dan dinding dada. Pneumothoraks banyak dapat terjadi setelah trauma fisik dada, cedera ledakan, atau
sebagai komplikasi dari perawatan medis.
Perokok memiliki risiko tertular pneumothoraks spontan pertama sekitar sembilan kali lipat dari
perempuan dan 22 kali lipat pada laki-laki dibandingkan pada populasi non perokok. Gejala dari
pneumothoraks yaitu nyeri dada yang dirasakan biasanya mendadak, rasa sakit yang tajam pada dada,
sesak nafas, kontraktilitas jantung meningkat, batuk, dan kelelahan.
Pada laporan kasus ini dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 60 tahun dating dengan keluha sesak
hebat 1 hari SMRS, keluhan tersebut dirasakan secara tiba-tiba, disertain dengan dada terasa nyeri
seperti ditusuk benda tajam, keluhan baru pertama kali pasien rasakan, tidak dipengaruhi oleh aktivitas
dan tidak berkurang dengan istirahat. Karena keluhan tersebut pasien berobat ke RSUD setempat
dilakukan beberapa pemeriksaan dengan kesimpulan adanya pneumothoraks dilakukan needle
decompresi kemudian pasien dirujuk ke RSMH
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, sensorium compis mentis
TD 200/160mmHg, Nadi 124x/m REIC, Respirasi 35x/menit, Suhu 36,6 C SpO2 91% tanpa nasal kanul
Pada status generalis, JVP (5-2) cmH20, trakea masih ditengah, pemeriksaan fisik paru statis asimetris,
dinamis pergerakan dada kiri tertinggal, tampak lebih ekspansi dinding dada kiri disbanding dinding dada
kanan, tampak insersi needle decompresi. Pada pemeriksaan palpasi dinding dada kanan dan kiri bagian
anterior didapatkan penerunan stemfremitus pada dinding dada kiri, pemeriksaan perkusi hipersonor
pada dinding dada kiri, pada pemeriksaan auskultasi paru didapatkan suara vesikuler paru yang
menurun pada dinding dada kiri.