Anda di halaman 1dari 8

p-ISSN : 2407 – 1846

TK - 012 e-ISSN : 2460 – 8416


Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

PENGARUH PERENDAMAN IKAN NILA DENGAN ASAP CAIR (


LIQUID SMOKE ) TERHADAP DAYA SIMPAN

Siti Jamilatun1*, Siti Salamah2, Lia Aslihati3 dan Eling Widya Suminar4
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta,
*
Email : Sitijamilatun@che.uad.ac.id

ABSTRAK
Asap cair (Liquid Smoke) adalah hasil dari proses distilasi atau pengembunan dari uap hasil
pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan yang banyak mengandung karbon serta
senyawa lainnya. Tiga senyawa utama yang terkandung dalam asap cair yaitu senyawa fenol, senyawa
karbonil, dan senyawa asam. Kandungan senyawa-senyawa kimia dalam asap cair memiliki
kemampuan untuk mengawetkan dan memberikan warna serta rasa untuk produk makana seperti ikan.
Ikan nila (Oreochormis sp) adalah salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang banyak disukai oleh
masyarakan dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Salah satu proses untuk
mempertahankan kadar protein ikan Nila selama penyimpanan ialah dengan merendam ikan Nila
dalam asap cair food grade. Analisa yang dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian asap cair food
grade pada ikan nila yaitu analisia secara kimia (pH), mikrobiologi (kadar protein dan jumlah total
bakteri) dan fisik. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawetan menggunakan
asap cair food grade dengan variasi konsentrasi diperoleh kondisi terbaik pada saat konsentrasi asap
cair food grade 15% dengan kadar protein 16,96% dan jumlah total bakteri 9,1 x 105. Sementara
untuk pengawetan menggunakan asap cair food grade dengan konsentrasi 10%, kondisi terbaik adalah
penyimpanan ikan nila selama 3 jam dengan kadar protein 15,92% dan jumlah total bakteri 4,5 x 10 6.
Kata kuunci : asap cair, ikan nila, pengawetan

ABSTRACT
Liquid smoke (Liquid Smoke) is the result of a process of steam distillation or condensation of
combustion products indirectly or directly from material which contains carbon and other
compounds. Three main compounds contained in the liquid smoke are phenolic compounds, carbonyl
compounds and acid compounds. The content of chemical compounds in the liquid smoke has the
ability to preserve and give color and flavor to food products such as fish. Nila fish (Oreochormis sp)
is one type of freshwater fish farming is much preferred by the Communities and the protein content is
high enough. One of the processes to maintain the protein content during storage Tilapia fish is by
soaking in a food grade liquid smoke. The analysis was conducted to see the effect of food grade
liquid smoke on Tilapia is chemical analysis (pH), microbiology (protein content and the amount of
bacteria) and physical. Based on the results of this study indicate that preservation using liquid smoke
food grade with varying concentrations to obtained the best possible condition when the smoke
concentration of liquid food grade 15% protein content of 16.96% and the total number of bacteria
9.1 x 105. While for preservation using liquid smoke food grade with a concentration of 10%, the best
conditions are Tilapia fish storage for 3 hours with a protein content of 15.92% and the total number
of bacteria 4.5 x 106.

Keywords: Liquid smoke, Nila Fish, preservation

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TK - 012 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Pendahuluan akhir. Mengenai aspek terakhir ini, makanan


