Anda di halaman 1dari 27

PENGGUNAAN SEDIAAN TETES MATA, SALEP MATA,

SUPPOSITORIA, SUBLINGUAL, EFFERVESCENT, DAN


SUSPENSI KERING

OLEH :

WIRI RESKY AMALIA

15020140074

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
TINJAUAN PUSTAKA

I. Sediaan Tetes Mata dan Salep Mata

I.I Defenisi

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan,

terletak dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi

perlindungan maksimal sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata

mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata

mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri

dan dapat membantu mengeliminasi organisme dari mata (Muzakkar,

2007).

Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada

beberapa bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat

mata tersebut memiliki mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk

sediaan obatnya adalah tetes mata (Lukas, 2006).

Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan

atau suspensi, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan,

mengoleskan pada selaput lendir mata di sekitar kelopak dan bola mata.

Sedangkan menurut Farmakope Indonesia IV, sediaan obat mata terdiri

dari: salep mata, larutan, suspensi, dan strip. Dua macam sediaan yang

pada umumnya kita jumpai sehari-hari, yakni: salep dan tetes.

Keduanya memiliki karakteristik masing-masing, yang mana salep akan

berkontak lebih lama dengan permukaan mata dibanding dengan obat

tetes. Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata

menggunakan dasar salep yang cocok.


Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau

suspensi yang digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir

mata disekitar kelopak dan bola mata. Persyaratan tetes mata antara

lain: steril, jernih, tonisitas, sebaiknya sebanding dengan NaCl 0,9 %.

Larutan obat mata mempunyai pH yang sama dengan air mata yaitu 4,4

dan bebas partikel asing. Penggunaan tetes mata pada etiketnya, tidak

boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka, karena

penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi

dengan bebas (Muzakkar, 2007).

I.II Indikasi

Fungsi obat mata pun bermacam-macam. Pemanfaatannya pada

pengobatan infeksi mata, radang, tekanan bola mata yang tinggi, dan

juga penyakit mata lainnya.

Selain obat tetes mata digunakan untuk mengobati berbagai

penyakit dan kondisi pada mata, dapat juga digunakan untuk

menghilangkan ketidaknyamanan pada mata (American Academy of

Ophthalmology, 2011).

Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai

anestetik topikal, anestetik lokal untuk suntikan, midriatik & sikloplegik,

obat-obat yang dipakai dalam pengobatan glaukoma, kortikosteroid

topikal, campuran kortikosteroid & obat anti-infeksi, obat-obat lain yang

dipakai dalam pengobatan konjungtivitis alergika, dan obat mata anti-

infeksi. Sediaan pengobatan dapat berupa larutan dan suspensi dengan

cara meneteskannya pada mata (Vaughan & Asbury, 2010). Dengan


demikian dapat dikatakan bahwa tetes mata (oculoguttae) merupakan

cara pemberian obat pada mata yang dapat digunakan untuk persiapan

pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk

mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian

juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata (Aziz, 2011) .

I.III Efek Samping

Sangatlah penting untuk diingat bahwa seluruh obat-obatan

termasuk tetes mata memiliki efek samping. Beberapa efek samping

yang ditimbulkan oleh tetes mata bersifat lokal, artinya hanya berefek

pada mata saja. Seperti mata merah, iritasi, dan penglihatan yang

kabur. Sebagian besar bahan medikasi pada tetes mata dapat tertinggal

didalam atau disekitar mata. Tetapi dalam jumlah kecil, dapat juga

berefek pada tubuh (American Academy of Ophthalmology, 2011).

I.IV Farmakokinetik

Tetes mata diserap kedalam aliran darah melalui lapisan membran

mukosa pada permukaan mata, sistem pengeluaran air mata, dan

hidung. Ketika diabsorbsi pada aliran darah, tetes mata dapat

menyebabkan efek samping pada bagian tubuh lainnya. Beberapa efek

samping diantaranya adalah: denyut jantung melemah, rasa pusing, dan

sakit kepala. Walaupun demikian, umumnya obat tetes mata memiliki

resiko efek samping yang lebih kecil daripada jenis obat-obatan lain

yang dikonsumsi secara oral (American Academy of Ophthalmology,

2011).

