Anda di halaman 1dari 9

Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.

42-50

PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI CAMPURAN LIMBAH


TONGKOL JAGUNG, KULIT DURIAN DAN SERBUK GERGAJI
MENGGUNAKAN PEREKAT TAPIOKA

Ummi Kalsum1*
1
Program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang
Jl. Jendral Ahmad Yani, 13 Ulu, Palembang, Telp. (0711)510820, Fax. (0711)519408
*Penulis korespondensi:

ABSTRAK
Serbuk gergaji kayu, tongkol jagung, dan kulit durian merupakan sampah biomassa. Namun sampah-
sampah tersebut dapat pula dijadikan salah satu sumber bahan bakar alternatif, yaitu dengan cara
dibuat menjadi briket dengan campuran perekat tapioka. Penelitian ini dilakukan untuk membuat
briket campuran serbuk gergaji kayu, tongkol jagung, dan kulit durian yang memliki nilai kalor yang
dapat memenuhi standar SNI briket. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai
kalor briket yang dihasilkan dapat memenuhi standar SNI briket. Hasil penelitian menunjukan bahwa
campuran briket dari 50% serbuk gergaji kayu, 10% tongkol jagung, 40% kulit durian mendapatkan
nilai kalor yang tertinggi sebesar 5745,60 cal/gr pada suhu karbonisasi 500 oC.

Kata Kunci : Serbuk gergaji kayu, tongkol jagung, kulit durian, briket campuran, nilai kalor.

PENDAHULUAN Beberapa jenis sampah biomassa


Penggunaan bahan bakar fosil yang semakin seperti limbah kulit durian, tongkol jagung,
meningkat menyebabkan cadangan bahan dan serbuk gergaji kayu dari tahun ke tahun
bakar semakin lama semakin menipis, selain pasti bertambah produksinya karena
itu juga mengakibatkan pencemaran peningkatan lahan pertanian, dari setiap
lingkungan. Salah satu cara untuk mengatasi hasil panen diperkirakan hasil panen
masalah tersebut adalah dengan cara (rendemen) yang dihasilkan sekitar 60%,
pengembangan bahan bakar alternatif yang sementara 40% dalam bentuk limbah. Dari
cenderung lebih ramah lingkungan dan bebeapa jenis sampah tersebut tadi belum
bersifat renewable (terbaharukan). dimanfaatkan secara optimal dan hanya
Beberapa jenis energi terbarukan yang dibakar oleh masyarakat dan menjadi
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan tumpukan sampah yang tidak laku dijual
antara lain energi matahari, energi panas biasanya terjadi pada saat panen puncak
bumi, energi air dan energi biomassa. Dari buah jagung dan durian. Sampah buah-
berbagai jenis energi terbarukan tersebut buahan juga banyak ditemukan di tempat
energi biomassa merupakan energi yang penjualan buah atau pasar dan lahan
banyak dimanfaatkan karena bahan bakunya petanian. Oleh karena itu, perlu dilakukan
banyak tersedia, mudah dimanfaatkan dan usaha untuk meningkatkan nilai
tidak membutuhkan biaya besar. Limbah ekonomisnya sebagai salah satu sumber
atau sampah biomassa dapat dimanfaatkan energi alternatif yaitu dengan mengolahnya
menjadi bahan bakar alternatif, karena pada menjadi briket.
limbah tersebut terdapat biomassa yang Agar penelitian lebih terarah dan
mempunyai kandungan karbon. Kandungan sitematis maka ruang lingkup permasalahan
karbon meliputi selulosa, hemiselulosa, perlu diperjelas dengan memberi batasan
lignin, kadar abu, kadar air, inilah yang masalah yang meliputi: (1) bahan baku
dapat membantu dalam proses pembakaran briket yang digunakan adalah campuran
briket arang. antara serbuk gergjai kayu, tongkol jagung,
dan kulit durian (2) bahan baku yang
42
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.42-50

