Dede Hidayatullah
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan,
Jalan A. Yani, Km 32,2 Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Telp: 0511-4772641.
Pos-el: dayatdh@gmail.com
Naskah diterima: 31 Desember 2018; direvisi: 16 Mei 2019; disetujui: 27 Juni 2019
Abstract
Islam is an identity of Banjar people. In their daily life, Banjar people also know and believe in pamali.
On the other hand, pamali is not allowed by Islamic religion. Is there any pamali in Islam? The objective
of this study is to describe pamali originating from Islamic teachings such as the Qur'an and hadith. This
research uses decriptive qualitative method. The results of this study prove that the Banjar pamali is
partly derived from the Qur'an, and hadith, and the words of ulama. The pamali from the teachings of
Islam is in the way of eating and drinking, sleeping, farming, In the five pillars of Islam and Islamic
teachings, pamali is practiced and believed by people. The pamali taken from the Qur'an, hadith, and the
words of ulama do not make people shirk.
Keywords: pamali, Islam, and Banjar people
Abstrak
Islam merupakan identitas urang Banjar. Dalam kehidupan sehari-hari urang Banjar juga mengenal dan
menggunakan pamali dalam kesehariannya. Di sisi lain, pamali dianggap sebagian masyarakat Banjar
bertentangan dengan ajaran Islam. Adakah pamali itu yang sesuai dengan ajaran Islam. Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan pamali yang bersumber dari ajaran Islam seperti Alquran dan hadis. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa pamali Banjar sebagian bersumber dari Alquran, hadis, serta perkataan ulama. Pamali yang
bersumber dari ajaran Islam tadi ada yang berbentuk adab makan dan minum, adab tidur, adab bertani,
dan ajaran Islam dalam rukun Islam. Mengamalkan dan meyakini pamali yang bersumber dari Alquran,
hadis, dan perkataan ulama ini sama dengan melaksanakan ajaran agama dan tidak membuat pelakunya
menjadi syirik.
Kata kunci: pamali, Islam, dan urang Banjar
dan disampaikan secara lisan; dari mulut ke Salah satu bentuk tradisi lisan
mulut, dari generasi ke generasi masyarakat Banjar adalah pamali. Pamali
(Hidayatullah, 2013:1). Kekayaan sastra merupakan salah satu jenis sastra lisan
lisan Banjar ini dapat kita lihat dalam Banjar yang digunakan atau pernah
beragamnya sastra lisan yang dipunyai oleh digunakan dalam masyarakat Banjar dengan
masyarakat Banjar, di antaranya pantun menggunakan bahasa Banjar sebagai
banjar, pribahasa banjar, pamali banjar, mediumnya. Pamali sebagai salah satu
cucupatian, madihin, lamut, syair, legenda, bentuk nilai-nilai yang diyakini oleh
mite, andi-andi, mamanda, mantra banjar, masyarakat Banjar sangat luas
bakesah dan bapandung (Hidayatullah, penyebarannya dalam masyarakat.
2013: 7) Danandjaja (2002:21) mengelompokkan
Tradisi lisan menurut Pudensia pamali sebagai salah satu ragam sastra lisan,
(2012:1) adalah segala sesuatu yang kepercayaan rakyat merupakan bagian dari
disampaikan secara lisan atau secara turun folklor sebagian lisan.
temurun oleh para nenek moyang dari Pamali merupakan salah satu bentuk
generasi ke generasi berikutnya, baik yang sastra lisan Banjar yang merupakan
beraksara maupun tak beraksara. Sebuah pernyataan larangan melakukan aktivitas
tradisi bisa disebut tradisi lisan apabila telah bagi masyarakatnya, sebab diyakini jika
membudaya paling tidak selama dua melanggar akan menerima akibat yang tidak
generasi. Satu generasi itu diperkirakan dikehendaki. Dalam praktiknya, pamali ini
sekitar 25 tahun, sebuah tradisi bisa disebut sering dihubungkan dengan takhayul dan
tradisi lisan apabila telah berlangsung paling kepercayaan terhadap alam gaib saja.
tidak selama 50 tahun. Sehingga menyebabkan banyak anggapan
Tradisi lisan Banjar itu sangat bahwa pamali merupakan perbuatan syirik
banyak baik itu yang terkait dengan adat yang menyekutukan Allah. Anggapan ini
istiadat, religi dan kepercayaan, nilai-nilai muncul karena adanya keyakinan bahwa
moral, bahasa, seni, dan lain-lain. Di antara yang selain sang Pencipta dipercaya bisa
tradisi lisan Banjar yang masih mengakar di memberi akibat baik dan buruk. Selain itu,
masyarakat Banjar adalah sastra lisan karena kurangnya pemahaman terhadap
Banjar. pamali yang merupakan hasil dari budaya
yang diturunkan secara turun temurun.