Proses pengawetan makanan yang diasap umumnya dikhawatirkan
merupakan salah satu proses yang banyak menyebabkan masalah kesehatan, terutama
dilakukan di masyarakat, terutama pada berkenaan dengan kemungkinan adanya
makanan yang mudah mengalami polisiklik aromatik hidrokarbon. Dengan
pembusukan. Pengawet yang aman digunakan menggunakan asap tidak menjadi
berasal dari bahan alami dan sintesis. kekhawatiran karena asap yang dihasilkan dari
Pengawet alami yang bisa digunakan antara pembakaran mengalami proses fraksinasi dan
lain gula tebu, gula merah, garam, kunyit, kulit pemurnian. Maka produksi ikan beraroma asap
kayu manis dan cengkeh. Sedangkan pengawet bisa menjadi alternatif yang baik untuk produk
sintesis antara lain asam asetat, benzoat, sulfit, pengasapan secara tradisional dan dapat
propit galat, propionat , garam nitrit dan memenuhi kebutuhan industri makanan.
sorbat. Dalam rangka untuk memenuhi
Salah satu proses pengawetan yang kebutuhan industri makanan dan konsumen,
dilarang namun masih banyak dilakukan yaitu persyaratan untuk meningkatkan hasil,
pengawetan makanan menggunakan zat-zat mengurangi limbah dan meningkatkan produk
aditif. Beberapa zat aditif yang banyak keselamatan, Lingbeck (2014) mengusulkan
digunakan untuk pengawet makanan yang proses baru untuk mendapatkan smoke
dilarang yaitu formalin dan boraks. Produsen flavoured salmon berdasarkan kombinasi dari
makanan banyak menggunakan zat aditif ini pengasinan dengan pengasapan dalam
dengan tujuan memperpanjang masa simpan kemasan vakum. Metodologi ini mampu
makanan dan meningkatkan keuntungan mempercepat penyerapan NaCl dan dehidrasi,
penjualan. mengurangi waktu proses keseluruhan tanpa
Penggunaan formalin dan boraks mempengaruhi parameter fisika-kimia
sebagai pengawet makanan dilarang di dibandingkan dengan cara tradisional
Indonesia, hal ini dinyatakan pada Peraturan pengasapan ikan salmon.
Menteri Republik Indonesia Daging asap dapat digantikan dari
No.1168/Menkes/Per/X/1999 yang proses pengasapan tradisional dengan
diperbaharui dari peraturan Menteri Kesehatan menggunakan asap cair untuk memproduksi
Republik Indonesia No. produk komersial daging asap dengan lebih
722/Menkes/Per/IX/1998, Peraturan Menteri cepat, lebih ramah lingkungan karena bahan
Perindustrian Nomor: 24/M-Ind/5/2006, dan baku dari kayu untuk produksi dan konsentrasi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia asap cair yang diterapkan dapat dikontrol
Nomor 28 Tahun 2004 (Yulisa, 2014). untuk makanan. Hal ini lebih mudah
Formalin adalah bahan kimia yang digunakan diterapkan dibandingkan pengasapan
sebagai desinfektan, pembasmi serangga serta tradisional dan memungkinkan reproduktifitas
digunakan dalam industri tekstil dan kayu dari karakteristik yang diinginkan dalam
lapis. Bahan kimia tersebut sangat berbahaya produk akhir. Asap cair diproduksi dengan
apabila digunakan sebagai pengawet makanan. kondensasi asap kayu yang dikontrol, pirolisis
Akibat dari penggunaan formalin dapat dengan minim oksigen dari serbuk gergaji atau
menyebabkan kangker hingga kematian ( potongan kayu atau dari biomassa yang lain.
Suketi, 2014). Kayu ditempatkan di retort besar di
Untuk menghindari penggunaan mana panas dibangkitkan, menyebabkan kayu
pengawet yang berbahaya maka pengawetan membara (tidak membakar), melepaskan gas
produk ikan dapat menggunakan pengasapan yang terlihat berupa asap. Gas-gas ini
yang telah digunakan sejak zaman kuno. didinginkan di kondensor, sehingga asap
Proses pengasapan tradisional melibatkan mengembun. Asap cair kemudian dialirkan
beberapa tahapan, seperti penggaraman, melalui tempat penyulingan dan kemudian
pengeringan dan pengasapan. Saat ini, terjadi disaring untuk menghilangkan racun dan
peningkatan minat dalam pengasapan karsinogenik kotoran yang mengandung PAH.
tradisional dan meminimalkan limbah garam Selain itu, asap cair merupakan antimikroba
pada proses penggaraman, mengurangi berat terhadap Listeria, Escherichia coli,
secara keseluruhan, meningkatkan kualitas Staphylococcus aureus dan enterotoksin
higienis dan memastikan keamanan produk staphylococcal. Selama produksi, asap cair