digunakan adalah campuran serbuk gergaji titik tindih rendah seperti asam cuka dan
kayu, tongkol jagung dan kulit durian metanol sedang gas kayu terdiri dari CO
dengan perbandingan: sampel A (50%SG : dan CO2.
25%TJ : 25% KD) B (50%SG : 20%TJ : 3. Pada suhu 310-500 oC, terjadi peruraian
30% KD) , C (50%SG : 30%TJ : 20% KD), lignin, dihasilkan lebih banyak ter
sedangkan larutan piroglinat menurun. Gas
D (50%SG : 40%TJ : 10% KD), E (50%SG : CO2 menurun sedangkan gas CH4, CO,
10%TJ : 40% KD) dimana SG adalah serbuk dan H2 meningkat.
gergaji kayu, TJ adalah tongkol jagung, dan 4. Pada suhu 500-1000 oC merupakan tahap
KD adalah kulit durian. Bahan perekat yang pemurnian arang atau peningkatan kadar
digunakan adalah jenis perekat aci yang karbon.
berasal dari tepung tapioka/ tepung kanji
yang dicampur dengan air hangat. Banyak Briket Arang
tepung tapioka yang digunakan sebagai Briket arang merupakan bahan bakar
perekat yaitu 10% dari bahan baku briket padat yang mengandung karbon, mempunyai
yang dibuat. nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala
dalam waktu yang lama. Bioarang adalah arang
Biomassa yang diperoleh dengan membakar biomassa
Biomassa merupakan segala jenis material kering tanpa udara ( pirolisis). Sedangkan
organik yang tersedia dalam bentuk terbarukan, biomassa adalah bahan organik yang berasal dari
dimana di dalamnya termasuk tanaman dan jasad hidup. Biomassa sebenarnya dapat
limbah pertanian, kayu dan limbah hasil hutan, digunakan secara langsung sebagai sumber
limbah hewan, tanaman akuatik, dan limbah energi panas untuk bahan bakar, tetapi kurang
domestik dan industri. Energi biomassa berarti efisien. Nilai bakar biomassa hanya sekitar 3000
energi kimia yang disimpan di dalam bahan kal, sedangkan bioarang mampu menghasilkan
organik dan berasal dari energi surya melalui 5000 kal (Seran, 1990).
fotosintesa.
Sumber biomassa yang banyak didapati Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
berasal dari limbah pertanian/perkebunan dan briket arang
hutan, seperti serbuk gergaji kayu, tongkol Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
jagung, dan kulit durian. Hasil limbah ini masih dalam pembuatan briket antara lain :
belum dimanfaatkan secara optimal dan masih 1. Bahan baku
banyak dibuang begitu saja. Biomassa tersebut Briket dapat dibuat dari bermacam–
sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai macam bahan baku, seperti tongkol jagung, kulit
bahan bakar/sumber energi alternatif pengganti durian, dan serbuk gergaji kayu. Bahan utama
minyak tanah untuk kebutuhan masyarakat pada yang terdapat bahan baku adalah selulosa.
umumnya. Semakin tinggi kandungan selulosa maka
semakin baik kualitas briket, briket yang
Arang mengandung zat terbuang terlalu tinggi
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak cenderung mengeluarkan asap dan bau tidak
murni yang dihasilkan dengan menghilangkan sedap.
kandungan air dan komponen volatile dari 2. Bahan perekat
hewan atau tumbuhan. proses pengarangan Untuk merekatkan partikel-partikel zat
bahan baku pada proses pembuatan briket maka
terdiri dari empat tahap yaitu :
diperlukan zat perekat sehingga dihasilkan briket
1. Pada suhu 100-120 oC terjadi penguapan air
yang kompak.
dan sampai suhu 270 oC mulai terjadi
peruraian selulosa. Destilat mengandung
asam organik dan sedikit metanol. Asam Pembuatan briket arang
cuka terbentuk pada suhu 200-270 oC. Ada beberapa tahap penting yang perlu
2. Pada suhu 270-310 oC reaksi eksotermik dilalui di dalam pembuatan arang briket
berlangsung dimana terjadi peruraian yaitu:
selulosa secara intensif menjadi larutan 1. Pembuatan Serbuk Arang
piroglinat, gas kayu dan sedikit ter. Asam Arang harus cukup halus untuk dapat
piriglinat merupakan asam organik dengan membuat briket yang baik. Ukuran partikel

