Dimensia Gerontik
Dimensia Gerontik
Oleh :
CI Institusi CI Lahan
2019/2020
BAB I
KONSEP DASAR GERONTIK
A. Proses Menua
1. Pengertian
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Dewi, 2015).
Penuaaan adalah suatu proses penurunan disemua bidang manusia itu juga
memerlukan perubahan fisik yang kita kenal dari waktu ke waktu, serankaian
mekanisme adaptasi terhadap berbagai krisis sosial dan emosional yang menantang
nilai pribadi lansia.(Guerero & Teresa, 2019)
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah, baik secara fisik biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin
lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga
dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya. Hal ini
mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhaan
hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan
orang lain dalam hal ini keluarga (Tamher dan Noorkasiani, 2015).
Menurut (Dewi, 2015) Proses menua merupakan kombinasi dari berbagai
macam faktor yang saling berkaitan dimana proses menuayang terjadi bersifat
individual yang berarti:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia yang berbeda
2. Setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah proses menua.
2. Jenis penuaan
Menurut (Fatma, 2018) Terdapat dua jenis penuaan antara lain :
a. Penuaan primer
merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang
dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-
tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya.
b. Penuaan sekunder
merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor
yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang.
c. Teori Proses Penuaan
e. Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan menemukan kata
yang tepat untuk diucapkan. Kemampuan nonverbal seperti sentuhan dan
ekspresi wajah sangat penting untuk merawat orang yang mengalami
demensia.
4. Patofisiologi Dimensia
Demensia cukup sering dijumpai dalam lansia. Gangguan demensia
dimanifestasikan dengan defisit kognitif multipel seperti gangguan memori,
afasia ( kehilangan kemampuan berbicara, kemampuan menulis atau pemahaman
bahasa akibat penyakit pada otak ). Gangguan memori mungkin pertama kali
disadari ketika kehilangan atau salah menempatkan barang-barang pribadi. Jika
gangguan memori memburuk, seseorang dapat melupakan namanya sendiri, hari
ulang tahun, atau nama-nama anggota keluarganya. Kemampuan dalam
memahami pembicaraan atau bahasa tertulis menjadi menurun. Pada demensia
tahap lanjut, individu dapat menjadi bisu atau membentuk pola pembicaraan,
kesulitan dalam melaksanakan aktivitas motorik. ( Lumbantobing, 2017).
Demensia ada beberapa macam diantaranya demensia Alzheimer dan
demensia multi infark. Pada demensia Alzheimer terdapat penurunan
neurotransmiter tertentu terutema acetilkolin. Area otak yang terkena adalah
korteks cerebral dan hipotalamus, keduanya merupakan bagian penting dalam
fungsi kognitif dan memori. Acetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat
kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melalui sistem saraf. Defisit
neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks
diantara sel-sel pada sistem saraf. Sedangkan demensia multi infark terjadi pada
pasien yang menderita penyakit cerebrovaskuler ( Standley, 2017).
Gangguan fungsi luhur terlihat dalam bentuk kehilangan kemampuan
untuk berpikir abstrak. Terdapat ketidakmampuan dalam merencanakan,
mengurutkan, dan menghentikanperilaku yang kompleks. Individu demensia
mengalami disorientasi tempat, waktu, dan orang atau menunjukkan penurunan
daya nilai dan keterbatasan atau sama sekali tidak memiliki pemahaman
sehingga dapat terjadi perubahan proses pikir.
Pasien demensia seringkali terdapat gangguan berjalan yang
menyebabkan klien terjatuh. Dan hal ini dapat memunculkan masalah resiko
trauma atau cedera. Beberapa orang menunjukkan cemas, depresi, atau
mengalami gangguan tidur. Individu yang mengalami demensia sangat rentan
terhadap stresor fisik dan stresor psikososial yang memperburuk defisit
kognitif serta masalah-masalah lain.
A. Pathway
Lansia Parkinson Alzheimer
C. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan memori berhubungan dengan neorologis
2. Resiko jatuh berhubungan dengan lingkungan
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas
kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
perawatan diri.
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai
dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
6. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
D. Perencanaan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan proses Setelah diberikan tindakan - Kembangkan lingkungan yang 1. Mengurangi
pikir berhubungan keperawatan diharapkan mendukung dan hubungan klien- kecemasan dan emosional,
dengan perubahan klien mampu mengenali perawat yang terapeutik seperti kemarahan,
fisiologis (degenerasi perubahan dalam berpikir - Kaji derajat gangguan kognitif, meningkatkan
neuron ireversibel) dengan KH: seperti perubahan orientasi, pengembangan evaluasi diri
ditandai dengan Mampu rentang perhatian, kemampuan yang positif dan mengurangi
hilang ingatan atau memperlihatkan berpikir. Bicarakan dengan konflik psikologis
memori, hilang kemampuan keluarga mengenai perubahan 2. Memberikan dasar
konsentrsi, tidak kognitifuntuk perilaku perbandingan yang akan
mampu menjalani - Pertahankan lingkungan yang datang dan memengaruhi
menginterpretasikan konsekuensi kejadian menyenangkan dan tenang rencan intervensi. Catatan:
stimulasi dan menilai yang menegangkan - Lakukan pendekatan dengan cara evaluasi orientasi secara
realitas dengan terhadap emosi dan perlahan dan tenang berulang dapat
akurat. pikiran tentang diri - Tatap wajah ketika berbicara dengan meningkatkan respon yang
Mampu klien negative/tingkat frustasi
mengembangkan - Panggil klien dengan namanya 3. Kebisingan
strategi untuk - Gunakan suara yang agak rendah merupakan sensori
mengatasi anggapan dan berbicara dengan perlahan pada berlebihan yang
diri yang negative klien meningkatkan gangguan
Mampu mengenali - Gunakan kata-kata pendek, kalimat neuron
perubahan dalam dan Ulangi instruksi tersebut sesuai 4. Pendekatan
berpikir atau tingkah kebutuhan terburu-buru menyebabkan
laku dan factor - Berhenti sejenak di antara klien bingung, kesalahan
penyebab kalimat/pertanyaan. Beri isyarat persepsi/perasaan, terancam
Mampu tertentu, gunakan kalimat terbuka 5. Menimbulkan
memperlihatkan - Dengarkan dengan penuh perhatian perhatian, terutama pada
penurunan tingkah pembicaraan klien. Interpretasikan klien dengan gangguan
laku yang tidak pertanyaan, arti, dan kata. Beri kata perceptual
yang benar 6. Nama adalah
diinginkan, ancaman, - Hindari kritikan, argumentasi, dan bentuk identitas diri dan
dan kebingungan konfrontasi negative menimbulkan pengenalan
- Gunakan distraksi. Bicarakan terhadap realita dan klien
tentang kejadian yang sebenarnya 7. Meningkatkan
saat klien mengungkapkan ide yang pemahaman. Ucapan tinggi
salah, jika tidak meningkatkan dank eras menimbulkan
kecemasan stress/marah yang
- Hindari klien dari aktivitas dan mencetuskan konfrontasi
komunikasi yang dipaksakan dan respons marah
- Gunakan hal yang humoris saat 8. Seiring
berinteraksi pada klien perkembangan penyakit,
pusat komunikasi dalam
otak terganggu sehingga
menghilangkan kemampuan
klien dalam respons
penerimaan pesan dan
percakapan secara
keseluruhan
9. Menimbulkan
respons verbal,
meningkatkan pemahaman.
Isyarat menstimulasi
komunikasi, memberi
pengalaman positif
10. Mengarahkan
perhatian dan penghargaan.
Membantu klien dengan alat
bantu proses kata dalam
menurunkan frustasi
11. Provokasi
menurunkan harga diri dan
merupakan ancaman yang
mencetuskan agitasi yang
tidak sesuai
12. Lamunan
membantu dalam
meningkatkan disorientasi.
Orientasi pada realita
meningkatkan perasaan
realita klien, penghargaan
diri dan kemuliaan
(kebahagiaan) personal
13. Keterpaksaan
menurunkan keikutsertaan
dan meningkatkan
kecurigaan, delusi
14. Tertawa
membantu dalam
komunikasi dan
meningkatkan kestabilan
emosi
2 Perubahan persepsi Setelah diberikan tindakan - kembangkan lingkungan yang 1. Keterlibatan otak
sensori berhubungan keperawatan diharapkan suportif dan hubungan perawat – memperlihatkan masalah
dengan perubahan perubahan persepsi sensori klien terapeutik yang bersifat asimetris
persepsi, transmisi klien dapat berkurang atau - Bantu klien untuk memahami menyebabkan klien
atau integrasi sensori terkontrol dengan KH: halusinasi kehilangan kemampuan
(penyakit neurologis, Mengalami penurunan - beri informasi tentang sifat pada salah satu sisi tubuh
tidak mampu halusinasi - halusinasi ,hubungannya dengan (gangguan unilateral).
berkomunikasi, Mengembangkan stresor/pengalaman emosional yang Klien tidak dapat
gangguan tidur, strategi psikososial traumatic,pengobatan dan cara mengenali rasa lapar
nyeri) ditandai untuk mengurangi stress mengatasi 2. Untuk menurunkan
dengan cemas, apatis, atau mengatur prilaku. - kaji derajat sensori atau gangguan kebutuahan akan halusinasi
gelisah, halusinasi. Mendemonstrasikan persepsi dan bagaimana hal tersebut 3. Meningkatkan masukan
respon yang sesuai mempengaruhi klien termasuk sensori,membatasi
stimulasi penurunan penglihatan atau /menurunkan kesalahan
- Perawat mampu pendengaran interpretasi stimulasi
mengidentifikasi factor - ajarkan strategi untuk mengurangi
eksternal yang berperan stress
terhadap perubahan - anjurkan untuk menggunakan kaca
kemampuan persepsi mata atau alat bantu pendengaran
sensori sesuai keperluan
3 Perubahan pola tidur Setelah dilakukan tindakan - Jangan menganjurkan klien tidur 1. Aktivitas fisik dan mental
berhubungan dengan keperawatan diharapkan tidak siang apabila berakibat efek yang lama mengakibatkan
perubahan terjadi gangguan pola tidur negative terhadap tidur pada kelelahan yang dapat
lingkungan ditandai pada klien dengan KH: malam hari meningkatkan
dengan keluhan Memahami factor - Evaluasi efek obat klien (steroid kebingungan, aktivitas yang
verbal tentang penyebab gangguan pola ,diuretik) yang mengganggu tidur terprogram tanpa stimulasi
kesulitan tidur, terus- tidur - Mampu - Tentukan kebiasaan dan rutinitas berlebihan meningkatkan
menerus terjaga, tidak menentukan penyebab waktu tidur malam dengan waktu tidur
mampu menentukan tidur inadekuat kebiasaan klien (memberi susu 2. Risiko gangguan sensori,
kebutuhan/ waktu Mampu memahami hangat) meningkatkan agitasi dan
tidur. rencana khusus untuk - Memberika lingkungan yang menghambat waktu
menangani/mengoreksi nyaman untuk meningkatkan tidur istirahat
penyebab tidur tidak (mematikan lampu, ventilasi ruang 3. Peningkatan
adekuat adekuat, suhu yang sesuai, kebingungan, disorientasi,
Mampu menciptakan menghindari kebisingan) tingkah laku tidak
pola tidur yang adekuat - Buat jadwal intervensi untuk kooperatif (sindrom
dengan penurunan memungkinkan waktu tidur lebih sundower) dapat
terhadap pikiran yang lama(memeriksa tanda vital, mengurangi tidur
melayang-layang mengubah posisi) 4. Penguatan bahwa saatnya
(melamun) - Berikan kesempatan untuk tidur tidur dan mempertahankan
Tampak atau sejenak, anjurkan latihan saat siang kestabilan lingkungan.
melaporkan dapat hari, turunkan aktivitas Catatan : penundaan waktu
beristirahat yang cukup mental/fisik pada sore hari tidur diindikasikan agar
- Hindari penggunaan “pengikatan” klien membuang kelebihan
secara terus menerus energy dan memfasilitasi
- Evaluasi tingkat stress/orientasi tidur
sesuai perkembangan hari demi 5. Meningkatkan relaksasi
hari dengan perasaan
- Buat jadwal tidur secara teratur. mengantuk
Katakan pada klien bahwa saat ini 6. Menurunkan kebutuhan
adalah waktu untuk tidur akan bangun untuk
- Berikan makanan kecil sore hari, berkemih selama malam
susu hangat, mandi, dan masase hari
punggung 7. Menurunkan stimulasi
- Turunkan jumlah minuman sore. sensori dengan
Lakukan berkemih sebelum tidur menghambat suara lain dari
- Putarkan musik yang lembut atau lingkungan sekitar yang
“suara yang jernih” akan menghambat tidur
- Irama sirkadian (siklus tidur-
bangun)yang tersinkronisasi
disebabkan oleh tidur siang yang
singkat
- Derangement psikis terjadi bila
terdapat penggunaan
kortikosteroid, termasuk perubahan
mood, insomnia
- Mengubah pola yang sudah
terbiasa dari asupan makan klien
pada malam hari terbukti
mengganggu tidur
- Hambatan kortikal pada formasi
reticular akan berkurang selama
tidur, emningkatkan respons
otomatik, karenanya respons
kardiovaskular terhadap suara
meningkat selama tidur
- Gangguan tidur terjadi dengan
seringnya tidur dan mengganggu
pemulihan sehubungan dengan
gangguan psikologis dan fisiologis,
sehingga irama sirkadian
terganggu
4 Kurang perawatan Setelah diberikan tindakan - Identifikasi kesulitan dalam 1. Memahami penyebab yang
diri berhubungan keperawatan diharapkan berpakaian/ perawatan diri, seperti: mempengaruhi intervensi.
