Zat Pewarna
Zat Pewarna
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
IRA RAHMANITA
NIM : 108103000014
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ira Rahmanita
3
Laporan Penelitian
Oleh :
Ira Rahmanita
NIM: 108103000014
DEWAN PENGUJI
PIMPINAN FAKULTAS
5
KATA PENGANTAR
8) Kedua orang tua saya tercinta H. Ismet Marjohan dan Hj. Rohima dan nenek saya
tercinta H. Jawaniar terima kasih atas cinta, kasih sayang, pengorbanan, do’a,
ridho, harapan, senyuman, pelukan, air mata serta pelajaran kehidupan yang
selama ini telah diberikan kepada saya sejak berada dalam kandungan sampai
saya bisa seperti sekarang.
9) Semua saudara saya abang, kakak ipar dan adik saya tersayang, Briptu Apriandi,
Riki Yanto. ST, Yuli Putri Ayu, Ridho Putra dan Rinda Rahmanyani serta seluruh
keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, dan selalu
setia untuk berbagi dalam suka dan duka.
10) Seluruh teman dan sahabat di: PSPD 2008-2011, dan teman-teman yang telah
memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan semua
pihak kepada saya mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan saya penelitian ini
dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi kedokteran, khususnya
tentang bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya pada jajanan anak sekolah.
Penulis
7
ABSTRAK
Kata kunci: pengawet terlarang dan pewarna berbahaya, pengetahuan sikap perilaku
ABSTRACT
Street food which contain prohibited preservative and danger colouring will give
negative impact to consumer’s healthy. This research aims to description and related
of knowledge, attitude and behavior from mothers at Beringin village Jambi about
primary school’s street food which contain prohibit preservative and danger
colouring. The methodology of research was cross sectional study. The data was
collected with distribution questionnaire to 105 respondent. The data was analyzed
using chi-square test. The research result was 55 (52,4%) respondent had low
knowledge, 68 (64,8%) had medium attitude, 69 (65,7%) had medium behavior.
There is no relationship between knowledge and attitude, p=0,07 and there is no
relationship between attitude and behavior, p=0,592
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ………………………………………………….……………….. vii
ABSTRACT …………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1. Jajanan…………............................................................................. 4
2.2. Bahan Tambahan Pangan................................................................. 5
2.3. Batas Penggunaan Harian / Acceptable Daily Intake(ADI)............. 6
2.4. Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan............... 8
2.5. Bahan Tambahan Terlarang Dan Berbahaya.……………………... 8
2.6. Pengetahuan...................................................................................... 19
2.7. Sikap ................................................................................................ 21
2.8. Perilaku............................................................................................. 23
2.12. Kerangka Konsep ……………………………………………….. 26
2.13. Definisi Operasional …………………………………………….. 27
29
9
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.9. Definisi operasional ......................................................................... 27
4.2.1 Karakteristik Responden berdasarkan tingkat pendidikan............... 35
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaaan.............. 35
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia........................ 35
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jumlah Anak.......... 35
4.3.1. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Tujuan Pemberian Bahan Pengawet Pada makanan………………. 36
4.3.2. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Tujuan Pemberian Pewarna Pada makanan...................................... 36
4.3.3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Jenis Pengawet Yang Biasanya Digunakan Pada Jajanan………… 37
4.3.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Jenis Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pengawet.................... 37
4.3.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap
Ciri-ciri Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pengawet………... 38
4.3.6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Pengaruh Jajanan Yang Menggunakan Pengawet Terhadap
Kesehatan………………………………………………………….. 38
4.3.7. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Jenis Pewarna Yang Biasanya Digunakan Pada Jajanan...................... 39
4.3.8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Jenis Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pewarna.......................... 39
4.3.9. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap
Ciri-ciri Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pewarna…………. 40
4.3.10 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pengaruh
.. Jajanan Yang Biasanya Menggunakan Pewarna Terhadap 40
11
Kesehatan………………………………………………………….
4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap………………………….. 41
4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku……………………….. 42
4.6.1. Univariat Pengetahuan Responden……………………………….. 43
4.6.2. Univariat Sikap Responden……………………………………….. 45
4.6.3. Univariat Perilaku Responden…………………………………….. 46
4.7.1. Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap………………………….. 48
4.7.2. Hubungan Sikap Terhadap Perilaku………………………………. 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Informed consent .............................................................................. 54
2. Kuesioner ......................................................................................... 55
3. Uji validitas………………………………………………………... 64
. 4. Data hasil penelitian menggunakan uji chi square (SPSS 16.0) …... 67
5. Riwayat penulis ................................................................................ 72
12
BAB I
PENDAHULUAN
Keunggulan jajanan adalah murah, mudah didapat serta cita rasanya enak.
