Anda di halaman 1dari 83

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA


PERILAKU IBU MENGENAI JAJANAN ANAK SD
YANG MENGANDUNG BAHAN PENGAWET DAN
PEWARNA DI KELURAHAN BERINGIN JAMBI
TAHUN 2011

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

IRA RAHMANITA
NIM : 108103000014

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H/ 2011 M
2

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 September 2011

Ira Rahmanita
3

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA PERILAKU IBU MENGENAI


JAJANAN ANAK SD YANG MENGANDUNG BAHAN PENGAWET
TERLARANG DAN PEWARNA BERBAHAYA DI KELURAHAN
BERINGIN KOTA JAMBI TAHUN 2011

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan


Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)

Oleh :
Ira Rahmanita
NIM: 108103000014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
4

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian Berjudul HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA


PERILAKU IBU MENGENAI JAJANAN ANAK SD YANG MENGANDUNG
BAHAN PENGAWET TERLARANG DAN PEWARNA BERBAHAYA DI
KELURAHAN BERINGIN KOTA JAMBI TAHUN 2011 yang diajukan oleh Ira
Rahmanita (NIM: 108103000014), telah diujikan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada september 2011. Laporan penelitian ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)
pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 22 September 2011

DEWAN PENGUJI

PIMPINAN FAKULTAS
5

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia
yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini serta salawat
dan salam kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat.
saya haturkan terimakasih kepada:
1) Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan Dra.
Farida Hamid, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mendengarkan keluh kesah kami angkatan 2008
PSPD dan senantiasa memberikan semangat agar terus berjuang untuk menjadi
lebih baik dan lebih baik lagi.
2) Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua
dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan kesempatan
untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat saya atas segala yang telah mereka
berikan.
3) dr. Alyya Siddiqa SpFK selaku dosen pembimbing I dan dr. Witri Ardini, MGK,
SpGK sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan riset ini.
4) dr. Afrimal. Syafarudin, SpB(K)Onk, dr. Devy Ariany, M.Biomed, dr. Mukhtar.
Ikhsan, SpP(K), MARS selaku tim penguji yang telah memberikan saran demi
menyempurnakan riset ini.
5) Ibu Silvia Nasution M.Biomed selaku penanggung jawab riset PSPD 2008 yang
selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.
6) Kepala kelurahan beserta seluruh staf yang telah mengizinkan saya untuk
melakukan penelitian di Kelurahan Beringin Kota Jambi.
7) Penduduk kelurahan Beringin Kota Jambi yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
6

8) Kedua orang tua saya tercinta H. Ismet Marjohan dan Hj. Rohima dan nenek saya
tercinta H. Jawaniar terima kasih atas cinta, kasih sayang, pengorbanan, do’a,
ridho, harapan, senyuman, pelukan, air mata serta pelajaran kehidupan yang
selama ini telah diberikan kepada saya sejak berada dalam kandungan sampai
saya bisa seperti sekarang.
9) Semua saudara saya abang, kakak ipar dan adik saya tersayang, Briptu Apriandi,
Riki Yanto. ST, Yuli Putri Ayu, Ridho Putra dan Rinda Rahmanyani serta seluruh
keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, dan selalu
setia untuk berbagi dalam suka dan duka.
10) Seluruh teman dan sahabat di: PSPD 2008-2011, dan teman-teman yang telah
memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan semua
pihak kepada saya mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan saya penelitian ini
dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi kedokteran, khususnya
tentang bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya pada jajanan anak sekolah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 22 September 2011

Penulis
7

ABSTRAK

Ira Rahmanita. Pendidikan Dokter. Hubungan Pengetahuan Sikap Dan


Perilaku Ibu di Kelurahan Beringin Kota Jambi Mengenai Jajanan Anak SD
Yang Mengandung Pengawet Terlarang dan Pewarna Berbahaya. 2011

Jajanan yang mengandung bahan pengawet terlarang dan bahan pewarna


berbahaya akan memberikan efek negative terhadap kesehatan orang yang
mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan
hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu di Kelurahan Beringin Kota Jambi
mengenai jajanan anak sekolah dasar yang mengandung bahan pengawet terlarang
dan pewarna berbahaya. Metode penelitian bersifat studi potong lintang.
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 105 responden.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Dari hasil penelitan
didapatkan sebanyak 55 (52,4%) reponden memiliki pengetahuan yang kurang, 68
(64,8%) responden memiliki sikap yang sedang, dan 69 (65,7%) responden dan
memiliki perilaku yang sedang. Tidak terdapat hubungan bermakna antara
pengetahuan dan sikap, p=0,07 dan tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap
dan perilaku p=0,592

Kata kunci: pengawet terlarang dan pewarna berbahaya, pengetahuan sikap perilaku

ABSTRACT

Ira Rahmanita. Doctor of Education Studies Program. Relationship knowledge,


attitude, and behavior from mothers at Beringin village Jambi about primary
school’s street food which contain prohibit preservative and danger colouring.
2011

Street food which contain prohibited preservative and danger colouring will give
negative impact to consumer’s healthy. This research aims to description and related
of knowledge, attitude and behavior from mothers at Beringin village Jambi about
primary school’s street food which contain prohibit preservative and danger
colouring. The methodology of research was cross sectional study. The data was
collected with distribution questionnaire to 105 respondent. The data was analyzed
using chi-square test. The research result was 55 (52,4%) respondent had low
knowledge, 68 (64,8%) had medium attitude, 69 (65,7%) had medium behavior.
There is no relationship between knowledge and attitude, p=0,07 and there is no
relationship between attitude and behavior, p=0,592

Key word : prohibit preservative and danger colouring, knowledge, attitude,


behavior
8

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ………………………………………………….……………….. vii
ABSTRACT …………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1. Jajanan…………............................................................................. 4
2.2. Bahan Tambahan Pangan................................................................. 5
2.3. Batas Penggunaan Harian / Acceptable Daily Intake(ADI)............. 6
2.4. Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan............... 8
2.5. Bahan Tambahan Terlarang Dan Berbahaya.……………………... 8
2.6. Pengetahuan...................................................................................... 19
2.7. Sikap ................................................................................................ 21
2.8. Perilaku............................................................................................. 23
2.12. Kerangka Konsep ……………………………………………….. 26
2.13. Definisi Operasional …………………………………………….. 27
29
9

BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................


3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 29
3.3. Populasi dan Sampel ....................................................................... 29
3.4. Cara Kerja Penelitian....................................................................... 31
3.5. Managemen data.............................................................................. 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 34
4.1. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 33
4.2. Karakteristik Responden…………………………………………. 35
4.3. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan 36
4.4. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Sikap……………..... 45
4.5. Distribusi Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku……………. 46
4.6. Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap ......................................... 47
4.7 Hubungan Sikap Terhadap perilaku.................................................. 48
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 51
5.1. Simpulan ......................................................................................... 51
5.2. Saran ............................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52
LAMPIRAN .................................................................................................... 53
10

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.9. Definisi operasional ......................................................................... 27
4.2.1 Karakteristik Responden berdasarkan tingkat pendidikan............... 35
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaaan.............. 35
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia........................ 35
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jumlah Anak.......... 35
4.3.1. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Tujuan Pemberian Bahan Pengawet Pada makanan………………. 36
4.3.2. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Tujuan Pemberian Pewarna Pada makanan...................................... 36
4.3.3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Jenis Pengawet Yang Biasanya Digunakan Pada Jajanan………… 37
4.3.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Jenis Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pengawet.................... 37
4.3.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap
Ciri-ciri Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pengawet………... 38
4.3.6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Pengaruh Jajanan Yang Menggunakan Pengawet Terhadap
Kesehatan………………………………………………………….. 38
4.3.7. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Jenis Pewarna Yang Biasanya Digunakan Pada Jajanan...................... 39
4.3.8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Jenis Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pewarna.......................... 39
4.3.9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Ciri-ciri Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pewarna…………. 40
4.3.10 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pengaruh
.. Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pewarna Terhadap 40
11

Kesehatan………………………………………………………….
4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap………………………….. 41
4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku……………………….. 42
4.6.1. Univariat Pengetahuan Responden……………………………….. 43
4.6.2. Univariat Sikap Responden……………………………………….. 45
4.6.3. Univariat Perilaku Responden…………………………………….. 46
4.7.1. Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap………………………….. 48
4.7.2. Hubungan Sikap Terhadap Perilaku………………………………. 50

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Informed consent .............................................................................. 54
2. Kuesioner ......................................................................................... 55
3. Uji validitas………………………………………………………... 64
. 4. Data hasil penelitian menggunakan uji chi square (SPSS 16.0) …... 67
5. Riwayat penulis ................................................................................ 72
12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keunggulan jajanan adalah murah, mudah didapat serta cita rasanya enak.
Namun jajanan juga berisiko terhadap kesehatan karena dalam proses pengolahannya
sering kali ditambahkan pewarna seperti rhodamin B, methanil yellow dan pengawet
makanan seperti formalin dan boraks.1
Penggunaan rhodamin B dan methanil yellow, pengawet formalin dan boraks
dilarang karena bersifat karsinogenik kuat yang dapat menyebabkan kanker hati,
kandung kemih, dan saluran cerna.2
Dari hasil analisis sampel jajanan Badan Pengawas Obat dan Makanan antara
Februari 2001 hingga Mei 2003, didapatkan bahwa dari 315 sampel, 155 (49%)
mengandung rhodamin B, dari 1222 sampel, 129 (11%) mengandung boraks dan dari
242 sampel, 80 (33%) mengandung formalin. Pangan yang mengandung rhodamin B
di antaranya kerupuk, makanan ringan, kembang gula, sirup, biskuit, minuman
ringan, cendol, dan manisan. Pangan yang mengandung formalin adalah mie ayam,
bakso, dan tahu. Sedangkan pangan yang menggunakan boraks adalah bakso, siomay,
lontong, dan lemper.3
Pada tahun 2006 BPOM melakukan penelitian pada jajanan anak sekolah di
478 sekolah dasar di 26 ibukota propinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel
sebanyak 2903 sampel. Pengambilan sampel dilakukan terhadap beberapa jenis
jajanan, yaitu sirup, jeli, agar-agar, es mambo, lolipop, mie siap konsumsi, bakso, dan
kudapan (bakwan, tahu isi, dsb). Dari penelitian ini sebanyak 6 % mie menggunakan
formalin, dan kurang dari 8 % bakso menggunakan boraks.1
Penelitian lain dilakukan oleh Intan Purnama Sari di TK AL-UMMI Desa
Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2010,
13

mengenai pengetahuan, sikap serta perilaku ibu tentang makanan jajanan yang
mengandung pemanis buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 75 %
responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, sebanyak 60 % responden memiliki
sikap sedang dan sebanyak 75 % responden memiliki perilaku sedang.4
Selain itu Rina Nuzulia pada tahun 2007 juga melakukan penelitian mengenai
persepsi orang tua mengenai keamanan pangan jajanan anak sekolah dasar. Dari
penelitian tersebut dihasilkan bahwa sebanyak 94,97% orang tua menganggap jajanan
anak sekolah dasar mengandung bahan kimia berbahaya.5
Di Kelurahan Beringin Kota Jambi terdapat tiga Sekolah Dasar Negeri yang
saling berdekatan dan berada diantara pemukiman penduduk. Anak-anak yang tinggal
di sana sebagian besar bersekolah di salah satu SD Negeri tersebut. Di setiap sekolah
banyak pedagang yang menjual berbagai macam jajanan.
Siswa sekolah selalu ingin mencoba jajanan yang dijajakan namun mereka
tidak pernah memperhatikan kandungan jajanan yang mereka makan. Hal ini harus
menjadi perhatian banyak pihak antara lain pemerintah, sekolah dan orang tua.
Kurangnya perhatian dan pengawasan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan dan
gangguan kesehatan. Peran orang tua terutama ibu sangatlah penting karena ibu dapat
menjadi informan bagi anak-anaknya. Dalam hal ini ibu harus dapat menyampaikan
informasi mengenai jajanan yang mengandung bahan tambahan berbahaya dan
pengaruhnya terhadap kesehatan serta ibu juga harus bisa mengarahkan anak-anak
untuk dapat memilih dan mengkonsumsi jajanan sehat. Alasan inilah yang melatar
belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran dan hubungan
pengetahuan, sikap serta perilaku ibu mengenai jajanan anak SD yang mengandung
bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya di Kelurahan Beringin kota Jambi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan penelitian tentang
bagaimana hubungan pengetahuan, sikap serta perilaku ibu di Kelurahan Beringin
kota Jambi mengenai jajanan anak SD yang mengandung bahan tambahan pengawet
terlarang dan pewarna berbahaya.
14

1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap serta perilaku. Jika perilaku
didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng.

