Disusun Oleh :
APRILIANA DEWI ( 04.05.1199 )
EVI NOVI HARYANTO ( 04.05.1213 )
FARIZKA ARTIAN DINI ( 04.05.1214 )
HERNAWATI ( 04.05.1219 )
I. DEFINISI
II. ETIOLOGI
Belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi KPD adalah infeksi genetalia,
servix incompetent, gemelli, hidramnion, kehamilan pre term, disproporsi
sefalopelvik Faktor resiko yang memicu terjadinya KPD diantaranya :
Kehamilan multiple : kembar 2 ( 50 % ), kembar 3 ( 90% )
Riwayat persalinan pre term sebelumya : resiko 2 sampai 4 kali
Tindakan senggama : tidak berpengaruh terhadap resiko, kecuali jika hygiene
buruk, predisposisi terhadap infeksi
Perdarahan per vaginam : trimester 1 ( resiko 2X ), trimester 2/3
( 20X )
Bakteriuria : resiko 2X
PH vagina diatas 4.5 : resiko 32 %
Servix tipis atau kurang dari 39mm : resiko 25%
Flora vagina abnormal : resiko 2-3 X
Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
Dapat disertai damam bila sudah ada infeksi.
Janin mudah diraba.
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
IV. PATOFISIOLOGI
V. DIAGNOSIS
VII. KOMPLIKASI
Infeksi, partus pretrm, prolaps tali pusat, distosia ( partus kering )
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini perlu
mempertimbangkan morbiditas dan mortalitas immaturitas neonatal yang
berhubungan dengan persalinan dan resiko infeksi terhadap ibu dan janin
1. Medikasi
Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal
pasca ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan resiko
terjadinya sindrom distress pernapasan (20-35,4%), Hemoragi intraventrikular
(7,5-15,9%), Enterokolitis nekrotikans (0,8-4,6%), Rekomendasi sebagian
besar menggunakan Betamethason (Celestone) intramuscular 12mg setiap 24
jam selama 2 hari. National Institute of Health merekomendasikan pemberian
kortikosteroid sebelum masa gestasi 23-30 minggu dengan asumsi viabilitas
fetus dan tidak ada infeksi intra amniotic. Pemberian kortikosteroid setelah
masa gestasi 34 minggu masih kontrofersial dan tidak direkomendasikan
kecuali ada bukti immaturitas paru melalui pemeriksaan amniosentesis.
Antibiotik
Pemberian antibiotik pada paien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi
neonatal dan memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotic yang
digunakan meliputi ampisillin 2 gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg
setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti pemberian amoxicillin 250 mg dan
eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk 5 hari. Pasien yang mendapat
kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankan kandungan selama 3
minggu setelah penghentian mpemberian antibiotik.
Agen tokolitik
Pemberian tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi namun
tidak memperbaiki luaran neonatal. Tidak banyak data yang tersedia mengenai
pemakaian agen tokolitik untuk ketuban pecah dini. Pemberian agen tokolitik
jangka panjang tidak diperkenankan dan hingga kini masih menunggu hasil
penelitian lebih jauh.
Ny.S berusia 33 tahun, G2 P1 A0. HPMT 26 september 2007, HPL 3 juni 2008. Datang
ke klinik BKIA dengan keluhan cairan berwarna putih keruh dari vaginanya. Dari
pengkajian didapatkan tanda-tanda vital dengan TD : 100/70mmhg, Nadi : 94X/mnit, RR:
25X/menit, Suhu : 37C, DJJ: 150X/menit. Dari pemeriksaan dalam didapatkan data :
selaput ketuban tidak ada, aie ketuban sudah kering, ibu terlihat lemas dan gelisah,
kontungtiva anemis. Lingkar kehitaman dibawah mata, insomnia.
