Anda di halaman 1dari 3

*KISAH PEMUDA BERDALIL PAKE QUR'AN & HADIST PULANG BELAJAR DARI ARAB DAN KYAI PAKE

DALIL KITABNYA PARA ULAMA* *

*Pemuda*
Assalamu Alaikum, Kyai…_

*Pak Kyai*
_Waalaikum Salam...Silakan duduk anak muda, siapa namamu dan dari mana asalmu?_

*Pemuda*
_Terima kasih Pak Kyai. Nama saya toing dan saya berasal dari Kampung Seberang_

*Pak Kyai*
_Jauh kamu bertandang ke sini, sudah tentu kamu punya hajat yang sangat besar...Apa
hajatnya, mana tahu mungkin saya boleh menolongmu?_

Pemuda berjidat hitam tersebut diam sebentar, sambil menarik nafasnya dalam-dalam

*Pemuda*
_Begini Pak Kyai, saya datang ke sini bertujuan ingin berbicara beberapa
permasalahan dengan Pak Kyai...Pendeknya, permasalahan umat Islam sekarang_

*Pak Kyai*
_Permasalahan seperti apa itu anakku?_

*Pemuda*
_Saya ingin bertanya, mengapa Kyai-Kyai di kebanyakan pesantren & Majelis² di
Indonesia, dan Tuan-Tuan Guru di Malaysia serta Pattani dan Asia umumnya sering
kali mengajar murid-murid mereka dengan lebih suka mengambil kalam-kalam atau
pandangan para ulama?!_
_Seringkali saya mendengar mereka akan menyebut; *“Kata al-Imam al-Syafii, kata al-
Imam Ibn Atho’illah al-Sakandari, Kata al-Imam Syaikhul Islam Zakaria al-Ansori dan
lain-lain”*_

_Mengapa tidak terus mengambil daripada al-Quran dan al-Sunnah?_ *Bukankah lebih
enak kalau kita mendengar seseorang tersebut menyebutkan Firman Allah taala di
dalam al-Quran, Sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam di dalam hadis itu dan
ini?”*

_Bukankah Ulama-ulama itu juga punya kesalahan dan kekurangan. Maka mereka juga
tidak lari daripada melakukan kesilapan. Maka sebaiknya kita mengambil daripada
kalam al-Ma’sum yaitu al-Quran dan al-Sunnah_

```(Pak Kyai mendengar segala hujjah yang disampaikan oleh pemuda tersebut dengan
penuh perhatian. Sedikit pun beliau tidak memotong malah memberikan peluang bagi
pemuda tersebut berbicara sepuas-puasnya. Sambil senyuman terukir di bibir Pak
Kyai, beliau bertanya kepada pemuda tersebut)```

*Pak Kyai*
_Masih ada lagi apa yang ingin kamu persoalkan wahai nak Toing?_

*Pemuda*
_Sementara ini, itu saja yang ingin saya sampaikan Pak Kyai!!_

*Pak Kyai*
_Sebelum berbicara lebih lanjut, eloknya kita minum dahulu ya... *Tiga perkara yang
sepatutnya disegerakan adalah hidangan kepada tetamu, wanita yang dilamar oleh
orang yang baik maka disegerakan perkawinan mereka dan yang ketiga, si mati yang
harus disegerakan urusan pengkebumiannya,* Betul kan Toing?_
*Pemuda*
_Benar sekali Pak Kyai_

```(Pak Kiyai lalu memanggil isterinya bagi menyediakan minuman pada mereka
berdua...Maka beberapa detik selepas itu, minuman pun sampai di hadapan mereka)```

*Pak Kyai*
_Silakan minum Toing_

(Setelah dipersilahkan oleh Pak Kyai, maka Toing pun terus mengambil bekas air
tersebut lalu menuangkan perlahan-lahan ke dalam cawan yang tersedia)

*Pak Kyai terus bertanya*


_Toinh, kenapa kamu tidak minum dari tekonya saja?! Kenapa perlu dituang di dalam
gelas?!_

*Pemuda*
_Pak Kyai, mana bisa saya minum langsung dari tekonya, Tekonya besar
sekali...Makanya saya tuang ke dalam gelas agar memudahkan saya meminumnya_

*Pak Kyai*
_Toing, itulah jawaban terhadap apa yang kamu persoalkan tadi... *Mengapa kita
tidak mengambil langsung dari Al-Quran dan as-Sunnah?!* Terlalu besar untuk kami
lansung minum daripada kedua-nya...Maka kami mengambil apa yang telah dijelaskan di
dalam gelas para ulama...Maka ini memudahkan bagi kami untuk mengambil dan
memanfaatkannya!!_