I.V Persyaratan sediaan tetes mata yang baik


Sifat-sifat yang harus dimiliki tetes mata antara lain (Anonim : 2012) :

1. steril ketika dihasilkan

2. bebas dari partikel-partikel asing

3. bebas dari efek mengiritasi

4. mengandung pengawet yang cocok untuk mencegah pertumbuhan

dari mikroorganisme yang dapat berbahaya yang dihasilkan selama

penggunaan.

5. Jika dimungkinkan larutan berair seharusnya isotonis dengan sekresi

lakrimal konsentrasi ion hidrogen sebaliknya cocok untuk obat

khusus, dan idelanya tidak terlalu jauh dari netral

6. stabil secara kimia

I.VI Cara Pemakaian yang Baik dan Benar

Pemberian obat mata pada umumnya dapat mengikuti prosedur di

bawah ini :

1. Membaca petunjuk obat mata pada kemasan, apakah sudah sesuai

nama obat, kegunaan, dan kapan waktu pemakaian obat. Ada

beberapa jenis obat tetes mata yang harus dikocok terlebih dahulu

sebelum digunakan.

2. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum memberikan obat

mata guna mencegah masuknya kuman.

Gambar 1. Mencuci tangan dengan air dan sabun


3. Sebaiknya duduk di depan cermin dengan penerangan yang cukup

supaya bisa melihat apa yang Anda lakukan.

4. Membersihkan mata dari seluruh sisa-sisa air atau kotoran mata

dengan kapas lidi basah lembap yang bersih atau menggunakan

kassa/kertas tisu bersama air steril. Menyeka kotoran dilakukan dari

sudut mata dalam menuju ke arah luar. Gunakanlah satu

kapas/kassa/tisu untuk satu kali pembersihan dan selanjutnya

memakai yang baru.

5. Membuka tutup botol obat tetes/salep mata dan memastikan tutup

botol obat diletakkan pada tempat yang aman dan tidak kotor.

6. Mencondongkan kepala ke belakang.

7. Menarik dengan lembut kelopak mata bawah sehingga terbentuk

kantung dan melihat ke atas (ke arah kelopak mata atas).

8. Memegang tube salep atau pipet obat tetes mata, lalu meremas

dengan lembut. Perlu diperhatikan, lokasi pemberian obat adalah

pada kelopak mata bawah (pada kantung), bukan pada hitam mata.

Jangan sampai ujung tube/botol mengenai mata Anda.

Gambar 2. Meneteskan obat pada kantung mata


Gambar 3. Memberikan salep mata dari sudut mata dalam ke arah luar
9. Menutup mata dengan lembut selama 1-2 menit dan tidak mengedip.

Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit untuk

menghindari masuknya obat tetes ke dalam saluran air mata atau

gerakkan bola mata secara berkeliling (masih dengan keadaan

tertutup) agar obat dapat menyebar secara merata. Saat meneteskan

obat mata, langkah ini diulangi untuk tetesan selanjutnya (misalnya

perlu diberikan 4 tetes dalam 1 waktu pemberian obat, maka setiap 1

tetes mata ditutup kembali). Tidak dianjurkan untuk meneteskan

secara beruntun (langsung) 4 tetes sekaligus karena memungkinkan

obat tidak terdistribusi merata dan dapat terbuang bersama air mata.

10. Membersihkan sisa obat yang keluar dari mata dengan tisu bersih.

11. Mengulangi langkah ini pada mata yang lainnya jika pengobatan

untuk kedua mata.

12. Menutup kembali tube/botol obat. Berhati-hatilah agar jangan sampai

ujung tube/botol obat mata tersentuh dengan apapun, termasuk jari

Anda.

Gambar 6. Jari tangan tidak boleh menyentuh ujung tube/botol obat


13. Menunggu sekitar 3-5 menit setelah menggunakan tetes mata yang

pertama jika Anda menggunakan lebih dari satu jenis obat tetes

mata.

14. Mencuci tangan kembali setelah selesai memberikan obat mata.

I.VII Tips Pemberian obat Mata Pada Anak

Orang tua yang ingin memberikan obat mata pada anaknya dapat

melakukan beberapa tips berikut ini (Anonim, 2015) :

1. Menyediakan mainan kesukaan atau memutar lagu kesukaan anak

sehingga memberikan obat mata menjadi hal yang tidak menakutkan

namun menyenangkan.

