Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara
menekankan pada sektor pertambangan. dengan keberadaan infrastruktur rendah
Hal lain seperti Provinsi Jambi, Lampung, maka dari sisi ekonomi menggolongkan
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat sebagai daerah berkembang. Hal ini karena
tergolong daerah realtif tertinggal dan sektor lain mulai turut serta menunjang,
infrastrukturnya rendah. Kegiatan ekonomi misalkan pariwisata selain dari perikanan
di berbagai provinsi tersebut berbasis pada dan pertanian. Oleh karena itu, provinsi

11
tersebut cenderung berkembang dari segi Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan
ekonominya. Papua Barat, daerah berkembang cepat di
Berbagai keadaan tersebut tentunya Pulau Sulawesi, serta daerah relatif
berbeda dengan kondisi di Provinsi Jawa tertinggal berada di Pulau Sumatera,
Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta. Kalimantan, dan Jawa.
Keberadaan infrastruktur yang tinggi belum 3.Hubungan pembangunan infrastruktur dan
mampu dimanfaatkan secara optimal dalam perkembangan ekonomi bersifat tidak
menunjang perkembangan ekonomi menyeluruh. Perkembangan ekonomi
wilayah. Mengingat selain faktor fisik, wilayah sangat ditentukan oleh keberadaan
kemajuan tersebut juga ditentukan oleh infrastruktur komunikasi, kelistrikan, jalan,
keadaan sektor yang digerakkan di dan pelayanan transportasi karena bentuk
masyarakat serta keadaan demografi. hubungannya signifikan dan bersifat
Provinsi yang telah mampu positif. Karakteristik hubungan yang
mengoptimalkan keberadaan infrastruktur terbentuk memiliki variasi (baik tingginya
guna menunjang perkembangan ekonomi infrastruktur menentukan perkembangan
wilayah adalah DKI Jakarta. DKI Jakarta ekonomi wilayah (DKI Jakarta), maupun
merupakan kutub pusat kegiatan di Pulau rendahnya infrastruktur tidak menentukan
Jawa selain Jawa Timur, maka dengan perkembangan ekonomi wilayah (Papua),
keberadaan infrastruktur tinggi mampu keadaan ini disebabkan beragamnya bentuk
dioptimalkan guna menunjang proses pengembangan basis kegiatan ekonomi
kegiatan lokal. Kegiatan utama yang ada daerah.
berupa Industri, Perdagangan, dan Jasa
yang pada dasarnya diperlancar dengan SARAN
keberadaan infrastruktur. Mengingat 1.Penyediaan infrastruktur perlu dilakukan
Infrastruktur memiliki peran penting pada secara konsisten dan merata berdasarkan
komunitas, masyarakat dan area setempat baik pada prioritas, kebutuhan lokal
(Fernholz, 2010) maupun dinamika geografis setiap provinsi
yang diimplementasikan secara terintegrasi
KESIMPULAN dengan dukungan pemenuhan perusahaan
1.Kondisi infrastruktur setiap provinsi kontruksi dan tenaga kerja baik terampil
menunjukkan adanya variasi dengan maupun ahli.
infrastruktur tinggi (maju) membentuk 2.Peningkatan perkembangan ekonomi
cluster dominan di Pulau Jawa - Bali, dilakukan dengan mempertimbangkan
provinsi dengan infrastruktur sedang pengembangan berbagai sektor ekonomi
(berkembang) mayoritas berada di secara seimbang, tidak hanya bergantung
Kawasan Timur Indonesia (KTI), dan pada sektor pertambangan dan migas. Perlu
infrastruktur rendah (tertingal) juga upaya peningkatan keberadaan tenaga kerja
dominan di Kawasan Timur Indonesia berkompeten, industri pengolahan, dan
(Pulau Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, investasi di berbagai wilayah luar Pulau
dan Papua). Jawa guna meningkatkan nilai tambah pada
2.Perkembangan ekonomi setiap provinsi sektor pertanian dan perkebunan.
memiliki kelompok bervariasi dengan 3.Kebijakan pembangunan infrastruktur
dipengaruhi oleh investasi, infrastruktur, perlu didasarkan oleh keterkaitanya dengan
sektor unggulan, dan demografi sehingga perkembangan ekonomi wilayah, dengan
menghasilkan pola spasial yang beragam, pertimbangan manajemen infrastruktur,
meliputi: daerah cepat maju dan cepat penataan infrastruktur pemeliharaan
tumbuh cenderung tersebar di beberapa infrastruktur, penyelarasan dan integrasi
pulau ( mencakup Provinsi DKI Jakarta, baik terhadap kegiatan ekonomi lokal yang
Jawa Timur, dan Papua), daerah maju tetapi berkembang maupun potensi bangkitan.
tertekan berupa Kepulauan Riau, Riau,