43
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 42-50

arang yang terlalu besar akan sukar pada waktu Parameter kualitas briket
dilakukan perekatan, sehingga mengurangi Briket dengan mutu yang baik adalah
keteguhan tekanan tekan briket arang yang briket yang memiliki kadar air, kadar abu, kadar
dihasilkan. Sebaiknya partikel arang mempunyai zat terbang, laju pembakaran yang rendah, tetapi
ukuran 60 mesh sesuai dengan SNI 01-6235- memiliki kerapatan, nilai kalor dan suhu api atau
2000. bara yang dihasilkan tinggi. Jika briket
2. Pencampuran Serbuk Arang dengan Perekat diarahkan untuk penggunaan di kalangan rumah
Tujuan pencampuran serbuk arang tangga, maka hal yang penting diperhatikan
dengan perekat adalah untuk memberikan adalah kadar zat terbang dan kadar abu yang
lapisan tipis dari perekat pada permukaan rendah. Hal ini dikarenakan untuk mencegah
partikel arang dan untuk menarik air serta polusi udara yang ditimbulkan dari asap
membentuk tekstur padat. Dengan adanya pembakaran yang dihasilkan serta untuk
perekat maka susunan partikel akan semakin memudahkan dalam penanganan ketika proses
baik. Tahap ini merupakan tahap penting dan pembakaran selesai.
menentukan mutu arang briket yang dihasilkan. Parameter Kualitas Briket sebagai berikut :
3. Pengempaan 1. Nilai Kalor
Pengempaan pembuatan briket arang 2. Kadar Air
dapat dilakukan dengan alat pengepres tipe 3. Kadar Abu
compression atau extrussion. Tekanan yang 4. Kandungan zat terbang (Volatile matters)
diberikan untuk pembuatan briket arang 5. Kadar Karbon
dibedakan menjadi dua cara, yaitu melampui Tabel.2.1. Sifat briket arang buatan Indonesia
batas elastisitas bahan baku sehingga struktur sel SNI (01-6235-2000)
akan runtuh dan belum melampui batas
elastisitas bahan baku. Pada umumnya, semakin Parameter Indonesia
tinggi tekanan yang diberikan akan memberi
kecenderungan menghasilkan briket arang Kadar Air (%) 8
dengan kerapatan dan keteguhan tekan yang Kadar zat menguap (%) 15
semakin tinggi pula. Kadar abu (%) 8
4. Pengeringan Kadar Karbon terikat (%) 77
Briket yang dihasilkan setelah
Nilai kalor (cal/g) 5000
pengempaan masih mengandung air yang cukup
Sumber: Badan penelitian & pengembangan
tinggi (sekitar 50%). Oleh sebab itu perlu kehutanan ,1994 dalam Triono,2006
dilakukan pengeringan yang dapat dilakukan
dengan berbagai macam alat pengering seperti Tongkol jagung
kiln, oven, atau penjemuran dengan Jagung (Zea mays) adalah merupakan tanaman
menggunakan sinar matahari. Suhu pengeringan pangan yang penting di Indonesia. Kepala Badan
yang umum dilakukan adalah sebesar 60 oC Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan,
selama 24 jam dengan menggunakan oven. Bachdi Ruswana, mengatakan peningkatan itu
Tujuan pengerinagn adalah agar arang menjadi diperkirakan karena adanya peningkatan pada
kering dan kadar airnya dapat disesuaikan luas panen dan produktivitas. Peningkatan luas
dengan ketentuan kadar air briket arang yang panen diperkirakan seluas 59 Ha pada tahu 2015
berlaku. produksi jagung mencapai 207.230 ton atau naik
sebanyak 15.260 ton dibanding tahun 2014
Syarat dan kriteria briket yang baik produksi jagung mencapai 191.970 ton.
Briket juga harus memenuhi krietria
sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi Kimia Tongkol Jagung
a) Mudah dinyalakan
b) Tidak mengeluarkan asap Komponen Presentase %
c) Emisi gas hasil pembakaran tidak Hemiselulosa 38
mengandung racun Selulosa 41
d) Kedap air dan hasil pembakaran tidak
Lignin 6
berjamur bila disimpan pada waktu lama
e) Menunjukkan upaya laju pembakaran Kadar Air 7,5
(waktu, laju pembakaran, dan suhu Kadar abu 1,5
pembakaran) yang baik. Sumber: Dwatyas, 2012

44
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.42-50

Kulit Durian kekentalan (viskositas), ketahanan (stabilitas)