34
Dede Hidayatullah: Pamali Banjar dan Ajaran Islam
35
Multilingual, Vol. 18, No.1, Juni 2019
36
Dede Hidayatullah: Pamali Banjar dan Ajaran Islam
melanggarnya. Rasa takut ini menjadi (2) Pamali mempunyai fungsi sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan media penebal emosi keagamaan atau
dibuatnya pamali. kepercayaan, sebagai alat pendidikan
Berkaitan dengan hal ini, pamali yang masih terbagi lagi sebagai media
memiliki ragam nilai yang sangat penting sopan santun, tatakrama saat makan,
untuk dilestarikan. Nilai tersebut dapat mensyukuri rezeki, menggunakan
diajarkan untuk menjadi bagian pendidikan sesuatu sesuai dengan fungsinya,
bagi generasi selanjutnya. Sehubungan memanfaatkan waktu, kesehatan dan
dengan hal ini, kajian yang dilakukan keselamatan, dan menyelesaikan
berdasarkan pada ilmu etnopedagogi. pekerjaan. Selain itu pamali-pamali ini
Etnopedagogi merupakan ilmu yang juga memiliki fungsi sebagai sistem
berbasis pada kearifan lokal masyarakat proyeksi khayalan suatu kolektif yang
penutur dengan ragam budayanya. Menurut berasal dari halusinasi seseorang
Alwasilah (2009:50) etnopedagogi adalah terhadap makhluk-makhluk alam gaib.
praktik pendidikan yang berdasar pada (3) Makna yang terkandung dalam pamali,
kearifan lokal. Artinya, bahan pengajaran yaitu makna berhubungan dengan
didasarkan pada kearifan lokal setempat. kelahiran, masa bayi dan anak-anak;
Tujuan etnopedagogi adalah mewariskan tubuh manusia dan obat-obatan rakyat;
nilai-nilai budaya yang hidup serta bisa rumah dan pekerjaan rumah; mata
memaknai warisan leluhur bukan hanya pencaharian dan hubungan sosial;
sekadar sebagai peninggalan sejarah, tetapi perjalanan dan perhubungan; cinta,
juga sebagai nilai pendidikan. pacaran dan menikah; kematian dan adat
Sari, dkk. (2006:13—14) memformulasi pemakaman; kesehatan, nasib dan
deskripsi bentuk, fungsi, dan makna pamali kepercayaan; serta alam gaib.
dengan rumusan sebagai berikut. Penelitian ini akan menguraikan
(1) Pamali adalah pernyataan larangan yang pamali menurut fungsi atau maknanya yang
disusun menjadi sebuah kalimat pendek bersumber dari Alquran atau hadis ataupun
tertentu, sebab diyakini jika dilanggar perkataan ulama.
akan menerima akibat yang tidak
dikehendaki, yang berkembang dalam
masyarakat tertentu (deskripsi bentuk).
37
Multilingual, Vol. 18, No.1, Juni 2019
38
Dede Hidayatullah: Pamali Banjar dan Ajaran Islam
3) Pamali banyu mata gugur ka awak 10) Pamali maaandak patung dalam
urang mati, kaina urang matinya rumah, malaikat rahmat kada mau
bisa kasakitan masuk
‘Air mata jangan sampai mengenai ‘Jangan meletakkan patung di dalam
tubuh mayat karena akan rumah, diyakini malaikat pembawa
menyebabkan mayat kesakitan’ rahmat tidak mau masuk ke dalam
rumah tersebut’
4) Pamali banyu mata gugur ka awak
urang mati, kaina urang matinya 11) Pamali makan baras nang pamulaan
bisa kasakitan di katam, batakok
‘Air mata jangan sampai mengenai ‘Jangan makan beras yang baru
tubuh mayat karena akan selesai di ketam, bisa berpenyakit
menyebabkan mayat kesakitan’ gondok’
39
Multilingual, Vol. 18, No.1, Juni 2019
ditujukan kepada semua orang, baik itu yang bertanya kepada Anas, “Bagaimana dengan
hamil maupun yang tidak dengan akibat makan sambil berdiri?” Anas menjawab,
yang berbeda. Pamali ini sebetulnya “Makan sambil berdiri itu lebih jahat dan
mengandung sebuah pelajaran adab dan lebih buruk lagi.” (H.R.Muslim) (An-
akhlak. Makanan merupakan rezeki dari Nawawi, 1992, p. 221).
