Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATERNITAS

KETUBAN PECAH DINI


dosen: Sri Handayani ,S.Kep.Ns.M.Kes.

Disusun Oleh :
APRILIANA DEWI ( 04.05.1199 )
EVI NOVI HARYANTO ( 04.05.1213 )
FARIZKA ARTIAN DINI ( 04.05.1214 )
HERNAWATI ( 04.05.1219 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
”SURYA GLOBAL”
YOGYAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN

I. DEFINISI

Ketuban pecah dini atau spontaneous/erly/premature rupture of membrane


( PROM ) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu ; yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm.

II. ETIOLOGI

Belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi KPD adalah infeksi genetalia,
servix incompetent, gemelli, hidramnion, kehamilan pre term, disproporsi
sefalopelvik Faktor resiko yang memicu terjadinya KPD diantaranya :
 Kehamilan multiple : kembar 2 ( 50 % ), kembar 3 ( 90% )
 Riwayat persalinan pre term sebelumya : resiko 2 sampai 4 kali
 Tindakan senggama : tidak berpengaruh terhadap resiko, kecuali jika hygiene
buruk, predisposisi terhadap infeksi
 Perdarahan per vaginam : trimester 1 ( resiko 2X ), trimester 2/3
( 20X )
 Bakteriuria : resiko 2X
 PH vagina diatas 4.5 : resiko 32 %
 Servix tipis atau kurang dari 39mm : resiko 25%
 Flora vagina abnormal : resiko 2-3 X

III. MANIFESTASI KLINIS

 Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
 Dapat disertai damam bila sudah ada infeksi.
 Janin mudah diraba.
 Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
 Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering

IV. PATOFISIOLOGI

Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh membrane fetal


akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membrane yang mengalami
rupture premature ini tampak memiliki defek fokal disbanding kelemahan
menyeluruh. Daerah dekat tempat pecahnya membrane ini disebut “restricted
zone of extreme altered morphology” yang ditandai dengan adanya
pembengkakan dan kerusakan jaringan kolagen fibrilar pada lapisan kompakta,
fibroblast maupun spongiosa. Daerah ini akan muncul sebelum ketuban pecah
dini dan merupakan daerah breakpoint awal. Patogenesis terjadinya ketuban
pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen
dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah dini preterm terutama pada pasien resiko tinggi.

V. DIAGNOSIS

Diagnosis KPD dutegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan studi


laboratorium. Pasien seringkali mengeluhkan adanya cairan yang keluar
mendadak akibat adanya kebocoran yang berkelanjutan. Klinisi harus
menanyakan apakah pasien mengalami kontraksi, perdarahan per vaginam atau
riwayat hubungan sexsual atau ada tiadaknya demand. Hal ini penting untuk
ferivikasi karena akan berhubungandengan penatalaksanaan yang sksn diberikan.
Adanya cairan yang keluar dari vagina atau kebocoran dari sevixal terutama saat
pasien batuk atau saat diberikan fundal pressure dapat membantu menegakkan
diagnosis ketuban pecah dini. Metode diagnostic dengan menggunakan niterzine
paper dan penentuan ferning memiliki tingkat sensitivitas mencapai 90%. PH
vagina normal berkisar 4,5 dan 6 sedangkan PH cairan amnion lebih alkali yaitu
7,2-7,3. Nitrazine paper akan berubah menjadi biru bila PH diatas 6 sehingga
mengubah niterzine paper menjadi biru dan memberikan hasil positif palsu.
Vaginosis bacterial juga dapat mengakibatkan hal yang sama.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan loekosit darah > 15000/ul bila terjadi infeksi


 Tes lakmus merah berubah menjadi biru
 Amniosentesis
 USG : menentukan usia kehamilan, indeks caira berkurang

VII. KOMPLIKASI
Infeksi, partus pretrm, prolaps tali pusat, distosia ( partus kering )

VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini perlu
mempertimbangkan morbiditas dan mortalitas immaturitas neonatal yang
berhubungan dengan persalinan dan resiko infeksi terhadap ibu dan janin

1. Medikasi
 Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal
pasca ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan resiko
terjadinya sindrom distress pernapasan (20-35,4%), Hemoragi intraventrikular
(7,5-15,9%), Enterokolitis nekrotikans (0,8-4,6%), Rekomendasi sebagian
besar menggunakan Betamethason (Celestone) intramuscular 12mg setiap 24
jam selama 2 hari. National Institute of Health merekomendasikan pemberian
kortikosteroid sebelum masa gestasi 23-30 minggu dengan asumsi viabilitas
fetus dan tidak ada infeksi intra amniotic. Pemberian kortikosteroid setelah
masa gestasi 34 minggu masih kontrofersial dan tidak direkomendasikan
kecuali ada bukti immaturitas paru melalui pemeriksaan amniosentesis.

 Antibiotik
Pemberian antibiotik pada paien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi
neonatal dan memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotic yang
digunakan meliputi ampisillin 2 gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg
setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti pemberian amoxicillin 250 mg dan
eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk 5 hari. Pasien yang mendapat
kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankan kandungan selama 3
minggu setelah penghentian mpemberian antibiotik.

 Agen tokolitik
Pemberian tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi namun
tidak memperbaiki luaran neonatal. Tidak banyak data yang tersedia mengenai
pemakaian agen tokolitik untuk ketuban pecah dini. Pemberian agen tokolitik
jangka panjang tidak diperkenankan dan hingga kini masih menunggu hasil
penelitian lebih jauh.

2. Penatalaksanaan berdasarkan masa gestasi


 Masa gestasi dibawah 24 minggu
Sebagian besar pasien akan mengalami persalinan dalam 1 minggu bila terjadi
ketuban pecah dini dengan periode latensi sekitar 6 hari dan sebagian besr
yang lahir biasanya mengalami banyak masalah seperti penyakit paru kronik,
gangguan neurology dan perkembangan, Hodrosefalus dan cerebral palsy.

 Masa gestasi 24-31 minggu


Persalinan sebelum masa gestasi 32 minggu memicu morbiditas dan
mortalitas neonatal berat. Bila tidak dijumpai infeksi intra imniotik maka
kehamilan diupayakan dipertahankan hingga 34 minggu. Bila ada infeksi
intraamniotinik maka pasien akan melahirkan dalam waktu 1 minggu. Klinisi
harus memberikan memberikan kortikosteroid dan antibiotic serta melakukan
penilaian menyeluruh mengenai keadaan janin melalui monitoring fetal dan
ultrasonografi. Pemberian kortikosteroid pada masa gestasi 24-28 minggu
tidak banyak bermanfaat

 Masa gestasi 32-33 minggu


Biasanya mengalami masalah dengan maturitas paru-paru, induksi persalinan
dan penanganan bayi premature harus segera direncanakan. Upaya
mempertahankan kehamilan lebih lama setelah maturitas paru akan
meningkatkan resiko amnionitis maternal, kompresi umbilical cord, rawat inp
yang makin lama dan infeksi neonatal.

 Masa gestasi 34-36 minggu


Biasanya klinisi menghindari upaya memperlama kehamilan. Sebuah studi
menunjukkan bahwa penatalaksanaan kondervatif antara masa gestasi 34-36
minggu akan meningkatkan resiko koreoamnititis. Walaupun kortikosteroid
tidak diiindikasikan untuk kehamilan lawat 34 minggu, pemberian antibiotic
tetap dilakukan sebagai profilaksis infeksi stertococcus group B dan fasilitasu
penanganan neonatus premature harus dipersiapkan segera. KPD pre term
bukan merupakan kontraindikasi persalinan pervaginam.
Kasus

