Anda di halaman 1dari 4

Nama:Setia Mariotandean

Kelas:BK Reguler E
NIM:1203151066

Perkembangan Sosial
A.Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan
sebagai proses belajar untuk meyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi;
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Kemampuan anak
berkembang dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia 6 bulan, yang pada saat itu mereka
telah mampu mengenal manusia yang lain, terutama anggota keluarga. Anak mulai mampu
membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seerti marah (tidak senang mendengar suara keras)
dan kasih sayang.

Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan
antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas,
yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Sueann Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi
itu sebagai proses belajar yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga
dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.

Dalam perkembangan sosial peserta didik usia Sekolah Dasar, kelompok dan permainan anak memegang
peran penting. Melalui kegiatan kelompok dan permainan, anak Sekolah Dasar belajar berbagul dan
bersosialisasi dengan anak lainnya. Perkembangan sosial dapat menumbuhkan jiwa sosial dan perhatian
terhadap lingkungan tanpa ada tekanan karena perkembangan sosial dengan baik.

Menurut Hurlock (1980), perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial. Untuk mencapai kemampuan tersebut, orang perlu melalui tiga proses, yaitu:

1. Belajar bertingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan setiap
lingkungan sosial memiliki standart tingkh laku bagi para anggotanya. Anak perlu mengetahui
dan meyesuaikan perilakunya dengan standart tersebut.
2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Misalnya, peran sebagai anak dirumah, sebagai
murid di sekolah dan sebagai teman bermain.
3. Perkembangan sikap sosial, yakni sikap positif terhadap lingkungan sosial dan aktivitas sosial
akan membantu anak untuk bermasyarakat dengan baik.

Lebih lanjut Hurlock (1980) mengungkapkan terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kemampuan
sosialisasi antara lain :

1. Adanya kesempatan untuk bersosialisasi. Semakin besar kesempatan, anak akan semakin
terlatih dalam bersikap dan memberi respon terhadap situasi sosial.
2. Kemampuan berkomunikasi dengan topik menarik bagi orang lain.
3. Adanya motivasi untuk bersosialisasi. Anak dapat memiliki motavasi tinggi untuk bersosialisasi
apabila memeroleh kepuasan hubungan yang terjalin dengan orang lain sehingga anak
cenderung mengulang dan memperluas hubungan tersebut.
4. Metode belajar yang efekif adalah dengan biimbingan dari orang dewasa bagaimana berperilaku
dan memilih teman yang baik.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


Menurut Sunarto dan Hartono (2006: 130-132) mengatakan bahwa perkembangan sosial anak Sekolah
Dasar dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah:

a. Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak. Diantara faktor yang terkait
dengan keluarga dan yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak adalah hal-hal yang
berkaitan dengan: Status sosial ekonomi keluarga dan keutuhan keluarga, serta sikap dan kebiasaan
orang tua.

b. Status Sosial Ekonomi

Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang
dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku
didalam keluarganya.

Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak senantiasa akan
“menjaga status sosial dan ekonomi keluarganya”, maksudnya adalah mengakibatkan menempatkan
dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini akan berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi
“terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya
sendiri.

c. Kapasitas Mental, Emosi dan Intelegensi

Kemampuan berpikir sangat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah dan berbahasa. Anak yang mempunyai kemampuan intelektual tinggi, kemampuan dalam
berbahasa yang baik dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan
dalam perkembangan sosial anak.

Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual
tinggi.

d. Kematangan atau pengalaman


Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku kepribadian selanjutnya, sekolah juga mempunyai
pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan sikap sosial anak, karena selama masa pertengahan
dan akhir anak-anak, anak-anak mengahabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu
masyarakat kecil yang harus mengerjakan seumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang
menegaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap anak-anak.

e. Pendidikan

Di sekolah, guru membimbing perkembangan kemampuan sikap, dan hubungan sosial yang ajar pada
peserta didiknya. Hubungan sosial yang sehat dalam sekolah dan kelas seyogyanya diprogram,
dikreasikan, dan dipelihara bersama-sama dalam belajar, bermain dan berkompetisi sehat. Sekolah
mengupayakan layanan bimbingan kepada peserta didik. Bimbingan selain untuk belajar, adalah untuk
penyesuaian diri kedalam lingkungan atau juga penyerasian terhadap lingkungannya.

C. Bentuk-bentuk Tingkah Laku Sosial


Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya
maupun teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada anak
Sekolah Dasar, bentuk-bentuk tingkah laku sosial itu adalah sebagai berikut:

1. Pembangkangan (negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini
terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang
tidak sesuai dengan kehendak anak. Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usia ini
dianggap wajar. Tigkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan
tersebut.
2. Agresi, yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi
ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustrasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhu
kebutuhan/keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam perilaku menyerang,
seperti : memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah dan mencaci maki. Orang
tua menghukum anak yang agresif, menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Oleh karena
itu, sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresivitas anak tersebut dengan cara
mengalihkan perhatian/ keinginan anak, memberikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya
(sepanjang tidak membahayakan keselamatannya), atau upaya lain yang bisa meredam
agresivitas anak tersebut.
3. Berselisih/bertengkar, terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh
sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut
barang atau mainannya.
4. Menggoda, yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serangan
mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan), sehingga
menimbulkan reaksi marah pada orang-orang yang diserangnya.
5. Persaingan, yaitu keinginan untuk melebihi orang laindan selalu didorong oleh orang lain.
6. Kerja sama, yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok.
7. Tingkah laku berkuasa, yaitu sejenins tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi
atau meminta, menyuruh dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenui kebutuhan
dirinya.
8. Mementingkan diri sendiri, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya. Anak ingin
selalu dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit
atau marah-marah.
9. Simpati, yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap
orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya.

Anda mungkin juga menyukai