Allah yang wajib disyukuri. Makan Hadis ini menunjukkan larangan
mempunyai adab tersendiri dalam Islam, minum sambil berdiri. Seorang sahabat
seperti mengucap bismillah, berdoa, dan bertanya bagaimana dengan makan sambil
memakan makanan yang terdekat saja, serta berdiri. Anas bin Malik yang meriwayatkan
dilakukan dengan posisi duduk, bukan hadis ini menjawab bahwa makan sambil
makan sambil berdiri. Inilah yang berdiri itu lebih jahat dan lebih buruk lagi.
membedakan manusia dengan hewan. Hal ini menunjukkan bahwa hadis larangan
Makan sambil berdiri tidak pantas dilakukan minum sambil berdiri ini juga melarang
oleh seorang yang mempunyai ajaran adab makan sambil berdiri. Sebab aktivitas makan
yang baik dalam Islam, apalagi bila itu melebihi aktivitas minum.
dilakukan oleh wanita hamil. 3) Pamali nginum sambil badiri, jadi
Selain itu, untuk membuat para kamih
‘Jangan minum sambil berdiri, air yang
pendengar pamali mematuhi apa yang diminum langsung jadi air kencing’
dilarang, maka diberi ancaman jika
Pamali ini menyatakan larangan
melanggarnya kaki pelaku akan bengkak
minum sambil berdiri, hal ini diyakini
dan untuk orang hamil ketika melahirkan
menyebabkan air yang diminum langsung
akan keluar kotoran dari duburnya.
jadi air kencing. Biasanya pamali ini
Berangkat dari ini, diharapkan
ditujukan kepada anak-anak yang suka
masyarakatnya dapat menjaga etika saat
minum sambil berdiri setelah bermain.
makan, maupun ketika melakukan aktivitas
Pamali ini mengandung makna yang
lainnya.
ditekankan pada etika makan dan minum.
Dalam Islam, larangan makan sambil
Baik makan atau minum hendaknya
berdiri sesuai dengan hadis yang
dilakukan dengan posisi duduk. Jika
diriwayatkan Anas r.a. dari Rasulullah,
dilakukan dengan posisi berdiri akan terlihat
“Nabi melarang seseorang untuk minum
tidak sopan. Larangan minum sambil
sambil berdiri”. Qatadah berkata kami,
berdiri sesuai dengan hadis yang
40
Dede Hidayatullah: Pamali Banjar dan Ajaran Islam
diriwayatkan dari Anas r.a. dari Nabi SAW Hadis ini sesuai dengan makna
“Nabi melarang seseorang minum sambil pamali, yaitu larangan meratap yang
berdiri” (H.R. Muslim)(An-Nawawi, 1992, berlebihan. Kalau dalam pamali dikatakan
p. 221). bahwa apabila pamali itu dilanggar, maka si
4) Pamali banyu mata gugur ka awak mayat akan kesakitan. Demikian juga
urang mati, kaina urang matinya bisa
dengan hadis di atas bahwa orang yang
kasakitan
‘Air mata jangan sampai mengenai meninggal akan diazab di kuburnya apabila
tubuh mayat karena akan menyebabkan
keluarga yang ditinggalnya meratap secara
mayat kesakitan’
berlebihan. Azab di kubur merupakan siksa
Pamali ini menyatakan larangan
yang akan mendatangkan kesakitan pada si
menangis yang berlebihan untuk meratapi
mayat. Jadi pamali dan hadis ini mempunyai
mayat hingga air matanya jatuh mengenai
makna yang sama walaupun secara redaksi
tubuh mayat. Jatuhnya air mata ke tubuh
berbeda.
mayat akan menyebabkan si mayat
5) Pamali guring batiharap atawa
kesakitan. batiharung, kaina ditinggalakan mati
kuwitan
Sedih karena kematian adalah wajar.
‘Jangan tidur bertiarap, karena dapat
Namun, tidak benar jika ditumpahkan menyebabkan orang tuanya meninggal
dunia’
dengan tangis ratapan yang berlebihan.