12
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, M. 2014. Pidato Pengukuhan Fernholz, R.M. 2010. Physical
Guru Besar Fakultas Geografi : Infrastructure Development. New
Paradigma Archipelago :
Prespektif Geografi Regional York : Soka University of America.
dalam Mengelola Keberagaman Grigg, N. 1988. Infrastructure Engineering
Wilayah Kepulauan dan Kelautan and Management. Australia : John
Indonesia. Yogyakarta : UGM. Wiley & Sons.
Bappenas. 2014. Rencana Pembangunan Gyarsih, S.R , dan Kurniawan, A. 2001.
Jangka Menengah Nasional Regionalisasi wilayah Kabupaten
(RPJMN) 2015-2019. Jakarta: Bantul (Suatu Kajian untuk
Bappenas. Perencanaan Pengembangan
BPS.2018.Direktori Pasar Tradisional dan Wilayah). Jurnal PWK ITB 12 (4),
Pusat Perbelanjaan 2017.Jakarta: hal.189 - 199.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data
Badan Pusat Statistik. Penelitian dengan Statistik. Jakarta
BPS.2018.Kontruksi dalam angka 2018. : Bumi Aksara.
Jakarta: Badan Pusat Statistik. Juknys, R. 2018. Deceleration of economic
BPS. 2018. Statistik Indonesia tahun 2018. growth - The main course seeking
Jakarta: Badan Pusat Statistik sustainability in developed
Indonesia. countries. Lithuania : Journal of
BPS.2018.Statistik Air Bersih 2012- Cleaner Production 192 (1).hal.1-8.
2017.Jakarta: Badan Pusat Statistik. Kementerian ESDM. 2017. Laporan
BPS.2018.Statistik Listrik 2012- Kinerja Direktorat Jendral
2017.Jakarta: Badan Pusat Statistik. Ketenagalistrikan Tahun 2017.
BPS.2018.Statistik Pendidikan Jakarta : Kementerian Energi dan
2017.Jakarta: Badan Pusat Statistik. Sumberdaya Mineral.
BPS.2018.Statistik Telkomunikasi tahun Kementerian PUPR. 2017.Buku Informasi
2017.Jakarta: Badan Pusat Statistik. Statistik 2017. Jakarta : Kementerian
BPS.2018.Statistik Transportasi Darat Pekerjaan Umum dan Perumahan
tahun 2017.Jakarta: Badan Pusat Rakyat.
Statistik Kodoatie, R.J. 2003. Manajemen dan
Rekayasa Infrastruktur. Semarang:
BPS.2018.Tingkat Ketimpangan Pustaka Pelajar.
Pengeluaran Penduduk Indonesia Kronenberg, Tobias. 2011. Demography
Maret 2018.Jakarta : Badan Pusat and Infrastructure. New York:
Statistik. Springer.
BPS. 2011. Ensiklopedia Indikator Sosial Kuncoro, M., dan Aswandi, H. 2002.
dan Ekonomi, Jilid 1.Jakarta : Badan Evaluasi Penetapan Kawasan
Pusat Statistik. Andalan: Studi Empiris di
BPS.2018. Profil Kemiskinan di Indonesia Kalimantan Selatan 1993 - 1999.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Maret 2018. Jakarta : Badan Pusat Indonesia.17(1), hal.27-45.
Statistik. Muta'ali, Luthfi. 2015. Teknik Analisis
Capello, Roberta and Peter Nijkamp. 2009. Regional. Yogyakarta: Badan
Handbook of Regional Growth and Penerbit Fakultas Geografi (BPFG).
Development Theories. Cheltenham Nijkamp, P.(1986).Infrastructure and
: Edward Elgar. Regional Development : A

13
Multidimensional. Policy Analysis.
Empirical Economics,(11),hal 1-21.
Nurgiyantoro, B., Gunawan, dan Marzuki.
2012. Statistik Terapan untuk
Penelitian Ilmu - ilmu Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
OECD. 2002 . Impact of Transport
Infrastructure Investment on
Regional Development. Paris :
Organisation For Economic Co-
Operation And Development.
Prasetyo, Rindang Bangun. 2009. Pengaruh
Infrastruktur pada Pertumbuhan
Ekonomi Wilayah di Indonesia.
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, (2)
2, hal 222-236
Pradhan, R.P. 2018. Information
communication technology (ICT)
infrastructure and economic growth
: A causality evinced by cross-
country panel data. Journal IIMB
Management Review ,30(1), hal .91-
103.
Suryadarma, dkk. 2007. Pengaruh
Supermarket terhadap Pasar
tradisional dan Riteil di
Indonesia.Jakarta : Smeru Research
Institute.
Tarigan, Robinson. 2005 .Ekonomi
Regional Teori dan Aplikasi, Edisi
Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Todaro, M.P., dan Smith, S.C. 2006.
Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Wie, T., K.1981.Pembangunan Ekonomi
dan Pemerataan. Jakarta : LP3ES.
World Bank. 2004. Averting an
Infrastructure Crisis: A Framework
for Policy and Action. World Bank.

14

Anda mungkin juga menyukai