Tanaman durian ( Durio zibethinus dan sebagainya. Beberapa jenis perekat yang
Murr ), merupakan salah satu jenis buah-buahan berfungsi menaikkan viskositas adalah Carboxy
yang produksinya melimpah. Kulit durian Menthyl Cellulosa (CMC), gypsum, kanji,
merupakan limbah rumah tangga yang di buang gliseral, clay, biji jarak/jatropha dan sebagainya.
sebagai sampah dan tidak memiliki nilai Adapun penambahan perekat pada campuran
ekonomi, khususnya di Sumatra Selatan. Pada briket biomassa adalah selain bahan yang
saat puncaknya limbah kulit durian mencapai didapat itu mudah dan terbarukan, juga bisa
100 ton per hari. Data dari BPS Sumsel Pada berfungsi untuk membantu penyulutan awal dan
tahun 2013 luas perkebunan durian di sekaligus perekat terhadap pembriketan
Palembang, yakni 40.486 Ha dengan produksi biomassa.
29.000 ton. Menurut Wikipedia Indonesia pati atau
Tabel. 2. Komposisi Kimia Kulit Durian amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak
larut dalam air, berupa amilosa yang
Komponen presentase %
memberikan sifat keras dan amilopektin yang
Selulosa 50-60 memberikan sifat lengket, berwujud bubuk
Hemiselulosa 13,09 putih, tawar atau tidak berbau.
Lignin 5
Kadar Abu 4 Perakat Tapioka
Perekat tapioka umum digunakan
Kadar Air 4 sebagai bahan perekat pada briket arang karena
Sumber: Chaerul Novita P, 2013 banyak terdapat di pasaran dan harganya relatif
murah. Pertimbangan lain bahwa perekat tapioca
Serbuk Gergaji Kayu dalam bentuk cair sebagai perekat yang
Serbuk gergaji merupakan bahan yang masih menghasilkan fiberboard bernilai rendah dalam
mengikat energi yang melimpah dan dapat
hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, dan
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan briket
zat mudah menguap, tapi akan lebih tinggi
arang. Berdasarkan data nasional BPS tahun
dalam karbon terikat dan nilai kalor, serta
2006, produksi serbuk gergaji kayu di Indonesia penggunaannya menimbulkan asap yang lebih
sebesar 679.247 m3 dengan densitas 600 kg/m3 sedikit dibandingkan dengan mengunakan
maka didapat 407.548,2 ton . Jika dari kayu
perekat lain. Ditinjau dari jenis perekat yang
yang tersedia tedapat 40% yang menjadi limbah digunakan, briket dapat dibagi menjadi :
serbuk gergaji, maka akan didapat potensi 1. Briket yang sedikit atau tidak
pembuatan briket sebesar 163.319,28 ton/th mengeluarkan asap pada saat pembakaran.
(Debi, 2010). Kondisi karbonisai terbaik pada Jenis perekat ini tergolong ke dalam
suhu 500 oC dan waktu karbonisasi45 menit,
perekat yang mengandung zat pati.
dengan nilai kalor 5.670,538 kal/g (Agung, 2. Briket yang banyak mengeluarkan asap
2012) . pada saat pembakaran. Jenis perekat ini
tahan terhadap kelembaban tetapi selama
Tabel.3.Komposisi Kimia Serbuk Gergaji Kayu pembakaran menghasilkan asap.
Komponen presentase %
Hemiselulosa 15-25 Tabel 4 Komposisi Kimia Pati
Selulosa 39-45 Komponen Presentase %
Lignin 18 Air 8-9
Kadar Air 5 Proton 0,3-1,0
Kadar Abu 1 Lemak 0,1-0,4
Sumber: JF. Dumanauw, 1996 Abu 0,1-0,8
Serat Kasar 81-89
Sumber : Kirik and Othmer (1967), dalam Triono
Perekat (2006)
Perekat adalah suatu bahan yang
ditambahkan pada komposisi zat utama untuk
memperoleh sifat-sifat tertentu, misalnya

45
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 42-50

ME TODELOGI PENELITIAN Pembuatan Larutan Tapioka


Alat dan Bahan yang Digunakan 1. Timbang tepung tapioka sesuai dengan
Alat yang digunakan berupa alat yang dibutuhkan
pengepres, cetakan briket, ayakan mesh 60, 2. lalu tepung tapioka larutkan dengan air
furnace, neraca analitik, oven, hot plate, dengan perbandingan 1 : 10 .
spatula, baker glass, gelas ukur, cawan 3. Panaskan larutan di atas hot plate
porselin. hingga mendidih (berubah menjadi kental
Bahan yang digunakan berupa atau seperti lem).
limbah tongkol jagung, kulit durian, dan
serbuk gergaji kayu, yang diperoleh dari HASIL DAN PEMBAHASAN
sampah pasar kuto Palembang dan pengrajin Nilai Kalor
mebel sedangkan tepung Tapioka sebagai Nilai kalor briket dari masing-
perekat dibeli di toko sembako Palembang, masing sampel dapat dilihat pada tabel 5.
dan air untuk membuat perekat di peroleh
dari laboratorium Kimia Organik. Tabel 5 Nilai Kalor Setiap Sampel
Suhu Nilai kalor (cal/gr)
Prosedur kerja Karbonisasi
o
C A B C D E
Pembuatan Briket 300 3874,54 3996,73 3999,75 3999,47 4029,38
1. Serbuk gergaji kayu, kulit durian, dan 350 4239,38 4265,35 4326,05 4377,97 4450,81
tongkol jagung dibersihkan dari 400 4479,02 4533,97 4654,36 4456,47 4872,25
pengotornya (tanah) lalu tongkol jagung 450 4888,46 4999,02 5094,27 5191,40 5308,92
500 5297,91 5471,20 5534,18 5626,33 5745,60
dan kulit durian dipotong-potong sesuai Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B
dengan ukuran serbuk gergaji kayu (50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D
kemudian dikeringkan dengan sinar (50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)
matahari sampai benar-benar kering.
2. Bahan yang sudah kering ditimbang NILAI KALOR
sesuai dengan rasio masing-masing
Nilai Kalor (cal/gr)