Namun jajanan juga berisiko terhadap kesehatan karena dalam proses pengolahannya
sering kali ditambahkan pewarna seperti rhodamin B, methanil yellow dan pengawet
makanan seperti formalin dan boraks.1
Penggunaan rhodamin B dan methanil yellow, pengawet formalin dan boraks
dilarang karena bersifat karsinogenik kuat yang dapat menyebabkan kanker hati,
kandung kemih, dan saluran cerna.2
Dari hasil analisis sampel jajanan Badan Pengawas Obat dan Makanan antara
Februari 2001 hingga Mei 2003, didapatkan bahwa dari 315 sampel, 155 (49%)
mengandung rhodamin B, dari 1222 sampel, 129 (11%) mengandung boraks dan dari
242 sampel, 80 (33%) mengandung formalin. Pangan yang mengandung rhodamin B
di antaranya kerupuk, makanan ringan, kembang gula, sirup, biskuit, minuman
ringan, cendol, dan manisan. Pangan yang mengandung formalin adalah mie ayam,
bakso, dan tahu. Sedangkan pangan yang menggunakan boraks adalah bakso, siomay,
lontong, dan lemper.3
Pada tahun 2006 BPOM melakukan penelitian pada jajanan anak sekolah di
478 sekolah dasar di 26 ibukota propinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel
sebanyak 2903 sampel. Pengambilan sampel dilakukan terhadap beberapa jenis
jajanan, yaitu sirup, jeli, agar-agar, es mambo, lolipop, mie siap konsumsi, bakso, dan
kudapan (bakwan, tahu isi, dsb). Dari penelitian ini sebanyak 6 % mie menggunakan
formalin, dan kurang dari 8 % bakso menggunakan boraks.1
Penelitian lain dilakukan oleh Intan Purnama Sari di TK AL-UMMI Desa
Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2010,
13
mengenai pengetahuan, sikap serta perilaku ibu tentang makanan jajanan yang
mengandung pemanis buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 75 %
responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, sebanyak 60 % responden memiliki
sikap sedang dan sebanyak 75 % responden memiliki perilaku sedang.4
Selain itu Rina Nuzulia pada tahun 2007 juga melakukan penelitian mengenai
persepsi orang tua mengenai keamanan pangan jajanan anak sekolah dasar. Dari
penelitian tersebut dihasilkan bahwa sebanyak 94,97% orang tua menganggap jajanan
anak sekolah dasar mengandung bahan kimia berbahaya.5
Di Kelurahan Beringin Kota Jambi terdapat tiga Sekolah Dasar Negeri yang
saling berdekatan dan berada diantara pemukiman penduduk. Anak-anak yang tinggal
di sana sebagian besar bersekolah di salah satu SD Negeri tersebut. Di setiap sekolah
banyak pedagang yang menjual berbagai macam jajanan.
Siswa sekolah selalu ingin mencoba jajanan yang dijajakan namun mereka
tidak pernah memperhatikan kandungan jajanan yang mereka makan. Hal ini harus
menjadi perhatian banyak pihak antara lain pemerintah, sekolah dan orang tua.
Kurangnya perhatian dan pengawasan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan dan
gangguan kesehatan. Peran orang tua terutama ibu sangatlah penting karena ibu dapat
menjadi informan bagi anak-anaknya. Dalam hal ini ibu harus dapat menyampaikan
informasi mengenai jajanan yang mengandung bahan tambahan berbahaya dan
pengaruhnya terhadap kesehatan serta ibu juga harus bisa mengarahkan anak-anak
untuk dapat memilih dan mengkonsumsi jajanan sehat. Alasan inilah yang melatar
belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran dan hubungan
pengetahuan, sikap serta perilaku ibu mengenai jajanan anak SD yang mengandung
bahan pengawet terlarang dan pewarna berbahaya di Kelurahan Beringin kota Jambi
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap serta perilaku. Jika perilaku
didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 JAJANAN
Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Bahan tambahan
pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya lebih baik.
Bahan tambahan pangan pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah diteliti
dan diuji lama sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Pemerintah sendiri telah
mengeluarkan berbagai aturan yang diperlukan untuk mengatur pemakaian bahan
tambahan pangan secara optimal.2
Menurut peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu
dan gizi pangan pada bab I pasal 1 bahan tambahan pangan adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan atau
produk makanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa,
tekstur makanan, memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan utama.1
Pemakaian bahan tambahan pangan di Indonesia diatur oleh Departemen
Kesehatan. Sementara pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan (DIRJEN POM). Di Amerika, keduanya dilakukan oleh Food and
Drug Administration. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah
bahan pewarna, penyedap rasa, aroma, pengemulsi, pemantap, pengental, pengawet,
anti oksidan, anti gumpal dan pemucat.1
Dalam kehidupan sehari-hari bahan tambahan pangan sudah digunakan secara
umum oleh masyarakat, termasuk dalam pembuatan makanan jajanan. Pada
praktiknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan
pangan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh
digunakan dalam makanan. Hal ini terutama karena ketidaktahuan produsen pangan,
baik mengenai sifat-sifat dan keamanan bahan tambah pangan. Pengaruh bahan
tambahan pangan terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau
17
dilihat, maka produsen sering kali tidak menyadari bahaya penggunaan bahan tambah
an pangan yang tidak diizinkan.2
Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan bahan tambahan
pangan yang sering dilakukan produsen pangan yaitu menggunakan bahan tambahan
yang dilarang dan penggunaannya melebihi dosis yang diizinkan untuk makanan.