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TK - 012 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

disaring dan mengalami proses fraksinasi dan Mikroorganisme dapat berkembang


pemurnian untuk menghilangkan partikel dengan cepat ketika ikan nila dalam kondisi
beracun dan senyawa karsinogenik. Oleh mati. Mikroorganisme terutama bakteri,
karena itu, umumnya penggunaan pengasapan menggubah asam amino menjadi amonia,
tradisional dianggap menjadi masalah sehingga dapat menimbulkan racun pada
kesehatan. Namun, kemungkinan yang lebih daging ikan. Jumlah total bakteri yang
luas aplikasi dari smoke flavorings terkandung dalam ikan nila berpengaruh pada
dibandingkan dengan pengasapan jumlah asam amino yang diubah menjadi
konvensional harus diperhitungkan dalam amonia, semakin banyak bakteri maka tinggi
penilaian keamanan ( Ledesma E. Dkk., 2014). kandungan amonia dalam daging ikan nila.
Pengasapan konvensional dapat Kerusakan kualitas ikan dapat dicegah
digantikan dengan cara merendam ikan dalam dengan pengawet alami dengan bioaktif yang
asap cair, dimana asap yang dihasilkan dari mencegah aktivitas bakteri tahan lama disebut
pembakaran biomassa diembunkan. bakteri psikrofil. Suatu pengawet alam
Perendaman dalam asap cair dapat mempunyai bioaktif yang dihasilkan dari
menggantikan bahan kimia yang berbahaya. pembakaran tempurung kelapa, dimana asap
Menurut Darmadji (2002), asap cair yang nya diembunkan akan menghasilkan asap cair.
merupakan hasil dari pembakaran bahan alami Asap cair memiliki senyawa bioaktif seperti
yang mengandung hemiselullosa, selulosa dan fenol, karbonil dan asam organik yang
lignin mengandung senyawa-senyawa anti berfungsi sebagai antibakteri yang mencegah
mikroba, anti bakteri dan anti oksidan (Saloko, kualitas ikan (Saloko , 2014).
2014). Senyawa-senyawa tersebut yaitu Dari beberapa alasan diatas, maka
senyawa asam dan turunannya, alkohol, fenol, sangat menarik penelitian tentang pengawetan
aldehid, karbonil, keton dan pirimidin. Salah makanan untuk menjaga kualitas ikan nila
satu produk makanan yang dapat diawetkan menggunakan asap cair food grade sebagai
dengan asap cair adalah ikan nila merah. penganti bahan kimia berbahaya, serta
Ikan nila merah (Oreochormis sp) melakukan analisa secara kimia, fisika dan
merupakan jenis ikan yang banyak dikonsumsi mikrobiologi terhadap sampel yang telah
oleh masyarakat. Ikan nila memiliki beberapa diawetkan menggunakan asap cair food grade.
keunggulan jika dibandingkan dengan jenis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ikan air tawar lainnya. Keunggulan ikan nila pengaruh perendaman menggunakan asap cair
yaitu mudah dibudidayakan, memiliki banyak food grade terhadap kondisi ikan nila selama
gizi, daging tebal dan duri yang relatif sedikit. proses penyimpanan.
Nila adalah ekspor komoditas potensial di Kualitas ikan nila dilihat dari
Indonesia. Badan Kelautan dan Perikanan perubahan kandungan protein, jumlah total
Jawa Timur (2015) mengatakan total nila bakteri serta analisa kimia dan fisika. Kadar
produksi nasional di Indonesia adalah 912.613 protein dalam ikan nila dianalisis
ton/tahun. Kandungan protein 43,76%, lemak menggunakan metode Kjedahl, sedangan utuk
7,01%, kadar abu 6,80%, dan air 4,28% pada jumlah bakteri yang terkandung dalam ikan
100 g daging (Leksono, 2001). nila dianalisis menggunakan Total Plate
Daging ikan nila yang merupakan Counnt (TPC). Analisa kimia dilakukan
sumber protein sangat baik bagi kesahatan dengan menggukur pH ikan nila selama
tubuh manusia, namun protein merupakan penyimpanan, dan analisa fisika dilakukan
media yang baik untuk pertumbuhan dengan melihat beberapa indikator yang ada
mikroorganisme. Satu cara untuk menghindari pada ikan nila.
penurunan kualitas ikan nila daging disimpan
dalam cold storage atau memberikan pengawet Metode Penelitian
pada daging ikan. Beberapa bakteri yang Bahan utama yang digunakan dalam
umumnya dapat menimbulkan kerusakan pada penelitian ini adalah asap cair food grade dan
daging dan ikan, antara lain mikroorganisme ikan nila merah. Variabel yang digunakan
dari genus Pseudomonas, Achromobacter, adalah kadar asap cair dan lama masa
Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus dan pengawetan. Untuk variabel konsentrasi, pada
Micrococcus ( Ariestya , 2016). proses perendaman, ikan nila yang sudah
dibersihkan direndam menggunakan asap cair