dengan intoleransi klien dapat merawat dirinya keterbatasan gerak fisik, apatis/ Masalah dapat diminimalkan
aktivitas, menurunnya sesuai dengan depresi, penurunan kognitif seperti dengan menyesuaikan atau
daya tahan dan kemampuannya dengan KH : apraksia. memerlukan konsultasi dari
kekuatan ditandai Mampu melakukan - Identifikasi kebutuhan kebersihan ahli lain.
dengan penurunan aktivitas perawatan diri diri dan berikan bantuan sesuai 2. Seiring perkembangan
kemampuan sesuai dengan tingkat kebutuhan dengan perawatan penyakit, kebutuhan
melakukan aktivitas kemampuan. rambut/kuku/ kulit, bersihkan kaca kebersihan dasar mungkin
sehari-hari. Mampu mengidentifikasi mata, dan gosok gigi. dilupakan.
dan menggunakan - Perhatikan adanya tanda-tanda 3. Kehilangan sensori dan
sumber pribadi/ nonverbal yang fisiologis. penurunan fungsi bahasa
komunitas yang dapat - Beri banyak waktu untuk menyebabkan klien
memberikan bantuan. melakukan tugas. mengungkapkan kebutuhan
- Bantu mengenakan pakaian yang perawatan diri dengan cara
rapi dan indah. nonverbal, seperti terengah-
engah, ingin berkemih
dengan memegang dirinya.
4. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena penurunan
motorik dan perubahan
kognitif.
5. Meningkatkan kepercayaan
untuk hidup.
5. Risiko terhadap Setelah dilakukan tindakan - Kaji derajat gngguan 1. Mengidentifikasi risiko di
cedera berhubungan keperawatan diharapkan kemampuan,tingkah laku lingkungan dan
dengan kesulitan Risiko cedera tidak terjadi impulsive dan penurunan persepsi mempertinggi kesadaran
keseimbangan, dengan KH : visual. Bantu keluarga perawat akan bahaya. Klien
kelemahan, otot tidak Meningkatkan tingkat mengidentifikasi risiko terjadinya dengan tingkah laku
terkoordinasi, aktivitas bahaya yang mungkin timbul impulsif berisiko trauma
aktivitas kejang. Dapat beradaptasi dengan - Hilangkan sumber bahaya karena kurang mampu
lingkungan untuk lingkungan memgendalikan perilaku.
mengurangi risiko - Alihkan perhatian saat perilaku Penurunan persepsi visual
trauma/cedera teragitasi berisiko terjatuh
Tidak mengalami - Gunakan pakaian sesuai dengan 2. Klien dengan gangguan
trauma/cedera lingkungan fisik/kebutuhan klien kognitif, gangguan persepsi
Keluarga mengenali - Kaji efek samping obat, tanda adalah awal terjadi trauma
potensial di lingkungan keracunan (tanda akibat tidak bertanggung
dan mengidentifikasi ekstrapiramidal,hipotensi jawab terhadap kebutuhan
tahap-tahap untuk ortostatik,gangguan penglihatan, keamanan dasar
memperbaikinya gangguan gastrointestinal) 3. Mempertahankan
- Hindari penggunaan restrain terus- keamanan dengan
menerus. Berikan kesempatan menghindari konfrontasi
keluarga tinggal bersama klien yang meningkatkan risiko
selama periode agitasi akut terjadinya trauma
4. Perlambatan proses
metabolisme
mengakibatkan hipotermia.
Hipotalamus dipengaruhi
proses penyakit yang
menyebabkan rasa
kedinginan
5. Klien yang tidak dapat
melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada lansia.
Ukuran dosis/penggantian
obat diperlukan untuk
mengurangi gangguan
6. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan kalsium
tulang)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2017. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktis Klinis. Ed. 6.
Jakarta : EGC
Copel, L. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta ; EGC
Lumbantobing. 2016. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
NANDA, 20.