7000
sampel penelitian 6000 A
3. Kemudian dilakukan karbonisasi 5000 B
menggunakan furnace dengan 4000 C
temperatur 300 oC, 350 oC, 400oC, 3000
D
300 350 400 450 500
450oC, 500 oC selama 1 jam. lalu
Suhu Karbonisasi oC E
keluarkan dari furnace kemudian
dinginkan. Arang serbuk gergaji kayu,
kulit durian, dan tongkol jagung, Gambar 1. Hubungan antara suhu karbonisasi
terhadap nilai kalor pada setiap sampel
kemudian digerus dalam cawan
porselin dan diayak dengan ayakan
dengan ukuran 60 mesh. Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1,
4. Arang hasil ayakan dicampur dengan
terlihat bahwa nilai kalor pada suhu
perekat (10%) diaduk sampai merata, karbonisasi 300 oC menghasilkan nilai kalor
lalu dicetak. yang terendah untuk sampel A s/d E dengan
5. Hasil cetakan dikeringkan dengan sinar
nilai kalor berkisar antara 3874,54 s/d
matahari selama 3 hari lalu di keringkan 4029,38 cal/gr, dikarenakan pada suhu
lagi dengan menggunakan oven dengan tersebut hanya sebagian bahan baku yang
suhu 100 oC selama 1 jam, guna untuk menjadi arang sehingga memperoleh nilai
menghilakan kadar air yang terkandung arang yang rendah, kemudian pada suhu 350
o
dalam perekat. C s/d 500 oC nilai kalornya terus bertambah
6. Dilakukan analisa briket dengan berkisar antara 4239,38 s/d 5745,60 cal/gr,
menghitung Nilai kalor. karena semakin tinggi suhu karbonisasi akan
meningkatkan nilai kalornya selama bahan
baku tidak menjadi abu. Tetapi pada suhu
46
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.42-50

500 oC menghasilkan nilai kalor yang karbonisasi akan menurunkan kadar airnya.
tertinggi untuk setiap sampelnya yakni Tetapi pada suhu 500 oC menghasilkan
5297,91 s/d 5745,60 cal/gr dan dapat kadar air yang terendah untuk setiap
memenuhi standar SNI briket yakni 5000 sampelnya berkisar antara 7,2 s/d 6,7 % dan
cal/gr (Tabel 1) karena pada suhu ini semua dapat memenuhi standar SNI briket yakni 8
bahan baku menjadi arang sehingga % (Tabel 1).
menghasilkan nilai arang yang tinggi. Dapat disimpulkan dari setiap Tabel
Dapat disimpulkan dari setiap Tabel dan Gambar diatas bahwa kadar air yang
dan Gambar diatas bahwa nilai kalor yang paling rendah diantara setiap sampel
paling tinggi diantara setiap sampel terdapat terdapat pada sampel E dengan kadar air
pada sampel E dengan nilai kalor sebesar sebesar 6,8 % pada suhu karbonisasi 500oC
5745,60 cal/gr pada suhu karbonisasi 500oC
Kadar Abu
Kadar Air Kadar abu briket dari masing-masing
Kadar air briket dari masing-masing sampel dapat dilihat pada tabel 7.
sampel dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 7 Kadar Abu Setiap Sampel
Tabel 6 Kadar Air Setiap Sampel Suhu Kadar Abu (%)
Suhu Kadar Air (%) Karbonisasi oC
Karbonisasi A B C D E
o
C A B C D E 300 9,2 9 8,9 8,8 8,7
300 8,6 8,4 8,3 8,2 8,1 350 8,7 8,5 8,4 8,3 8,2
350 7,8 7,6 7,5 7,7 7,6 400 8,3 8,1 8 7,9 7,8
400 7,7 7,5 7,4 7,3 7,2
450 78 7,8 7,7 7,6 7,5
450 7,4 7,2 7,1 7 6,9
500 7,8 7,6 7,5 7,4 7,3
500 7,2 7 6,9 6,8 6,7 Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B
Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B (50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D
(50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D (50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)
(50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)