Ny.S berusia 33 tahun, G2 P1 A0. HPMT 26 september 2007, HPL 3 juni 2008. Datang
ke klinik BKIA dengan keluhan cairan berwarna putih keruh dari vaginanya. Dari
pengkajian didapatkan tanda-tanda vital dengan TD : 100/70mmhg, Nadi : 94X/mnit, RR:
25X/menit, Suhu : 37C, DJJ: 150X/menit. Dari pemeriksaan dalam didapatkan data :
selaput ketuban tidak ada, aie ketuban sudah kering, ibu terlihat lemas dan gelisah,
kontungtiva anemis. Lingkar kehitaman dibawah mata, insomnia.
BAB II
PROSES KEPARAWATAN

A. PENGKAJIAN

 BIODATA
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
No CM :
Diagnosa medis :
Penabggung jawab :

 RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama : keluar cairan berwarna putih keruh dari vaginanya.


b. Riwayat kesehatan sekarang : Ibu sedang mengandung, usia kehamilan 36
minggu, mengalami KPD 2 jam yang lalu.Ibu sedang tidak mengalami
penyakit yang menyertai kehamilan lain.
c. Riwayat kesehatan dahulu : Ibu belum pernah mengalami sakit yang sama
seperti yang dialaminya sekarang pada kehamilan nya yang pertama.
Kehamilan pertama dengan persalinan normal.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Kelurga belum pernah ada yang menderita
penyakit yang sama sampai dirawat di RS, keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular dan penyakit keturunan misal : TBC, AIDS. DM, dll

 POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Persepsi tehadap kesehatan : apabila klien sekit, klien segara memeriksakan
diri ke RS atau ke dokter.

b. Pola aktifitas/latihan

 Sebelum sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilisasi 
Ambulasi 
Makan 
 Saat sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilisasi 
Ambulasi 
Makan 
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : di bantu orang lain
2 : di Bantu alat
3 : di Bantu alat dan orang lain
4 : tergantung total

c. Pola istirahat tidur


 Sebelum sakit : waktu tidur mulai pukul 21.00 wib, jumlah waktu tidur
10 jam tiap hari dengan kualitas total
 Saat sakit : waktu tidur ibu setiap hari 7jam, ibu mengatakan sering
terbangu malam hari dan susa untuk tidur kembali.

d. Pola nutrisi
 Sebelum sakit : frekuensi makan 3 kali sehari, habis 1 porsi,
dengan komosisi karbohidrat, prtein, vitamin, zat besi 1 tablet per hari
sebelum tidur.minum 8 gelas per hari
 Saat sakit : frekuensi makan 3 kali sehari, habis 1 porsi, dengan
komosisi karbohidrat, prtein, vitamin, zat besi 1 tablet per hari sebelum
tidur.minum 8 gelas per hari

e. Pola eliminasi :
 Sebelum sakit : BAB 1x sehari tiap bangun tidur, warna kuning khas
feses, konsistensi padat, bau khas feses. Kebiasaan BAK 10-12x sehari
dengan bau khas urine, warna kuning.
 Saat sakit : BAB 1x sehari tiap bangun tidur, warna kuning khas
feses, konsistensi padat, bau khas feses. Kebiasaan BAK >12x sehari
dengan bau khas urine, warna kuning

f. Pola kognitif perceptual


 Sebelum sakit : Status mental ibu sadar, bicara normal, pendengaran
normal, penglihatan normal
 Saat sakit : Status mental ibu cemas, bicara normal, pendengaran
normal, penglihatan normal

g. Pola koping
 Saat sakit : Masalah utama selama masuk Rumah Sakit adalah
kurang perawatan diri, terjadi kecemasan
h. Pola seksual reproduksi
 Menstruasi terakhir 26 September 2007, masalah menstruasi tidak ada,
papsmear terakhir normal, perawatan payudara 1x tiap bulan.

i. Pola peran hubungan


 Status perkawinan:menikah, pekerjaan:ibu rumah tangga.