Penggunaan bahan tambahan yang beracun yang melebihi batas akan membahayakan
kesehatan masyarakat dan berbahaya bagi pertumbuhan generasi yang akan datang.2
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk mengawetkan
makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah
terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk makanan
menjadi lebih baik, renyah, lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma yang
lebih menarik sehingga mengundang selera, meningkatkan kualitas pangan, dan
menghemat biaya.2
Fungsi bahan tambahan pangan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 235/MEN.KES/PER/VI/1979, yaitu sebagai (1)
antioksidan, (2) antikempal, (3) pengasam, penetral, dan pendapar, (4) enzim, (5)
pemanis buatan , (6) pemutih dan pematang, (7) penambah gizi (8) pengawet (9)
pengemulsi, pemantap dan pengental, (10) pengeras, (11) pewarna alami dan sintetik,
(12) penyedap rasa dan aroma, (13) sekusetran, serta bahan tambahan lain.8
Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebihan pada umumnya akan
bersifat racun (toksik) bagi hewan dan manusia. Oleh karena itu perlu ditetapkan
batas penggunaan harian bahan tambahan kimiawi untuk perlindungan kesehatan
konsumen. Acceptable Daily Intake (ADI) adalah suatu batasan berapa banyak
konsumsi bahan tambahan makanan yang dapat diterima dan dicerna setiap hari tanpa
mengalami resiko kesehatan.9
ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar
digunakan berat badan 60 kg, yang menyatakan berat rata-rata populasi penduduk.
18
Tetapi di Indonesia dan Negara berkembang lainnya digunakan berat badan standar
sebesar 50 kg.9
ADI dinyatakan dalam satuan mg bahan tambahan pangan per kg berat badan.
Nilai ADI diperoleh dari data-data toksikologi pada hewan percobaan yaitu dari dosis
tanpa efek diesktrapolasikan kepada manusia dengan menggunakan suatu faktor
keamanan (safety factor). Safety factor biasanya 100, sehingga ADI adalah dosis
tanpa efek dibagi 100.9
Selain ADI, untuk menghitung batasan penggunaan harian dapat
menggunakan TMDI (Teoritical Maximum Daily Intake) dan EDI (Estimate Daily
Intake). Konsumsi maksimum sehari-hari secara teori (TMDI) dihitung dengan
mengalikan rata-rata per kapita makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk setiap
bahan makanan yang atau kelompok makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk
setiap bahan makanan atau kelompok makanan dengan konsentrasi maksimum
pemakaian yang diizinkan dari bahan makanan atau kelompok makanan dengan
konsentrasi maksimum pemakaian yang diizinkan dari bahan tambahan berdasarkan
standar codex atau oleh peraturan nasional.9
TMDI hanya memberikan gambaran kasar tentang konsumsi diet dari bahan
tambahan makanan karena TMDI tidak mempertimbangkan kebiasaan makanan dari
kelompok-kelompok khusus. Sedangkan perkiraan konsumsi per hari (EDI) dari
bahan tambahan makanan adalah sejumlah bahan tambahan yang dicerna oleh rata-
rata kosumen yang berdasarkan penggunaan sebenarnya dari bahan tambahan di
industri-industri, batas maksimum yang ditentukan oleh Good Manufacturing
Practice (GMP) atau perkiraan yang sedekat mungkin bahan tambahan yang
dikonsumsi oleh manusia atau konsumen.9
19
Batas maksimum penggunaan yang aman dari bahan tambahan dapat dihitung
berdasarkan nilai ADI, jumlah makanan harian yang dikonsumsi yang mengandung
bahan tambahan makanan, dan berat badan rata-rata dari konsumen dewasa dalam
kilogram.9
Dalam penggunaan maksimum yang umum dipakai berat badan rata-rata orang
dewasa yaitu 60 kg.
Rumus yang dipakai adalah :
BMP = ADI x B x 1000 (mg/kg)
K
Keterangan : B = berat badan (kg)
K = konsumsi makanan (g)
Batas maksimum penggunaan adalah batas penggunaan maksimum yang
umum untuk orang dewasa. Anak-anak lebih peka atau mempunyai daya tahan yang
lebih rendah terhadap bahan tambahan pangan dibandingkan orang dewasa.
Berdasarkan kebutuhan kalori per kilogram berat badan untuk orang dewasa yaitu
sekitar 40 kalori sedangkan untuk anak-anak, sekitar 100 kalori, maka untuk anak-
anak faktor keamanan yang perlu digunakan adalah 2,5, artinya dalam perhitungan
batas maksimum penggunaan berat badan rata-rata orang dewasa perlu dikalikan
dengan 2,5 untuk mendapatkan batas maksimum penggunaan untuk anak-anak.9
2.5.1 FORMALIN
dihinggapi lalat dan karena formalin berfungsi sebagai pembasmi lalat. Sedangkan
tahu tanpa formalin biasanya mudah hancur dan tidak akan bertahan hanya dalam
dua hari.2
Ciri-ciri makanan seperti mie basah yang mengandung formalin adalah tidak
rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari
15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius), bau agak menyengat, bau formalin
tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Ciri-ciri bakso yang
mengandung formalin tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat
Celsius), teksturnya sangat kenyal.1
2.5.2 BORAKS
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ tubuh
tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi
tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh
25
dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis fatal boraks antara 0,1-0,5 g/kg berat
badan. Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorbsi dalam waktu lama. Akibat
yang timbul diantaranya anoreksi, berat badan turun, muntah, diare, ruam kulit,
alpopsia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi terus menerus
dapat mengganggu gerak pencernaan usus, kelainan saraf, depresi, kekacauan mental,
rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dan kulit karena boraks cepat diabsorbsi
oleh saluran pernafasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa.1
Boraks biasanya bersifat racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan
saraf pusat, ginjal dan hati. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi. Dan jika tertelan
akan menimbulkan kerusakan pada usus, otak dan ginjal. Kalau digunakan berulang
secara komulatif akan tertimbun dalam otak, hati dan jaringan lemak. Asam boraks
ini akan menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala mual, muntah, diare,
iritasi kulit, dan gangguan sirkulasi darah.2
Daya toksisitas boraks adalah LD-50 akut 4,5-4,98 g/kg berat badan (tikus),
pemakaian yang berlebihan dan berulang dapat menyebabkan toksik atau keracunan.
Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada
anak dosis 5-6 gram.10
2.5.3 RHODAMIN B
Rhodamin B mempunyai banyak sinonim, antara lain D dan C Red no. 19,
food red 15, dan ADC Rhodamin B. Bentuknya berupa serbuk kristal, biasanya
berwarna hijau atau ungu kemerahan. Rhodamin tidak berbau serta mudah larut
dalam larutan berwarna merah terang berfluoresen. Rhodamin biasa digunakan dalam
industri tekstil, sebagai pewarna pakaian sehingga dihasilkan warna-warna yang
27
menarik. Rhodamin juga digunakan di pabrik kertas untuk mewarnai kertas. Selain
itu rhodamin juga digunakan sebagai pewarna makanan pada industri rumah tangga
dan industri kecil.2
Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan
melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Rhodamin B
sering digunakan pada produk seperti sirup, limun, es mambo, bakpao, es cendol, es
kelapa, beberapa kue basah serta makanan kipang, kerupuk dan saus sambal.8
Berdasarkan analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofotometri,
didapatkan bahwa sifat racun Rhodamine B tidak hanya disebabkan oleh senyawa
organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B
itu sendiri. Bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain
seperti timbal dan arsen, dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur
tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.9
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B
bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin
membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang
menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl
yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada
dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.10
Menurut penelitian BPOM pada tahun 2003 dari 103 sampel Mie (Basah)
ditemukan 50 (49%) sampel yang memenuhi syarat dan 53 (51%) sampel yang tidak
memenuhi syarat. Dari 103 sampel Tahu, ditemukan 94 (78%) sampel yang
memenuhi syarat, dan sebanyak 9 sampel yang tidak memenuhi syarat.6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Labora Panjaitan tentang
pemeriksaan dan penetapan kadar boraks dalam bakso di Kota madya Medan
menunjukkan bahwa 80% dari sampel yang diperiksa ternyata mengandung boraks
(delapan sampel dari sepuluh sampel) dan kadar boraks yang di dapat dalam bakso
antara 0,08% - 0,29%.2
28
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asterina pada tahun 2006 tentang
identifikasi kadar boraks pada mie basah di kota padang didapatkan hasil penelitian
bahwa dari 10 sampel.ditemukan 5 sampel mengandung boraks, kadar yang paling
rendah didapatkan yaitu 334.805 ppm, sedang kadar yang tinggi yaitu sebesar 557.
14 ppm.10
Methanil yellow juga merupakan salah satu zat pewarna yang tidak diizinkan
untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Methanil yellow digunakan sebagai
pewarna untuk produk-produk tekstil, cat, kayu, dan cat lukis. Methanil juga biasa
dijadikan indikator reaksi netralisasi asam basa.3
Zat pewarna sintesis ini berbentuk serbuk bewarna kuning kecoklatan. Zat
berbahaya ini juga masih dapat ditemukan pada beberapa jenis makanan di sejumlah
pasar, misalnya pada mie. Penambahan pada methanil yellow akan membuat mi basah
berwarna kuning cerah. Beberapa jajanan anak-anak disekolah seperti manisan buah
mangga dan kedondong juga memakai methanil yellow. Juga ditemukan pada bahan
makanan kue basah, kerupuk, macam-macam jelly dan agar-agar. Pewarna ini
termasuk kelompok azo dan dicurigai kuat mempunyai dampak buruk pada jaringan
hati, kandung kemih, saluran pencernaan.2
berbeda-beda yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan
sehari-hari dan keadaan fisik.10
Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan
iritasi kulit dan kemerahan bila terkena kulit, hampir mirip dengan sifat dari Klorin
yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain
senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah
senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam
struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen
adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian
senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai
kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita
sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.10
Dr. kinosita telah melihat adanya efek karsinogenik, salah satu percobaannya
adalah dengan cara memberi makan tikus dengan makanan yang mengandung zat
warna, untuk dosis 3mg/hari pada tikus-tikus, sebagian mati sebelum 30 hari. Sisanya
yang mampu bertahan sampai hari ke 150, telah terkena bermacam-macam tumor
hati, dengan dosis 1 mg tikus mengalami tumor hati.10
Zat warna diabsorbsi dari dalam saluran pencernaan makanan dan sebagian
dapat mengalami metabolism oleh mikroorganisme dalam usus. Dari saluran
pencernaan dibawa langsung ke hati, melalui vena portal atau melalui system limfatik
ke vena kava superior. Di dalam hati, senyawa ini dimetabolisme dan atau
dikonjugasikan, lalu ditransportasikan ke ginjal untuk diekskresikan bersama urin.10
2.6 PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encylopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Dalam kamus
filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui
manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang
mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sedemikian
aktif sehingga subjek itu menyusun objek pada dirinya sendiri dalam kesatuan yang
aktif.14,15,16,17
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 14,15,16,17
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mepunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan
sebagainya. 14,15,16,17
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 14,15,16,17
31
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, aplikasi ini
diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 14,15,16,17
4. Analisis (Analisys)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan
untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 14,15,16,17
5. Sintesa (Syntesis)
Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi
yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada. 14,15,16,17
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifkasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui dapat kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan
diatas. 14,15,16,17
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
32
2.7 SIKAP
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak
senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik.17
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. 14,15,16,17
Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut:
”An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency with
regard to social object”
“ A mental and neural state and neural of rediness, organized through
expertence, exerting a directive or dynamic influenceup on the individuals responseto
all objects and situation with which it is related
Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which
in interaction with situation and other dispositional variables, guide and direct the
overt behavior of the individual. 14,15,16,17
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetpai hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 14,15,16,17
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
33
mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan
pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal
negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra
terhadap obyek sikap. 14,15,16,17
Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu
skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan
tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang
disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala
memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap. 14,15,16,17
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan
hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner. 14,15,16,17
2.8 PERILAKU
Perilaku sama dengan kelakuan dan juga tingkah laku seseorang dalam
melakukan suatu tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.14
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud
dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun
yang tidak bisa diamati oleh pihak luar. 14,15,16,17
35
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). 14,15,16,17
37
Sikap
Perilaku
1. Pendidikan
Pengetahuan Sikap
2. Pekerjaan
Perilaku
38
madrasah
ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain
yang sederajat dan
madrasah
ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain
yang sederajat
2. Sedang : sekolah
menengah pertama
(SMP) dan
madrasah
tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain
yang sederajat.