KADAR ABU
KADAR AIR
12
11 A
Kadar Air (%)

B
Kadar Abu (%)

9 10
C A
7
D 8 B
5
E C
3 6
300 350 400 450 500 D
Suhu Karbonisasi oC 4 E
300 350 400 450 500
Suhu karbonisasi oC
Gambar 2 Hubungan antara suhu karbonisasi
terhadap kadar air untuk setiap sampel
Gambar 3 Hubungana anatar suhu
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 2, karbonisasi terhadap kadar abu setiap sampel
terlihat bahwa kadar air pada suhu
karbonisasi 300 oC menghasilkan kadar air Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3,
yang tertinggi untuk sampel A s/d E dengan terlihat bahwa kadar abu pada suhu
kadar air berkisar antara 8,1 s/d 8,6 %, karbonisasi 300 oC menghasilkan kadar abu
kemudian pada suhu 350 oC s/d 500 oC yang tertinggi untuk sampel A s/d E dengan
kadar airnya terus menurun berkisar antara kadar abu berkisar antara 8,7 s/d 9,2 %,
7,8 s/d 6,7 %, karena semakin tinggi suhu kemudian pada suhu 350 oC s/d 500 oC
kadar abunya terus menurun berkisar antara
47
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 42-50

8,7 s/d 7,3 %. Tetapi pada suhu 500 oC Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 4,
menghasilkan kadar abu yang terendah terlihat bahwa kadar zat terbang pada suhu
untuk setiap sampelnya berkisar antara 7,8 karbonisasi 300 oC menghasilkan kadar zat
s/d 7,3 %, karena pelakuan komposisi terbang yang tertinggi untuk sampel A s/d E
memberikan pengaruh terhadap kadar abu dengan kadar abu berkisar antara 15,8 s/d
yang dihasilkan dan pada sampel E 16,3 %, kemudian pada suhu 350 oC s/d 500
o
komposisi tongkol jagung lebih sedikit C kadar zat terbangnya terus menurun
dibandingan sampel lain, hal ini disebakan berkisar antara 16 s/d 14,8 %. Tetapi pada
kandungan silikat dalam tongkol jagung suhu 500 oC menghasilkan kadar zat terbang
lebih banyak dari bahan lainnya. Kadar abu yang terendah untuk setiap sampelnya
sampel E dapat memenuhi standar SNI berkisar antara 14,8 s/d 15,2 % tetapi masih
briket yakni max 8 % (Tabel 1). ada yang belum dapat memenuhi standar
Dapat disimpulkan dari setiap Tabel SNI briket yakni 15 % (Tabel 1)
dan Gambar diatas bahwa kadar abu yang Dapat disimpulkan dari setiap Tabel
paling rendah diantara setiap sampel dan Gambar diatas bahwa kadar zat terbang
terdapat pada sampel E dengan kadar abu yang paling rendah diantara setiap sampel
sebesar 7,3 % pada suhu karbonisasi 500oC terdapat pada sampel E dengan kadar zat
terbang sebesar 14,8 % pada suhu
o
karbonisasi 500 C yang telah memenuhi
Kadar Zat Terbang
stndat SNI briket.
Kadar zat terbang briket dari masing-
masing sampel dapat dilihat pada tabel 8.
Kadar Karbon
Kadar karbon briket dari masing-
Tabel 8 Kadar Zat Terbang Setiap Sampel
Suhu
masing sampel dapat dilihat pada tabel 9.
Kadar zat terbang (%)
Karbonisasi
o
C A B C D E Tabel 9 Kadar Karbon Setiap Sampel
300 16,3 16,1 16 15,9 15,8 Suhu Kadar karbon (%)
350 16 15,8 15,7 15,6 15,5 Karbonisasi oC A B C D E
400 15,7 15,5 15,4 15,3 15,2
300 65,9 66,5 66,8 67,1 67,4
450 15,5 15,3 15,2 15,1 15
350 67,5 67,9 68,1 68,3 68,6
500 15,2 15 14,9 14,9 14,8
Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B 400 68,3 68,9 69,5 69,5 69,8
(50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D 450 69,1 69,6 70,1 70,2 70,5
(50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)
500 69,8 70,4 70,7 70,9 71,2
Keterangan:A(50%SG:25%TJ:25%KD),B
(50%SG:20%TJ:30%KD),C (50%SG:30%TJ:20%KD), D
(50%SG:40%TJ:10%KD), E (50%SG:10%TJ:40%KD)