_Benar kamu katakan bahwa mengapa tidak langsung saja mengambil daripada al-Quran
dan al-Sunnah!! Cuma persoalan ini, kembali ingin saya lontarkan kepada kamu...
*Adakah kamu ingin mengatakan bahwa al-Imam al-Syafii dan para ulama yang kamu
sebutkan tadi mengambil hukum selain dari Al-Quran dan Sunnah?! Adakah mereka
mengambil daripada kitab Talmud atau Bible?*_

*Pemuda*
_Sudah tentu mereka juga mengambil dari Al-Quran dan Sunnah_

*Pak Kyai*
_Kalau begitu, maka sumber pengambilan kita juga adalah Al-Quran dan Sunnah cuma
dengan paham para ulama!!_

_Satu lagi gambaran yang ingin saya terangkan kepada kamu... *Saya dan kamu membaca
Al-Quran, al-Imam al-Syafii juga membaca Al-Quran bukan?*_

*Pemuda*
_Sudah tentu Pak Kyai_

*Pak Kyai*
_Baik, kalau kita membaca sudah tentu kita sedikit memahami ayat-ayat di dalam Al-
Quran tersebut bukan? *Al-Imam al-Syafii juga memahami ayat yang kita bacakan...*
Maka persoalannya, *pemahaman siapa yang ingin didahulukan? Pemahaman saya dan kamu
atau pemahaman al-Imam al-Syafii terhadap ayat tersebut?*_

*Pemuda*
_Sudah tentu pemahaman al-Imam al-Syafii karena beliau lebih memahami dibanding
orang zaman sekarang_

*Pak Kyai*
_Nah, sekarang saya rasa kamu sudah jelas bukan? *Hakikatnya kita semua mengambil
daripada sumber yang satu yaitu al-Quran dan Sunnah* Tiada seorang pun yang
mengambil selain dari keduanya. Cuma bedanya, kita mengambil dari pemahaman al-
Quran dan Sunnah tersebut dari siapa?_

_Sudah tentu kita akan mengambil dari orang yang lebih faham(jago) ilmunya. Ini
kerana mereka lebih wara’ dan berjaga-jaga ketika mengeluarkan ilmu_

_*Kamu tahu Toing, al-Imam al-Syafii pernah ditanya oleh seseorang ketika beliau
sedang menaiki keledai, berapakah kaki keledai yang Imam tunggangi?*_

_Maka al-Imam al-Syafii turun dari keledai tersebut dan menghitung kaki keledai
tersebut. Selesai menghitung, barulah al-Imam menjawab: *“Kaki keledai yang aku
tunggangi ada empat”*_

Orang yang bertanya tersebut merasa heran lalu berkata


_“Wahai Imam, bukankah kaki keledai itu memang empat, mengapa engkau tidak langsung
menjawabnya?”_

*Al-Imam al-Syafii menjawab*


_“Aku bimbang, jika aku menjawabnya tanpa melihat terlebih dahulu, tiba-tiba Allah
Ta’ala hilangkan salah satu kakinya maka aku sudah dikira tidak amanah di dalam
memberikan jawaban”_

_Coba kamu perhatikan Toing, *betapa wara’nya al-Imam al-Syafii ketika menjawab
persoalan berkaitan dunia. Apalagi kalau berkaitan dengan agamanya?*_

*```Al-Imam Malik pernah didatangi oleh seorang pemuda di dalam majlis taklimnya di
Madinah al-Munawwarah*``` _Pemuda tersebut mengatakan bahwa dia datang dari negeri
yang jauhnya 6 bulan perjalanan ke Madinah. Pemuda itu datang untuk bertanya satu
masalah yang ada di lokasinya_

Al-Imam Malik, mengatakan bahwa


_“Maaf, aku tidak pandai untuk menyelesaikannya”_

Pemuda tersebut heran dengan jawaban Imam Malik, dan dia bertanya:
_“Bagaimana aku akan menjawab nanti bilamana ditanya oleh penduduk tempatku?”_

Maka kata al-Imam Malik:


_“Katakan kepada mereka bahwa Malik juga tidak mengetahui bagaimana untuk
menyelesaikannya”_

*Allah…Coba kamu lihat Toing, betapa amanahnya mereka dengan ilmu!!* _Berbeda
dengan manusia zaman now/sekarang, yang baru seumuran jagung dalam ilmu, sudah
menepuk dada mengaku bahwa seolah-olah mereka mengetahui segalanya_

*Pemuda*
_Masyaallah, terima kasih Pak Kyai atas penjelasan yang sangat memuaskan. Saya
memohon maaf atas kekasaran dan keterlanjuran bicara saya_

*Pak Kyai*
_Sama-sama Nak...Semoga kamu akan menjadi seorang yang akan membawa panji agama
kelak dengan ajaran yang benar dari Guru² mu yg bersanad Insyaallah_

Anda mungkin juga menyukai