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TK - 012 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

food grade 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15% dan


17,5% selama 20 menit. Ikan Nila kemudian 1. Analisi Kadar Protein
ditiriskan dan disimpan selama 3 jam. Ikan Pengaruh Kadar Asap Cair
Nila selanjutnya diuji kadar proteinnya Analisis kadar protein dilakukan
menggunakan metode Kjedhal dan diuji mengunakan metode Kjedhal. Bahan baku
jumlah total bakterinya menggunakan metode yang dianalisis adalah ikan nila yang sudah
TPC. Selain uji kadar protein dan jumlah total direndam menggunakan asap cair food grade.
bakteri, ikan Nila juga diuji secara fisika dan Analisis kadar protein bertujuan untuk
kimia. mengetahui kadar protein dalam ikan nila
Untuk variabel lama pengawetan, selama penyimpanan. Hasil analisis kadar
dengan konsentrasi asap cair food grade 10% protein dalam ikan nila dapat dilihat pada tabel
digunakan untuk mengetahui pengaruh lama 1.
perendaman menggunakan asap cair food Berdasarkan hasil analisis kadar
grade terhadap kadar protein, jumlah total protein pada tabel 1, kadar protein sampel ikan
bakteri, dan masa simpan ikan nila merah. Ikan nila setelah perendaman menggunakan asap
nila yang sudah dibersihkan direndam cair food grade pada kisaran 15,40 - 16,96%.
menggunakan asap cair food grade 10% Kadar protein yang terkandung dalam ikan nila
selama 20 menit, kemudian disimpan dengan mengalami kenaikan dan penurunan, hal ini
variasi masa simpan. Pada masa penyimpanan dapat dilihat pada hasil analisi kadar protein
3 jam, 6 jam, 9 jam, 12 jam dan 15 jam, ikan pada sampel ikan nila yang direndam
nila diuji kadar protein, jumlah total bakteri, menggunakan asap cair food grade dengan
kimia, dan fisika. konsentrasi 7,5% dan 17,5%.
Tabel 1. Hasil analisis kadar protein pada
sampel ikan nila selama masa simpan 3 jam
Konsentrasi Kadar
Asap cair (%) Protein (%)
5 15,86
7,5 15,40
10 15,92
12,5 16,15
15 16,96
17,5 16,54

Kadar protein yang terkandung dalam


sampel ikan nila, erat kaitannya dengan
aktifitas mikroba. Kenaikan dan penurunan
kadar protein ini dapat disebabkan karena
adanya mikroba yang menguraikan protein.
Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan karena
Gambar 1. Pengawetan ikan nila dengan adanya kontaminasi mikroorganisme yang
perendaman asap cair food grade memasuki peredaran darah pada saat
pembersihan ikan. Kontaminasi juga dapat
Gambar 1 adalah pengawetan ikan nila terjadi melalui permukaan daging ikan selama
dengan perendaman asap cair dengan variabel diproses, besarnya kontaminasi mikroba pada
konsentrasi asap cair dan lama penyimpanan. daging akan menentukan kualitas dan masa
Sesudah dilakukan perendaman asap cair simpan daging (Pasaraeng, 2013).
dengan konsentrasi yang bervariasi dengan Berdasarkan percobaan ini, kondisi
waktu tertentu, ikan nila ditiriskan dan di terbaik dicapai pada saat perendaman
masukkan dalam wadah dan dilakukan menggunakan asap cair food grade dengan
penyimpanan dengan waktu yang bervariasi. konsentrasi 15%. Pada konsentrasi 15%
senyawa asam asetat dan fenol dalam asap cair
dapat menghambat aktifitas bakteri sehingga
asam amino yang terurai menjadi amonia tidak
Hasil dan pembahasan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TK - 012 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