1.4 Tujuan Penelitian


 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap serta perilaku ibu
terhadap jajanan anak SD yang mengandung bahan pengawet terlarang
dan pewarna berbahaya
 Tujuan Khusus
o Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap
jajanan anak SD yang mengandung bahan pengawet terlarang dan
pewarna berbahaya
o Mengetahui hubungan sikap dengan perilaku ibu terhadap jajanan
anak SD yang mengandung bahan pengawet terlarang dan pewarna
berbahaya

1.5 Manfaat Penelitian


 Reponden
Memberikan informasi dan edukasi kepada ibu tentang jajanan
anak SD mengandung bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya
 Peneliti
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti
 Pemerintah
Dapat menjadi bahan evaluasi sehingga pemerintah dapat
memberikan perhatian dan sosialisasi kepada masyarakat
15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 JAJANAN

Jajanan didefinisikan sebagai makanan yang siap untuk dimakan, sudah


terlebih dahulu dimasak di tempat penjualan dan dijual dipinggir jalan atau lokasi
ramai atau tempat umum. Jajanan bisa berupa minuman, makanan kecil atau makanan
lengkap. Sifat dan jenis jajanan sangat beraneka ragam, mulai dari jajanan tradisional
sampai dengan jajananan yang lebih modern. Jajanan umumnya digemari oleh semua
lapisan masyarakat termasuk anak-anak usia sekolah dan telah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan.6
Menurut Food and Agriculture Organization jajanan atau yang dikenal
dengan street food didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan
atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum
lain yang dapat langsung dimakan atau dikonsumsi. Meningkatnya jajanan di banyak
Negara termasuk Indonesia adalah akibat peningkatan angka pengangguran,
urbanisasi, dan turisme.7
Konsumsi jajanan diperkirakan akan terus meningkat, mengingat makin
terbatasnya anggota keluarga untuk mengolah makanan. Keunggulan jajanan adalah
murah, mudah di dapat serta cita rasanya enak. Selain itu aspek positif lain dari
jajanan adalah dapat menyumbang asupan energi bagi anak usia sekolah sampai 36%,
protein 29% dan zat besi 52%, namun jajanan memiliki aspek negatif terhadap
kesehatan akibat dari penggunaan bahan tambahan terlarang dan berbahaya.1
16

2.2 BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Bahan tambahan
pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya lebih baik.
Bahan tambahan pangan pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah diteliti
dan diuji lama sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Pemerintah sendiri telah
mengeluarkan berbagai aturan yang diperlukan untuk mengatur pemakaian bahan
tambahan pangan secara optimal.2
Menurut peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu
dan gizi pangan pada bab I pasal 1 bahan tambahan pangan adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan atau
produk makanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa,
tekstur makanan, memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan utama.1
Pemakaian bahan tambahan pangan di Indonesia diatur oleh Departemen
Kesehatan. Sementara pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan (DIRJEN POM). Di Amerika, keduanya dilakukan oleh Food and
Drug Administration. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah
bahan pewarna, penyedap rasa, aroma, pengemulsi, pemantap, pengental, pengawet,
anti oksidan, anti gumpal dan pemucat.1
Dalam kehidupan sehari-hari bahan tambahan pangan sudah digunakan secara
umum oleh masyarakat, termasuk dalam pembuatan makanan jajanan. Pada
praktiknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan
pangan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh
digunakan dalam makanan. Hal ini terutama karena ketidaktahuan produsen pangan,
baik mengenai sifat-sifat dan keamanan bahan tambah pangan. Pengaruh bahan
tambahan pangan terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau
17

dilihat, maka produsen sering kali tidak menyadari bahaya penggunaan bahan tambah
an pangan yang tidak diizinkan.2
Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan bahan tambahan
pangan yang sering dilakukan produsen pangan yaitu menggunakan bahan tambahan
yang dilarang dan penggunaannya melebihi dosis yang diizinkan untuk makanan.
Penggunaan bahan tambahan yang beracun yang melebihi batas akan membahayakan
kesehatan masyarakat dan berbahaya bagi pertumbuhan generasi yang akan datang.2
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk mengawetkan
makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah
terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk makanan
menjadi lebih baik, renyah, lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma yang
lebih menarik sehingga mengundang selera, meningkatkan kualitas pangan, dan
menghemat biaya.2
Fungsi bahan tambahan pangan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 235/MEN.KES/PER/VI/1979, yaitu sebagai (1)
antioksidan, (2) antikempal, (3) pengasam, penetral, dan pendapar, (4) enzim, (5)
pemanis buatan , (6) pemutih dan pematang, (7) penambah gizi (8) pengawet (9)
pengemulsi, pemantap dan pengental, (10) pengeras, (11) pewarna alami dan sintetik,
(12) penyedap rasa dan aroma, (13) sekusetran, serta bahan tambahan lain.8

2.3 BATAS PENGGUNAAN HARIAN / ACCEPTABLE DAILY INTAKE (ADI)

Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebihan pada umumnya akan
bersifat racun (toksik) bagi hewan dan manusia. Oleh karena itu perlu ditetapkan
batas penggunaan harian bahan tambahan kimiawi untuk perlindungan kesehatan
konsumen. Acceptable Daily Intake (ADI) adalah suatu batasan berapa banyak
konsumsi bahan tambahan makanan yang dapat diterima dan dicerna setiap hari tanpa
mengalami resiko kesehatan.9
ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar
digunakan berat badan 60 kg, yang menyatakan berat rata-rata populasi penduduk.
18

Tetapi di Indonesia dan Negara berkembang lainnya digunakan berat badan standar
sebesar 50 kg.9
ADI dinyatakan dalam satuan mg bahan tambahan pangan per kg berat badan.
Nilai ADI diperoleh dari data-data toksikologi pada hewan percobaan yaitu dari dosis
tanpa efek diesktrapolasikan kepada manusia dengan menggunakan suatu faktor
keamanan (safety factor). Safety factor biasanya 100, sehingga ADI adalah dosis
tanpa efek dibagi 100.9
Selain ADI, untuk menghitung batasan penggunaan harian dapat
menggunakan TMDI (Teoritical Maximum Daily Intake) dan EDI (Estimate Daily
Intake). Konsumsi maksimum sehari-hari secara teori (TMDI) dihitung dengan
mengalikan rata-rata per kapita makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk setiap
bahan makanan yang atau kelompok makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk
setiap bahan makanan atau kelompok makanan dengan konsentrasi maksimum
pemakaian yang diizinkan dari bahan makanan atau kelompok makanan dengan
konsentrasi maksimum pemakaian yang diizinkan dari bahan tambahan berdasarkan
standar codex atau oleh peraturan nasional.9
TMDI hanya memberikan gambaran kasar tentang konsumsi diet dari bahan
tambahan makanan karena TMDI tidak mempertimbangkan kebiasaan makanan dari
kelompok-kelompok khusus. Sedangkan perkiraan konsumsi per hari (EDI) dari
bahan tambahan makanan adalah sejumlah bahan tambahan yang dicerna oleh rata-
rata kosumen yang berdasarkan penggunaan sebenarnya dari bahan tambahan di
industri-industri, batas maksimum yang ditentukan oleh Good Manufacturing
Practice (GMP) atau perkiraan yang sedekat mungkin bahan tambahan yang
dikonsumsi oleh manusia atau konsumen.9
19

2.4 BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Batas maksimum penggunaan yang aman dari bahan tambahan dapat dihitung
berdasarkan nilai ADI, jumlah makanan harian yang dikonsumsi yang mengandung
bahan tambahan makanan, dan berat badan rata-rata dari konsumen dewasa dalam
kilogram.9
Dalam penggunaan maksimum yang umum dipakai berat badan rata-rata orang
dewasa yaitu 60 kg.
Rumus yang dipakai adalah :
BMP = ADI x B x 1000 (mg/kg)
K
Keterangan : B = berat badan (kg)
K = konsumsi makanan (g)
Batas maksimum penggunaan adalah batas penggunaan maksimum yang
umum untuk orang dewasa. Anak-anak lebih peka atau mempunyai daya tahan yang
lebih rendah terhadap bahan tambahan pangan dibandingkan orang dewasa.
Berdasarkan kebutuhan kalori per kilogram berat badan untuk orang dewasa yaitu
sekitar 40 kalori sedangkan untuk anak-anak, sekitar 100 kalori, maka untuk anak-
anak faktor keamanan yang perlu digunakan adalah 2,5, artinya dalam perhitungan
batas maksimum penggunaan berat badan rata-rata orang dewasa perlu dikalikan
dengan 2,5 untuk mendapatkan batas maksimum penggunaan untuk anak-anak.9

2.5 BAHAN TAMBAHAN TERLARANG DAN BERBAHAYA

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No 722/Menkes/Per/IX/88 telah


menetapkan 26 bahan tambahan pangan kategori pengawet yang aman dikonsumsi.
Pada lampiran II peraturan tersebut juga ditetapkan bahan tambahan pangan yang
dilarang digunakan, dan beberapa pengawet seperti boraks dan formalin. Selain itu
terdapat beberapa bahan tambahan pangan lain yang dilarang digunakan seperti asam
20

salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, dan


nitrofurazon.2
Menurut permenkes RI No 239/Menkes/Per/V/85, zat warna berbahaya pada
pangan adalah auramin, alkanet, butter yellow, black 7984, burn umber,
chrysoidine,scarlet GN, ponceau 3R, Rhodamin B, methanol yellow, oil orange SS,
citrus red, chocolate brown FB.2

2.5.1 FORMALIN

Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin,


formol atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O mengandung kira-kira 37%
gas formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10-15% metanol untuk
menghindari polimerisasi.10
Formaldehid (formalin oxymethylene) terdapat dalam bentuk gas CH2O dalam
bentuk larutan yang digunakan sebagai antiseptic, untuk menghilangkan bau,
desinfektan untuk rumah, perahu, gudang, dan kain, biasanya digunakan sebagai
antiseptic untuk membunuh bakteri dan kapang, untuk mensterilkan peralatan
kedokteran, atau untuk mengawetkan mayat dan specimen biologi lainnya.10
Formaldehid banyak digunakan dalam industri tekstil untuk mencegah bahan
menjadi kusut dan meningkatkan ketahanan bahan tenunan. Dalam bidang farmasi
formalin digunakan sebagai pendetoksifikasi toksin dalam vaksin, dan juga untuk
obat penyakit kutil karena kemampuannya merusak protein.10
Formalin juga sering dipakai sebagai pengawet mayat, kemasan formalin
diberi label dengan tanda gambar tengkorak, karena formalin berbahaya terhadap
tubuh maka formalin dilarang digunakan di dalam produk pangan, namun
kenyataanya masih banyak produsen yang menggunakan formalin untuk
memperbaiki tekstur dan membuat makanan tahan lama. Formalin banyak digunakan
pada produk tahu, mie ayam, mi goreng, segala jenis mi basah maupun bakso,
makanan ringan seperti kerupuk juga sering ditambahkan formalin.2
21