BAB II
PROSES KEPARAWATAN
A. PENGKAJIAN
BIODATA
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
No CM :
Diagnosa medis :
Penabggung jawab :
RIWAYAT KESEHATAN
b. Pola aktifitas/latihan
Sebelum sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
Ambulasi
Makan
Saat sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
Ambulasi
Makan
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : di bantu orang lain
2 : di Bantu alat
3 : di Bantu alat dan orang lain
4 : tergantung total
d. Pola nutrisi
Sebelum sakit : frekuensi makan 3 kali sehari, habis 1 porsi,
dengan komosisi karbohidrat, prtein, vitamin, zat besi 1 tablet per hari
sebelum tidur.minum 8 gelas per hari
Saat sakit : frekuensi makan 3 kali sehari, habis 1 porsi, dengan
komosisi karbohidrat, prtein, vitamin, zat besi 1 tablet per hari sebelum
tidur.minum 8 gelas per hari
e. Pola eliminasi :
Sebelum sakit : BAB 1x sehari tiap bangun tidur, warna kuning khas
feses, konsistensi padat, bau khas feses. Kebiasaan BAK 10-12x sehari
dengan bau khas urine, warna kuning.
Saat sakit : BAB 1x sehari tiap bangun tidur, warna kuning khas
feses, konsistensi padat, bau khas feses. Kebiasaan BAK >12x sehari
dengan bau khas urine, warna kuning
g. Pola koping
Saat sakit : Masalah utama selama masuk Rumah Sakit adalah
kurang perawatan diri, terjadi kecemasan
h. Pola seksual reproduksi
Menstruasi terakhir 26 September 2007, masalah menstruasi tidak ada,
papsmear terakhir normal, perawatan payudara 1x tiap bulan.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital :
TD : 100/70mmhg
Suhu : 37C
Nadi : 94x/menit
RR : 25x/menit
DJJ : 150x/menit
b. Keadaan umum :
Kesan umum : Nyeri
Wajah : Ekspresi datar
Kesadaran : Compos mentis
Bentuk badan : Sedang
Bicara : Jelas dan lancer
Pakaian,kerapaian dan kebersihan badan : bersih, rapid an serasi
d. Kepala
Inspeksi : Muka simetris, tengkorak normocepal, rambut agak tebal, kulit
kepala bersih
e. Mata : bentuk bola mata bulat, kelopak mata normal, konjungtiva merah,
sclera putih
f. Telinga :
inspeksi : daun telinga tidak ada lesi, liang telinga tidak ada serumen.
Palapasi : tidak ada nyeri tekan
h hidung
inspeksi : bagian luar tidak ada lesi, bagian dalam tidak ada serumen, tak ada
ingus, tak ada perdarahan, tak ada penyumbatan
i. mulut
inspeksi : bibir simetris, gigi tak ada karies,gusi normal.
j. abdomen
inspeksi : bentuk buncit khas ibu hamil, adanya linea nigra.
Auskultasi : peristaltic normal, DJJ 150 X/ menit
Perkusi : pekak
Palsasi dalam, tak ada hepatomegali, tak ada nyeri tekan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
Darah lengkap
Inspekulo
PENATALAKSANAAN
Antibiotic, infuse RL, oksitosin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
a. Data Subyektif
Klien mengatakan keluar cairan dari vagina berwarana putih keruh, nyeri
abdomen, susah tidur, sering BAK.
b. Data Obyektif
TTV ibu meliputi : TD : 100/70mmHg. Nadi : 94 X/menit, RR : 25 X/menit,
suhu : 37C.
DJJ : 150 X/menit, selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, KU
ibu lemah, cemas dan gelisah, sering menguap,kunjungtiva anemis, lingkar
kehitaman di bawah kelopak mata, ibu terlihat sering BAK.
2. Analisa Data
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. INTERVENSI
5. EVALUASI :
b) S : Klien mengatakan behwa dirinya sudah merasa tenang, tidak lagi merasa
gelisah dan takut
O : KU pasien baik dengan TD :120/80 mmhg, Suhu : 30C, N : 80X/menit, RR :
20X/menit
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi