Anda di halaman 1dari 2

ZINC

Zinc merupakan komponen lebih dari 300 enzim yang berpartisipasi dalam sintesa dan
degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat. Zinc juga menstabilkan struktur
molekul dari komponen seluler dan membran serta berkontribusi dalam menjaga integritas sel
dan organ. Peranan penting lainnya adalah sebagai bagian integral enzim DNA polimerase
dan RNA polimerase yang diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA, juga sebagai bagian
dari enzim kolagen. Zinc berperan pula dalam sintesa dan degradasi kolagen. Oleh karena itu
zinc berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka.
Di samping itu zinc diperlukan untuk sintesa Retinol Binding Protein/RBP yaitu protein
pengikat retinol di dalam hati. Peranan zinc di dalam fungsi imunitas antara lain di dalam
fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B, serta pertahanan non-spesifik
(Almatsier 2006).

Konsentrasi zinc yang rendah menyebabkan perkembangan abnormal dari sel limfosit T pada
manusia. Kerusakan fungsi limfosit bertanggung jawab pada kemampuan proliferasi sel T
dan B. Defisiensi zinc dapat menekan sintesis DNA atau devisi sel yang diperlukan untuk
perkembangan organ normal karena zinc adalah komponen struktural dari banyak
metalloenzymes, termasuk yang terlibat dalam replikasi gen, seperti DNA dan RNA
polimerase (Park et al, 2003). Kekurangan zinc dapat terjadi bila seseorang banyak
mengonsumsi makanan berupa serealia dan kacang-kacangan, dimana makanan ini
mengandung tinggi serat dan fitat yang dapat menghambat penyerapan zinc. Gejala-gejala
kekurangan zinc diantaranya menurunnya ketajaman indera perasa, melambatnya
penyembuhan luka, gangguan pertumbuhan, menurunnya kematangan seksual, terganggunya
sistem imun, terganggunya fungsi kelenjar tiroid, laju metabolisme dan gangguan
homeostasis (Almatsier 2006). Kekurangan zinc mengganggu pembentukan IgG (Raqib et al.
2004). Sementara itu, kelebihan zinc dilaporkan dapat mengganggu penyerapan tembaga.
Dosis zinc 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, deman (Almatsier 2006).

Zn juga berperan di dalam perkembangan sel-T, reaksi antigen antibodi dan mempengaruhi
fungsi limfosit dan fagositosis. Suplementasi Zn mampu meningkatkan produksi sitokin oleh
sel limfosit  T Helper sehingga menyebabkan terjadinya proliferasi dan diferensiasi sel.
Sitokin berperan dalam banyak respon imun seperti aktivasi sel T, sel B, monosit  dan
makrofag. Zn juga mampu berperan sebagai imunostimulator yaitu mampu meningkatkan
sistem kekebalan baik seluler maupun  humoral. Sel T merupakan pengatur utama bagi
seluruh fungsi tanggap kebal dengan cara membentuk serangkaian mediator protein yang
disebut limfokin. Peningkatan jumlah limfosit pada suplementasi Zn disebabkan karena Zn
mampu meningkatkan produksi limfokin menyebabkan sel limfosit mampu berdiferensiasi
dan berproliferasi dan Zn dibutuhkan oleh sel untuk dapat tumbuh dan berkembang. Zn juga
sebagai kofaktor untuk hormon timulin. Defisiensi hormon ini menyebabkan kegagalan
dalam proliferasi dan menurunnya fungsi sel limfosit T (Prasad et al., 2007).

Peran Zn juga dilaporkan terhadap kemampuannya di dalam meningkatnya aktivitas enzim


superoksida dismutase (SOD) dan mampu meningkatkan semua jenis sel-T, dengan demikian
memungkinkan sel-T berproliferasi dan berdiferensiasi yang pada akhirnya memacu aktivitas
enzim selular. Zn dapat menginduksi produksi sitokin oleh sel leukosit, seperti monosit
dengan meningkatkan produksi interleukin-1, interleukin-6 dan tumor nekrosis faktor. Zn
juga mampu menstimulasi produksi  tumor necrosis factor-alpha (TNF-α) oleh sel monosit,
sehingga kemampuan fagositosis meningkat. TNF-α merupakan mediator pada tanggap kebal
non-spesifik dan termasuk ke dalam kelompok sitokin. Helge dan Rink (2003) melaporkan
bahwa inkubasi sel mononuklear in vitro dalam medium Zn dapat meningkatkan produksi
interleukin 1, interleukin 6, tumor necrosis factor (TNF), IL-2R dan interferon.

Anda mungkin juga menyukai