Dampak Terhadap Kesehatan

Berdasarkan sumbernya formaldehid untuk pengawet berasal dari hasil


sintesis secara kimia. Formadehid merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau
hampir tidak berwarna dengan bau yang menusuk. Uap formaldehid bereaksi cepat
dengan selaput lendir hidung, tenggorokan, saluran cerna dan dapat menyebabkan
iritasi mata. Formaldehid dapat masuk kedalam tubuh melalui inhalasi uap, kontak
langsung dengan larutan yang mengandung formaldehid atau melalui makanan yang
mengandung formaldehid.10
Konsentrasi 0,5 sampai 1 bpj di udara dapat dideteksi dari baunya.
Konsentrasi 2 sampai 3 bpj dapat menyebabkan iritasi ringan. Sedangkan pada
konsentrasi 4 sampai 5 bpj pada umumnya tidak dapat ditoleransi oleh manusia.
Komposisi dan bentuk formaldehid mengandung 35-40% .10
Sedangkan efek farmakologi atau efek kesehatan formaldehid adalah sebagai
berikut, berdasarkan hasil uji karsinogenik dan tumor formaldehid terhadap sejumlah
tikus yang dipapari formaldehid pada konsentrasi 6-15 bpj menunjukan 1,5-43,2%
mengalami kanker, sedangkan uji terhadap mencit yang dipapari formaldehid pada
konsetrasi 15 bpj, 2,4% mencit mengalami tumor.10
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia,
jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi di dalam sel, menekan fungsi
sel dan menyebabkan kematian sel. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam
tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat
mutagen, serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah,
kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan kegagalan peredaran darah.
Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang
tajam menyesakan sehingga merangsang hidung, tenggorokan dan mata.10
Departemen kesehatan RI berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/88 mendefinisikan bahan tambahan pangan seperti yang
disusun oleh komisi Codex Alimentarius, formalin bersama boraks termasuk dalam
daftar bahan tambahan kimia yang dilarang digunakan.8
22

Pemaparan formaldehid terhadap kulit menyebabkan kulit mengeras,


menimbulkan kontak dermatitis dan reaksi sensitivitas, sedangkan pada sistem
reproduksi wanita akan menimbulkan gangguan menstruasi, toksikemia, anemia pada
kehamilan, peningkatan aborsi spontan, dan penurunan berat badan bayi yang baru
lahir. Uap dari larutan formaldehid menyebabkan iritasi membran mukosa hidung,
mata, dan tenggorokan apabila terhisap dalam bentuk gas pada kosentrasi 0,03-4 bpj
selama 35 menit. Dapat terjadi iritasi pernfasan parah seperti batuk, disfagia, spasmus
laring, bronchitis, pneumonia, udem pulmonary, dapat pula terjadi tumor hidung pada
mencit.10
Formalin dapat bereaksi dengan cepat pada lapisan lendir saluran pencernaan
dan pernapasan. Didalam tubuh bahan ini secara cepat teroksidasi membentuk asam
formiat terutama dihati dan sel darah merah. Formalin mungkin juga menyebabkan
degenerasi saraf optic, karena terbentuknya asam format dalam jumlah banyak dan
asidosis inilah yang menyebabkan timbulnya gejala umum dan dapat menimbulkan
kematian. Formadehid dapat diserap melalui semua jalan saluran lambung atau usus ,
paru-paru, dioksidasi menjadi asam fornik dan sebagian kecil menjadi metal format.11
Formalin termasuk kedalam karsinogenik golongan IIA. Golongan I adalah
sudah pasti menyebabkan kanker berdasarkan uji lengkap . sedangkan golongan IIA
baru taraf diduga, karena data hasil uji pada manusia kurang lengkap. Memang orang
yang mengkonsumsi tahu, mie bakso atau ayam berformalin beberapa kali saja belum
merasakan akibanya. Efek dari bahan makanan yang mengandung formalin baru
terasa beberapa tahun kemudian. Kandungan formalin yang tinggi akan meracuni
tubuh, menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinigenik dan bersifat
mutagen. Formaldehid telah dibuktikan bersifat mutagen dibeberapa system invitro
dan telah diklasifikasikan sebagai mutagen yang lemah. Dalam jumlah sedikit
formalin sulit dideteksi keberadaannya dalam darah karena formalin akan larut dalam
air serta akan dibuang keluar bersama cairan tubuh.10
Penelitian yang dilakukan oleh F. A Malek, K-U. Moritz, J. Fanghanel yang
terdapat didalam jurnal of experimental animal science yang berjudul A study on
spesifik behavioral effects of formaldehyde in the rat, hasil penelitian, menunjukan
23

bahwa pencemaran melalui inhalasi mempengaruhi squamous cell carcinoma rongga


hidung pada tikus. Dari empat studi terhadap pemberian air minum yang
mengandung formaldehid pada tikus menunjukan hasil yang bermacam-macam.
Pertama menunjukan timbulnya peningkatan forestomach papillomas pada tikus
jantan. Kedua menunjukan timbulnya gastrointestinal leiomyosarcomas pada tikus
jantan dan betina. Ketiga menunjukan peningkatan timbulnya total tumor menular,
limpoma dan leukemia. Keempat Formaldehid juga menujukan efek karsinogenik
melalui inhalasi dan proses pencernaan.11
Efek formalin melalui inhalasi terhadap tikus juga menyebabkan timbulnya
carcinoma pada rongga hidung karena iritasi pada epitel hidung dan formalin juga
menyebabkan carcinoma pada lambung tikus karena adanya irtitasi pada mukosa
lambung.12,13
Efek samping formalin tidak secara langsung akan telihat. Efek ini hanya
terlihat secara komulatif, kecuali jika seseorang mengalami keracunan formalin dosis
tinggi. Keracunan formalin bisa mengakibatkan iritasi lambung dan alergi. Formalin
juga bersifat karsinogen dan mutagen. Dalam kadar tinggi formalin bisa
menyebabkan kegagalan peredaran darah.1
Efek akut penggunaan formalin adalah tenggorokan dan perut terasa terbakar,
tengggorokan terasa sakit untuk menelan, mual, muntah dan diare, sakit kepala,
hipotensi, kerusakan hati, jantung, otak dan limpa, pamnkreas dan system saraf pusat
dan ginjal. Sementara efek kronis akibat penggunaan formalin adalah iritasi pada
saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada
tenggorokan.1

Ciri-Ciri Makanan Yang Mengandung Formalin

Beberapa makanan seperti tahu yang berformalin akan memperlihatkan ciri-


ciri membal atau terasa kenyal serta tahan berhari-hari, tidak rusak sampai tiga hari
pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari
es ( 10 derajat Celsius), dan bau agak menyengat. Tanda lainnya, tahu tidak
24

dihinggapi lalat dan karena formalin berfungsi sebagai pembasmi lalat. Sedangkan
tahu tanpa formalin biasanya mudah hancur dan tidak akan bertahan hanya dalam
dua hari.2
Ciri-ciri makanan seperti mie basah yang mengandung formalin adalah tidak
rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari
15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius), bau agak menyengat, bau formalin
tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Ciri-ciri bakso yang
mengandung formalin tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat
Celsius), teksturnya sangat kenyal.1

2.5.2 BORAKS

Asam boraks merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan


digunakan sebagai campuran bahan makanan.2
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal dengan nama
borax, mengandung 99,0% dan 100,5 % H3BO3, mempunyai bobot. Boraks adalah
senyawa berbentuk Kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan
normal. Dalam air, boraks dan berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat.10
Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas, enamel,
sebagai pengawet kayu dan pembasmi kecoa. Namun zat ini juga sering disalah
gunakan sebagai campuran untuk pembuatan bakso, kerupuk, mi basah, pisang
molen, lemper, buras, siomay, lontong dan pangsit. Boraks biasanya digunakan dalam
borat sebagai bahan pengawet khususnya dalam pembuatan bakso, kerupuk, pempek,
pisang, molen, pangsit, tahu dan bakmi.1

Dampak Terhadap Kesehatan

Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ tubuh
tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi
tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh
25

dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis fatal boraks antara 0,1-0,5 g/kg berat
badan. Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorbsi dalam waktu lama. Akibat
yang timbul diantaranya anoreksi, berat badan turun, muntah, diare, ruam kulit,
alpopsia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi terus menerus
dapat mengganggu gerak pencernaan usus, kelainan saraf, depresi, kekacauan mental,
rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dan kulit karena boraks cepat diabsorbsi
oleh saluran pernafasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa.1
Boraks biasanya bersifat racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan
saraf pusat, ginjal dan hati. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi. Dan jika tertelan
akan menimbulkan kerusakan pada usus, otak dan ginjal. Kalau digunakan berulang
secara komulatif akan tertimbun dalam otak, hati dan jaringan lemak. Asam boraks
ini akan menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala mual, muntah, diare,
iritasi kulit, dan gangguan sirkulasi darah.2
Daya toksisitas boraks adalah LD-50 akut 4,5-4,98 g/kg berat badan (tikus),
pemakaian yang berlebihan dan berulang dapat menyebabkan toksik atau keracunan.
Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada
anak dosis 5-6 gram.10

Ciri Makanan Mengandung Boraks

Sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu makanan


mengandung boraks. Hanya lewat uji laboratorium, semua bisa jelas. Namun,
penampakan luar memang bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan
pegangan untuk menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak. Bakso yang
mengandung boraks lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks, bila digigit akan
kembali ke bentuk semula, tahan lama atau awet beberapa hari, warnanya tampak
lebih putih.2
26

Penggunaan Bahan Pengawet Berbahaya

Pada Oktober 2004 BPOM Provinsi Bengkulu melakukan uji sampel


sebanyak 75 sampel jajanan anak sekolah tingkat SD, SMP dan pasar panorama, dari
hasil uji sampel tersebut ditemukan jajanan dan makanan mengandung boraks dan
formalin. Di Lampung tim reserse Ekonomi Polda Lampung membongkar jaringan
peredaran mi dan bakso berformalin dan menyita lima ton mie dan 3,4 kuintal bakso
yang mengandung formalin.2
Boraks dan formalin sering kali digunakan sebagai pengawet untuk mie,
bakso, tahu, saos tomat, ikan segar, ikan asin, dan ayam potong. Dari hasil uji
sampling yang dilakukan pada beberapa daerah pada tahun 2005-2006, terlihat bahwa
penggunaan bahan pengawet boraks dan formalin telah mencapai 60-70%.1
Pada tahun 2006 BPOM melakukan pengawasan dan pemeriksaan makanan
jajanan seperti mie basah, tahu, dan ikan pada beberapa daerah di Indonesia (Bandar
Lampung, Jakarta, Bandung, semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makasar, dan
Mataram), dari jumlah sampel mie basah sebanyak 213 ditemukan sebanyak 137
(64,32%) sampel yang tidak memenuhi syarat dan hanya 76 sampel yang memenuhi
syarat, dari jumlah sampel tahu sebanyak 290 ditemukan sebanyak 193 sampel
memenuhi syarat dan sebanyak 97 (33,45%) sampel tidak memenuhi syarat, dari
jumlah sampel ikan sebanyak 258 ditemukan sampel sebanyak 258 ditemukan
sebanyak 190 sampel memenuhi syarat dan 68 (26,36%) sampel tidak memenuhi
syarat.1

2.5.3 RHODAMIN B

Rhodamin B mempunyai banyak sinonim, antara lain D dan C Red no. 19,
food red 15, dan ADC Rhodamin B. Bentuknya berupa serbuk kristal, biasanya
berwarna hijau atau ungu kemerahan. Rhodamin tidak berbau serta mudah larut
dalam larutan berwarna merah terang berfluoresen. Rhodamin biasa digunakan dalam
industri tekstil, sebagai pewarna pakaian sehingga dihasilkan warna-warna yang
27

menarik. Rhodamin juga digunakan di pabrik kertas untuk mewarnai kertas. Selain
itu rhodamin juga digunakan sebagai pewarna makanan pada industri rumah tangga
dan industri kecil.2
Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan
melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Rhodamin B
sering digunakan pada produk seperti sirup, limun, es mambo, bakpao, es cendol, es
kelapa, beberapa kue basah serta makanan kipang, kerupuk dan saus sambal.8
Berdasarkan analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofotometri,
didapatkan bahwa sifat racun Rhodamine B tidak hanya disebabkan oleh senyawa
organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B
itu sendiri. Bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain
seperti timbal dan arsen, dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur
tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.9
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B
bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin
membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang
menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl
yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada
dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.10
Menurut penelitian BPOM pada tahun 2003 dari 103 sampel Mie (Basah)
ditemukan 50 (49%) sampel yang memenuhi syarat dan 53 (51%) sampel yang tidak
memenuhi syarat. Dari 103 sampel Tahu, ditemukan 94 (78%) sampel yang
memenuhi syarat, dan sebanyak 9 sampel yang tidak memenuhi syarat.6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Labora Panjaitan tentang
pemeriksaan dan penetapan kadar boraks dalam bakso di Kota madya Medan
menunjukkan bahwa 80% dari sampel yang diperiksa ternyata mengandung boraks
(delapan sampel dari sepuluh sampel) dan kadar boraks yang di dapat dalam bakso
antara 0,08% - 0,29%.2
28

