NIM : 5211419042
PRODI : Teknik Mesin
Denah Pemesinan
3. Limbah B3
Pengertian limbah B3 dapat diartikan sebagai suatu buangan atau limbah yang sifat dan
konsentrasinya mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup
manusia serta organisme lainya.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Limbah ini tidak berasal dari proses utama, melainkan dari
kegiatan pemeliharaan alat, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pencucian, pengemasan dan lain-
lain.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini berasal dari proses suatu industri (kegiatan utama).
3. Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini berasal dari sumber yang tidak diduga, misalnya prodak
kedaluwarsa, sisa kemasan, tumpahan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar dapat meledak karena dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi lewat reaksi fisika atau kimia sederhana (contoh : asam
prikat).
b.Pengoksidasi (oxidizing)
Limbah pengoksidasi adalah limbah yang dapat melepaskan panas karena teroksidasi sehingga
menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan lainnya. Limbah ini jika tidak ditangani dengan serius dapat
menyebabkan kebakaran besar pada ekosistem. Contoh limbah b3 dengan sifat pengoksidasi misalnya
kaporit.
Limbah yang memiliki sifat mudah sekali menyala adalah limbah yang dapat terbakar karena kontak
dengan udara, nyala api, air, atau bahan lainnya meski dalam suhu dan tekanan standar. Contoh limbah
B3 yang mudah menyala misalnya pelarut benzena, pelarut toluena atau pelarut aseton yang berasal dari
industri cat, tinta, pembersihan logam, dan laboratorium kimia.
Limbah beracun adalah limbah yang memiliki atau mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia atau
hewan, sehingga menyebabkan keracunan, sakit, atau kematian baik melalui kontak pernafasan, kulit,
maupun mulut. Contoh limbah b3 ini adalah limbah pertanian seperti buangan pestisida.
f. Berbahaya (harmful)
Limbah berbahaya adalah limbah yang baik dalam fase padat, cair maupun gas yang dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu melalui kontak inhalasi ataupun oral.
g. Korosif (corrosive)
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang memiliki ciri dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
menyebabkan pengkaratan pada baja, mempunyai pH ≥ 2 (bila bersifat asam) dan pH ≥ 12,5 (bila bersifat
basa). Contoh limbah B3 dengan ciri korosif misalnya, sisa asam sulfat yang digunakan dalam industri
baja, limbah asam dari baterai dan accu, serta limbah pembersih sodium hidroksida pada industri logam.
Limbah B3 adalah akronim dari Bahan Beracun dan Berbahaya yang menurut PP no. 101 tahun
2014, definisinya adalah sisa usaha atau kegiatan yang mengandung zat atau komponen yang secara
langsung maupun tidak dapat mencemarkan, merusak, atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 sering juga
disebut mengandung zat atau bahan anorganik berbahaya yang bersifat teratogenik. Teratogenik itu
sendiri adalah sebuah bahan berbahaya yang dapat membuat perkembangan menjadi tidak normal.
Jenis – Jenis nya antara lain :
Baterai bekas
Lampu TL dan Bohlam
Oli bekas
Aki bekas
Toner bekas
Dampaknya terhadap manusia ataupun lingkungan
Limbah B3 masuk kelingkungan melalui media air, tanah, udara, dan hewan/biota yang
mempengaruhi secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan seketika, teratur dan tidak teratur.
Limbah B3 meracun imakhluk hidup melalui rantai makanan sehingga menyebabkan organisme
(tumbuhan, hewan dan manusia) terpapar oleh zat-zat beracun.
Pengaruh Limbah B3 terhadap Kesehatan dan Lingkungan dengan karakteistik yang dimilikinya,
B3 mempengaruhi kesehatan dengan mencelakakan manusia secara langsung (akibat ledakan,
kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksi kakut dan kronis) bagi manusia.
5. Dampak yang terkadi pada “Kasus Lahan Stringfellow di Kalifornia USA” adalah limbah B3
Pengaruh limbah B3 pada manusia memiliki dua kategori, yaitu efek akut dan efek kronis.
Efek akut menimbulkan kerusakan susunan syaraf, sistem pencernaan, kardiovaskuler, dan
pernafasan, serta penyakit kulit bahkan kematian. Sedangkan efek kronis menimbulkan efek pemicu
kanker, mutasi sel tubuh, cacat bawaan, serta kerusakan sistem reproduksi. Limbah B3 tersebut juga
dapat merusak atau mengganggu sistem pernafasan dan pencernaan. Jaringan paru-paru akan
mengalami kerusakan berat, dan makanan yang terkontaminasi limbah menyebabkan kerusakan
hati.
Cara mengatasinya : jasa pengolahan limbah B3 sangat dibutuhkan supaya dampak buruk tersebut
semakin berkurang. Tiga metode pengolahan paling populer adalah chemical conditioning,
solidification/stabilization, dan incineration. Chemical conditioning bertujuan untuk membuat
senyawa-senyawa stabil, menghancurkan organisme patogen, memanfaatkan hal-hal yang memiliki
nilai ekonomi dari proses pengolahan ini, serta mengkondisikan lumpur supaya tidak berbahaya
saat dilepaskan ke lingkungan. Sedangkan pengolahan limbah B3 dengan cara
solidification/stabilization adalah proses pencampuran limbah dengan bahan aditif untuk
mengurangi kadar racun limbah dan menurunkan laju migrasi bahan pencemar. Solidification
adalah proses pemadatan zat/senyawa berbahaya dengan bahan aditif dan berkaitan dengan proses
stabilisasi
Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian dengan memperhatikan kondisi dan keadaan
yang mengancam korban
Melaksanakan Resultasi Jantung dan Paru atau RJP jika perlu, serta mencari dan mengatasi
pendarahan
Mencegah kondisi yang semakin buruk. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan diagnose
Menangani korban dengan prioritas yang logis dan memperhatikan kondisi atau keadaan
penyakit yang tersembunyi
Menunjang penyembuhan dengan mengurangi rasa sakit dan takut, mencegah infeksi
Merencanakan pertolongan medis dan transportasi korban secara cepat
Berikut adalah cara melakukan pembidaian sebagai pertolongan pertama pada korban patah tulang:
Lepaskan pakaian yang menutupi area tubuh yang dicurigai mengalami patah tulang.
Jika tidak bisa dilepas, gunting pakaian tanpa memindahkan bagian tubuh yang patah.
Rekatkan area patah tulang dengan penggaris atau tongkat sebagai bidai.
Apabila tidak ada perban gulung, Anda bisa melilit atau membebat bidai dengan kertas koran
atau sepotong pakaian.
Jangan memberikan korban makanan atau minuman untuk dikonsumsi.
Jangan mencoba untuk mengembalikan posisi tulang, terutama tulang yang terlihat keluar.