3. Tinggi: Pendidika
tinggi merupakan
jenjang pendidikan
setelah pendidikan
dasar dan
menengah pertama
yang mencakup
sekolah menengah
atas dan program
pendidikan
diploma, sarjana,
magister, spesialis
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1. Desain Penelitian
3.3.1 Populasi
o Populasi target adalah seluruh ibu dari anak usia sekolah dasar
o Populasi terjangkau adalah seluruh ibu dari anak usia sekolah
dasar yang ada di Kelurahan Beringin Kota Jambi
3.3.2. Jumlah sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan
rumus sebagai berikut:
N1 = N2 = ( Zα ඥʹ ܲܳ + Zβ ඥܲͳܳͳ ܲʹ ܳʹ ) 2
( P1-P2 )
P2 = 0,4 (kepustakaan)
Dengan demikian,
P1 – P2 = 0,2
P1= 0,2 + 0,4 = 0,6
Q2 = 1-P2=0,6
Q1 = 1-P1=0,4
P=(P1+P2)/2 = (0,6+0,4)/2 = 0,5
Q=(Q1+Q2)/2 =(0,4+0,6)/2= 0,5
N1 = N2 = ( Zα ඥʹ ܲܳ + Zβ ඥܲͳܳͳ ܲʹ ܳʹ 2
( P1-P2 )
(0,6-0,4)
2
N1 = N2 = (1,96 x (1,96 x 0,70 ) + (0,842 x0,69 )
0,2
2
N1 = N2= ( 1,37 +0,58 )
0,2
N1=N2 = 95
Untuk menjaga kemungkinan adanya drop out (DO), maka jumlah subjek
ditambah sebanyak 10%. Jadi jumlah subjek adalah 95 + 9,5 = 104,5 Dibulatkan
menjadi 105 sampel.18
42
Informed consent
Ya Tidak
Wawancara
Menggunakan kuesioner
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar
Kelurahan Beringin Kota Jambi pada bulan Januari – September 2011. Besar sampel
yang dikumpulkan sebanyak 105 responden dan dipilih secara acak menggunakan
cluster random sampling.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara
pengetahuan terhadap sikap dan sikap terhadap perilaku. Penelitian sejenis ini belum
pernah dilakukan sebelumnya di Kelurahan Beringin Kota Jambi.
Di Kelurahan Beringin Kota Jambi terdapat tiga Sekolah Dasar Negeri yang
saling berdekatan dan berada diantara pemukiman penduduk yang sebagian anak-
anak yang tinggal di sana bersekolah di salah satu SD Negeri tersebut. Di setiap
sekolah banyak pedagang yang menjual berbagai macam jajanan. Dari hasil survey
kemungkinan jajanan yang dijual di lingkungan SD tersebut mengandung bahan
terlarang dan berbahaya.