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asterina pada tahun 2006 tentang
identifikasi kadar boraks pada mie basah di kota padang didapatkan hasil penelitian
bahwa dari 10 sampel.ditemukan 5 sampel mengandung boraks, kadar yang paling
rendah didapatkan yaitu 334.805 ppm, sedang kadar yang tinggi yaitu sebesar 557.
14 ppm.10

2.5.4 METHANIL YELLOW

Methanil yellow juga merupakan salah satu zat pewarna yang tidak diizinkan
untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Methanil yellow digunakan sebagai
pewarna untuk produk-produk tekstil, cat, kayu, dan cat lukis. Methanil juga biasa
dijadikan indikator reaksi netralisasi asam basa.3
Zat pewarna sintesis ini berbentuk serbuk bewarna kuning kecoklatan. Zat
berbahaya ini juga masih dapat ditemukan pada beberapa jenis makanan di sejumlah
pasar, misalnya pada mie. Penambahan pada methanil yellow akan membuat mi basah
berwarna kuning cerah. Beberapa jajanan anak-anak disekolah seperti manisan buah
mangga dan kedondong juga memakai methanil yellow. Juga ditemukan pada bahan
makanan kue basah, kerupuk, macam-macam jelly dan agar-agar. Pewarna ini
termasuk kelompok azo dan dicurigai kuat mempunyai dampak buruk pada jaringan
hati, kandung kemih, saluran pencernaan.2

Dampak Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan

Pemakaian bahan pewarna pada pangan sintesis dalam pangan walaupun


mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat
suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan ternyata pewarna juga
berbahaya terhadap kesehatan. Bahaya tersebut terjadi bila pewarna sintesis ini
dimakan dalam jumlah kecil, namun berulang, perwarna sintesis ini dimakan dalam
jangka waktu lama, kelompok masyarakat luas dengan daya tahan tubuh yang
29

berbeda-beda yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan
sehari-hari dan keadaan fisik.10
Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan
iritasi kulit dan kemerahan bila terkena kulit, hampir mirip dengan sifat dari Klorin
yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain
senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah
senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam
struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen
adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian
senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai
kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita
sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.10
Dr. kinosita telah melihat adanya efek karsinogenik, salah satu percobaannya
adalah dengan cara memberi makan tikus dengan makanan yang mengandung zat
warna, untuk dosis 3mg/hari pada tikus-tikus, sebagian mati sebelum 30 hari. Sisanya
yang mampu bertahan sampai hari ke 150, telah terkena bermacam-macam tumor
hati, dengan dosis 1 mg tikus mengalami tumor hati.10
Zat warna diabsorbsi dari dalam saluran pencernaan makanan dan sebagian
dapat mengalami metabolism oleh mikroorganisme dalam usus. Dari saluran
pencernaan dibawa langsung ke hati, melalui vena portal atau melalui system limfatik
ke vena kava superior. Di dalam hati, senyawa ini dimetabolisme dan atau
dikonjugasikan, lalu ditransportasikan ke ginjal untuk diekskresikan bersama urin.10

Ciri Makanan Yang Mengandung Pewarna

Jajanan yang menggunakan rhodamin warnanya merah mencolok sendangkan


yang menggunakan methanil yellow warnanya kuning mencolok. Ciri-ciri lainnya
adalah warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik., ada
sedikit rasa pahit, muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya, bau
normal, rasa tawar.2
30

2.6 PENGETAHUAN

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encylopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Dalam kamus
filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui
manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang
mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sedemikian
aktif sehingga subjek itu menyusun objek pada dirinya sendiri dalam kesatuan yang
aktif.14,15,16,17
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 14,15,16,17
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mepunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan
sebagainya. 14,15,16,17
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 14,15,16,17
31

3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, aplikasi ini
diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 14,15,16,17

4. Analisis (Analisys)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan
untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 14,15,16,17
5. Sintesa (Syntesis)
Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi
yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada. 14,15,16,17
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifkasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui dapat kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan
diatas. 14,15,16,17
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
32

penelitian dari subjek penelitian atau resonden. Kedalaman pengetahuan yang


ingin kita ketahui atau kita ukur dengan tingkatan-tingkatan diatas. 14,15,16,17

2.7 SIKAP

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak
senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik.17
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. 14,15,16,17
Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut:
”An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency with
regard to social object”
“ A mental and neural state and neural of rediness, organized through
expertence, exerting a directive or dynamic influenceup on the individuals responseto
all objects and situation with which it is related
Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which
in interaction with situation and other dispositional variables, guide and direct the
overt behavior of the individual. 14,15,16,17
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetpai hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 14,15,16,17
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
33

terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan


tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek. 14,15,16,17
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
yakni :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan. terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,
misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk
menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang
ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua
atau orang tuanya sendiri.

Cara Pengukuran Sikap


Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu
mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau
mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat
34

mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan
pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal
negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra
terhadap obyek sikap. 14,15,16,17
Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu
skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan
tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang
disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala
memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap. 14,15,16,17
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan
hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner. 14,15,16,17

2.8 PERILAKU

Perilaku sama dengan kelakuan dan juga tingkah laku seseorang dalam
melakukan suatu tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.14
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud
dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun
yang tidak bisa diamati oleh pihak luar. 14,15,16,17
35

Pengukuran perilaku dapat dilakukan tidak langsung yakni dengan wawancara


terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Pengukuran dapat juga dilakukan
secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden,
pegukuran ini yang paling akurat dibandingkan dengan wawancara. 14,15,16,17
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau
Stimulus – Organisme – Respon. 14,15,16,17
Skiner membedakan adanya dua proses yakni :
1. Responden respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan – rangsangan tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing
stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relatif tetap.
Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,
cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya, respon ini juga
mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah
menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya
dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operan respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu.
Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya
atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya
(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi
dalam melaksanakan tugasnya.
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari
stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya
sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – faktor
36

yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku.


Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

 Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat


bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
 Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik,
dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominan
yang mewarnai perilaku seseorang.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi


perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :

 Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti


mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
 Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
 Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
 Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
 Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). 14,15,16,17
37

2.9 KERANGKA TEORI

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :
1. Usia
2. Pendidikan Pengetahuan
3. Status ekonomi
4. Pekerjaan
5. Sumber informasi

Sikap

Perilaku

2.10 KERANGKA KONSEP

1. Pendidikan
Pengetahuan Sikap
2. Pekerjaan

Perilaku
38

2.11 DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Cara Alat Skala Hasil Ukur


Ukur Ukur
1 Pengetahuan hasil Wawancara Kuesioner Ordinal Total skor : 20
“Tahu” 1. Baik : >75% nilai
terhadap maks
suatu objek 2.Sedang : 45-75% nilai
tertentu. maks
3.Kurang : <45%

2. Sikap pandangan Wawancara Kuesioner Ordinal Total skor : 16


atau 1. Baik : >75% nilai
perasaan maks
yang 2.Sedang : 45-75% nilai
disertai maks
kecenderu 3.Kurang : <45%
ngan untuk
bertindak
sesuai
sikap objek
3. Perilaku hasil dari Wawancara Kuesioner Ordinal Total skor : 20
segala 1. Baik : >75% nilai
macam maks
pengalama 2.Sedang : 45-75% nilai
n serta maks
interaksi 3.Kurang : <45%
manusia
dengan
lingkungan
4. Pendidikan Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Rendah :
Pendidikan dasar
berbentuk sekolah
dasar (SD) dan
39

madrasah
ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain
yang sederajat dan
madrasah
ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain
yang sederajat
2. Sedang : sekolah
menengah pertama
(SMP) dan
madrasah
tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain
yang sederajat.
3. Tinggi: Pendidika
tinggi merupakan
jenjang pendidikan
setelah pendidikan
dasar dan
menengah pertama
yang mencakup
sekolah menengah
atas dan program
pendidikan
diploma, sarjana,
magister, spesialis
40

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik komparatif kategorik tidak berpasangan


dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional.)18,19

3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Beringin Kota Jambi
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – September 2011
3.3. Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi
o Populasi target adalah seluruh ibu dari anak usia sekolah dasar
o Populasi terjangkau adalah seluruh ibu dari anak usia sekolah
dasar yang ada di Kelurahan Beringin Kota Jambi
3.3.2. Jumlah sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan
rumus sebagai berikut:

N1 = N2 = ( Zα ඥʹ ܲܳ + Zβ ඥܲͳܳͳ ൅ ܲʹ ܳʹ ) 2
( P1-P2 )

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis 2 arah sehingga Zα = 1,960


Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0, 842
P1-P2 = peneliti menetapkan nilai P1-P2 sebesar 0,2
41

P2 = 0,4 (kepustakaan)
Dengan demikian,
P1 – P2 = 0,2
P1= 0,2 + 0,4 = 0,6
Q2 = 1-P2=0,6
Q1 = 1-P1=0,4
P=(P1+P2)/2 = (0,6+0,4)/2 = 0,5
Q=(Q1+Q2)/2 =(0,4+0,6)/2= 0,5

Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh :

N1 = N2 = ( Zα ඥʹ ܲܳ + Zβ ඥܲͳܳͳ ൅ ܲʹ ܳʹ 2

( P1-P2 )

N1 = N2 = (1,96 ඥʹ ‫Ͳݔ‬ǡͷ‫Ͳݔ‬ǡͷ + 0,842 √Ͳǡ͸‫Ͳݔ‬ǡͶ ൅ ͲǡͶ‫Ͳݔ‬ǡ͸ 2 2

(0,6-0,4)

2
N1 = N2 = (1,96 x (1,96 x 0,70 ) + (0,842 x0,69 )
0,2

2
N1 = N2= ( 1,37 +0,58 )
0,2

N1=N2 = 95
Untuk menjaga kemungkinan adanya drop out (DO), maka jumlah subjek
ditambah sebanyak 10%. Jadi jumlah subjek adalah 95 + 9,5 = 104,5 Dibulatkan
menjadi 105 sampel.18
42

3.3.3. Cara pengambilan sampel


Pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random
sampling, karena secara geografis letak unit berjauhan..18,19

3.3.4. Kriteria sampel


3.3.4.1 Kriteria Inklusi
Ibu dari anak usia sekolah dasar yang ada di Kelurahan
Beringin Kota Jambi yang bersedia menjadi responden dan
mengisi kuesioner dengan lengkap
3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

Ibu dari anak usia sekolah dasar yang ada di Kelurahan


Beringin Kota Jambi yang bersedia menjadi responden tetapi
tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

3.4.Cara Kerja Penelitian

Ibu anak usia sekolah dasar kelurahan Beringin kota Jambi

Informed consent

Ya Tidak

Wawancara
Menggunakan kuesioner

Pengumpulan dan pengolahan data


dengan SPSS for windows
43

 3.4.1 Alat Pengumpulan data

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri


dari tiga jenis kuesioner, yaitu kuesioner untuk mengidentifikasi
pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan, kuesioner untuk
mengidentifikasi sikap yang terdiri dari 8 pertanyaan, dan kuesioner untuk
mengidentifikasi perilaku yang terdiri dari 5 pertanyaan.
Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

o 3.4.1.1 Uji Validitas


Uji validitas berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauh mana ketepatan alat ukur dalam mengukur suatu
data. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dilakukan
dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing
variabel dengan skor totalnya (membandingkan r tabel dengan
r hitung). Dikatakan valid jika r hitung lebih besar daripada r
hasil. r tabel yang digunakan adalah 0,356
Pada penelitian ini telah dilakukan uji validitas pada 29
orang ibu anak SD di Kelurahan Cirendeu Tanggerang Selatan.
Terdapat 4 pertanyaan pengetahuan yang tidak valid, 2
pertanyaan sikap yang tidak valid, dan 1 pertanyaan perilaku
yang tidak valid
o 3.4.1.2 Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisiten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan alat ukur yang sama. Pertanyaan dikatakan reliable bila
r alpha > r tabel. Pada penelitian ini r tabel yang digunakan
adalh 0,356. Hasil uji reliabilitas semua pertanyaan
44

pengetahuan, sikap dan perilaku pada penelian ini valid karena


r hasil (r alpha) lebih besar daripada r tabel.