Pamali ini mengandung makna yang sesuai Umumnya pamali ini ditujukan kepada
dengan ajaran Islam yang menuntut setiap anak-anak. Penutur pamali meyakini bahwa
umatnya agar jangan menangis berlebihan jika seseorang bertiarap menyebabkan orang
jika ditinggal mati oleh orang yang tuanya cepat meninggal.
disayangi. Pamali ini memang tidak bisa diterima
Pamali ini sesuai dengan hadis yang akal. Pamali mengandung makna bahwa jika
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. beraktivitas dengan posisi tiarap akan
“Dari Umar bin Khattab r.a. berkata menyebabkan seseorang sulit bernapas.
Rasulullah SAW, “Mayat (orang yang sudah Menurut Ibnu al-Jauzi dalam al-Asqalani
meninggal) akan diazab di kuburnya sesuai (1997, p. 133) tidur yang dianjurkan adalah
dengan ratapan tangis berlebihan yang miring ke kanan. Bahkan cara tidur dengan
diterimanya” (An-Nawawi, 1992: 421). miring ke kanan ini pun dianjurkan oleh
dokter karena baik untuk kesehatan tubuh.
41
Multilingual, Vol. 18, No.1, Juni 2019
42
Dede Hidayatullah: Pamali Banjar dan Ajaran Islam
7) Pamali duduk bajajuntay di watun tidak berusaha mencari rezeki. Seorang yang
lawang, bisa ditinjak mintuha
pemalas tentu saja tidak akan disukai oleh
‘Jangan duduk berjuntai di depan pintu,
nanti ditendang mertua’ mertua. Demikian juga, sifat pemalas akan
menyebabkan seseorang itu terjerumus ke
Pamali ini menyatakan agar dalam jurang kemiskinan.
seseorang jangan duduk santai di depan 8) Pamali guring imbah Asar, kaina pas
pintu masuk nanti bisa ditendang mertua. tuha bisa gagilaan
‘Jangan tidur setelah Asar, karena akan
Secara logika hal ini dapat diterima akal, menyebabkan sakit jiwa ketika tua’
dalam arti jalan dekat pintu adalah tempat
9) Pamali guring waktu sanja, kaina
lalu-lalang penghuni rumah untuk masuk garing bangat
atau keluar rumah. Oleh karena itu, tidak ‘Pantang tidur waktu senja, nanti sakit
keras’
mengherankan apabila ada yang duduk di
depan pintu akan mengganggu jalan orang Pamali ini bermakna larangan untuk
yang akan masuk atau keluar. Masyarakat tidur sesudah waktu asar dan waktu senja,
penutur pamali ini menginginkan agar sebab apabila dilakukan akan menyebabkan
masyarakatnya mematuhi aturan mereka kegilaan. Waktu sesudah asar dan waktu
lewat rangkaian kalimat yang dikaitkan senja adalah dua nama satu makna. Sesudah
dengan aktivitas kehidupan rumah tangga. asar merupakan waktu senja. Waktu sesudah
Pamali ini juga terdapat dalam ajaran asar adalah waktu untuk membersihkan diri
Islam. Az-Zarmuzi (tt: 44) dalam kitab sesudah bekerja sehari penuh. Waktu untuk
orang dilarang untuk duduk santai dan isya. Tidur yang dimaksud di sini adalah
berdiri di depan pintu sebab hal itu akan tidur yang menjadi kebiasaan. Bukan
Pamali di atas dengan apa yang sesudah asar menjadi kebiasaan akan
dijelaskan Az-Zarmuzi dalam kitab Ta’lim menyebabkan orang tersebut menjadi gila.
Al-Muta’alim terlihat berbeda, tetapi kalau Dalam Islam waktu sesudah asar
diuraikan lebih jauh dapat disimpulkan adalah waktu yang diharamkan untuk
bahwa, orang yang suka duduk di depan melakukan ibadah salat sesudah
pintu adalah orang pemalas, karena kerjanya melaksanakan salat asar. Demikian juga
hanya duduk-duduk di muka pintu saja, tidur. Dalam manuskrip kitab Martabat
43
Multilingual, Vol. 18, No.1, Juni 2019
Tujuh (tt. 41—42) dan manuskrip BB 002 Apabila seseorang tidur di waktu senja
(tt:12) disebutkan bahwa Nabi sallalahu sesudah asar dikhawatirkan orang itu tidak
alihi wa sallam bersabda, “Tidur itu ada akan salat magrib pada waktunya.
tujuh macam, yaitu: pertama, tidur lupa; 10) Pamali maaandak patung dalam rumah,
malaikat rahmat kada mau masuk
kedua, tidur orang yang celaka; ketiga, tidur
‘Jangan meletakkan patung di dalam
yang dilaknat; keempat, tidur yang disiksa; rumah, diyakini malaikat pembawa
rahmat tidak mau masuk ke dalam
kelima, tidur istirahat; keenam, tidur sebagai
rumah tersebut’
kerugian; ketujuh, tidur yang dibolehkan.