2. Pada bayi yang tetap bergerak-gerak dan menangis, orang tua dapat

membalut tubuh bayi dengan selimut lembut dan bersama penolong

lain bayi dipegang dengan kuat tanpa menekannya. Dalam

memberikan salep ataupun meneteskan obat, diperlukan tambahan

penolong untuk menahan posisi kepala bayi dan membuka kantung

matanya sehingga pemberian obat dapat dilakukan dengan tepat dan

mudah. Penolong dan pemberi obat perlu mencuci tangannya

sebelum dan sesudah memakaikan obat

3. Pada anak-anak yang sudah lebih mengerti tentang obat, orang tua

dapat mulai menjelaskan manfaat obat dengan bahasa yang mudah

dimengerti. Anak-anak pun diberitahu, mungkin ada keluhan mata

perih saat obat diberikan tetapi tidak berbahaya atau hanya

berlangsung sebentar saja.


4. Orang tua dapat memberi contoh awal bagaimana obat diberikan

pada mata sehingga anak lebih mudah membayangkan.

5. Memberi penghargaan setelah anak diberi obat. Pada bayi, ibu dapat

segera menggendong, memeluk, dan memberikan ASI/susu. Pada

anak-anak, diberikan tepuk tangan dan pujian kata hebat/pintar.

I.VIII Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan Sediaan

Ada beberapa hal yang juga perlu diketahui saat menggunakan obat mata

(Anonim, 2015):

1. Tidak menggunakan satu obat mata secara bersama-sama (dengan

orang lain) dan tidak boleh memakai sisa obat mata milik orang lain.

2. Menggunakan obat mata sesuai dengan resep dokter. Pada mata

merah dan belekan, sering masyarakat langsung mencari obat di

apotek. Anda dapat melakukannya namun tetap harus berhati-hati

dalam pemberian obat. Hindarilah pemakaian kandungan steroid

(Dexamethason, Hidrocortison, Prednison, Metil prednisolon) pada

obat mata tanpa seijin dokter.

3. Jika Anda pengguna lensa kontak, jangan memakainya saat

menggunakan obat mata kecuali dokter, apoteker atau ahli optik

mengizinkannya. Hal ini karena beberapa jenis obat mata

mengandung zat yang dapat diserap oleh lensa kontak, yang dapat

menimbulkan reaksi pada mata. Jika obat tetes mata mengandung

pengawet benzalkonium klorida, Anda harus melepas lensa kontak

dan memakainya lagi setelah 15 menit obat diberikan pada mata.

Benzalkonium klorida adalah pengawet pada obat mata yang pada


penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pudarnya warna

lensa kontak dan iritasi pada mata.

4. Jenis obat mata tertentu dapat menimbulkan efek samping

pandangan kabur, misalnya pada obat jenis midriatika (Atropin Sulfat,

Tropikamid). Anda tidak boleh mengemudi atau mengoperasikan

mesin hingga pandangan normal kembali.

5. Sebagian orang merasakan matanya perih setelah menggunakan

obat mata. Hal ini biasanya bersifat sementara dan singkat. Namun

jika perih berlanjut, atau mata mengalami iritasi, atau setelah

pengobatan gejala mata memburuk, segera hubungi dokter.

6. Jika sedang hamil atau menyusui, Anda tidak boleh menggunakan

obat mata kecuali diijinkan dokter. Obat mata dapat memberikan efek

merugikan pada janin atau pada bayi yang minum ASI karena obat ini

akan diserap ke dalam aliran darah. Anda dapat mencari informasi

yang tepat pada kemasan obat. Anda dapat meminimalkan kadar

obat yang akan terserap oleh aliran darah dengan cara menekan

saluran air mata ketika meneteskan obat, dan tekan terus hingga

beberapa menit setelahnya. Saluran air mata adalah bagian sudut

mata yang paling dekat dengan hidung.

7. Sebagian obat mata harus disimpan di lemari pendingin. Baca

kembali petunjuk pada kemasan.

8. Jangan pernah menggunakan obat mata yang kadaluarsa karena

obat itu tidak lagi efektif dan bisa saja sudah terkontaminasi oleh

kuman yang lain. Umumnya, obat tetes mata dalam wadah botol
berukuran 15 ml tidak boleh digunakan lagi setelah satu bulan sejak

dibuka dan obat tetes mata dalam wadah minidose hanya bisa

digunakan maksimal 3 hari saja semenjak wadah dibuka. Baca

kembali petunjuk pada obat tetes mata dan tuliskan tanggal kapan

Anda membukanya sehingga tahu kapan harus membuangnya.

9. Jangan sembarangan membuang obat mata karena itu adalah bahan

kimia.

10. Jika lupa memberikan obat mata, segera berikan pada saat Anda

ingat, kemudian lanjutkan waktu pengobatan seperti biasa. Namun

jika jarak pemberian berikutnya sudah terlalu dekat, lebih baik

tinggalkan saja.

11. Selalu menggunakan obat sesuai dengan saran dokter atau sesuai

dengan petunjuk pada kemasan, jangan menggunakan lebih dari

yang direkomendasikan.

12. Jauhkan obat mata dari jangkauan anak-anak.

13. Obat tetes mata tidak boleh diminum. Segera hubungi dokter jika

anak meminumnya.

II. Suppositoria

II.I Defenisi

Supositoria adalah sediaan padat yang umumnya berbentuk peluru

atau torpedo yang penggunaannya dapat melalui beberapa cara yaitu

melalui rektal (anus), vagina, atau uretra (saluran kencing) (Prima

Pharmacheutical).
II.II Tujuan Penggunaan

Menurut Prima Pharmaceutical :

1. Digunakan untuk pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien

yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi dan anak,

serta dalam keadaan tidak memungkinkannya diberikan obat suntik

(parenteral)

2. Untuk tujuan lokal, seprti obat wasir/ haemoroid atau penyakit infeksi

lainnya.

3. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat, karena diserap oleh

mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh

darah

4. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran

gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati

II.III Cara Pemakaian

Menurut Prima Pharmaceutical:

Suppositoria obat yang dimasukan melalui dubur, BUKAN UNTUK

DITELAN.

1. Cuci tangan sampai bersih dengan air sabun

2. supositoria dari kemasan dan basahi sedikit dengan air bersih

3. Bila supositoria terlalu lembek, maka dinginkan lebih dahulu dalam

lemari es selama 30 menit, atau rendam dalam air dingin sebelum

membuka kemasan.

4. Atur posisi tubuh anak berbaring menyamping dengan kaki bagian

bawah diluruskan, sementara kaki bagian atas ditekuk ke arah perut


5. Angkat bagian atas dubur untuk menjangkau daerah anus.

6. Masukan supositoria, ditekan dan ditahan dengan jari telunjuk sampai

betul betul masuk ke bagian otot sfinkter rektum (sekitar 0,5 – 1 inci

dari lubang dubur). Jika tidak dimasukan sampai bagian otot sfinkter,

supositoria akan terdorong keluar lagi dari lubang dubur

7. Tahan posisi tubuh anak agar tetap berbaring menyamping dengan

kedua kaki menutup selama kurang lebih 5 menit untuk menghindari

supositoria terdorong keluar


II.IV Penyimpanan

Supporitoria merupakan sediaan padat, namun mencair pada suhu

tubuh, oleh karena itu penyimpanan obat ini di dalam lemari pendingin,

tapi TIDAK di dalam freezer.

III. Sediaan Sublingual

III.I Defenisi

Obat sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di

bawah lidah. Ini berarti bahwa pil diletakkan di bawah lidah di mana ia

akan larut dan diserap ke aliran darah. Orang tersebut tidak boleh

minum atau makan apapun sampai obat itu hilang (Sofftiyani, 2014).

III.II Tujuan Pemberian Obat


Tujuan pembeian obat secara umum yaitu untuk menghilangkan

rasa nyeri dan menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien.

Tujuan pemberian obat secara sublingual sendirin adalah agar

efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di

bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Dengan cara ini, aksi kerja

obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera

mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah

dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Selain itu, tujuannya

untuk memperoleh efek local dan sistemik, memperoleh aksi kerja obat

yang lebih cepat dibandingkan secara oral dan menghidari kerusakan

obat oleh hepar (Sofftiyani, 2014).

III.III Hal - Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Obat

1. Pemberian obat dengan cara ditaruh di bawah lidah.

2. Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif.

3. Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah,

sehingga efek yang dicapai lebih cepat misalnya : pada pasien

serangan jantung dan juga penyakit asma.

4. Kekurangannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus

dan dapat merangsang selaput lendir mulut.

5. Hanya untuk obat yang bersifat lipofil.

6. Bentuknya tablet kecil atau spray,contohnya adalah isosorbid

tablet (ISDN).

III.IV Cara Penggunaan

(Source : wikihow)
1. Cuci tangan. Anda harus mencuci tangan sebelum dan sesudah

menggunakan obat untuk mencegah penyebaran kuman dan

penyakit infeksi

2. Periksa kembali apakah obat memang diresepkan untuk

digunakan secarasublingual. Menggunakan obat nonsublingual di

bawah lidah akan mengurangi efikasinya. Obat yang lazim

digunakan secara sublingual antara lain: Obat jantung (seperti

nitrogliserin dan verapamil), Obat golongan steroid tertentu, Obat

golongan opiat tertentu, Obat golongan barbiturat tertentu, Enzim

Vitamin dan mineral tertentu, Obat-obatan kesehatan jiwa tertentu


3. Periksa kembali frekuensi penggunaan dan dosis obat resep.

Sebelum menggunakan atau memberikan obat apa pun, Anda

harus memastikan dosis sediaan serta frekuensi

penggunaan/pemberiannya sudah tepat.

4. Belah tabletnya jika perlu. Beberapa obat oral hanya perlu

digunakan sebagian jika digunakan secara sublingual

5. Duduk tegak. Orang yang menggunakan obat harus selalu duduk

tegak sebelumnya.
6. Jangan makan atau minum selama menggunakan obat.

Berkumurlah dengan air sebelum menggunakan obat. Anda tidak

boleh makan atau minum selama menggunakan obat sublingual

karena berisiko membuatnya tertelan yang akan mengurangi

efektivitasnya.

7. Jangan merokok selama paling tidak 1 jam sebelum menggunakan

obat sublingual. Rokok akan menyempitkan pembuluh darah dan

membran lendir mulut sehingga mengurangi tingkat penyerapan

obat sublingual.
8. Ketahui potensi risikonya. Obat sublingual digunakan melalui

mulut sehingga pasien dengan luka seriawan yang terbuka

mungkin akan merasa nyeri atau teriritasi. Makan, minum, dan

merokok dapat mengganggu laju penyerapan dosis obat.

Umumnya obat sublingual dianjurkan untuk tidak digunakan dalam

jangka panjang.

9. Letakkan obat di bawah lidah. Obat dapat diletakkan di kedua sisi

frenulum(jaringan penghubung di bawah lidah). Miringkan kepala

agar tidak obat tidak tertelan.


10. Pertahankan posisi obat di bawah lidah selama waktu yang

diresepkan. Sebagian besar obat akan melarut dalam waktu

sekitar 3 menit. Hindari membuka mulut, makan, minum,

berbicara, bergerak, atau berdiri selama waktu ini untuk

menghindari tablet bergerak dan memastikannya melarut

sempurna.

11. Jangan telan obat sublingual. Obat sublingual harus diserap di

bawah lidah. Menelan obat sublingual akan menyebabkan

penyerapan yang tidak menentu dan tidak sempurna sehingga

menyebabkan dosisnya tidak tepat. Mintalah dokter atau apoteker

untuk menyesuaikan dosis obat jika Anda tidak sengaja menelan

obat sublingual.
12. Tunggulah beberapa saat sebelum minum atau berkumur. Dengan

begitu, obat memiliki waktu hingga melarut sempurna dan

berkesempatan untuk terserap ke dalam membran lendir.

IV. Sediaan Effervescent

IV.I Defenisi

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang

menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas

yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon dioksida

sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda)

(Lieberman, dkk., 1992).

IV.II Keuntungan Bentuk Sediaan

1. Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang

mengandung dosis yang tepat.


2. Rasa menyenangkan karena karbonasi membantu menutup rasa

zat aktif yang tidak enak.

3. Ukuran tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas secara

individual sehingga bisa menghindari masalah ketidakstabilan zat

aktif dalam penyimpanan.

4. Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan terlebih dahulu

dalam air, baru diminum.

5. Bentuk sediaan dengan dosis terukur tepat.

IV.III Kerugian Bentuk Sediaan

1. Kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia.

2. Kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah

cukup untuk memulai reaksi effervescent.