terlalu banyak. Namun pada konsentrasi asap food grade terhadap jumlah total bakteri. Hasil
cair food grade 17,5%, kadar proteinnya analisis jumlah total bakteri pada sampel ikan
menurun. Selain disebabkan karena adanya nila setelah direndam menggunakan asap cair
kontaminasi pada daging ikan, hal ini juga dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.
disebabkan karena asap cair memiliki tekanan Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3,
osmotik yang tinggi. Tekanan osmotik yang jumlah total bakteri yang terdapat pada sampel
tinggi dapat menarik air dari daging ikan nila ikan nila selama masa simpan 3 jam yaitu
serta dapat menyebabkan terjadinya denaturasi berkisar 9,1 x 105 – 1,1 x 107. Pada percobaan
dan koagulasi protein, sehingga terjadi ini kondisi terbaik diperoleh pada saat
pengerutan daging dan protein terpisah (Sanny, perendaman menggunakan asap cair food
2013). grade dengan konsentrasi 15%. Jumlah total
bakteri yang terdapat pada sampel ikan nila
Pengaruh lama Penyimpanan yang direndam menggunakan asap cair food
Pengujian kadar protein dalam sampel grade dengan konsentrasi 15% relatif sedikit
ikan nila yang disimpan dengan variasi waktu yaitu 9,1 x 105.
sampai 15 jam bertujuan untuk mengetahui Tabel 3. Hasil analisis jumlah total bakteri
pengaruh asap cair food grade terhadap sampel ikan Nila selama masa simpan 3 jam
kualitas ikan nila selama masa penyimpanan. Konsentrasi Asap TPC
Pada percobaan perendaman ikan nila cair (%)
menggunakan asap cair food grade 10%, 5 2,8 x 106
dapat diketahui bahwa kadar protein yang 7,5 1,1 x 107
didapatkan pada kisaran 15,15%-16,43%. 10 4,5 x 106
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa 12,5 3,8 x 106
perendaman menggunakan asap cair food 15 9,1 x 105
grade dapat mempertahankan kandungan 17,5 3,0 x 106
protein dalam ikan nila selama penyimpanan.
Namun kadar proteinnya masih sangat rendah, Jumlah total bakteri yang rendah
hal ini disebabkan karena asap cair food grade berdampak pada kadar protein yang terkadung
dengan konsentrasi 10% belum maksimal dalam sampel ikan nila. Pada pembahasan
dalam menghambat pertumbuhan bakteri. kadar protein di atas, disebutkan bahwa kadar
protein terbaik dicapai pada saat perendaman
Tabel 2. Hasil analisis kadar protein sampel menggunakan asap cair food grade dengan
ikan Nila yang direndam menggunakan konsentrasi 15%. Sehingga, dapat kita ketahui
asap cair food grade 10% dengan variasi bahwa kadar protein yang tinggi, disebabkan
lama penyimpanan karena jumlah bakteri yang menguraikan asam
Lama Kadar Protein (%) amino menjadi amonia hanya sedikit.
penyimpanan Pengaruh lama Penyimpanan
(Jam) Tabel 4. Pengaruh lama Penyimpanan
3 15,92 terhadap jumlah total bakteri sampel ikan
6 15,15 nila yang direndam menggunakan asap cair
9 16,41 food grade 10% .
12 16,36 Daya Simpan TPC
15 16,43 (Jam)
3 4,5 x 106
2. Analisis Jumlah Total Bakteri 6 4,1 x 107
Pengaruh Kadar Asap Cair 9 2,9 x 107
Analisis jumlah total bakteri pada 12 3,1 x 107
sampel ikan nila dilakukan menggunakan 15 7,5 x 107
metode TPC (Total Plate Count). Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri Berdasarkan hasil analisis TPC pada
yang berkembang dalam sampel selama proses tabel 4, dapat diketahui bahwa jumlah total
penyimpanan, serta untuk mengetahui bakteri dalam sampel ikan nila selama
pengaruh perendaman menggunakan asap cair penyimpanan 15 jam adalah 4,5 x 106- 7,5 x

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TK - 012 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

107. Bakteri yang terkandung dalam sampel menggunakan asap cair akan berubah dari
ikan nila sangat tinggi, hal ini dikarenakan kemerahan menjadi coklat muda. Perubahan
asap cair food grade dengan konsentrasi 10% warna ini disebabkan karena adanya senyawa
belum dapat menghambat pertumbuhan bakteri karbonil dan fenol dalam asap cair.
secara maksimal. Berdasarkan hasil uji GC-MS pada penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa kandungan
3. Analisis Fisika senyawa karbonil dalam asap cair food grade
Tabel 5. Pengaruh konsentrasi asap cair sebanyak 9,93% dan senyawa fenol 54,58%.
terhadap kondisi fisik pada sampel ikan nila Senyawa karbonil merupakan komponen
pada masa simpan 0 dan 3 jam. utama dalam pembentukan warna coklat pada
Uji produk. Senyawa fenol juga memberikan
Fisik Konsentrasi
Indikator
Jam 5% 10% 15% 17,5%
kontribusi pada pembentukan warna, meskipun
Jernih dan Jernih dan Jernih dan Jernih dan intensitasnya tidak sebesar senyawa karbonil
Mata cembung cembung cembung cembung (Jamilatun, 2015).
Sisik Menempel Menempel Menempel Menempel