3.5. Managemen Data


3.5.1. Pengumpulan Data
 Data primer
Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang
dibagikan pada ibu dari anak usia sekolah dasar yang ada di Kelurahan
Beringin Kota Jambi
 Data sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data dari arsip
Kelurahan Beringin Kota Jambi yaitu berupa data kartu keluarga yang ada
di Kelurahan Beringin Kota Jambi

3.5.2. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data


Semua data dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan dan
kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS for window.
Langkah awal dimulai dengan editing, coding, data entry, dan dilanjutkan
dengan tabulasi. Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan
hubungan tiap variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen dan
independen, akan digunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi
square. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
45

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar
Kelurahan Beringin Kota Jambi pada bulan Januari – September 2011. Besar sampel
yang dikumpulkan sebanyak 105 responden dan dipilih secara acak menggunakan
cluster random sampling.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara
pengetahuan terhadap sikap dan sikap terhadap perilaku. Penelitian sejenis ini belum
pernah dilakukan sebelumnya di Kelurahan Beringin Kota Jambi.
Di Kelurahan Beringin Kota Jambi terdapat tiga Sekolah Dasar Negeri yang
saling berdekatan dan berada diantara pemukiman penduduk yang sebagian anak-
anak yang tinggal di sana bersekolah di salah satu SD Negeri tersebut. Di setiap
sekolah banyak pedagang yang menjual berbagai macam jajanan. Dari hasil survey
kemungkinan jajanan yang dijual di lingkungan SD tersebut mengandung bahan
terlarang dan berbahaya.

4.1. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang mungkin dapat


mempengaruhi hasil penelitian seperti desain studi cross sectional atau desain potong
lintang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun
dependen pada waktu yang sama, sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab
akibat. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angket yang berisi kuesioner yang langsung diberikan kepada
responden, selama pengumpulan data banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian yaitu sebagian responden kurang mengerti cara pengisian kuesioner.
46

4.2. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Table 4.2.1. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden


Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase
Tinggi 30 28,6
Sedang 40 39,2
Rendah 35 32,2

Tabel 4.2.2. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan responden


Pekerjaan Frekuensi Persentase
Perawat 1 1
Guru 2 1,9
Pembantu rumah tangga 17 15,4
Karyawan swasta 13 12,7
Wiraswasta 33 31,7
Ibu Rumah Tangga 39 37,3

Tabel 4.2.3. Distribusi responden berdasarkan usia responden


Usia Frekuensi Persentase
20-35 58 55,2
36-45 36 34,3
46-55 11 10,5

Tabel 4.2.4. Distribusi responden berdasarkan jumlah anak responden


Jumlah Anak Frekuensi Persentase
1 anak 27 25,7
2 anak 37 35,2
3 anak 30 28,6
4 anak 9 8,6
5 anak 2 1,9
47

4.3 DATA PENGETAHUAN RESPONDEN

Tabel 4.3.1 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


tujuan pemberian bahan pengawet pada makanan

Jawaban Frekuensi Persentase


Membuat makanan lebih enak 7 6,7
Membuat makanan lebih tahan lama 86 81,1
Membuat makanan lebih lunak 6 5,7
Tidak tahu 6 5,7

Hasil penelitian pada tabel 4.1.1 menunjukan bahwa sebanyak 86 (81,1%)


responden mengetahui bahwa tujuan pemberian bahan pengawet pada makanan
adalah membuat makanan menjadi lebih tahan lama.

Tabel 4.3.2 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


tujuan pemberian pewarna pada makanan

Jawaban Frekuensi Persentase


Membedakan jenis makanan 15 14,3
Meningkatkan ketertarikan konsumen 75 71,4
Mengurangi pencemaran mikroba 4 3,8
Tidak tahu 11 10,5

Hasil penelitian pada tabel 4.1.2 menunjukan bahwa sebanyak 75 (71,4%)


mengetahui bahwa tujuan pemberian pewarna pada makanan adalah untuk
meningkatkan ketertarikan konsumen.
48

Tabel 4.3.3 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


jenis pengawet yang biasanya digunakan pada jajanan

Jawaban Frekuensi Persentase


Formalin 45 42,9
Boraks 6 5,7
Formalin dan boraks 38 36,2
Formalin dan kalium klorat 2 1,9
Dulsin dan boraks 1 1,0
Formalin, kalium klorat, boraks 1 1,0
Formalin, boraks, dietilpirokarbonat 1 1,0
Tidak tahu 11 10,5

Hasil penelitian pada tabel 4.1.3 menunjukkan bahwa sebanyak 38 (36,2%)


responden mengetahui bahwa jenis pengawet yang biasanya digunakan pada jajanan
adalah formalin dan boraks.

Tabel 4.3.4. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


jenis jajanan yang biasanya menggunakan pengawet

Jawaban Frekuensi Persentase


Memilih 1 pilihan 44 41,9
Memilih 2 pilihan 22 21
Memilih 3 pilihan 18 17,1
Memilih 4 pilihan 8 7,6
Memilih 5 pilihan 1 1
Tidak tahu 12 11,4

Hasil penelitian pada tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa sebanyak 56 (53,3%)


responden tidak mengetahui jenis jajanan yang biasanya menggunakan pengawet. Hal
ini terlihat dari responden yang hanya memilih satu pilihan jawaban dan reponden
yang hanya memilih jawaban tidak tahu, pilihan jawaban yang disediakan 1. Tahu, 2.
Mie ayam 3. Mie basah, 4. Kerupuk, 5. Bakso.
49

Tabel 4.3.5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


ciri-ciri jajanan yang biasanya menggunakan pengawet

Jawaban Frekuensi Persentase


Memilih 1 pilihan 32 30,5
Memilih 2 pilihan 31 29,5
Memilih 3 pilihan 14 13,3
Memilih 4 pilihan 11 10,5
Memilih 5 pilihan 1 1
Tidak tahu 16 14,3

Hasil penelitian pada tabel 4.1.5 menunjukkan bahwa sebanyak 48 (44,8%)


responden tidak mengetahui ciri-ciri jajanan yang biasanya menggunakan pengawet.
Hal ini terlihat dari responden yang hanya memilih satu pilihan jawaban dan
responden yang hanya memilih jawaban tidak tahu. Pilihan Jawaban yang disediakan
adalah 1. Kenyal, 2. tidak mudah hancur, 3. Tidak dihinggapi lalat, 4. Berbau khas, 5.
Tahan 7 hari.

Tabel 4.3.6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


pengaruh jajanan yang menggunakan pengawet terhadap kesehatan

Jawaban ∑ %
Memilih 1 pilihan 36 34,3
Memilih 2 pilihan 26 24,3
Memilih 3 pilihan 15 14,3
Memilih 4 pilihan 11 10,5
Memilih 5 pilihan 3 2,9
Tidak tahu 14 12,4

Hasil penelitian pada tabel 4.1.6 menunjukkan bahwa sebanyak 50 (47,7%)


responden tidak mengetahui pengaruh jajanan yang menggunakan pengawet terhadap
kesehatan. Hal ini terlihat dari responden yang hanya memilih 1 pilihan jawaban, dan
responden yang hanya memilih tidak tahu Pilihan jawaban yang disediakan adalah 1.
50

Merusak susunan saraf, 2. Menyebabkan muntah, 3, merusak hati, 4. Merusak ginjal,


5. Merusak pencernaan.

Tabel 4.3.7. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


jenis pewarna yang biasanya digunakan pada jajanan

Jawaban ∑ %
Memilih 1 pilihan 71 67,6
Memilih 2 pilihan 6 5,7
Memilih 3 pilihan 2 1,9
Memilih 4 pilihan 1 1
Memilih 5 pilihan 0 0
Tidak tahu 25 23,5

Hasil penelitian pada tabel 4.1.7 menunjukkan bahwa sebanyak 96 (91,1%)


responden tidak mengetahui jenis pewarna yang biasanya digunakan pada jajanan.
Hal ini terlihat dari responden yang hanya memilih satu pilihan jawaban dan
responden yang hanya memilih jawaban tidak tahu. Jawaban yang disediakan adalah
1. Rhodamin, 2. Auramin, 3. Methanil yellow, 4. Burnt umber, 5. Ponceau 3R, 6.
Citrus red.

Tabel 4.3.8. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


jenis jajanan yang biasanya menggunakan pewarna

Jawaban ∑ %
Memilih 1 pilihan 38 36,2
Memilih 2 pilihan 39 37,1
Memilih 3 pilihan 15 14,3
Memilih 4 pilihan 5 4,8
Memilih 5 pilihan 3 2,9
Tidak tahu 4 3,8
Tidak menjawab 1 1
51

Hasil penelitian pada tabel 4.1.8 menunjukkan bahwa sebanyak 42 (40%)


responden tidak mengetahui jenis jajanan yang biasanya menggunakan pewarna. Hal
ini terlihat dari responden yang hanya memilih satu pilihan jawaban, responden yang
hanya memilih jawaban tidak tahu dan responden yang tidak menjawab. Pilhan
jawaban yang disediakan adalah 1. Kerupuk, 2. Es cendol, 3. Gulali, 4. Sirup, 5. Mie
bakso.

Tabel 4.3.9. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap


ciri-ciri jajanan yang biasanya menggunakan pewarna

Jawaban ∑ %
Warnanya mencolok, tidak berbau, dan warnanya meninggalkan bekas 30 28,6
Warnanya mencolok, berbau, dan warnanya meninggalkan bekas 58 55,2
Warnanya tidak mencolok, tidak meninggalkan bekas dan tampilannya 4 3,8
tidak menarik
Tidak tahu 11 10,5
Tidak menjawab 2 1,9

Hasil penelitian pada tabel 4.1.9 menunjukkan bahwa hanya 30 (28,6%)


responden yang mengetahui ciri-ciri jajanan yang menggunakan bahan pewarna yaitu
warnanya mencolok, tidak berbau, dan warnanya meninggalkan bekas.

Tabel 4.3.10. Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan terhadap


pengaruh jajanan yang biasanya menggunakan pewarna terhadap
kesehatan

Jawaban ∑ %
Memilih 1 pilihan 34 32,4
Memilih 2 pilihan 27 25,7
Memilih 3 pilihan 21 20
Memilih 4 pilihan 4 3,8
Memilih 5 pilihan 1 1
Tidak tahu 16 15,2
Tidak menjawab 2 1,9
52

Hasil penelitian pada tabel 4.1.10 menunjukkan bahwa sebanyak 52


responden tidak mengetahui pengaruh jajanan yang biasanya menggunakan pewarna
terhadap kesehatan. Hal ini terlihat dari responden yang hanya memilih satu pilihan
jawaban, responden yang hanya memilih jawaban tidak tahu dan responden yang
tidak menjawab. Jawaban yang disediakan adalah 1. Merusak saluran kemih, 2.
Menyebabkan kanker hati, 3. Merusak saluran pencernaan, 4. Merusak ginjal, 5.
Merusak kulit.