Jawaban ∑ %
Memilih 1 pilihan 36 34,3
Memilih 2 pilihan 26 24,3
Memilih 3 pilihan 15 14,3
Memilih 4 pilihan 11 10,5
Memilih 5 pilihan 3 2,9
Tidak tahu 14 12,4
Jawaban ∑ %
Memilih 1 pilihan 71 67,6
Memilih 2 pilihan 6 5,7
Memilih 3 pilihan 2 1,9
Memilih 4 pilihan 1 1
Memilih 5 pilihan 0 0
Tidak tahu 25 23,5
Jawaban ∑ %
Memilih 1 pilihan 38 36,2
Memilih 2 pilihan 39 37,1
Memilih 3 pilihan 15 14,3
Memilih 4 pilihan 5 4,8
Memilih 5 pilihan 3 2,9
Tidak tahu 4 3,8
Tidak menjawab 1 1
51
Jawaban ∑ %
Warnanya mencolok, tidak berbau, dan warnanya meninggalkan bekas 30 28,6
Warnanya mencolok, berbau, dan warnanya meninggalkan bekas 58 55,2
Warnanya tidak mencolok, tidak meninggalkan bekas dan tampilannya 4 3,8
tidak menarik
Tidak tahu 11 10,5
Tidak menjawab 2 1,9
Jawaban ∑ %
Memilih 1 pilihan 34 32,4
Memilih 2 pilihan 27 25,7
Memilih 3 pilihan 21 20
Memilih 4 pilihan 4 3,8
Memilih 5 pilihan 1 1
Tidak tahu 16 15,2
Tidak menjawab 2 1,9
52
Kurang
No Setuju Tidak setuju
Pertanyaan Setuju
∑ % ∑ % ∑ %
1. Tujuan pemberian bahan pengawet
untuk membuat makanan tahan 40 38,1 23 21,9 42 40
lama
2. Jenis jajanan yang mengandung
36 34,3 38 36,2 31 29,5
pengawet adalah tahu
3. Ciri-ciri jajanan yang menggunakan
pengawet adalah tidak dihinggapi 49 46,7 25 23,8 31 29,8
lalat
4. Pengaruh jajanan yang
menggunakan pengawet adalah 75 71,4 18 17,1 12 11,4
merusak ginjal
5. Tujuan pemberian pewarna pada
jajanan untuk meningkatkan 44 41,9 31 29,5 30 28,6
ketertarikan konsumen
6. Minuman yang menggunakan
39 37,1 41 39 25 23,8
pewarna adalah es cendol
7. Ciri-ciri jajanan yang menggunakan
74 70,5 18 17,1 13 12,4
pewarna warnanya mencolok
8. Pengaruh jajanan yang
menggunakan pewarna adalah 65 61,2 17 16,2 23 21,9
kanker hati
responden menjawab tidak setuju terhadap tujuan pemberian bahan pengawet untuk
membuat makanan tahan lama.
Kadang-
No Selalu Sering Tidak setuju
Pertanyaan kadang
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Menyiapkan
sarapan pagi yang 41 39 26 24,3 31 29,5 7 6,7
dimasak sendiri
2. Membawakan
16 15,2 28 26,7 46 43,8 15 14,3
bekal makanan
3. Membolehkan
membeli bakso 5 4,8 17 16,2 80 76,2 3 2,9
dan tahu
4. Membolehkan
membeli jajanan
3 2,9 8 7,6 29 27,9 65 61,4
yang warnanya
mencolok
5. Mengamati
jajanan yang 34 32,4 27 25,7 25 23,8 19 18,1
dibeli anak
Hasil penelitan yang terdapat pada tabel 4.4 menunjukan sebanyak 67 (63,8%)
responden selalu dan sering menyiapkan sarapan, sebanyak 46 (43,8%) responden
menjawab kadang-kadang membawakan bekal makanan. Sebanyak 19 (18,1%)
Responden menjawab tidak pernah mengamati jajanan yang dibeli anak.
54
Sedang 47 44,9
Kurang 55 52,4
rendahnya tingkat pendidikan responden, kurangnya informasi baik dari media cetak
mupun media elektronik.
Selama ini belum ada penelitian tentang efek bahan pengawet pada manusia
namun penelitian yang telah ada adalah efek bahan pengawet pada binatang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh F. A Malek, K-U. Moritz, J. Fanghanel
yang terdapat didalam jurnal of experimental animal science yang berjudul A study
on spesifik behavioral effects of formaldehyde in the rat, hasil penelitian,
menunjukan bahwa pencemaran melalui inhalasi mempengaruhi squamous cell
carcinoma rongga hidung pada tikus. Dari empat studi terhadap pemberian air
minum yang mengandung formaldehid pada tikus menunjukan hasil yang
bermacam-macam. Pertama menunjukan timbulnya peningkatan forestomach
papillomas pada tikus jantan. Kedua menunjukan timbulnya gastrointestinal
leiomyosarcomas pada tikus jantan dan betina. Ketiga menunjukan peningkatan
timbulnya total tumor menular, limpoma dan leukemia. Keempat Formaldehid juga
menujukan efek karsinogenik melalui inhalasi dan proses pencernaan.11
Dari hasil penelitian ini didapatkan hanya 3 (2,9 %) responden yang
memiliki pengetahuan yang baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Helena Sinaga pada guru SD di kota
Medan. Pada penelitian tersebut tidak ada responden yang memiliki pengetahuan
buruk, dan didapatkan bahwa sebanyak 65,72% responden mempunyai pengetahuan
baik, dan sebanyak 34,28% responden mempunyai pengetahuan sedang.21
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian dilakukan oleh Intan
Purnama Sari mengenai pengetahuan, sikap serta perilaku ibu tentang bahan
pemanis tambahan pada jajanan anak sekolah dasar. Dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa sebanyak 75 % responden memiliki tingkat pengetahuan sedang.4
Perbedaan hasil peneltian ini mungkin dikarenakan terdapat perbedaan
jumlah sampel, pada penelitian Helena jumlah sampelnya hanya sebanyak 35 orang.
Selain itu juga terdapat perbedaan karakteristik responden, seperti tingkat
pendidikan, pekerjaan. Pada penelitian ini tingkat pendidikan ibu berada pada
56
tingkat pendidikan sedang yaitu SMP, sedangkan pada penelitian Helena didapatkan
bahwa tingkat pendidikan responden berada pada tingkat pendidkan tinggi yaitu S1.
