42-50
Ummi Kalsum1*
1
Program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang
Jl. Jendral Ahmad Yani, 13 Ulu, Palembang, Telp. (0711)510820, Fax. (0711)519408
*Penulis korespondensi:
ABSTRAK
Serbuk gergaji kayu, tongkol jagung, dan kulit durian merupakan sampah biomassa. Namun sampah-
sampah tersebut dapat pula dijadikan salah satu sumber bahan bakar alternatif, yaitu dengan cara
dibuat menjadi briket dengan campuran perekat tapioka. Penelitian ini dilakukan untuk membuat
briket campuran serbuk gergaji kayu, tongkol jagung, dan kulit durian yang memliki nilai kalor yang
dapat memenuhi standar SNI briket. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai
kalor briket yang dihasilkan dapat memenuhi standar SNI briket. Hasil penelitian menunjukan bahwa
campuran briket dari 50% serbuk gergaji kayu, 10% tongkol jagung, 40% kulit durian mendapatkan
nilai kalor yang tertinggi sebesar 5745,60 cal/gr pada suhu karbonisasi 500 oC.
Kata Kunci : Serbuk gergaji kayu, tongkol jagung, kulit durian, briket campuran, nilai kalor.
digunakan adalah campuran serbuk gergaji titik tindih rendah seperti asam cuka dan
kayu, tongkol jagung dan kulit durian metanol sedang gas kayu terdiri dari CO
dengan perbandingan: sampel A (50%SG : dan CO2.
25%TJ : 25% KD) B (50%SG : 20%TJ : 3. Pada suhu 310-500 oC, terjadi peruraian
30% KD) , C (50%SG : 30%TJ : 20% KD), lignin, dihasilkan lebih banyak ter
sedangkan larutan piroglinat menurun. Gas
D (50%SG : 40%TJ : 10% KD), E (50%SG : CO2 menurun sedangkan gas CH4, CO,
10%TJ : 40% KD) dimana SG adalah serbuk dan H2 meningkat.
gergaji kayu, TJ adalah tongkol jagung, dan 4. Pada suhu 500-1000 oC merupakan tahap
KD adalah kulit durian. Bahan perekat yang pemurnian arang atau peningkatan kadar
digunakan adalah jenis perekat aci yang karbon.
berasal dari tepung tapioka/ tepung kanji
yang dicampur dengan air hangat. Banyak Briket Arang
tepung tapioka yang digunakan sebagai Briket arang merupakan bahan bakar
perekat yaitu 10% dari bahan baku briket padat yang mengandung karbon, mempunyai
yang dibuat. nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala
dalam waktu yang lama. Bioarang adalah arang
Biomassa yang diperoleh dengan membakar biomassa
Biomassa merupakan segala jenis material kering tanpa udara ( pirolisis). Sedangkan
organik yang tersedia dalam bentuk terbarukan, biomassa adalah bahan organik yang berasal dari
dimana di dalamnya termasuk tanaman dan jasad hidup. Biomassa sebenarnya dapat
limbah pertanian, kayu dan limbah hasil hutan, digunakan secara langsung sebagai sumber
limbah hewan, tanaman akuatik, dan limbah energi panas untuk bahan bakar, tetapi kurang
domestik dan industri. Energi biomassa berarti efisien. Nilai bakar biomassa hanya sekitar 3000
energi kimia yang disimpan di dalam bahan kal, sedangkan bioarang mampu menghasilkan
organik dan berasal dari energi surya melalui 5000 kal (Seran, 1990).
fotosintesa.
Sumber biomassa yang banyak didapati Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
berasal dari limbah pertanian/perkebunan dan briket arang
hutan, seperti serbuk gergaji kayu, tongkol Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
jagung, dan kulit durian. Hasil limbah ini masih dalam pembuatan briket antara lain :
belum dimanfaatkan secara optimal dan masih 1. Bahan baku
banyak dibuang begitu saja. Biomassa tersebut Briket dapat dibuat dari bermacam–
sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai macam bahan baku, seperti tongkol jagung, kulit
bahan bakar/sumber energi alternatif pengganti durian, dan serbuk gergaji kayu. Bahan utama
minyak tanah untuk kebutuhan masyarakat pada yang terdapat bahan baku adalah selulosa.
umumnya. Semakin tinggi kandungan selulosa maka
semakin baik kualitas briket, briket yang
Arang mengandung zat terbuang terlalu tinggi
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak cenderung mengeluarkan asap dan bau tidak
murni yang dihasilkan dengan menghilangkan sedap.
kandungan air dan komponen volatile dari 2. Bahan perekat
hewan atau tumbuhan. proses pengarangan Untuk merekatkan partikel-partikel zat
bahan baku pada proses pembuatan briket maka
terdiri dari empat tahap yaitu :
diperlukan zat perekat sehingga dihasilkan briket
1. Pada suhu 100-120 oC terjadi penguapan air
yang kompak.
dan sampai suhu 270 oC mulai terjadi
peruraian selulosa. Destilat mengandung
asam organik dan sedikit metanol. Asam Pembuatan briket arang
cuka terbentuk pada suhu 200-270 oC. Ada beberapa tahap penting yang perlu
2. Pada suhu 270-310 oC reaksi eksotermik dilalui di dalam pembuatan arang briket
berlangsung dimana terjadi peruraian yaitu:
selulosa secara intensif menjadi larutan 1. Pembuatan Serbuk Arang
piroglinat, gas kayu dan sedikit ter. Asam Arang harus cukup halus untuk dapat
piriglinat merupakan asam organik dengan membuat briket yang baik. Ukuran partikel
43
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 42-50
arang yang terlalu besar akan sukar pada waktu Parameter kualitas briket
dilakukan perekatan, sehingga mengurangi Briket dengan mutu yang baik adalah
keteguhan tekanan tekan briket arang yang briket yang memiliki kadar air, kadar abu, kadar
dihasilkan. Sebaiknya partikel arang mempunyai zat terbang, laju pembakaran yang rendah, tetapi
ukuran 60 mesh sesuai dengan SNI 01-6235- memiliki kerapatan, nilai kalor dan suhu api atau
2000. bara yang dihasilkan tinggi. Jika briket
2. Pencampuran Serbuk Arang dengan Perekat diarahkan untuk penggunaan di kalangan rumah
Tujuan pencampuran serbuk arang tangga, maka hal yang penting diperhatikan
dengan perekat adalah untuk memberikan adalah kadar zat terbang dan kadar abu yang
lapisan tipis dari perekat pada permukaan rendah. Hal ini dikarenakan untuk mencegah
partikel arang dan untuk menarik air serta polusi udara yang ditimbulkan dari asap
membentuk tekstur padat. Dengan adanya pembakaran yang dihasilkan serta untuk
perekat maka susunan partikel akan semakin memudahkan dalam penanganan ketika proses
baik. Tahap ini merupakan tahap penting dan pembakaran selesai.
menentukan mutu arang briket yang dihasilkan. Parameter Kualitas Briket sebagai berikut :
3. Pengempaan 1. Nilai Kalor
Pengempaan pembuatan briket arang 2. Kadar Air
dapat dilakukan dengan alat pengepres tipe 3. Kadar Abu
compression atau extrussion. Tekanan yang 4. Kandungan zat terbang (Volatile matters)
diberikan untuk pembuatan briket arang 5. Kadar Karbon
dibedakan menjadi dua cara, yaitu melampui Tabel.2.1. Sifat briket arang buatan Indonesia
batas elastisitas bahan baku sehingga struktur sel SNI (01-6235-2000)
akan runtuh dan belum melampui batas
elastisitas bahan baku. Pada umumnya, semakin Parameter Indonesia
tinggi tekanan yang diberikan akan memberi
kecenderungan menghasilkan briket arang Kadar Air (%) 8
dengan kerapatan dan keteguhan tekan yang Kadar zat menguap (%) 15
semakin tinggi pula. Kadar abu (%) 8
4. Pengeringan Kadar Karbon terikat (%) 77
Briket yang dihasilkan setelah
Nilai kalor (cal/g) 5000
pengempaan masih mengandung air yang cukup
Sumber: Badan penelitian & pengembangan
tinggi (sekitar 50%). Oleh sebab itu perlu kehutanan ,1994 dalam Triono,2006
dilakukan pengeringan yang dapat dilakukan
dengan berbagai macam alat pengering seperti Tongkol jagung
kiln, oven, atau penjemuran dengan Jagung (Zea mays) adalah merupakan tanaman
menggunakan sinar matahari. Suhu pengeringan pangan yang penting di Indonesia. Kepala Badan
yang umum dilakukan adalah sebesar 60 oC Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan,
selama 24 jam dengan menggunakan oven. Bachdi Ruswana, mengatakan peningkatan itu
Tujuan pengerinagn adalah agar arang menjadi diperkirakan karena adanya peningkatan pada
kering dan kadar airnya dapat disesuaikan luas panen dan produktivitas. Peningkatan luas
dengan ketentuan kadar air briket arang yang panen diperkirakan seluas 59 Ha pada tahu 2015
berlaku. produksi jagung mencapai 207.230 ton atau naik
sebanyak 15.260 ton dibanding tahun 2014
Syarat dan kriteria briket yang baik produksi jagung mencapai 191.970 ton.
Briket juga harus memenuhi krietria
sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi Kimia Tongkol Jagung
a) Mudah dinyalakan
b) Tidak mengeluarkan asap Komponen Presentase %
c) Emisi gas hasil pembakaran tidak Hemiselulosa 38
mengandung racun Selulosa 41
d) Kedap air dan hasil pembakaran tidak
Lignin 6
berjamur bila disimpan pada waktu lama
e) Menunjukkan upaya laju pembakaran Kadar Air 7,5
(waktu, laju pembakaran, dan suhu Kadar abu 1,5
pembakaran) yang baik. Sumber: Dwatyas, 2012
44
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.42-50
45
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 42-50
7000
sampel penelitian 6000 A
3. Kemudian dilakukan karbonisasi 5000 B
menggunakan furnace dengan 4000 C
temperatur 300 oC, 350 oC, 400oC, 3000
D
300 350 400 450 500
450oC, 500 oC selama 1 jam. lalu
Suhu Karbonisasi oC E
keluarkan dari furnace kemudian
dinginkan. Arang serbuk gergaji kayu,
kulit durian, dan tongkol jagung, Gambar 1. Hubungan antara suhu karbonisasi
terhadap nilai kalor pada setiap sampel
kemudian digerus dalam cawan
porselin dan diayak dengan ayakan
dengan ukuran 60 mesh. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1,
4. Arang hasil ayakan dicampur dengan
terlihat bahwa nilai kalor pada suhu
perekat (10%) diaduk sampai merata, karbonisasi 300 oC menghasilkan nilai kalor
lalu dicetak. yang terendah untuk sampel A s/d E dengan
5. Hasil cetakan dikeringkan dengan sinar
nilai kalor berkisar antara 3874,54 s/d
matahari selama 3 hari lalu di keringkan 4029,38 cal/gr, dikarenakan pada suhu
lagi dengan menggunakan oven dengan tersebut hanya sebagian bahan baku yang
suhu 100 oC selama 1 jam, guna untuk menjadi arang sehingga memperoleh nilai
menghilakan kadar air yang terkandung arang yang rendah, kemudian pada suhu 350
o
dalam perekat. C s/d 500 oC nilai kalornya terus bertambah
6. Dilakukan analisa briket dengan berkisar antara 4239,38 s/d 5745,60 cal/gr,
menghitung Nilai kalor. karena semakin tinggi suhu karbonisasi akan
meningkatkan nilai kalornya selama bahan
baku tidak menjadi abu. Tetapi pada suhu
46
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.42-50
500 oC menghasilkan nilai kalor yang karbonisasi akan menurunkan kadar airnya.
tertinggi untuk setiap sampelnya yakni Tetapi pada suhu 500 oC menghasilkan
5297,91 s/d 5745,60 cal/gr dan dapat kadar air yang terendah untuk setiap
memenuhi standar SNI briket yakni 5000 sampelnya berkisar antara 7,2 s/d 6,7 % dan
cal/gr (Tabel 1) karena pada suhu ini semua dapat memenuhi standar SNI briket yakni 8
bahan baku menjadi arang sehingga % (Tabel 1).
menghasilkan nilai arang yang tinggi. Dapat disimpulkan dari setiap Tabel
Dapat disimpulkan dari setiap Tabel dan Gambar diatas bahwa kadar air yang
dan Gambar diatas bahwa nilai kalor yang paling rendah diantara setiap sampel
paling tinggi diantara setiap sampel terdapat terdapat pada sampel E dengan kadar air
pada sampel E dengan nilai kalor sebesar sebesar 6,8 % pada suhu karbonisasi 500oC
5745,60 cal/gr pada suhu karbonisasi 500oC
Kadar Abu
Kadar Air Kadar abu briket dari masing-masing
Kadar air briket dari masing-masing sampel dapat dilihat pada tabel 7.
sampel dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 7 Kadar Abu Setiap Sampel
Tabel 6 Kadar Air Setiap Sampel Suhu Kadar Abu (%)
Suhu Kadar Air (%) Karbonisasi oC
Karbonisasi A B C D E
o
C A B C D E 300 9,2 9 8,9 8,8 8,7
300 8,6 8,4 8,3 8,2 8,1 350 8,7 8,5 8,4 8,3 8,2
350 7,8 7,6 7,5 7,7 7,6 400 8,3 8,1 8 7,9 7,8
400 7,7 7,5 7,4 7,3 7,2
450 78 7,8 7,7 7,6 7,5
450 7,4 7,2 7,1 7 6,9
500 7,8 7,6 7,5 7,4 7,3
500 7,2 7 6,9 6,8 6,7 Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B
Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B (50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D
(50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D (50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)
(50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)
KADAR ABU
KADAR AIR
12
11 A
Kadar Air (%)
B
Kadar Abu (%)
9 10
C A
7
D 8 B
5
E C
3 6
300 350 400 450 500 D
Suhu Karbonisasi oC 4 E
300 350 400 450 500
Suhu karbonisasi oC
Gambar 2 Hubungan antara suhu karbonisasi
terhadap kadar air untuk setiap sampel
Gambar 3 Hubungana anatar suhu
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 2, karbonisasi terhadap kadar abu setiap sampel
terlihat bahwa kadar air pada suhu
karbonisasi 300 oC menghasilkan kadar air Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3,
yang tertinggi untuk sampel A s/d E dengan terlihat bahwa kadar abu pada suhu
kadar air berkisar antara 8,1 s/d 8,6 %, karbonisasi 300 oC menghasilkan kadar abu
kemudian pada suhu 350 oC s/d 500 oC yang tertinggi untuk sampel A s/d E dengan
kadar airnya terus menurun berkisar antara kadar abu berkisar antara 8,7 s/d 9,2 %,
7,8 s/d 6,7 %, karena semakin tinggi suhu kemudian pada suhu 350 oC s/d 500 oC
kadar abunya terus menurun berkisar antara
47
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 42-50
8,7 s/d 7,3 %. Tetapi pada suhu 500 oC Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 4,
menghasilkan kadar abu yang terendah terlihat bahwa kadar zat terbang pada suhu
untuk setiap sampelnya berkisar antara 7,8 karbonisasi 300 oC menghasilkan kadar zat
s/d 7,3 %, karena pelakuan komposisi terbang yang tertinggi untuk sampel A s/d E
memberikan pengaruh terhadap kadar abu dengan kadar abu berkisar antara 15,8 s/d
yang dihasilkan dan pada sampel E 16,3 %, kemudian pada suhu 350 oC s/d 500
o
komposisi tongkol jagung lebih sedikit C kadar zat terbangnya terus menurun
dibandingan sampel lain, hal ini disebakan berkisar antara 16 s/d 14,8 %. Tetapi pada
kandungan silikat dalam tongkol jagung suhu 500 oC menghasilkan kadar zat terbang
lebih banyak dari bahan lainnya. Kadar abu yang terendah untuk setiap sampelnya
sampel E dapat memenuhi standar SNI berkisar antara 14,8 s/d 15,2 % tetapi masih
briket yakni max 8 % (Tabel 1). ada yang belum dapat memenuhi standar
Dapat disimpulkan dari setiap Tabel SNI briket yakni 15 % (Tabel 1)
dan Gambar diatas bahwa kadar abu yang Dapat disimpulkan dari setiap Tabel
paling rendah diantara setiap sampel dan Gambar diatas bahwa kadar zat terbang
terdapat pada sampel E dengan kadar abu yang paling rendah diantara setiap sampel
sebesar 7,3 % pada suhu karbonisasi 500oC terdapat pada sampel E dengan kadar zat
terbang sebesar 14,8 % pada suhu
o
karbonisasi 500 C yang telah memenuhi
Kadar Zat Terbang
stndat SNI briket.
Kadar zat terbang briket dari masing-
masing sampel dapat dilihat pada tabel 8.
Kadar Karbon
Kadar karbon briket dari masing-
Tabel 8 Kadar Zat Terbang Setiap Sampel
Suhu
masing sampel dapat dilihat pada tabel 9.
Kadar zat terbang (%)
Karbonisasi
o
C A B C D E Tabel 9 Kadar Karbon Setiap Sampel
300 16,3 16,1 16 15,9 15,8 Suhu Kadar karbon (%)
350 16 15,8 15,7 15,6 15,5 Karbonisasi oC A B C D E
400 15,7 15,5 15,4 15,3 15,2
300 65,9 66,5 66,8 67,1 67,4
450 15,5 15,3 15,2 15,1 15
350 67,5 67,9 68,1 68,3 68,6
500 15,2 15 14,9 14,9 14,8
Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B 400 68,3 68,9 69,5 69,5 69,8
(50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D 450 69,1 69,6 70,1 70,2 70,5
(50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)
500 69,8 70,4 70,7 70,9 71,2
Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B
(50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D
(50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)
KADAR KARBON
KADAR ZAT TERBANG
21 73
Kadar Zat Terbang (%)
19 71 A
17 A 69 B
15 B 67 C
C D
13 65
D
300 350 400 450 500 300 350 400 450 500 E
E
Suhu Karbonisasi oC Suhu Karbonisasi oC
48
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.42-50
49
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 42-50
50