Daging Elastis Elastis Elastis Elastis


Tabel 6. Pengaruh masa penyimpanan
Coklat Coklat Coklat Coklat terhadap kondisi fisik sampel ikan nila yang
Ingsang muda muda muda muda direndam menggunakan asap cair food
Ke-0 Bau Asap cair Asap cair Asap cair Asap cair grade 10%.
Indikator Masa Penyimpanan (Jam)
Kulit Kencang Kencang kencang Kencang
3 9 12 15
Lendir Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Warna Warna Warna Warna Mata Jernih dan Jernih dan Sangat Sangat
khas masih khas masih khas mulai khas mulai
cembung cekung cekung cekung
Warna ada ada pudar pudar
sekali
Jernih dan Jernih dan Jermih dan Jernih dan Sisik Menempel Menempel Mulai Lepas
Mata Cekung cembung cembung cembung
lepas
Daging Elastis Tidak tidak tidak
Sisik Menempel Menempel Menempel Menempel elastis elastic elastis
Ingsang Merah Merah Merah Coklat
Daging Elastis Elastis Elastis Elastis pucat kecoklatan
Coklat Coklat Coklat Coklat kecoklatan
Ke Ingsang muda muda muda muda Bau Amis Busuk Busuk Busuk
-3 Bau Asap cair Asap cair Asap cair Asap cair menyengat
Kulit Kencang mulai Keriput Keriput
Kulit Kencang Kencang Kencang Kencang keriput
Lendir Tidak ada Ada Ada Berlendir
Lendir Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Warna Warna Warna Warna Warna
Warna Warna Warna Warna khas khas khas khas
khas mulai khas mulai khas mulai khas mulai masih ada masih ada masih ada mulai
Warna pudar pudar pudar pudar pudar

Analisis secara fisik dilakukan dengan Adanya reaksi kimia antara senyawa
melihat beberapa indikator pada ikan. Hal ini karbonil dengan gugus amino protein
bertujuan utuk mengetahui indikasi-indikasi menghasilkan warna produk kekuningan
pembusukan yang terjadi pada sampel ikan keemasan sampai coklat gelap. Metil glioksal
nila. Beberapa indikator yang digunakan yaitu dan glioksal merupakan senyawa karbonil
diantaranya kondisi mata, sisik, daging, insang, yang penting dalam pembentukan warna coklat
bau, kulit, lendir, dan warna. Hasil analisis (Darmadji, 2012). Sampel ikan yang direndam
fisik pada sampel ikan nila dapat dilihat pada menggunakan asap cair food grade juga
tabel 5 dan 6. mengalami perubahan bau, ikan yang dominan
Dari hasil uji fisik terhadap sampel dengan bau amis akan berubah menjadi berbau
ikan nila pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa asap (smoky) khas yang tidak dapat digantikan
asap cair food grade berperan aktif dalam dengan cara lain. Perubahan bau tersebut
menghambat pertumbuhan bakteri. disebabkan karena adanya senyawa fenol yang
Berdasarkan beberapa indikator yang merupakan senyawa pembentuk aroma spesifik
digunakan untuk pengujian fisik, asap cair food yang diinginkan pada produk asapan.
grade memberi perubahan terhadap ingsang, Berdasarkan hasil analisa fisik pada tabel
bau, dan warna khas pada sampel ikan. Warna 6, menunjukkan bahwa indikasi pembusukan
insang sampel ikan yang direndam