Pamali ini menyatakan larangan
Adapun tidur lupa itu tidur di waktu zikir,
meletakkan patung di dalam rumah, hal ini
tidur orang yang celaka itu tidur sesudah
diyakini dapat menyebabkan malaikat
salat asar, tidur laknat itu tidur pada waktu
pembawa rahmat tidak mau masuk ke dalam
salat subuh, tidur yang disiksa itu tidur
rumah tersebut. Patung merupakan berhala
setelah salat fajar, tidur istirahat itu tidur
yang terbuat dari tanah atau besi atau
pada waktu qailµlah (sebelum salat zuhur),
keramik. Keberadaan patung di dalam
tidur yang dibolehkan tidur setelah waktu
rumah diyakini Masyarakat Banjar yang
salat ‘isya. Allah lebih tahu.
religius akan membuat Malaikat pembawa
Dari hadis ini dapat disimpulkan
rahmat tidak akan masuk ke dalam rumah
bahwa Nabi melarang seseorang untuk tidur
tersebut.
sesudah asar, tidur waktu subuh, tidur
sesudah fajar dan tidur pada waktu berzikir. Pamali ini sesuai dengan ajaran
Tidur sesudah salat asar ituakan Islam yang ada dalam hadis yang
menyebabkan celaka, tidur pada waktu diriwayatkan oleh Abi Talhah. Rasulullah
subuh akan menyebabkan mendapat laknat, pernah bersabda dari Abi Talhah r.a.
tidur pada waktu sesudah fajar akan bahwasanya Rasulullah saw. pernah
menyebabkan orang tersebut mendapat azab, bersabda, “Malaikat tidak akan masuk ke
sebab belum melakukan salat subuh, dan dalam sebuah rumah yang mempunyai
tidur pada waktu berzikir itu adalah tidur anjing dan patung (H.R.Bukhari Muslim).
orang yang lupa dan lalai kepada Allah. Dalam hadis ini dijelaskan bahwa malaikat
Selain itu, secara tidak langsung tidak akan memasuki sebuah rumah yang di
pamali ini juga menyuruh orang agar bisa dalamnya ada anjing dan patung.
melaksanakan salat magrib pada waktunya. Keberadaan anjing dan patung di dalam
44
Dede Hidayatullah: Pamali Banjar dan Ajaran Islam
rumah menghalangi kedatangan malaikat ke ﺼﻼَةَ َوآﺗُﻮ ْا اﻟ ﱠﺰﻛَﺎةَ َوﻣَﺎ ﺗُﻘَ ﱢﺪﻣُﻮ ْا ﻷَﻧﻔُ ِﺴﻜُﻢ ﻣﱢﻦْ َﺧ ْﯿ ٍﺮ
َوأَﻗِﯿﻤُﻮ ْا اﻟ ﱠ
dalam rumah.(An-Nawawi, 1992: 415). ﴾١١٠﴿ ﷲَ ﺑِﻤَﺎ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠُﻮنَ ﺑَﺼِﯿ ٌﺮ
ّ ﷲِ إِنﱠ
ّ ﺗَ ِﺠﺪُوهُ ﻋِﻨ َﺪ
11) Pamali makan baras nang pamulaan di (Dan dirikanlah salat serta bayarkanlah
katam, batakok
zakat dan apa-apa yang kamu persembahkan
‘Jangan makan beras yang baru selesai
di ketam, bisa berpenyakit gondok’ buat dirimu berupa kebaikan) artinya
ketaatan seperti sedekah dan
Pamali ini menyatakan larangan
menghubungkan silaturahmi, (tentulah kamu
memakan beras hasil panen yang pertama,
akan mendapatinya) maksudnya pahalanya
apabila dimakanakan terkena penyakit
(di sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha
gondok. Beras yang baru dipanen sering
Melihat akan apa-apa yang kamu kerjakan)
disebut dengan baras hanyar. Baras hanyar
sehingga kamu akan menerima balasan
itu rasanya enak dan tidak pera. Oleh karena
daripadanya. (alBaqarah: 110)
itu, agar beras tersebut tidak cepat habis
Dari semua pamali yang diuraikan di
maka keluarlah pamali ini. Untuk
atas dapat disimpulkan bahwa pamali itu ada
menekankan makna larangannya, dilekatkan
yang bersumber dari alquran, hadis, dan
kata batakuk supaya menimbulkan rasa
perkataan ulama, baik secara langsung
takut untuk melanggarnya. Selain itu, urang
maupun tidak langsung. Pamali yang
Banjar sebagai muslim yang taat diharuskan
bersumber dari ajaran Islam itu terutama
membayar zakat tanaman sebelum berasnya
berhubungan adab dan tatacara kehidupan.