4.4. DATA SIKAP RESPONDEN

Kurang
No Setuju Tidak setuju
Pertanyaan Setuju

∑ % ∑ % ∑ %
1. Tujuan pemberian bahan pengawet
untuk membuat makanan tahan 40 38,1 23 21,9 42 40
lama
2. Jenis jajanan yang mengandung
36 34,3 38 36,2 31 29,5
pengawet adalah tahu
3. Ciri-ciri jajanan yang menggunakan
pengawet adalah tidak dihinggapi 49 46,7 25 23,8 31 29,8
lalat
4. Pengaruh jajanan yang
menggunakan pengawet adalah 75 71,4 18 17,1 12 11,4
merusak ginjal
5. Tujuan pemberian pewarna pada
jajanan untuk meningkatkan 44 41,9 31 29,5 30 28,6
ketertarikan konsumen
6. Minuman yang menggunakan
39 37,1 41 39 25 23,8
pewarna adalah es cendol
7. Ciri-ciri jajanan yang menggunakan
74 70,5 18 17,1 13 12,4
pewarna warnanya mencolok
8. Pengaruh jajanan yang
menggunakan pewarna adalah 65 61,2 17 16,2 23 21,9
kanker hati

Hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.3 menunjukan sebanyak 75


(71,4%) responden menjawab setuju terhadap pengaruh jajanan yang menggunakan
pengawet merusak ginjal. Sebanyak 41 (40%) responden menjawab kurang setuju
terhadap minuman yang menggunakan pewarna adalah es cendol. Sebanyak 42
53

responden menjawab tidak setuju terhadap tujuan pemberian bahan pengawet untuk
membuat makanan tahan lama.

4.5. DATA PERILAKU RESPONDEN

Kadang-
No Selalu Sering Tidak setuju
Pertanyaan kadang
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Menyiapkan
sarapan pagi yang 41 39 26 24,3 31 29,5 7 6,7
dimasak sendiri
2. Membawakan
16 15,2 28 26,7 46 43,8 15 14,3
bekal makanan
3. Membolehkan
membeli bakso 5 4,8 17 16,2 80 76,2 3 2,9
dan tahu
4. Membolehkan
membeli jajanan
3 2,9 8 7,6 29 27,9 65 61,4
yang warnanya
mencolok
5. Mengamati
jajanan yang 34 32,4 27 25,7 25 23,8 19 18,1
dibeli anak

Hasil penelitan yang terdapat pada tabel 4.4 menunjukan sebanyak 67 (63,8%)
responden selalu dan sering menyiapkan sarapan, sebanyak 46 (43,8%) responden
menjawab kadang-kadang membawakan bekal makanan. Sebanyak 19 (18,1%)
Responden menjawab tidak pernah mengamati jajanan yang dibeli anak.
54

4.6. ANALISIS UNIVARIAT

Berdasarkan hasil scoring dari jawaban responden maka pengetahuan, sikap


dan perilaku dikategorikan menjadi 3 kelompok menjadi baik, sedang, kurang. Hasil
pengukurannya dapat dilihat pada table dibawah ini

Tabel 4.6.1 Univariat pengetahuan responden

Kategori pengetahuan Frekuensi Persentase


Baik 3 2,9

Sedang 47 44,9

Kurang 55 52,4

Hasil penelitian pada tabel 4.5.1 sebagian besar responden memiliki


pengetahuan yang kurang yaitu sebesar 55 (52,4%) reponden. Responden yang
memiliki pengetahuan yang sedang sebanyak 47 (44,9%) responden. Responden
yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 3 (2,9%) responden.
Dari beberapa pertanyaan pengetahuan yang telah diberikan kepada reponden
terdapat beberapa pertanyaan yang mempunyai hasil yang sangat rendah yaitu
pertanyaan pengetahuan tentang jenis pewarna yang biasanya digunakan pada
jajanan. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 25 responden menjawab tidak
tahu dan 75 responden hanya memilih 1 pilihan jawaban. Jawaban yang paling
banyak dipilih responden adalah methanil yellow, selain itu pertanyaan pengetahuan
tentang ciri-ciri pewarna yang biasanya digunakan pada jajanan sangat rendah. Hal
ini terlihat dari hasil penelitian bahwa sebanyak 75 (71,4%) responden tidak
menjawab dengan benar.
Pengetahuan responden tentang efek bahan pengawet terhadap kesehatan
juga rendah, sebanyak 50 responden tidak mengetahui efek bahan pengawet
terhadap kesehatan. Rendahnya pengetahuan responden mungkin dikarenakan
55

rendahnya tingkat pendidikan responden, kurangnya informasi baik dari media cetak
mupun media elektronik.
Selama ini belum ada penelitian tentang efek bahan pengawet pada manusia
namun penelitian yang telah ada adalah efek bahan pengawet pada binatang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh F. A Malek, K-U. Moritz, J. Fanghanel
yang terdapat didalam jurnal of experimental animal science yang berjudul A study
on spesifik behavioral effects of formaldehyde in the rat, hasil penelitian,
menunjukan bahwa pencemaran melalui inhalasi mempengaruhi squamous cell
carcinoma rongga hidung pada tikus. Dari empat studi terhadap pemberian air
minum yang mengandung formaldehid pada tikus menunjukan hasil yang
bermacam-macam. Pertama menunjukan timbulnya peningkatan forestomach
papillomas pada tikus jantan. Kedua menunjukan timbulnya gastrointestinal
leiomyosarcomas pada tikus jantan dan betina. Ketiga menunjukan peningkatan
timbulnya total tumor menular, limpoma dan leukemia. Keempat Formaldehid juga
menujukan efek karsinogenik melalui inhalasi dan proses pencernaan.11
Dari hasil penelitian ini didapatkan hanya 3 (2,9 %) responden yang
memiliki pengetahuan yang baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Helena Sinaga pada guru SD di kota
Medan. Pada penelitian tersebut tidak ada responden yang memiliki pengetahuan
buruk, dan didapatkan bahwa sebanyak 65,72% responden mempunyai pengetahuan
baik, dan sebanyak 34,28% responden mempunyai pengetahuan sedang.21
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian dilakukan oleh Intan
Purnama Sari mengenai pengetahuan, sikap serta perilaku ibu tentang bahan
pemanis tambahan pada jajanan anak sekolah dasar. Dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa sebanyak 75 % responden memiliki tingkat pengetahuan sedang.4
Perbedaan hasil peneltian ini mungkin dikarenakan terdapat perbedaan
jumlah sampel, pada penelitian Helena jumlah sampelnya hanya sebanyak 35 orang.
Selain itu juga terdapat perbedaan karakteristik responden, seperti tingkat
pendidikan, pekerjaan. Pada penelitian ini tingkat pendidikan ibu berada pada
56

tingkat pendidikan sedang yaitu SMP, sedangkan pada penelitian Helena didapatkan
bahwa tingkat pendidikan responden berada pada tingkat pendidkan tinggi yaitu S1.
Pada penelitian ini sebagian besar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga
sedangkan pada penelitian Helena pekerjaan responden adalah guru. Perbedaan ini
mungkin akan mempengaruhi pengetahuan responden. Rendahnya pengetahuan
responden mungkin dikarenakan kurangnya informasi dan sosialisasi kepada ibu
baik di media cetak maupun media elektronik atau mungkin selama ini ibu kurang
memperhatikan dan kurang waspada terhadap hal tersebut. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Notoadmojo bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, penginderaan yang
baik akan meningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi. 14,15,16,17

Tabel 4.6.2. Univariat sikap responden

Kategori sikap Frekuensi Persentase


Baik 24 22,9

Sedang 68 64,8

Kurang 13 12,4

Hasil penelitian pada tabel 4.5.2 sebagian besar responden memiliki sikap
sedang yaitu sebesar 68 (64,8%) reponden. Responden yang memiliki sikap baik
sebanyak 24 (22,9%) responden. Responden yang memiliki sikap kurang sebanyak
13 (12,4%) responden.
Dari beberapa pertanyaaan sikap yang telah diberikan kepada responden
terdapat beberapa sikap yang rendah yaitu tentang yaitu sikap tentang manfaat bahan
pengawet. Sebanyak 42 responden menjawab tidak setuju tentang manfaat bahan
pengawet adalah untuk membuat makanan lebih tahan lama. Sikap responden
57

terhadap jenis jajanan yang biasanya menggunakan pengawet adalah tahu, sebanyak
31 responden menjawab tidak setuju.
Namun terdapat juga sikap responden yang baik yaitu sikap terhadap efek
bahan pengawet dalam jangka waktu lama, sebanyak 75 responden setuju bahwa
efek bahan pengawet dalam jangka waktu lama adalah merusak ginjal. Sebanyak 65
(61,9%) responden juga setuju bahwa efek bahan pewarna adalah merusak hati.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden
memiliki sikap sedang, hasil penelitan ini berbeda dengan hasil penelitian Helena
Sinaga, pada penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 60 % responden mempunyai
sikap baik.21
Namun hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Intan Purnama Sari, dari penelitian tersebut didapatkan bahwa
sebanyak 60 % responden memiliki sikap sedang.4
Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa sebagian besar sikap ibu terhadap
jajanan anak yang mengandung bahan tambahan pengawet dan pewarna berbahaya
berada dalam kategori cukup yang artinya menandakan bahwa ibu mempunyai salah
satu dari komponen sikap yaitu kepercayaan atau keyakinan terhadap stimulus atau
objek. Hal ini sejalan dengan pendapat Allport bahwa komponen sikap itu terdiri dari
kepercayaan atau keyakinan artinya bagaimana keyakinan atau pendapat atau
pemikiran seseorang terhadap objek.

Tabel 4.6.3 Univariat perilaku responden

Kategori perilaku Jumlah Persentase


Baik 23 21,9
Sedang 69 65,7
Kurang 13 12,4

Hasil penelitian pada tabel 4.5.3 sebagian besar responden memiliki perilaku
sedang yaitu sebesar 69 (65,7%) reponden. Responden yang memiliki perilaku baik
58

sebanyak 23 (21,9%) responden. Responden yang memiliki perilaku kurang


sebanyak 13 (12,4%) responden.
Dari hasil penelitan didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
perilaku sedang. Hasil ini terlihat dari perilaku responden selalu perilaku menyiapkan
sarapan pagi yang dimasak sendiri, selalu membawakan bekal makanan, tidak pernah
membolehkan membeli makanan yang warnanya mencolok, dan selalu
memperhatikan jajanan yang dibeli oleh anak.
Hasil penelitian sama dengan yang dilakukan oleh Intan Purnama Sari, dari
penelitian tersebut didapatkan bahwa sebanyak 75 % responden memiliki perilaku
sedang.21. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Helena Sinaga, pada penelitian tersebut didapatkan bahwa sebanyak 70 %
responden mempunyai perilaku baik.4
Perilaku membawakan bekal dan menyiapkan sarapan pagi ini akan
berpengaruh terhadap kebiasaan jajan anak, karena faktor yang menyebabkan anak
jajan disekolah adalah tidak sarapan pagi dan tidak membawa bekal makanan.
Perilaku tidak membolehkan anak untuk membeli tahu, bakso dan makanan yang
mempunyai warna yang mencolok serta perilaku selalu mengawasi jajanan dan
makanan yang dibeli anak merupakan perilaku yang baik, hal ini menandakan tingkat
pengawasan dan tingkat kepedulian orang tua juga baik.