Pada penelitian ini sebagian besar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga
sedangkan pada penelitian Helena pekerjaan responden adalah guru. Perbedaan ini
mungkin akan mempengaruhi pengetahuan responden. Rendahnya pengetahuan
responden mungkin dikarenakan kurangnya informasi dan sosialisasi kepada ibu
baik di media cetak maupun media elektronik atau mungkin selama ini ibu kurang
memperhatikan dan kurang waspada terhadap hal tersebut. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Notoadmojo bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, penginderaan yang
baik akan meningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi. 14,15,16,17
Sedang 68 64,8
Kurang 13 12,4
Hasil penelitian pada tabel 4.5.2 sebagian besar responden memiliki sikap
sedang yaitu sebesar 68 (64,8%) reponden. Responden yang memiliki sikap baik
sebanyak 24 (22,9%) responden. Responden yang memiliki sikap kurang sebanyak
13 (12,4%) responden.
Dari beberapa pertanyaaan sikap yang telah diberikan kepada responden
terdapat beberapa sikap yang rendah yaitu tentang yaitu sikap tentang manfaat bahan
pengawet. Sebanyak 42 responden menjawab tidak setuju tentang manfaat bahan
pengawet adalah untuk membuat makanan lebih tahan lama. Sikap responden
57
terhadap jenis jajanan yang biasanya menggunakan pengawet adalah tahu, sebanyak
31 responden menjawab tidak setuju.
Namun terdapat juga sikap responden yang baik yaitu sikap terhadap efek
bahan pengawet dalam jangka waktu lama, sebanyak 75 responden setuju bahwa
efek bahan pengawet dalam jangka waktu lama adalah merusak ginjal. Sebanyak 65
(61,9%) responden juga setuju bahwa efek bahan pewarna adalah merusak hati.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden
memiliki sikap sedang, hasil penelitan ini berbeda dengan hasil penelitian Helena
Sinaga, pada penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 60 % responden mempunyai
sikap baik.21
Namun hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Intan Purnama Sari, dari penelitian tersebut didapatkan bahwa
sebanyak 60 % responden memiliki sikap sedang.4
Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa sebagian besar sikap ibu terhadap
jajanan anak yang mengandung bahan tambahan pengawet dan pewarna berbahaya
berada dalam kategori cukup yang artinya menandakan bahwa ibu mempunyai salah
satu dari komponen sikap yaitu kepercayaan atau keyakinan terhadap stimulus atau
objek. Hal ini sejalan dengan pendapat Allport bahwa komponen sikap itu terdiri dari
kepercayaan atau keyakinan artinya bagaimana keyakinan atau pendapat atau
pemikiran seseorang terhadap objek.
Hasil penelitian pada tabel 4.5.3 sebagian besar responden memiliki perilaku
sedang yaitu sebesar 69 (65,7%) reponden. Responden yang memiliki perilaku baik
58
menjadi 2x3, hasilnya sudah memenuhi syarat karena tidak didapatkan nilai
expected-nya yang kurang dari lima. Untuk menentukan nilai p value dipakai uji
person chi-square dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Sikap
Tingkat P
Pengetahuan Total value
Kurang Sedang Baik
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Kurang 9 69,4 40 58,8 6 25 55 52,4
0,07
Baik 4 30,8 28 41,2 18 75 50 47,6
responden yang memiliki pengetahuan baik dan sikap sedang. Tidak ada
responden yang memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang.21
Berdasarkan uji person chi-square didapatkan nilai p=0,07, maka
tidak terdapat hubungan antara pengetahuan antara pengetahuan terhadap
sikap. Pada sel yang ada pada tabel terdapat sel yang tidak sesuai yaitu
terdapat responden yang memiliki pengetahuan yang kurang namun memiliki
sikap yang sedang. Hal ini bisa saja terjadi karena sebuah sikap melibatkan
faktor emosi dan pendapat responden, namun dalam hal ini sikap responden
yang sedang ternyata tidak berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
karena tingkat pengetahuan responden rendah
Perilaku P value
Total
Sikap
Kurang Baik
∑ % ∑ % ∑ %
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Simpulan
5. 2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
2. Syah D, Dkk. Manfaat dan bahaya bahan tambahan pangan. Bogor : Himpunan
Alumni Fakultas Tekhnologi Pertanian IPB ; 2005 p. 35-42
5. Nuzulia, R, Persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak
sekolah dasar di Kota Bogor. Bogor : Skripsi Institute Pertanian Bogor ; 2007
6. Winarno. F.G Keamanan pangan. Jilid 1. Bogor : M-brio Press ; 2004 p. 33-39
9. Winarno. F.G Keamanan pangan. Jilid 2. Bogor : M-brio Press ; 2004 p.15-19
10. Cahyadi W. Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Jakarta :
Bumi Aksara ; 2006 p. 19-27
64
16. Notoadmojo S. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta :Rineka Cipta
; 2010
18. Dahlan, Sopiyudin. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran & Kesehatan ed.2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika ;
2009 p.43
20. Dahlan, MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2009. p. 121-40
21. Sinaga, H, Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Guru Sekolah Dasar Terhadap
Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan Dan Bahan Kimia
Berbahaya Pada Sekolah Dasar Di Kelurahan Deli Kecamatan Kecamatan
Medan Marelan: Skripsi Universitas Sumatera Utara ; 2009
65
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMEDCONSENT)
Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : …………………………
Umur : …………………………
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian
tersebut di bawah ini yang berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA PERILAKU IBU MENGENAI
JAJANAN ANAK SD YANG MENGANDUNG BAHAN PENGAWET
TERLARANG DAN PEWARNA BERBAHAYA DI KELURAHAN
BERINGIN KOTA JAMBI TAHUN 2011
dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan
bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan
persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.