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TK - 012 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

mulai terjadi pada saat penyimpanan ikan nila merupakan salah satu penyebab terjadinya
selama 6 jam. Hal ini dapat dilihat pada pembusukan pada sampel ikan dan bahan
perubahan warna insang yang semula berwarna pangan sehingga sampel mengalami perubahan
merah menjadi merah pucat. Selain itu, fisik dan kimiawi.
pembusukan juga dapat diidentifikasi melalui
bau, bau busuk yang muncul pada saat
penyimpanan ikan nila selama 6 jam
disebabkan karena adanya aktifitas bakteri.
bakteri pada sampel akan menguraikan asam
amino menjadi amonia, sehingga menimbulkan
bau tidak sedap (Rasydta, 2013), kualitas yang
masih baik ditandai dengan:
1. Matanya jernih, terlihat seperti
normalnya mata ikan hidup, belum
melesak (cekung) atau suram
2. Insangnya masih berwarna Hasil uji kimia pada sampel ikan nila
kemerahan, belum berwarna coklat gelap di gambar 3, menunjukkan bahwa selama
3. Belum banyak lendir pada ikan proses penyimpanan sampel ikan nila
4. Jika dagingnya ditekan akan mengalami peningkatan kadar keasaman (pH).
melesak ke dalam tetapi saat tangan kita Kadar keasaman (pH) sampel ikan nila yang
diangkat, daging akan segera kembali ke tidak direndam menggunakan asap cair sangat
bentuk semula (elastis). Sedangkan untuk tinggi yaitu mulai 7 – 10, sedangkan untuk
ikan yang kualitasnya sudah mulai sampel ikan nila yang direndam menggunakan
menurun bila ditekan tidak dapat kembali asap cair kadar keasaman (pH) yaitu 5-6.
ke bentuk semula
5. Bau ikan normal tidak terlalu
amis. Namun ikan yang kualitasnya sudah
menurun akan berbau amis dan mengarah
ke busuk.
Berdasarkan beberapa kriteria ikan
berkualitas baik seperti diatas, diketahui bahwa
kualitas sampel ikan mulai menurun saat
penyimpanan selama 6 jam.
4. Analisis Kimia
Kesegaran ikan tidak hanya dapat dilihat
dari uji fisik saja, tetapi juga dapat dilihat Selama proses penyimpanan, kadar
dengan uji kimia. Uji kimia yang sangat keasaman (pH) sampel ikan nila yang
mudah dilakukan yaitu pengujian kadar direndam menggunakan asap cair food grade
keasaman (pH) pada ikan menggunakan menunjukkan adanya peran senyawa-senyawa
indicator universal pH meter. Hasil analisis antibakteri yang terkandung dalam asap cair.
kimia pada sampel ikan nila setelah Menurut Sasmito (2006), pH adalah salah satu
perendaman menggunakan asap cair food parameter untuk menentukan kemunduran
grade dapat dilihat pada gambar 2 dan 3. mutu ikan dengan cara mengukur banyaknya
Berdasarkan hasil uji kimia pada gambar ion H+ dalam contoh interprestasi pH <7,6
2, dapat diketahui bahwa kadar keasaman (pH) menunjukkan mutu segar, pH 7,6-7,9
sampel ikan nila yang direndam menggunakan menunjukkan mutu dapat dikonsumsi namun
asap cair food grade jam ke-0 yaitu 5. Kadar bukan mutu nomor 1 dan pH > 7,9
keasaman (pH) sampel ikan nila pada masa menunjukkan nilai busuk. Berdasarkan
simpan selama 3 jam mulai terjadi perubahan. literature tersebut, kadar keasamaan (pH) pada
Sampel ikan nila yang direndam menggunakan sampel ikan nila yang tidak direndam
asap cair food grade dengan konsentrasi 12,5% menggunakan asap cair sudah termasuk
mulai mengalami peningkatan pH, pH sampel kategori busuk, sehingga tidak layak untuk
ikan nila yang semula 5 menjadi 6. Menurut dikonsumsi.
Rasydta 2013, penyebaran mikroorganisme

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 7


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016
p-ISSN : 2407 – 1846
TK - 012 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

KESIMPULAN in food preservation, Meat Science,


Berdasarkan hasil penelitian diatas vol. 97, pp. 197–206.
dapat disimpulkan bahwa asap cair food grade Ledesma E., Rendueles M., Diaz M., 2016,
dapat diaplikasikan sebagai pengawet ikan dan Contamination of meat products
dapat berperan dalam menghambat during smoking by polycyclic aromatic
pertumbuhan bakteri. Konsentrasi terbaik hydrocarbons: Processes and
penggunaaan asap cair food grade untuk prevention, Food Control, vol. 60, pp.
pengawetan ikan yaitu 15%. Kadar protein dan 64-87.
jumlah total bakteri terbaik didapatkan pada Mountney G.J. and W.A., 1998, Practical Food
saat perendaman sampel ikan menggunakann Microbiology and Technology. 3rd Ed.
asap cair food grade dengan konsentrasi 15%. Van Nostrand Reinhold Company.
Pada penyimpanan sampai 15 jam dengan New York. Pp : 157-167.
konsentrasi 15% kadar protein relatif masih Pasaraeng E., Jemmy A., Max R. J. R., 2013,
cukup tinggi dan kondisi ikan masih relatif Pemanfaatan Rimpang Kunyit
bagus pada penyimpanan jam ke 6 dengan (Curcuma domestica Val) dalam
konsentrasi asap cair 10%, ini dapat diartikan Upaya Mempertahankan Mutu Ikan
bahwa perendaman dengan asap cair sangat Layang (Decapterus sp) [The
besar pengaruhnya dalam pengawetan ikan. Utilization of Rhizomes Saffron
(Curcuma domestica Val) in the Effort
DAFTAR PUSTAKA to Maintain the Quality Fish
Ariestya D.I., Swastawati F., Susanto E., 2016, (Decapterus sp)]. Jurnal MIPA Unsrat
Antimicrobial Activity of Online 2(2), 84–87 [Bahasa Indonesia]
Microencapsulation Liquid Smoke on Rasydta P., 2013, Penggunaan Asap Cair
Tilapia [Oreochromis niloticus Tempurung Kelapa Dalam
(Linnaeus, 1758)] Meat for Pengawetan Ikan Bandeng. Semarang.
Preservatives in Cold Storage (± 5 Fakultas Matematika dan Ilmu
C°), 2nd International Symposium on Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Aquatic Products Processing and Semarang.
Health, ISAPPROSH 2015, Aquatic Sasmito B.B. 2006, Dasar – dasar
Procedia, vol. 7, pp. 19 – 27. Pengawetan Bahan Pangan.
Darmadji, P., 2002, Optimasi Pemurnian Asap Univarsitas Brawijaya, Malang
Cair dengan Metode Redistilasi, Sanny E., Yefrida., Indrawati dan Refilda,
Fakultas Teknologi Pertanian. 2013, Pemanfaatan Asap Cair
Universitas Gadjah Mada. Jurnal Tempurung Kelapa Pada Pembuatan
Teknologi dan Industri Pangan, vol. 8 Ikan Kering dan Penentuan Kadar Air,
(3), hal. 267-171 Abu Serta Proteinnya.Laboratorium
Jamilatun S. dan Salamah S., 2015, Kimia Lingkungan, Jurusan Kimia
Peningkatan Kualitas Pengawet FMIPA, Universitas Andalas
Makanan Dari Asap Cair (Liquid Saloko S., Darmadji, P., Bambang, S., Yudi,
Smoke) Tempurung Kelapa Dengan P., 2014, Antioxidative and
Penghilangan Bau dan Warna. Antimicrobial Activities of Liquid
Yogyakarta. Universitas Ahmad Smoke Nanocapsules usng Chitosan
Dahlan. and Maltodextrin and Its Appication
Leksono S., 2001, Studi Penerimaan Mutu dan on Tuna Fish Preservation. Food
Penerimaan Konsumen terhadap Abon Bioscience, vol. 7, pp. 71–79.
Ikan. [The Study of the Quality of and Sukerti W., 2014, Boraks Dan Formalin
Acceptance of the Customers to Abon]. Dalam Makanan (Permasalahan dan
Jurnal Indonesia Natur 3(2): 178-184. Solusinya Ditinjau Dari Keamanan
{Bahasa Indonesia]. Pangan). Bali. Universitas Pendidikan
Lingbeck J.M., Cordero P., O'Bryan C.A., Ganesha Singaraja
Johnson M.G., Ricke S.C., Crandall Yulisa N., Asni E., Azrin M., 2014, Uji
P.G., 2014, Functionality of liquid Formalin Pada Ikan Asin Gurami Di
smoke as an all-natural antimicrobial Pasar Tradisonal Pekan Baru, Jom
FK, Vol. 1, No.2 Oktober 2014

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016 8


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 8 November 2016

Anda mungkin juga menyukai