4.7. ANALISIS BIVARIAT

Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat tiga kategori pengetahuan dan


sikap yaitu baik, sedang, kurang. Namun setelah dilakukan uji silang dengan tiga
ketegori tersebut hasilnya tidak layak untuk dilakukan uji chi square karena tidak
memenuhi syarat yaitu terdapat nilai expected yang kurang dari lima ada lebih dari
20%. Karena syarat uji chi square tidak terpenuhi perlu dilakukan uji alternatif yaitu
penggabungan sel dari tabel 3x3 menjadi tabel 2x3.20
Peneliti menggabungkan kategori pengetahuan baik dengan kategori
pengetahuan sedang menjadi 1 kategori. Setelah dilakukan penggabungan sel
59

menjadi 2x3, hasilnya sudah memenuhi syarat karena tidak didapatkan nilai
expected-nya yang kurang dari lima. Untuk menentukan nilai p value dipakai uji
person chi-square dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7.1. Distribusi responden menurut hubungan tingkat pengetahuan dan


Sikap

Sikap
Tingkat P
Pengetahuan Total value
Kurang Sedang Baik

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Kurang 9 69,4 40 58,8 6 25 55 52,4

0,07
Baik 4 30,8 28 41,2 18 75 50 47,6

Total 13 100 68 100 24 100 105 100

Hasil penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dengan sikap


menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan dan sikap
kurang adalah sebanyak 9 (69,4%) responden. Responden yang memiliki
pengetahuan baik dan sikap kurang adalah sebanyak 4 (30,8%) responden.
Responden yang memiliki pengetahuan kurang dan sikap sedang
adalah sebanyak 40 (58,8%%) responden. Responden yang memiliki
pengetahuan baik dan sikap sedang adalah sebanyak 28 (41,2%) responden.
Responden yang memilki pengetahuan sedang dan sikap kurang
adalah sebanyak 6 (25%) responden, dan pengetahuan baik dan sikap kurang
adalah sebanyak 18 (75%) responden.
Hal ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Helena, dari penelitian tersebut didapatkan bahwa sebanyak 13 (37,14%)
responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, sebanyak 8 (22,86%)
60

responden yang memiliki pengetahuan baik dan sikap sedang. Tidak ada
responden yang memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang.21
Berdasarkan uji person chi-square didapatkan nilai p=0,07, maka
tidak terdapat hubungan antara pengetahuan antara pengetahuan terhadap
sikap. Pada sel yang ada pada tabel terdapat sel yang tidak sesuai yaitu
terdapat responden yang memiliki pengetahuan yang kurang namun memiliki
sikap yang sedang. Hal ini bisa saja terjadi karena sebuah sikap melibatkan
faktor emosi dan pendapat responden, namun dalam hal ini sikap responden
yang sedang ternyata tidak berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
karena tingkat pengetahuan responden rendah

Distribusi responden menurut hubungan sikap dengan perilaku

Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat tiga kategori sikap dan perilaku


yaitu baik, sedang, kurang. Namun setelah dilakukan uji silang dengan tiga ketegori
tersebut hasilnya tidak layak untuk dilakukan uji chi square karena tidak memenuhi
syarat yaitu nilai expected yang kurang dari lima ada lebih dari 20%. Karena syarat
uji chi square tidak terpenuhi perlu dilakukan uji alternatif yaitu penggabungan sel
dari tabel 3x3 menjadi tabel 2x3.20
Peneliti menggabungkan kategori sikap baik dengan kategori sikap sedang
menjadi 1 kategori. Setelah dilakukan penggabungan sel menjadi 2x3, hasilnya
belum memenuhi syarat karena didapatkan nilai expected-nya kurang dari lima ada
lebih dari 20 % jumlah sel. Oleh karena itu, dilakukan kembali penggabungan sel
dari tabel 2x3 menjadi tabel 2x2. Setelah dilakukan penggabungan sel kembali
hasilnya belum memenuhi syarat. Namun nilai p value dapat ditentukan dengan uji
alternatif chi-square, yaitu uji Fisher.20. Setelah dilakukan penggabungan sel
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
61

Tabel 4.7.2. Distribusi responden menurut hubungan sikap dengan perilaku

Perilaku P value
Total
Sikap
Kurang Baik
∑ % ∑ % ∑ %

Kurang 1 9,1 12 12,8 13 100

Baik 10 90,9 82 87,2 92 100 0,592

Total 11 100 94 100 105 100

Hasil penelitian tentang hubungan antara sikap dengan perilaku menunjukkan


bahwa responden yang memiliki sikap kurang dan memiliki perilaku kurang adalah
sebanyak 1 (9,1%) responden. Responden yang memiliki sikap baik dan memilki
perilaku kurang adalah sebanyak 10 responden (90,9%).
Responden yang memiliki sikap kurang dan perilaku baik sebanyak 12
(12,8%) responden, responden yang memiliki sikap baik dan memiliki perilaku baik
adalah sebanyak 82 (87,2%) responden.
Hasil penelitian ini berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Helena, dari
penelitian tersebut didapatkan bahwa sebanyak 23 (65,7%) responden memiliki sikap
dan perilaku baik. Sebanyak 12 (34,9%) responden memiliki sikap dan perilaku
sedang, tidak ada responden yang memiliki sikap dan perilaku kurang.21
Berdasarkan uji Fisher didapatkan nilai p = 0,592 maka secara statistik tidak
terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku. Pada sel yang ada pada tabel
terdapat sel yang tidak sesuai yaitu terdapat responden yang memiliki sikap yang
kurang namun memiliki perilaku yang baik. Hal ini bisa saja terjadi karena perilaku
adalah tindakan atau aktifitas yang dilakukan responden yang sudah menjadi
kebiaasaan sehari-hari, namun perilaku yang baik ini ternyata tidak berhubungan
dengan sikap
62

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Simpulan

1. Secara keseluruhan sebanyak 55 (52,4%) responden memiliki pengetahuan


yang kurang tentang jajanan anak yang mengandung bahan pengawet dan
pewarna
2. Secara keseluruhan sebanyak 68 (64,8%) responden memiliki sikap yang
sedang tentang jajanan anak yang mengandung bahan pengawet dan pewarna
3. Secara keseluruhan sebanyak 69 (65,7%) responden memiliki perilaku yang
sedang tentang jajanan anak yang mengandung bahan pengawet dan pewarna
4. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap responden
(p=0,07).
5. Tidak ada hubungan antara sikap terhadap perilaku responden (p=0,592)

5. 2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu diadakan pemberian


informasi yang edukatif yaitu salah satunya dengan penyuluhan agar ibu
dapat lebih meningkatkan perhatian dan kewaspadaan terhadap jajanan dan
makanan yang dikonsumsi anak.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya meneliti hubungan antara
pengetahuan dengan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seperti
tingkat pendidikan, status ekonomi, sehingga dapat diketahui sudah sejauh
mana factor-faktor tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan yang nantinya
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku.
63

DAFTAR PUSTAKA

1. Saprinto C, Hidayati D. Bahan tambahan pangan. Yogyakarta : Kanisius. ; 2006


p. 44-45

2. Syah D, Dkk. Manfaat dan bahaya bahan tambahan pangan. Bogor : Himpunan
Alumni Fakultas Tekhnologi Pertanian IPB ; 2005 p. 35-42

3. Bahan Tambah Illegal-Boraks, Formalin, Rhodamin. [Online]. [diunduh pada


hari sabtu tanggal 1 Januari 2011 jam 09.35]; Terdapat pada
web:http://www.BPOM.go.id

4. Sari, I, Perilaku tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan


(sintetik) di TK Al-ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara. Aceh : Skripsi Universitas Sumatera Utara ; 2010

5. Nuzulia, R, Persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak
sekolah dasar di Kota Bogor. Bogor : Skripsi Institute Pertanian Bogor ; 2007

6. Winarno. F.G Keamanan pangan. Jilid 1. Bogor : M-brio Press ; 2004 p. 33-39

7. FAO Asia-Indonesia. Keamanan pangan untuk kesehatan. Jakarta : Food And


Agriculture Organization Of The United Nations ; 2005 p. 29-36

8. Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1168/Menkes/Per/X/1999 Perubahan Atas Permenkes
NO.722/MENKES/PER/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta
;1999

9. Winarno. F.G Keamanan pangan. Jilid 2. Bogor : M-brio Press ; 2004 p.15-19

10. Cahyadi W. Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Jakarta :
Bumi Aksara ; 2006 p. 19-27
64

11. F. A Malek, K-U. Moritz, J. Fanghanel. A Study On Spesifik Behavioral


Effects Of Formaldehyde In The Rat. [Online]. [diunduh pada hari minggu
tanggal 23 Februari 2011 jam 08.35]; terdapat pada web:http://www.
Urbanfischer.de/journals/jeans

12. World Health Organization, International Programme on Chemical Safety


(IPCS) Formaldehyde. [Online]. [diunduh pada hari sabtu tanggal 25 Juni
2011 jam 07.35]; terdapat pada web:http://www.who.gov

13. World Health Organization. Formaldehyde in drinking-water. Background


document for development of WHO Guidelines for drinking-water quality.
[Online]. [diunduh pada hari sabtu tanggal 25 Juni 2011 jam 07.40]; terdapat
pada web:http://www.who.or.id

14. Notoadmojo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :Rineka Cipta ; 2003

15. Notoadmojo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan . Jakarta :Rineka Cipta ;


2003

16. Notoadmojo S. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta :Rineka Cipta
; 2010

17. Notoadmojo S. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta ; 2007

18. Dahlan, Sopiyudin. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran & Kesehatan ed.2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika ;
2009 p.43

19. Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael,S ofyan. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian


Klinis ed.3. Jakarta: Sagung seto ; 2010

20. Dahlan, MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2009. p. 121-40

21. Sinaga, H, Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap
Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia
Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Deli Kecamatan Kecamatan
Medan Marelan: Skripsi Universitas Sumatera Utara ; 2009
65

Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMEDCONSENT)
Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : …………………………
Umur : …………………………
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian
tersebut di bawah ini yang berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA PERILAKU IBU MENGENAI
JAJANAN ANAK SD YANG MENGANDUNG BAHAN PENGAWET
TERLARANG DAN PEWARNA BERBAHAYA DI KELURAHAN
BERINGIN KOTA JAMBI TAHUN 2011
dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan
bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan
persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.
Jakarta, februari 2011

Mengetahui Yang menyetujui


Penanggung jawab penelitian Peserta
( ) ( )
66

Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA PERILAKU IBU MENGENAI
JAJANAN ANAK SD YANG MENGANDUNG BAHAN PENGAWET
TERLARANG DAN PEWARNA BERBAHAYA DI KELURAHAN
BERINGIN KOTA JAMBI TAHUN 2011
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama

2. Umur

3. Alamat

4. No HP/ Telpon

5. Status
Pernikahan

6. Jumlah anak

7. Pendidikan terakhir 1. Tidak pernah sekolah 4. Tamat / tidak SMU


2. Tamat / tidak SD 5. Tamat / tidak Perguruan Tinggi
3. Tamat /tidak SMP 6. .....................................
8. Pekerjaan 1. Ibu rumah tangga 4. Bidan/petugas kesehatan
2. Karyawan 5. Wiraswasta
3. Guru/Dosen 6..................................
9. Pencari nafkah di 1. Suami 3. Anggota keluarga lain
keluarga 2. Istri
10. Pengahasilan 1. Di bawah 3. Rp > Rp. 2.000.000
keluarga/bulan Rp.1.000.000 4. ..............................
2. Rp. 1.000.000 –
Rp 2.000.000
A. PENGETAHUAN
1. Menurut anda apa tujuan pemberian bahan pengawet yang tidak dizinkan
yang biasanya digunakan pada jajanan olahan? (Pilih salah satu jawaban
yang benar)
a. untuk membuat makanan menjadi lebih enak
b. untuk membuat makanan menjadi lebih tahan lama
67

c. untuk membuat makanan menjadi lebih lebih lunak


d. Tidak tahu
2. Menurut anda apa tujuan pemberian bahan pewarna kimia yang tidak dizinkan
yang biasanya digunakan pada jajanan olahan? (Pilih salah satu jawaban
yang benar)
a. Untuk membedakan jenis makanan
b. Untuk meningkatkan ketertarikan konsumen
c. Untuk mengurangi pencemaran pada makanan
d. Tidak tahu
3. Menurut anda apa saja bahan pengawet yang tidak dizinkan yang biasanya
digunakan pada jajanan olahan? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Formalin
2. Dulsin
3. Kalium klorat
4. Boraks
5. Kalium bromat
6. Dietilpirokarbonat
 jika anda tidak tahu tandai kolom ini
4. Menurut anda apa saja jajanan olahan yang biasa nya mengandung bahan
pengawet yang tidak dizinkan ? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Tahu
2. Mie basah
3. Mie ayam
4. kerupuk
5. Bakso
 jika anda tidak tahu tandai kolom ini
5. Menurut anda apa ciri-ciri jajanan olahan yang yang biasanya mengandung
bahan pengawet yang tidak dizinkan? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Kenyal
2. Tidak mudah hancur
68