Jakarta, februari 2011
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP SERTA PERILAKU IBU MENGENAI
JAJANAN ANAK SD YANG MENGANDUNG BAHAN PENGAWET
TERLARANG DAN PEWARNA BERBAHAYA DI KELURAHAN
BERINGIN KOTA JAMBI TAHUN 2011
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama
2. Umur
3. Alamat
4. No HP/ Telpon
5. Status
Pernikahan
6. Jumlah anak
6. Menurut anda apa pengaruh bahan pengawet yang tidak dizinkan terhadap
kesehatan jika jumlah nya berlebih di tubuh dalam waktu lama?? (jawaban
boleh lebih dari satu)
1. Merusak susunan saraf pusat
2. Menyebabkab muntah darah
3. Merusak hati
4. Merusak ginjal
5. Merusak saluran pencernaan
jika anda tidak tahu tandai kolom ini
7. Menurut anda apa saja bahan pewarna yang tidak dizinkan yang biasanya
digunakan pada makanan (jajanan) olahan? (Pilih salah satu jawaban yang
benar)
1. Rhodamin
2. Auramine
3. Methanil yellow
4. Burnt umber
5. Ponceau 3R
6. Citrus red
jika anda tidak tahu tandai kolom ini
8. Menurut anda apa saja jenis jajanan olahan yang biasanya menggunakan
bahan pewarna kimia yang tidak dizinkan ? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. kerupuk
2. es cendol
69
3. gulali
4. sirup
5. Mie bakso
jika anda tidak tahu tandai kolom ini
B. SIKAP
Keterangan:
1. TS : tidak setuju 2. KS : kurang setuju 3. S : setuju
NO PERTANYAAN TS KS S
1. Tujuan pemberian pengawet
yang tidak dizinkan adalah
untuk membuat makanan
tahan lama
2. jajanan olahan yang biasanya
menggunakan bahan
pengawet yang tidak
diizinkan adalah tahu
3. Ciri-ciri makanan olahan
yang mengandung bahan
pengawet yang tidak
diizinkan adalah tidak
dihinggapi lalat
4. Pengaruh bahan pengawet
yang tidak dizinkan terhadap
kesehatan dalam jangka
waktu lama adalah merusak
ginjal
5. Tujuan pemberian pewarna
yang tidak dizinkan pada
minuman olahan adalah
untuk meningkatkan
ketertarikan konsumen
6. Minuman olahan yang
biasanya menggunakan
bahan pewarna kimia
71
C. PERILAKU
Keterangan :
1. SL : selalu 3. KK : kadang-kadang.
2. SR : sering 4. TP : tidak pernah
NO PERTANYAAN S S K T
L R K P
1. Apakah anda
menyiapkan
sarapan pagi
untuk anak anda
yang dimasak
sendiri
2. Apakah anda
membawakan
bekal makanan
kepada anak
anda yang
dimasak sendiri
3. Apakah anda
membolehkan
anak anda
membeli tahu
dan bakso
4. Apakah anda
membolehkan
anak anda
membeli
makanan dan
minuman yang
mempunyai
73
warna mencolok
5. Apakah anda
mengamati
jajanan yang
dibeli anak anda
JAWABAN KUESIONER:
1. PENGETAHUAN
1. B 2= benar (B)
1= mendekati benar (A)
0= salah (C,D)
2. B 2= benar (B)
1= mendekati benar ( A)
0= salah (C,D)
3. SEMUA 2 = benar 4-6
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
4. SEMUA 2 = benar 4-5
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
5. SEMUA 2 = benar 4-5
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
6. SEMUA 2 = benar 4-5
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
7. SEMUA 2 = benar 4-6
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
8. SEMUA 2 = benar 4-5
1= benar 2-3
0= benar <2 dan tidak tahu
9. A 2= benar (A)
1= mendekati benar (B)
0= salah (C,D)
74
2. SIKAP
3. PERILAKU
2. Selalu 3 = selalu
2 = sering
1 = kadang-kadang
0 = tidak pernah
5. Selalu 3 = selalu
2 = sering
1 = kadang-kadang
0 = tidak pernah
Lampiran 3
1. PENGETAHUAN
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
( lanjutan )
Item-Total Statistics
2. SIKAP
Item-Total Statistics
( lanjutan )
Item-Total Statistics
3. PERILAKU
Item-Total Statistics
Lampiran 4
PENGETAHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
SIKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perilaku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
( lanjutan)
Sikap
Expected
6.8 35.6 12.6 55.0
Count
% within
69.2% 58.8% 25.0% 52.4%
sikap
Baik Count 4 28 18 50
Expected
6.2 32.4 11.4 50.0
Count
% within
30.8% 41.2% 75.0% 47.6%
sikap
Expected
13.0 68.0 24.0 105.0
Count
% within
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
sikap
81
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6.19.
perilaku sel
Baik Count 10 82 92
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.36.
83
Lampiran 5
RIWAYAT PENULIS
Identitas:
Nama : IRA RAHMANITA
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Jambi, 04 februari 1990
Alamat : Jl. Pinang no 17 Rt 05 Rw 02 Kelurahan Beringin Jambi
No. telepon : 0852 66 853535
E-mail : nice_jumpbee@yahoo.co.id
Pendidikan:
2008 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2005 – 2008 : SMA Negeri 5 Kota Jambi
2002 – 2005 : SMP Negeri 2 Kota Jambi
1996 – 2002 : Sekolah Dasar Islam Al-Falah Jambi
1995 – 1996 : TK Islam Al-Falah Jambi