IV.IV Cara Penggunaan Sediaan Effervescent

1. Letakkan tablet sejumlah yang diperlukan untuk satu dosis dalam

gelas

2. Tambahkan air dingin sampai 1/2 gelas

3. Tunggulah sampai tablet larut semua (tidak terlihat lagi)

4. Minumlah semuanya sekaligus

5. Tambahkan air sedikit lagi ke dalam gelas dan minumlah lagi

untuk memastikan seluruh obat terminum semua.

V. Sediaan Suspensi Kering

V.I Defenisi
Menurut FI IV Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi

yang siap digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air

untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan.

Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal.

BPC hal 38 : Suspensi kering (dry powders and granules for

reconstitution) adalah campuran serbuk atau granul untuk kemudian

direkonstitusi. Bentuk ini digunakan terutama bila stabilitas obat dalam

air terbatas.

Diktat praktikum resep: Suatu suspensi yang direkonstitusikan

adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang akan didispersikan

dengan air pada saat akan digunakan dan dalam USP tertera sebagai

“for oral suspension”. Bentuk suspensi ini digunakan terutama untuk

obat yang mempunyai stabilitas terbatas di dalam pelarut air, seperti

golongan antibiotika.

V.II Alasan Pembuatan

Umumnya, suatu sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas

zat aktif di dalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau

stabilitas fisik. Umumnya antibiotik mempunyai stabilitas yang terbatas

di dalam pelarut air.

V.III Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi

Menurut Pharm.Dosage Forms : Disperse System, 1989, Vol 2, hal

318 :
1. Campuran serbuk/granul haruslah merupakan campuran yang

homogen, sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap

pemberian obat.

2. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara

cepat dan sempurna dalam medium pembawa.

3. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah

didispersikan kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh

dosis yang tepat dan serba sama.

4. Produk akhir haruslah menunjukkan penampilan, rasa, dan aroma

yang menarik.

V.IV Cara Penggunaan Suspensi Kering

1. Tambahkan aqua destilata sampai batas tanda yang tertera dalam

botol kemasan

lihat tanda panah yang menunjukkan tanda batas penambahan air minum

2. Kocok dahulu sebelum diminum


3. Setelah ditambahkan aqua destilata (air minum), suspense

biasanya tidak boleh disimpan selama 7 hari


KESIMPULAN

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa PENGGUNAAN SEDIAAN TETES MATA, SALEP MATA,

SUPPOSITORIA, SUBLINGUAL, EFFERVESCENT, DAN SUSPENSI KERING

yang baik harus sesuai dengan penunjuk pemakaian yang biasanya tertera

dalam kemasan ataupun sesuai dengan petunjuk dari tenaga medis seperti

dokter ataupun apoteker.


DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology, 2011. The Amecican Ophthalmology, the


Eye M.D. Association and the American logo are registered trademarks of
the American Academy of Ophthalmology

Anonim 2015, Prosedur Pemberian Obat Mata file:///F:/materi%20untuk


%20KIO/Sola%20Green_%20Prosedur%20Pemberian%20Obat
%20Mata.html

Artia Sofftiyani. 2014. Makalah Pemberian Obat secara Sublingual


file:///F:/materi%20untuk%20KIO/Artia%20Blog_%20Makalah
%20Pemberian%20Obat%20secara%20Sublingual.html

Aziz , Alimul H. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data.Jakarta: Salemba Medika

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Lieberman, H.A., Lachman, L., dan Schwartz, J.B. 1990. Pharmaceutical Dosage
Forms. Tablets. Edisi II. Revised and Expanded. Volume 3. New York:
Marcel Dekker, Inc.

Lieberman, Rieger & Banker, 1989, Pharmaceutical Dosage Form : Disperse.


System, Vol ke-2, , Marcel Dekker Inc, New York. Madan, J.

Lukas, Stefanus., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Muzakkar, 2007. Uji Sterilitas Tetes Mata yang Beredar di Kota Palu Setelah
Satu Bulan Penggunaan. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan
Pengetahuan Alam (STIFA) Pelita Mas, Palu.

Prima Ramadhani, M.Farm, Apt. Apa itu Suppositoria?? Bagaimana Cara


Penggunaannya?. Prima Pharmaceutical Apotecary

Vaughan & Asbury, 2010. Oftalmologi Umum / Paul Riordan-Eva, John P.


Witcher. Edisi 17. Jakarta: ECG.

Wikihow.com

Anda mungkin juga menyukai