KADAR KARBON
KADAR ZAT TERBANG
21 73
Kadar Zat Terbang (%)

Kadar Karbon (%)

19 71 A
17 A 69 B
15 B 67 C
C D
13 65
D
300 350 400 450 500 300 350 400 450 500 E
E
Suhu Karbonisasi oC Suhu Karbonisasi oC

Gambar 4 Hubungan antara suhu


karbonisasi terhadap kadar azt terbang setiap sampel Gambar 5 Hubungan antara suhu
karbonisasi terhadap kadar karbon setiap sampel

48
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal.42-50

Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 5, Tabel 10 Perbandingan Parameter


terlihat bahwa kadar karbon pada suhu Briket Sampel E dengan Standar SNI Briket
karbonisasi 300 oC menghasilkan kadar
karbon yang terendah untuk sampel A s/d E Briket Sampel
dengan kadar karbon berkisar antara 65,9 s/d Parameter E Standar SNI
67,4 %, kemudian pada suhu 350 oC s/d 500 Nilai Kalor (cal/gr) 5745,6 5000
o
C kadar karbonnya terus meningkat Kadar Air (%) 6,7 8
berkisar antara 67,5 s/d 71,2 %, karena Kadar Abu (%) 7,3 8
semakin tinggi suhu karbonisasi akan Kadar Zat Terbang
meningkatkan kadar karbonnya. Tetapi pada (%) 14,8 15
suhu 500 oC menghasilkan kadar karbon Kadar Karbon (%) 71,2 77
yang tertinggi untuk setiap sampelnya
berkisar antara 69,8 s/d 71,2 % tetapi masih Kesimpulan
ada yang belum dapat memenuhi standar Rasio pencampuran briket yang
SNI briket yakni 77 % (Tabel 1) menghasilkan nilai kalor tertinggi terpadat
Dapat disimpulkan dari setiap Tabel pada sampel E dengan suhu karbonisasi 500
o
dan Gambar diatas bahwa kadar karbon C dengan campuran serbuk gergaji kayu 50
yang paling tinggi diantara setiap sampel % , tongkol jagung 10 %, dan kulit durian
terdapat pada sampel E dengan kadar karbon 40 % dengan nilai kalor sebesar 5745,60
sebesar 71,2 % pada suhu karbonisasi cal/gr, kadar air 6,7 %, kadar abu 7,3 %,
500oC. kadar zat terbang 14,8 %, dan kadar karbo
Penelitian ini menunjukan bahwa 71,2 % yang telah memenuhi standar SNI
briket yang memiliki kadar air dan kadar briket.
abu yang rendah akan menghasilkan nilai
kalor yang tinggi, sedangkan briket yang DAFTAR PUSTAKA
memiliki kadar karbon yang tinggi akan
menghasilkan nilai kalor yang tinggi juga. Asri Saleh. (2013). Efisiensi Konsentrasi
Hasil penelitian ini sama dengan peneliti Perekat Tepung Tapioka Terhadap
sebelumnya yaitu Triono (2006) yang Nilai Kalor Pembakaran Pada
menyatakan semakin rendah kadar air dan Biobriket Batang Jagung. Dalam
kadar abu sebuah briket akan menghasilkan Jurnal Teknosains No. 1 (Online), vol.
nilai kalor yang tinggi, dan sebaliknya jika 7.Tersedia:http://Jurnal.uin.alauddin
kadar karbon sebuah briket tinggi akan .ac.id. (10 – 09 – 2015).
menghasilkan nilai kalor yang tinggi pula. Badan Pusat Statistik (BPS). (2006).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan Sektor Kehutanan di Sumatera
briket pada sampel E dengan campuran 50% Selatan. Tersedia : http://www.bps.
serbuk gergaji kayu: 10% tongkol jagung: go.id. (10 – 09 – 2015).
40% kulit durian pada suhu karbonisasi 500 Badan Pusat Statistik (BPS). (2013). Luas
oC dapat memenuhi standar SNI briket Kebun & Hasil Panen Tanaman Kulit
dengan hasil parameter briket pada Tabel Durian di Sumatera Selatan.
berikut: Tersedia : http://www.bps.go.id. (10
– 09 – 2015).
Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Luas
Perkebunan & Hasil Panen Tanaman
Jagung di Sumatera Selatan.
Tersedia : http://www.bps.go.id. (10
– 09 – 2015).
Erikson, Sinurat, 2011, Studi Pemanfaatan
Briket Kulit Jamu Mente dan Tongkol
Jagung Sebagai Bahan Bakar