3. Tidak dihinggapi lalat


4. berbau khas
5. Tahan > 7 hari
 jika anda tidak tahu tandai kolom ini

6. Menurut anda apa pengaruh bahan pengawet yang tidak dizinkan terhadap
kesehatan jika jumlah nya berlebih di tubuh dalam waktu lama?? (jawaban
boleh lebih dari satu)
1. Merusak susunan saraf pusat
2. Menyebabkab muntah darah
3. Merusak hati
4. Merusak ginjal
5. Merusak saluran pencernaan
 jika anda tidak tahu tandai kolom ini

7. Menurut anda apa saja bahan pewarna yang tidak dizinkan yang biasanya
digunakan pada makanan (jajanan) olahan? (Pilih salah satu jawaban yang
benar)
1. Rhodamin
2. Auramine
3. Methanil yellow
4. Burnt umber
5. Ponceau 3R
6. Citrus red
 jika anda tidak tahu tandai kolom ini

8. Menurut anda apa saja jenis jajanan olahan yang biasanya menggunakan
bahan pewarna kimia yang tidak dizinkan ? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. kerupuk
2. es cendol
69

3. gulali
4. sirup
5. Mie bakso
 jika anda tidak tahu tandai kolom ini

9. Sebutkan ciri-ciri jajanan olahan yang mengandung bahan pewarna kimia


yang tidak dizinkan?? (pilih salah satu jawaban yang benar)
a. Warnanya mencolok, tidak berbau dan warnanya meningggalkan
bekas
b. Warnanya mencolok, berbau dan warnya meninggalkan bekas
c. Warnya tidak mencolok, tidak meninggalkan bekas dan tampilannya
tidak menarik
d. Tidak tahu
10. Apa pengaruh bahan pewarna kimia terhadap kesehatan jika jumlahnya
berlebih dalam jangka waktu lama?? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Merusak saluran kemih
2. Menyebabkan kanker hati
3. Merusak saluran pencernaan
4. Merusak ginjal
5. Merusak jaringan kulit
 jika anda tidak tahu tandai kolom ini
70

B. SIKAP
Keterangan:
1. TS : tidak setuju 2. KS : kurang setuju 3. S : setuju

NO PERTANYAAN TS KS S
1. Tujuan pemberian pengawet
yang tidak dizinkan adalah
untuk membuat makanan
tahan lama
2. jajanan olahan yang biasanya
menggunakan bahan
pengawet yang tidak
diizinkan adalah tahu
3. Ciri-ciri makanan olahan
yang mengandung bahan
pengawet yang tidak
diizinkan adalah tidak
dihinggapi lalat
4. Pengaruh bahan pengawet
yang tidak dizinkan terhadap
kesehatan dalam jangka
waktu lama adalah merusak
ginjal
5. Tujuan pemberian pewarna
yang tidak dizinkan pada
minuman olahan adalah
untuk meningkatkan
ketertarikan konsumen
6. Minuman olahan yang
biasanya menggunakan
bahan pewarna kimia
71

terlarang adalah es cendol


7. ciri-ciri jajanan yang
mengandung bahan pewarna
yang tidak dizinkan adalah
warnanya sangat mecolok
8. Pengaruh bahan pewarna
yang tidak dizinkan terhadap
kesehatan dalam jangka
waktu lama adalah
menyebabkan timbulnya
kanker hati
72

C. PERILAKU
Keterangan :
1. SL : selalu 3. KK : kadang-kadang.
2. SR : sering 4. TP : tidak pernah

NO PERTANYAAN S S K T
L R K P
1. Apakah anda
menyiapkan
sarapan pagi
untuk anak anda
yang dimasak
sendiri
2. Apakah anda
membawakan
bekal makanan
kepada anak
anda yang
dimasak sendiri
3. Apakah anda
membolehkan
anak anda
membeli tahu
dan bakso
4. Apakah anda
membolehkan
anak anda
membeli
makanan dan
minuman yang
mempunyai
73

warna mencolok
5. Apakah anda
mengamati
jajanan yang
dibeli anak anda

JAWABAN KUESIONER:

1. PENGETAHUAN

No Jawaban yang diharapkan Skor

1. B 2= benar (B)
1= mendekati benar (A)
0= salah (C,D)
2. B 2= benar (B)
1= mendekati benar ( A)
0= salah (C,D)
3. SEMUA 2 = benar 4-6
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
4. SEMUA 2 = benar 4-5
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
5. SEMUA 2 = benar 4-5
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
6. SEMUA 2 = benar 4-5
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
7. SEMUA 2 = benar 4-6
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
8. SEMUA 2 = benar 4-5
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
9. A 2= benar (A)
1= mendekati benar (B)
0= salah (C,D)
74

10. SEMUA 2 = benar 4-5


1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu

total skor pengetahuan responden = 20


pengetahuan baik jika = skor diatas 15  > 75 %
pengetahuan cukup jika = skor 9-15  45-75 %
pengetahuan kurang= skor dibawah 9  < 45 %

2. SIKAP

no. jawaban yg Skor


pertanyaan diharapkan
1. Setuju 2= setuju
1= kurang setuju
0= tidak setuu
2. Setuju 2= setuju
1= kurang setuju
0= tidak setuu
3. Setuju 2= setuju
1= kurang setuju
0= tidak setuju
4. Setuju 2= setuju
1= kurang setuju
0= tidak setuju
5. Setuju 2= setuju
1= kurang setuju
0= tidak setuu
6. Setuju 2= setuju(A)
1= tidak setuju (B)
0= tidak tahu (C)
7. Setuju 2= setuju(A)
1= tidak setuju (B)
0= tidak tahu (C)
8. Setuju 2= setuju(A)
1= tidak setuju (B)
0= tidak tahu (C)
75

total skor sikap responden = 16


sikap baik jika = skor diatas 12  > 75 %
sikap cukup jika = skor 7-12  45-75 %
sikap kurang = skor dibawah 7  < 45 %

3. PERILAKU

nomor jawaban yang diharapkan Skor


pertanyaan
1. Selalu 3 = selalu
2 = sering
1 = kadang-kadang
0 = tidak pernah

2. Selalu 3 = selalu
2 = sering
1 = kadang-kadang
0 = tidak pernah

3. Tidak pernah 0 = selalu


1 = sering
2 = kadang-kadang
3 = tidak pernah

4. Tidak pernah 0 = selalu


1 = sering
2 = kadang-kadang
3 = tidak pernah

5. Selalu 3 = selalu
2 = sering
1 = kadang-kadang
0 = tidak pernah

total skor perilaku responden = 15


perilaku baik jika = skor diatas 11  >75 %
perilaku cukup jika = skor 7-11  45-75 %
perilaku kurang jika = skor dibawah 7  < 45 %
76

Lampiran 3

UJI VALIDITAS KUESIONER

1. PENGETAHUAN

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

fungsi pengawet 6.50 13.983 -.115 .789

fungsi pewarna 6.47 13.361 -.018 .785

jenis pengawet 7.47 11.085 .746 .680

jajanan yang mengandung


7.17 9.661 .676 .665
pengawet

ciri jajanan yang


7.63 12.102 .323 .728
mengandung pengawet

pengaruh pengawet 7.20 10.717 .621 .684

jenis pewarna 7.83 13.040 .248 .737

jajanan yang mengandung


7.17 10.213 .708 .667
pewarna

ciri jajanan yang


7.33 10.575 .601 .685
mengandung pewarna

pengaruh pewarna 7.23 10.806 .445 .711


77

( lanjutan )

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

jenis pengawet 4.27 9.582 .806 .802

jajanan yang mengandung


3.97 8.240 .718 .801
pengawet

ciri jajanan yang


4.43 10.737 .312 .858
mengandung pengawet

pengaruh pengawet 4.00 9.172 .686 .808

jajanan yang mengandung


3.97 8.930 .707 .804
pewarna

ciri jajanan yang


4.13 9.430 .558 .827
mengandung pewarna

pengaruh pewarna 4.03 9.206 .504 .839

2. SIKAP

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if


Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted

fungsi pengawet 10.62 13.530 .328 .793

jajanan yang mengandung


9.48 11.973 .623 .744
pengawet

ciri jajanan yang mengandung


9.97 12.963 .350 .794
peangawet

pengaruh pengawet 9.48 12.830 .457 .772

fungsi pewarna 9.72 11.493 .686 .731

jajanan yang mengandung


9.52 12.759 .608 .750
pewarna
78

ciri jajanan yang mengandung


9.45 13.042 .458 .771
pewarna

pengaruh pewarna 9.24 13.690 .559 .763

( lanjutan )

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if


Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted

jajanan yang mengandung


7.93 7.495 .556 .787
pengawet

pengaruh pengawet 7.93 7.638 .520 .796

fungsi pewarna 8.17 7.005 .650 .764

jajanan yang mengandung


7.97 7.534 .712 .755
pewarna

ciri jajanan yang mengandung


7.90 8.096 .451 .809
pewarna

pengaruh pewarna 7.69 8.436 .626 .781

3. PERILAKU

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if


Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted

memasakan sarapan 5.86 4.980 .673 .629

membawa bekal 6.79 5.884 .412 .767

membolehkan anak jajan 5.93 5.495 .501 .723

mengamati jajanan anak 6.03 4.749 .629 .650


79

Lampiran 4

A. DATA HASIL UNIVARIAT MENGGUNAKAN UJI CHI SQUARE

PENGETAHUAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 55 52.4 52.4 52.4

Sedang 47 44.8 44.8 97.1

baik 3 2.9 2.9 100.0

Total 105 100.0 100.0

SIKAP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 13 12.4 12.4 12.4

Sedang 68 64.8 64.8 77.1

Baik 24 22.9 22.9 100.0

Total 105 100.0 100.0

Perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 13 12.4 12.4 12.4

Sedang 69 65.7 65.7 78.1


80

Baik 23 21.9 21.9 100.0

Total 105 100.0 100.0

( lanjutan)

B. DATA HASIL PENELITIAN BIVARIAT MENGGUNAKAN UJI CHI


SQUARE

BIVARIAT PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP

Sikap

Kurang Sedang Baik Total

gabung_sel Kurang Count 9 40 6 55

Expected
6.8 35.6 12.6 55.0
Count

% within
69.2% 58.8% 25.0% 52.4%
sikap

Baik Count 4 28 18 50

Expected
6.2 32.4 11.4 50.0
Count

% within
30.8% 41.2% 75.0% 47.6%
sikap

Total Count 13 68 24 105

Expected
13.0 68.0 24.0 105.0
Count

% within
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sikap
81

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 9.825a 2 .007


Likelihood Ratio 10.143 2 .006
Linear-by-Linear Association 8.504 1 .004
N of Valid Cases 105

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6.19.

BIVARIAT SIKAP TERHADAP PERILAKU

perilaku sel

Kurang Baik Total

sikap_sel Kurang Count 1 12 13

Expected Count 1.4 11.6 13.0

% within perilaku sel 9.1% 12.8% 12.4%

Baik Count 10 82 92

Expected Count 9.6 82.4 92.0

% within perilaku sel 90.9% 87.2% 87.6%

Total Count 11 94 105


82

Expected Count 11.0 94.0 105.0

% within perilaku sel 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square .123a 1 .726


Continuity
.000 1 1.000
Correctionb
Likelihood Ratio .132 1 .716
Fisher's Exact Test 1.000 .592
Linear-by-Linear
.121 1 .727
Association
N of Valid Casesb 105

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.36.
83

Lampiran 5

RIWAYAT PENULIS

Identitas:
Nama : IRA RAHMANITA
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jambi, 04 februari 1990
Alamat : Jl. Pinang no 17 Rt 05 Rw 02 Kelurahan Beringin Jambi
No. telepon : 0852 66 853535
E-mail : nice_jumpbee@yahoo.co.id

Pendidikan:
 2008 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
 2005 – 2008 : SMA Negeri 5 Kota Jambi
 2002 – 2005 : SMP Negeri 2 Kota Jambi
 1996 – 2002 : Sekolah Dasar Islam Al-Falah Jambi
 1995 – 1996 : TK Islam Al-Falah Jambi

Anda mungkin juga menyukai