j. Pola nilai dan kepercayaan


 Agama islam, permintaan rohaniawan selama masuk RS:tidak ada

 PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital :
TD : 100/70mmhg
Suhu : 37C
Nadi : 94x/menit
RR : 25x/menit
DJJ : 150x/menit

b. Keadaan umum :
Kesan umum : Nyeri
Wajah : Ekspresi datar
Kesadaran : Compos mentis
Bentuk badan : Sedang
Bicara : Jelas dan lancer
Pakaian,kerapaian dan kebersihan badan : bersih, rapid an serasi

c. Kulit, rambut dan kuku


Inspeksi : Warna kulit pucat, Tidak ada lesi, warna kuku bening,
bentuk kuku normal
Palpasi : Suhu normal, turgor kulit normal

d. Kepala
Inspeksi : Muka simetris, tengkorak normocepal, rambut agak tebal, kulit
kepala bersih
e. Mata : bentuk bola mata bulat, kelopak mata normal, konjungtiva merah,
sclera putih
f. Telinga :
inspeksi : daun telinga tidak ada lesi, liang telinga tidak ada serumen.
Palapasi : tidak ada nyeri tekan
h hidung
inspeksi : bagian luar tidak ada lesi, bagian dalam tidak ada serumen, tak ada
ingus, tak ada perdarahan, tak ada penyumbatan
i. mulut
inspeksi : bibir simetris, gigi tak ada karies,gusi normal.
j. abdomen
inspeksi : bentuk buncit khas ibu hamil, adanya linea nigra.
Auskultasi : peristaltic normal, DJJ 150 X/ menit
Perkusi : pekak
Palsasi dalam, tak ada hepatomegali, tak ada nyeri tekan

k. anus dan rectum


normal
l. alat kelamin
pada vagina terlihat keluar cairan ketuban, perineum dan vulva belum
menonjol.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
Darah lengkap
Inspekulo

 PENATALAKSANAAN
Antibiotic, infuse RL, oksitosin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Data Fokus
a. Data Subyektif
Klien mengatakan keluar cairan dari vagina berwarana putih keruh, nyeri
abdomen, susah tidur, sering BAK.
b. Data Obyektif
TTV ibu meliputi : TD : 100/70mmHg. Nadi : 94 X/menit, RR : 25 X/menit,
suhu : 37C.
DJJ : 150 X/menit, selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, KU
ibu lemah, cemas dan gelisah, sering menguap,kunjungtiva anemis, lingkar
kehitaman di bawah kelopak mata, ibu terlihat sering BAK.

2. Analisa Data

NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI


1 DS : klien mengatakan nyeri NYERI KPD
abdomen, susah tidur.
DO : klien tampak kesakitan,
cemas, gelisah.
2 DS : klien mengatakan susah CEMAS Sterssor
tidur.
DO : klien tampak gelisah,
cemas, nadi : 94X/ menit, RR :
25 X/menit, TD : 100/70 mmhg
3 DS : klien mengatakan susah Gungguan Pola Nyeri dan cemas
tidur. Tidur
DO : konjungtiva anemis,
kelopak mata bawah nampak
kehitaman, sering menguap

4 DS : klien mengatakan sering Inkontinensia Urin Penekanan uretra


BAK, merasa haus. Dorongan oleh dinding uterus.
DO : klien terlihat sering BAK
5 DS: - Resiko Infeksi Adanya KPD
DO : selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Nyeri berhubungan dengan KPD


 Cemas berhubungan dengan stressor
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan cemas
 Inkontinensia Urin Dorongan berhubungan dengan penekanan uretra oleh
dinding uterus
 Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya KPD

4. INTERVENSI

 Nyeri berhubungan dengan KPD


 Kaji secara komprehensif tentang nyeri yang meliputi : lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor-
faktor presipitasi
 Observasi insyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
 Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup : pola tidur,
nafsu makan, aktivitas mood.
 Kaji pengalaman individu terhadap nyeri
 Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
 Kaji TTV
 Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab, berapa lama terjadi
dan tindakan pencegahan
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic sesuai dengan
anjuran

 Cemas berhubungan dengan stressor


 Tenangkan klien
 Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
( Takikardi, ekspresi cemas non verbal )
 Berusaha untuk memahami keadaan klien
 Temani pasien untuk mendukung keamanan dan munurunkan rasa tikut
 Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas
 Instrusikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
 Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
 Sediakan informasi actual tentang penanganan cemas
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiansietas untuk
menurunkan cenas dengan cara yang tepat

