Anda di halaman 1dari 4

Tugas

“Perubahan Paradigma Program keluarga berencana”

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk lulus pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Metode
Penelitian Program Studi Magister Ilmu Kebidanan Sekolah Pascasarjana Unversitas
Hasanuddin

Oleh : Zafitri Nulandari


Nim : P102202034

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
“Perubahan Paradigma: Keluarga berencana”

A. Pengertian Paradigma
Paradigma merupakan suatu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan
sangat menentukan bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang dasar yang
khas dalam melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih Tindakan
mengenai suatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia (Purwanto. P, 1997)
Paradigma merupakan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori itu
berhubungan satu dengan yang lain.
Paradigma kebidanan berupa suatu cara pandang bidan dalam memberikan
pelayanan, yaitu pandangan terhadap : manusia (wanita), lingkungan, perilaku, pelayanan
Kesehatan/kebidanan dan keturunan(1)
B. Perubahan Paradigma Program Keluarga Berencana
Program keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu pasangan suami
istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur jarak interval kehamilan, merencanakan waktu kelahiran yang tepat
dalam kaitannya dengan umur istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana (KB) merujuk kepada penggunaan metode kontrasepsi oleh
suami istri atas persetujuan bersama, untuk mengatur kesuburan dengan tujuan untuk
menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk memungkinkan
mereka memikul tanggungjawab terhadap anaka naknya dan masyarakat. meliputi hal-hal
sebagai berikut:
(1) menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan ibu dan
anak; (2) pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman;
(3) mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga, melainkan juga untuk
kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan pemeliharaan anak(2)
Laju pertumbuhan penduduk yang tak terkendali sering menjadi ancaman bagi
pembangunan suatu negara. Ancaman tersebut muncul terkait dengan terbatasnya sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Karena itu, pemerintah terus menggalakkan program
keluarga berencana (KB) untuk mengontrol pertambahan penduduk. Meski demikian program
yang telah berlangsung sejak masa orde baru masih menghadapi kendala.(3)
Umumnya, orang dengan keberagamaan agama yang kuat cenderung menolak KB
ketika yang diajukan oleh pemerintah. Kaum beragama menolak KB jika alasannya adalah
karena “takut tidak bisa menafkahi”. Bagi mereka, takut punya anak banyak karena khawatir
tidak bisa menafkahi adalah sebentuk pengingkaran pada kekuasaan Tuhan untuk mencukupi
kebutuhan seluruh makhlukNya.

ada juga dalil lain dari hadis Nabi yang dimaknai justru menentang program
pembatasan kelahiran kaum Muslim akan bersiteguh dengan klaimnya, mendasarkan pada
hadis ini, bahwa memperbanyak anak adalah sesuatu yang bahkan diperintahkan oleh Nabi
SAW sendiri. karena kelak akan memperbanyak jumlah umat Nabi pada hari kiamat, sehingga
membuat beliau bangga di hadapan nabi-nabi yang lainnya. Membatasi jumlah anak, sama
saja menentang perintah Nabi dan tidak ingin membuat beliau bangga di akhirat.(4)

Penelitian Muhammad Nur Hidayat tentang Strategi Implementasi Program Keluarga


Berencana Dalam Menekan Angka Fertilitas menunjukkan bahwa sulitnya implementasi
program keluarga pada dasarnya dapat diatasi melalui beberapa cara. Selain praktik hegemoni
untuk mendapatkan persetujuan mengenai program tersebut, cara yang dilakukan melalui
normalisasi – regulasi dan panopticon. Metode ini dipandang lebih efektif dibanding dengan
cara – cara yang lain. Implementasi program keluarga berencana saat ini lebih banyak
mendapatkan resistensi kultural. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketiadaan akses untuk
mendapatkan pemahaman mengenai kontrasepsi. Selain itu pemahaman banyak anak banyak
rejeki masih di anggap sebagai suatu kebenaran yang mendarah daging di masyarakat
sehingga banyak pasangan usia subur enggan menggunakan alat kontrasepsi. Melalui dua hal
tersebut, anggapan mengenai penggunaan alat kontrasepsi yang selama ini dianggap sesuatu
yang tabu dan dilarang menjadi suatu kebenaran yang harus dilakukan bahkan menjadi gaya
hidup oleh pasangan usia subur.(5)

Sebagai seorang bidan, kita harus memberikan edukasi atau mengubah pardigma
masyarakat bahwa program keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk mengatasi mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,
mengurangi resiko aborsi, menurunkan angka kematian ibu dan bayi, membantu mencegah
hiv/aids, menjaga Kesehatan mental keluarga. Peran kita sebagai bidan dalam Program KB,
Bidan berwenang memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana, ada baiknya bidan bermitra dengan petugas lapangan keluarga berencana (PLKB)
yakni membantu bidan dalam membantu menyelenggarakan program kependudukan
dan Keluarga Berencana di masyarakat.
Daftar Pustaka

Febriyanti SNU, Yustina EW, Hardjono H. Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Program Keluarga
Berencana Berdasarkan Permenkes 1464 / Menkes / Per / X / 2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan ( Studi Kasus Di Kota Semarang ). SOEPRA J Huk Kesehat
[Internet]. 2015;1(1):92–105. Available from:
journal.unika.ac.id/index.php/shk/article/download/1289/809 ·
Jitowiyono dan Rouf. Keluarga Berencana (KB) Dalam Perspektif Bidan. yogyakarta: PT.Pustaka Baru;
2019. 17–18 p.
Rohim S. Argumen Program Keluarga Berencana (Kb) Dalam Islam. Al-Ahkam J Ilmu Syari’ah dan Huk.
2017;2(2).
Hidayat MN. Strategi Implementasi Program Keluarga Berencana dalam Menekan Angka Fertilitas (Studi
Akseptor KB Desa Bandung, Diwek, Jombang). J Pendidik Geogr. 2018;9251(2):107–12.

Anda mungkin juga menyukai