dipergunakan, baik itu dijual maupun
Oleh karena itu, meyakini pamali yang
dimakan. Dengan membayar zakat tanaman
bersumber dari ajaran Islam ini sama dengan
tersebut maka kewajibannya sebagai muslim
meyakini Islam dan melaksanakannya dalam
yang taat sudah ditunaikan dan hasil panen
kehidupan sehari-hari sama dengan
tadi tidak akan menimbulkan penyakit,
melaksanakan ajaran Islam.
sebab hak orang lain di hasil panen itu,
dalam bentuk zakat, sudah tidak ada lagi.
PENUTUP
Pamali ini mengajarkan untuk
Pamali yang diyakini dan dimiliki
menunaikan zakat terlebih dahulu agar hasil
masyarakat Banjar sebagiannya bersumber
panennya menjadi berkah dan tidak menjadi
dari al-quran, hadis, dan perkataan ulama
musibah. Pamali ini secara tidak langsung
yang tertulis dalam kitab pegangan umat
mengamalkan ayat alquran
Islam. Oleh karena itu, maka mengamalkan
45
Multilingual, Vol. 18, No.1, Juni 2019
dan meyakini pamali yang bersumber dari sambil tiarap, meratap, memakan hasil
al-quran, hadis, dan perkataan ulama ini panen pertama, menaruh patung di dalam
tidak menyebabkan pelakunya menjadi rumah, dan duduk di depan pintu. Pamali-
syirik. pamali ini ada yang hubungan dengan adab,
Pamali yang bersumber dari dari yaitu adab makan, adab tidur; ada yang
Alquran, hadis, dan perkataan ulama ada berhubungan dengan rukun Islam seperti
yang berbentuk larangan makan dan minum zakat dan salat; dan ada juga yang
sambil berdiri, tidur pada sore hari, tidur berhubungan dengan adab terhadap mayit.
DAFTAR PUSTAKA
al-Asqalani, A. I. (1997). Fathu l-bȃri syarhun ṣahȋh Bukhȃri. Beirut: Daru l-Kutub.
Al-Baijuri, I. (tt). Hasyiyah Ibrahim al-Baijuri ala syarhi l-alȃmah Ibnu Qȃsim al-Qaza ala
matni sy-Syaikh Abi Syajam. Beirut: Dar l-Fikri.
Bahtiar. (2012). Kearifan lokal orang Bajo dalam pengelolaan sumber daya laut. Jurnal Mudra 2
(27) , 175-190.
Dananjaja, James. (2002). Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
Pustaka Utama Grafit.
Hapip, Abdul Jebbar. (1997). Kamus bahasa Banjar-Indonesia. Banjarmasin: PT Grafika Wangi
Kalimantan.
Hidayatullah, Dede,dkk. (2013). Pedoman penulisan Arab Melayu Banjar. Martapura: Yayasan
Kesultanan Banjar.
Hidayatullah, Dede. (2013). Sastra lisan Banjar. Naskah siaran Radio di Radio Abdi Persada.
Banjarbaru: Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan.
46
Lestari, D. (2014). ‘Pamali’ dalam Perspektif budaya dan agama pada masyarakat Ambesea
Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan. Kendar: IAIN Kendar.
Pudensia. (2012, April 22). Pengelolaan Tradisi Lisan: Paradigma dan Pengembangan Program.
Pelatihan Sastra Lisan, pp. 1-10.
Sari, Yuliati. Puspitasari, dkk. (2006). Pamali Banjar: Deskripsi, bentuk, fungsi dan makna.
Banjarbaru: Balai Bahasa Banjarmasin.
Sukmayadi, T. (2017). Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai kearifan lokal melalui ajaran
“pamali” pada masyarakat adat kampung Kuta Kabupaten Ciamis. Seminar Nasional
PPKn III. Jakarta.
Sunarti, et al. (1978). Sastra lisan Banjar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sutopo, H. B. 2006. Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
47