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan


nyeri dan cemas
 Monitor pola tidur pasien dan jumlah waktu tidur malam
 Batasi makanan atau minuman yang mengandung kafein menjelang
waktu tidur malam
 Berikan susu hangat sebelum tidur
 Anjurkan mandi menggakan air hangat
 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang pola tidur efektif
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

 Inkontinensia urin dorongan berhubungan dengan penekanan dinding uretra


oleh uterus
 Mengidentifikasi berbagai faktor yang menyebabkan inkontinensia atau
pengeluaran urine, fungsi kognitif, masalah urine, pengobatan
 Jaga privasi saat eliminasi
 Jelaskan penyebab dari masalah inkontinensia urin dan rasionalisasi dari
tindakan
 Pemasangan kateter
 Monitor eliminasi urin, hitung frekuebsi, konsistensi,volume dan warna
 Bersihkan area kulit genital pada interval regular
 Batasi cairan 2-3jam sebelum waktu tidur
 Instruksikan pasien atau keluarga untuk mendokumentasikan output urine
 Instruksikan pasien ntuk minum minimal 1500cc tiap hari
 Kolaborasi dengan spesialisasi urologi

 Resiko infeksi adanya KPD


 Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi
 Kaji temperature klien tiap 4jam
 Catat dan laporkan nilai laboratorium
 Kaji warna kulit, kelembaban, tekstur, turgor, cuci kulit dengan hati-hati
dan gunakan pelembab
 Tingkatkan intake cairan
 Istirahat yang adekuat
 Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan parawatan
 Batasi pengunjung
 Ajari pasien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi dan kalau terjadi
untuk melapor kepada perawat
 Ajarkan klien dan keluarga bagaimana mencegah infeksi
 Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotic

5. EVALUASI :

a) S : klien mengatakan nyeri sudah hilang


O : KU pasien dengan TD : 120/80 mmhg, Suhu : 37C Nadi : 80X/menit RR :
20X/menit
A : tujuan tercapai
P : hentikan intervensi, pasien boleh pulang

b) S : Klien mengatakan behwa dirinya sudah merasa tenang, tidak lagi merasa
gelisah dan takut
O : KU pasien baik dengan TD :120/80 mmhg, Suhu : 30C, N : 80X/menit, RR :
20X/menit
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi

c) S : Klien mengatakan sudah bisa tidur dengan adekuat


O :Konjungtiva merah muda, tidak terdapat lingkaran kehitaman di bawah
kelopak mata
A:Tujuan tercapai
P : hentikan intervensi, pasien boleh pulang

d) S : Klien mengatakan BAK 5X sehari


O : frekuensi BAK klien normal, warna kuning, bau khas urin
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi, pasien boleh pulang
Pertanyaan :
1. Apa yang menyebabkan terjadinya KPD, kecuali?
a. Hidramnion
b. Kehamilan multiple
c. PH vagina dibawah 4.5
d. Infeksi genetalia
e. Semua salah
2. Di bawah ini yang bukan termasuk pemeriksaan penunujang KPD meliputi?
a. Tes lakmus
b. Rongen
c. Amniosintesis
d. USG
e. Pemeriksaan leokosit darah
3. Masalah keperawatan yang mungkin muncul dalam KPD kecuali?
a. Cemas
b. Nyeri
c. Resiko Infeksi
d. Gangguan pola tidur
e. Semua jawaban benar
4. Komplikasi yang sering muncul pada KPD, kecuali?
a. Infeksi
b. Distosia
c. Prolaps tali pusat
d. Partus pre term
e. Partus intra term
5. Diagnosis KPD ditegakkan dengan?
a. Perdarahan pervaginam
b. Pembukaan lengkap
c. Prolaps tali pusat
d. Peningkatan tekanan darah
e. Semua benar
Kunci jawaban :
1. C
2. B
3. E
4. E
5. A

Anda mungkin juga menyukai