49
Distilasi, Vol. 1 No. 1, September 2016, Hal. 42-50

Alternatif. Tugas Akhir Fakultas Soeyanto ,T, 2012. “Cara Membuat


Teknik Universitas Hasanudin, Sampah jadi Arang dan Kompos”,
Makasar Laporan penelitian pengembangan
Hendra D dan Pari G. 2000. pengembangan program studi dana
Penyempurnaan Teknologi PNBP
Pengolahan Arang. Laporan Hasil Sudrajat. (1982). Produksi Arang
Penelitian Hasil Hutan. Balai dan Briket Arang Serta
Penelitian dan Pengembangan Prospek Pengusahaannya. Bogor :
kehutanan, Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Ismu Uti Adan. (1998). Membuat Briket Kehutanan Departemen Pertanian.
Bioarang. Yogyakarta : Kanisius Surono, Untoro Budi. (2010). Peningkatan
Maryono, dkk. (2013). Pembuatan dan Kualitas Pembakar Biomassa Limbah
Analisis Mutu Briket Arang Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar
Tempurung Kelapa ditinjau dari Alternatif dengan Proses Karbonisasi
Kadar Kanji. Dalam Jurnal dan Pembriketan. Dalam Jurnal
Chemica (Online), no. 1, Vol. 14. Rekayasa Proses (online), no. 1, vil.
Tersedia : http://download. 4, 6 halaman. Tersedia :
protalgaruda.org. (10 – 09 – 2015). http://download.protalgaruda.org.
Noldi. N, 2009, Uji Komposisi Bahan (09 – 09 – 2015)
Pembuat Briket Biorang Tempur Setiawan, Agung. Dkk. (2012). Pengaruh
Kelapa dan Serbuk Kayu Terhadap Komposisi Pembuatan Biobriket
Mutu yang Dihasilkan .Skripsi dari Campuran Kulit Kacang &
Pertanian Fakultas pertanian Serbuk Gergaji terhadap Nilai
Universitas Sumatera Utara. Sumatera Pembakaran. Dalam jurnal teknik
Utara. kimia (online) no. 2, vol. 18, 16
Nuriana, W. Dkk. (2013). Karakteristik halaman. Tersedia : http://www.e-
Biobriket Kulit Durian Sebagai jurnal.com. (09 – 09 – 2015).
Bahan Bakar Alternatif Terbarukan. Sarjono. (2013). Studi Eksperimental
Dalam Jurnal Teknologi Industri Pengujian Nilai Kalor Briket
Pertanian (Online), 6 halaman. Campuran Tongkol Jagung dan
Tersedia : http://journal.ipb.ac.id. Tempurung Kelapa Sebagai Bahan
(09 – 09 – 2015). Bakar Alternatif. Dalam majalah
Paisal, Muhammad Said Karyani. (2014). ilmiah STTR Cepu (online) No. 17,
Analisa Kualitas Briket Arang Kulit Tahun 11, 14 halaman. Tersedia :
Durian dengan Campuran Kulit http://digilib.its.ac.id. (10 – 09 –
Pisang Pada Berbagai Komposisi 2015).
sebagai Bahan Bakar Alternatif. Teguh Mikan Widodo. A. Asari. Ana N.
Dalam proceedings Seminar Elita R. ( 2013). Bio Energi Berbasis
Nasional teknik Mesin Universitas Jagung dan Pemanfaatan Limbahnya.
Trisaksi (online).Tersedia:http://blog. Badan Litbang Pertanian,
trisakti.ac.id. (10 – 09 –2015) Departemen Pertanian. Tersedia :
Rustini, 2004. Pembutan Briket Arang Dari http://mekanisasi.litbang.pertanian.
Serbuk Gergaji Kayu Pinus Dengan go.id. (10 – 09 – 2015
Penambahan Tempurung Kelapa,
Skripsi, Jurusan Teknologi Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor Seran, J.B.1990.,”
Bioarang untuk memasak”, Edisi II,
Liberti., Yogyakarta

50

Anda mungkin juga menyukai